Laporan Praktikum Sifat Mampu Keras [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III SIFAT MAMPU KERAS 3.1 Tujuan 1. Mengetahui proses metoda Jominy Test. 2. Mengetahui harga kekerasan spesimen yang dilakukan proses metoda Jominy Test. 3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi sifat mampu keras. 4. Mengetahui sifat mekanik spesimen yang diuji dengan metoda Jominy Test. 3.2 Teori Dasar Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan, bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah, sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang. Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa untuk membuktikan suatu teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang metalurgi. Dalam proses perencanaan, dapat juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinya, sehingga apabila tidak sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih tepat. Disamping tidak mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya. Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk fasa martensite. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya metode Jominy dan metode Grossman. Dari metode tersebut kita akan mendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat quench. Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi. Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), 19



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



pantulan ataupun indentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan: 1.



Metode Gores Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material lanjut, tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh material talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia ini diwakili oleh: Talc, Orthoclase Gipsum, Quartz, Calcite, Topaz, Fluorite, Corundum, Apatite, Diamond (intan) Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.



2. Metode Elastik/Pantul (rebound) Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi. 3. Metode Indentasi Tipe pengetesan kekerasan material/logam ini adalah dengan mengukur tahanan plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi mesin dengan



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



20



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



spesiment standar terhadap “penetrator”. Adapun beberapa bentuk penetrator atau cara pegetesan ketahanan permukaan yang dikenal adalah : a. Ball Indentation Test [ Brinel] b. Pyramida Indentation [Vickers] c. Cone Indentation Test [Rockwell] d. Uji kekerasan Mikro Penjelasannya : a. Metode Brinell Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesiment). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dari nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers. Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N. Diameter bola dengan gaya yang di berikan mempunyai ketentuan, yaitu: 



Jika diameter bola terlalu besar dan gaya yang di berikan terlalu kecil maka akan mengakibatkan bekas lekukan yang terjadi akan terlalu kecil dan mengakibat kan sukar diukur sehingga memberikan informasi yang salah.







Jika diameter bola terlalu kecil dan gaya yang di berikan terlalu besar makan dapat mengakibatkan diameter bola pada benda yang di uji besar (amblas nya bola) sehingga mengakibatkan harga kekerasannya menjadi salah.



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



21



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Pengujian kekerasan pada Brinnel ini biasa disebut BHN (Brinnel Hardness Number). Pada pengujian Brinnel akan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: 1. Kehalusan permukaan. 2. Letak benda uji pada identor. 3. Adanya pengotor pada permukaan. b. Metode Vickers Vickers adalah hampir sama dengan uji kekerasan Brinell hanya saja dapat mengukur sekitar 400 VHN. Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk piramida dengan sudut puncak 136 o yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Secara matematis dan setelah disederhanakan, HV sama dengan 1,854 dikalikan beban uji (F) dibagi dengan diagonal intan yang dikuadratkan. Beban uji (F) yang biasa dipakai adalah 5 N per 0,102; 10 N per 0,102; 30 N per 0,102N dan 50 per 0,102 N. c. Metode Rockwell Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan karena simpel dan tidak menghendaki keahlian khusus. Menggunakan kombinasi variasi indenter dan beban untuk bahan metal dan campuran mulai dari bahan lunak sampai keras. Indenter : – bola baja keras ukuran 1/16 , 1/8 , 1/4 , 1/2 inci (1,588; 3,175; 6,350; 12,70 mm) – intan kerucut Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



22



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Hardness number (nomor kekerasan) ditentukan oleh perbedaan kedalaman penetrsi indenter, dengan cara memberi beban minor diikuti beban major yang lebih besar. Berdasarkan besar beban minor dan major, uji kekerasan rockwell dibedakan atas 2 :







Rockwell







Rockwell superficial untuk bahan tipis Uji kekerasan Rockwell : – beban minor : 10 kg – beban major : 60, 100, 150 kg Uji kekerasan Rockwell superficial : – beban minor



: 3 kg



– beban major



: 15, 30, 45, kg



Tabel 3.1 Skala kekerasan



SIMBOL INDENTER BEBAN MAJOR (KG) A Intan 60 B Bola 1/16 inch 100 C Intan 150 D Intan 100 E Bola 1/8 inch 100 F Bola 1/16 inch 60 G Bola 1/16 inch 150 H Bola 1/8inch 60 K Bola 1/8 inch 150 Pada pengujian ini identor nya menggunakan intan kasar yang di bentuk menjadi piramida. Bentuk lekukan intan tersebut adalah perbandingan diagonal panjang dan pendek dengan skala 7:1. Pengujian ini untuk menguji suatu material adalah dengan menggunakan beban statis. Bentuk identor yang khusus berupa knoop memberikan kemungkinan membuat kekuatan yang lebih rapat di bandingkan dengan lekukan Vickers. Hal ini sangat berguna khususnya bila mengukur kekerasan lapisan tipis atau mengukur kekerasan bahan getas dimana kecenderungan menjadi patah sebanding dengan volume bahan yang ditegangkan. Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



23



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Hardenability adalah sifat yang menentukan dalamnya daerah logam yang dapat dikeraskan. Pendinginan yang terlalu cepat dapat dihindarkan karena dapat menyebabkan permukaan logam (baja) retak. Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras (penetrator). Kekerasan merupakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh unsur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas.



3.3 Tata Cara Praktikum 3.3.1 Skema Proses Siapkan Alat dan Bahan Lakukan perlakuan awal



Panaskan spesimen Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



dalam tungku Pengujian kekerasan pada spesimen Pengamplasan Tahan pada suhu pada 850 spesimen oC Pendinginan Jominy Test



24



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Pengumpulan dan pengolahan data



Analisa



Kesimpulan Gambar 3.1 Proses Sifat Mampu Keras



3.3.2 Penjelasan Skema Proses 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Lakukan persiapan awal (pengikiran dan pengamplasan) pada sebagian kecil spesimen. 3. Panaskan spesimen dalam tungku hingga suhu 850 oC. 4. Setelah tercapai suhu 850 oC, lalu tahan selama kurang lebih 30 menit. 5. Ambil spesimen menggunakan penjepit spesimen dan lakukan pendinginan pada alat Jominy Test.



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



25



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



6. Setelah spesimen dingin lakukan pengamplasan pada bagian spesimen yang telah dilakukan persiapan awal hingga bersih dan tidak ada goresan pada permukaan spesimen. 7. Tandai bagian spesimen yang telah dibersihkan dengan spidol putih. 8. Lakukan pengujian kekerasan pada spesimen yang telah ditandai dengan alat Rockwell C. 9. Kumpulkan data yang telah diperoleh dari proses praktikum . 10. Buat analisa dan pembahasan dari data-data yang diperoleh dan apa yang terjadi selama praktikum. 11. Tarik kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan. 2.4 Alat dan Bahan 2.4.1 Alat           



Tungku Muffle Kikir Penjepit spesimen Ragum Sarung tangan tahan panas Mesin uji kekerasan Rockwell dengan skala C Ragum Stopwatch Jangka Sorong Spidol Putih Penggaris



: 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 pasang : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah



2.4.2 Bahan   



Spesimen baja AISI 4140 Media pendingin (air) Ampelas (dengan ukuran 60 dan 600 mesh)



: 1 buah : Secukupnya : Secukupnya



2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data 2.5.1 Pengumpulan Data  Data Awal  Jenis material  Temperatur Austenisasi  Holding time pada temperatur austenit  Media Quench Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



: AISI 4140 : 850 oC : 30 menit : Air 26



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



 



lompok 13



Diameter kran Jarak antara nozzle dengan ujung spesimen



: 0,057 in : 0,669 in



Tabel 3.2 Pengamatan dan PengujianGambar Keras 3.2 Spesimen AISI 4140



Media



Posisi (inch) 32/16 28/16 24/16 20/16 16/16 12/16 8/16 4/16 1/16



Pendingina



HRC



n Udara Udara Udara Udara Udara Udara Udara Air Air



25 28,6 31,6 28,4 31,5 32,6 34,5 46 51



Tabel 3.3 Komposisi Kimia Baja AISI 4140



Jenis material



%C



% Mn



% Si



% Mo



% Cr



AISI 4140



0,38 – 0,43



0,75 - 1,0



0,15 – 0,30



0,15 - 0,25



0,8 – 1,1



27



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



Ф 4,13 in



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Ф 0,97 in



Ф 1,18 in



28



20/16



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



Diameter Ideal 0,21 0,222



16/16



%C 0,38 0,43



12/16



Data Di Maksimal Di Minimal



8/16



Tabel 3.4 Diameter Ideal (Di) Ukuran Butir



4/16



1/16



Gambar 3.3 Kurva Diameter Ideal



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Gambar 3.4 Grafik Faktor Pengali Harden ability Tabel 3.5 Faktor Pengali Hardenability



FP



% Mn



% Si



% Mo



% Cr



Minimum



3,4



1,17



1,41



2,76



Maksimum



4,38



1,2



1,77



3,2



Tabel 3.6 Diameter Kritis



Diameter Kritis Ideal Kritis Ideal Minimum Kritis Ideal Maksimum 3,25 inch 6,61 inch



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



29



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Gambar 3.5 Grafik Kekerasan Inisial (IH) Tabel 3.7 Kekerasan Inisial (IH)



Data Minimal Maksimal



%C 0,38 0,43



Kekerasan (HRc) 55,5 58



Gambar 3.6 Grafik Pengaruh Diameter Kritis Terhadap IH/DH



Tabel 3.8 Kekerasan dan IH/DH pada berbagai posisi (inch)



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



30



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



Titik



lompok 13



IH/DH Min 1,05 1,3 1,55 1,8 2 2,1 2,15 2,25



1/16 4/16 8/16 12/16 16/16 20/16 24/16 28/16 32/16



Maks 1 1 1 1,03 1,05 1,08 1,1 1,1



Kekerasan (HRC) Min Maks 55,5 58 52,9 58 42,7 58 35,8 58 30,8 56,3 27,7 55,2 26,4 53,7 25,8 57,7 24,7 57,7



2.5.2 Pengolahan Data 1. Perhitungan 



Harga Diameter Kritis



K.I Maks = D.i Maks (Fp.Mn x Fp. Mo x Fp.Si x Fp.Cr) Maks = 0,222 (4,38 x 1,77 x 1,2 x 3,2) = 6,61 inch K.I Min



= D.i Min (Fp.Mn x Fp. Mo x Fp.Si x Fp.Cr) Min = 0,21 (3,4 x 1,41 x 1,17 x 2,76) = 3,25 inch







Harga Kekerasan disetiap Titik Untuk Nilai Minimum 1) Titik 4/16



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



31



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



HRc min . awal 55,5 = =52,9 HRC IH /DH min 4 /16 1,05 2) Titik 8/16 HRc min . awal 55,5 = =42,7 HRC IH /DH min 8/16 1,3 3) Titik 12/16 HRc min . awal 55,5 = =35,8 HRC IH /DH min 12/16 1,55 4) Titik 16/16 HRc min . awal 55,5 = =30,8 HRC IH /DH min 16/16 1,8 5) Titik 20/16 HRc min . awal 55,5 = =27,7 HRC IH /DH min 20/16 2 6) Titik 24/16 HRc min . awal 55,5 = =26,4 HRC IH /DH min 24/16 2,1 7) Titik 28/16 HRc min . awal 55,5 = =25,8 HRC IH /DH min 28/16 2,15 8) Titik 32/16 HRc min . awal 55,5 = =24,7 HRC IH /DH min 32/16 2,25



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



32



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Untuk Nilai Maksimum : 1) Posisi 4/16 HRc maks . awal 58 = =58 HRC IH /DH maks 4 /16 1 2) Posisi 8/16 HRc maks . awal 58 = =58 HRC IH /DH maks 8/16 1 3) Posisi 12/16 HRc maks .awal 58 = =HRC IH /DH maks 12/16 1 4) Posisi 16/16 HRc maks. awal 58 = =56,3 HRC IH /Dh maks 16/16 1,03 5) Posisi 20/16 HRc maks . awal 58 = =55,2 HRC IH /DH maks 20/16 1,05 6) Posisi 24/16 HRc maks . awal 58 = =53,7 HRC IH /DH maks 24/16 1,08 7) Posisi 28/16 HRc maks . awal 58 = =57,7 HRC IH /DH maks 28/16 1,1



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



33



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



8) Posisi 32/16 HRc maks .awal 58 = =57,7 HRC IH /DH maks 32/16 1,1 2.



Hardenability Band 70 58 55.5 60 50



58 52.9



58 42.7



40



Kekerasan (HRC)



58 35.8



56.3



55.2



53.7



30.8



27.7



26.4



30



57.7



57.7



25.8



24.7



20 10 0



Posisi (in) Maksimal



Minimal



Grafik



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



34



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Gambar 3.7 Grafik Hardenability Band



Kekerasan Hasil Pengujian 60 51 50 40



46 34.5



32.6



31.5



30



Kekerasan (HRC)



28.4



20 10 0



Posisi (in) Kekerasan



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



35



31.6



28.6



25



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



Gambar 3.8 Grafik Kekerasan Hasil Pengujian



Kekerasan Gabungan 70 58 55.5 60



58 52.9



50 51 40



Kekerasan (HRC)



30



58



58



56.3



55.2



53.7



27.7



26.4 31.6



35.8



46 34.5



32.6



30.8 31.5



28.4



10 0



Minimal



Hasil Pengujian



Gambar 3.9 Grafik Hardenability Bend dan Kekerasan hasil Pengujian



Keterangan :



T (oC) 850



Holding Time



1. 2. 3. 4.



Quenching Air Quenching Oli Normalizing Annealing



Pemanasan



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



57.7



25.8



24.7



42.7



20



Maksimal



57.7



36



28.6



25



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



(1)



(2)



(3)



(4)



Gambar 3.10 Grafik Holding Time



2.6 Analisa dan Pembahasan Pada praktikum kali ini material yang digunakan adalah AISI 4140 dengan komposisi unsur C, Cr, Mn, Mo, Si. Proses pengujian kekerasan dilakukan di 9 (Sembilan) titik pada bagian spesimen yang telah dikikir dan diampelas. 9 titik tersebut yaitu 1/16, 4/16, 8/16, 12/16, 16/16, 20/16, 24/16, 28/16, 32/16. Material yang dipanaskan disuhu 850 oC dan didinginkan menggunakan air dalam metode Jominy Test akan mempunyai perbedaan kekerasan di setiap titik yang telah ditandai. Hal ini disebabkan karena pada metoda Jominy Test bagian yang mengalami pendinginan terlebih dahulu adalah pada bagian bawah spesimen yang berhadapan langsung dengan kran air. Bagian spesimen yang telah dingin akan lebih keras jika dibandingkan dengan bagian atas spesimen yang tidak bersentuhan langsung media pendingin air dan menyebabkan terjadinya proses quenching pada bagian tersebut. Namun secara perlahan laju pendinginan pada spesimen tersebut akan naik keatas menuju ke bagian spesimen yang temperaturnya belum turun sehingga semua bagian pada spesimen tersebut akan mengalami penurunan temperatur. Bagian spesimen di titik 1/16 memiliki kekerasan yang paling tinggi yaitu 51 HRc sedangkan bagian spesimen di titik 32/16 memiliki kekerasan yang paling rendah yaitu 25 HRc. Spesimen ini mempunyai paduan Cr, Mo dan Mn sehingga tidak menyerap panas dengan baik karena setiap unsur pemadu mempunyai konduktivitas panas yang berbeda-beda. Unsur Cr mempunyai kegunaan untuk meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi, meningkatkan sifat mampu mesin dan umur panjang, menambah kekuatan pada temperatur tinggi. Unsur Mo mempunyai



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



37



BAB III SIFAT MAMPU KERAS



lompok 13



kegunaan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan, meningkatkan mampu bentuk, memperlambat proses difusi, mencegah pertumbuhan butir pada temperatur tinggi. Unsur Mn mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kemampuan untuk dikeraskan, meningkatkan keuletan dan kekuatan tarik. Namun pada saat praktikum berlangsung terjadi beberapa kesalahan yaitu pada titik 20/16 yang memiliki nilai kekerasan yang lebih kecil daripada di titik 24/16 yang berada diatas titik 20/16. Kesalahan ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh adanya cipratan air dari material lain yang sedang dilakukan proses pendinginan sehingga menyebabkan bagian spesimen yang terkena cipratan air mengalami proses pengerasan lebih cepat daripada bagian – bagian lain yang berada diatasnya maupun dibawah titik tersebut. 2.7 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilalukan dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Kekerasan spesimen yang dilakukan metoda Jominy Test yaitu pada posisi 1/16 in=51 ; 4/16 in=46 ; 8/16 in=34,5 ; 12/16 in=32,6 ; 16/16 in=31,5 ;20/16 in=28,4 ; 24/16 in=31,6 ; 28/16 in=28,6 ; 32/16 in=25 2. Nilai kekerasan tertinggi berada di titik 1/16 in yaitu 51 dan nilai kekerasan terkecil berada di titik 32/16 in yaitu 25 3. Faktor – faktor yang berpengaruh pada Sifat Mampu Keras adalah laju pendinginan, holding time, jenis spesimen sebagai kunci untuk menentukan temperatur austenisasi dan jarak nozzle dengan ujung bagian bawah spesimen. 4. Spesimen yang mengalami metoda Jominy Test akan memiliki perbedaan sifat fisik maupun sifat mekanik disetiap bagiannya yaitu pada bagian yang kontak langsung dengan nozzle memiliki kekerasan yang tinggi daripada bagian yang tidak



kontak



langsung



dengan



nozzle.



Dan



pada



bagian



tersebut



permukaannya jadi lebih kasar karena akibat poses pendinginan yang cepat. 5. Proses metoda Jominy Test yaitu material yang sudah dibersihkan sebelumnya



dimasukkan kedalam tungku lalu dibakar hingga suhu 850oC. setelah itu di holding time dan spesimen diletakkan di alat Jominy Test untuk selanjutnya diproses pendinginan..



Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A. 2016-2017



38