16 0 688 KB
LAPORAN RESMI ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT “ANALISIS GLIKOSIDA”
DISUSUN OLEH :
Zakiya Shofwanul A. (17134025A) Sufia Wahyu A. (17134028A) Riva Sabrina A.
(17134029A)
Arini Meida Pitaloka (18123397A)
DOSEN : Fransiska Leviana, M.Sc., Apt
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2015
I.
TUJUAN Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa memahami prinsip dan melakukan analisis glikosida. II.
DASAR TEORI Glikosida adalah senyawa tidak mereduksi, yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan
gugus aglikon (genin) dan molekul gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen, jembatan nitrogen, jembatan sulfur, maupun jembatan karbon. Bagian gula ada yang tidak spesifik (misalnya glukosa) dan ada yang spesifik (misalnya digitoksosa, sarmentosa). Molekul gula yang paling sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah β-Dglukosa, tetapi kadang ditemukan pula jens lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa, dan lainlain. Bagian aglikon terdiri dari berbagai macam senyawa yang mengandung gugus fenol, alcohol, aldehid, ketn dan ester. Bila ikatan glikosida terdiri dengan molekul glukosa maka disebut sebagai glukosida sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain 9bukan glikosida) disebut sebagai glikosida. Sifat-sifat Glikosida Karena glikosida mempunyai ikatan dengan gula, maka :
Mudah larut dalam air, yang bersifat netral
Dalam keadaan murni; berbentuk kristal tak berwarna, pahit
Larut dalam alkali encer
Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asam Glikosida gula + non gula
Tidak dapat mereduksi larutan Fehling, tapi setelah dihidrolisa gula dapat mereduksi larutan
Fehling
Dapat dihidrolisa dengan adanya enzim dan air dan asam.
Dalam tanaman, glikosida pada umunya larut dalam air, sedangkan aglikonnya
tidak
larut
dalam
air.
Atas
dasar
aglikonnya
glikosida
dikelompokkan menjadi: a) Glikosida antrakoinon Glikosida
antrakinon,
golongan
glikosida
ini
aglikonnya
adalah
sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol). Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Contoh simplisia yang mengandung glikosida antrakuinon Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).
b) Glikosida Sianogenik Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan gugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan sianogenesis,
yakni
membentuk
glikosida
sianogenik
sebagai
hasil
sampingan reaksi biokimia dalam tanaman . Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi penting
terhadap
kelangsungan
hidup
tanaman
tersebut.
Glikosida
sianogenik berperan sebagai sarana protektif terhadap gangguan predator terutama herbivora. Adanya kerusakan jaringan pada tanaman akibat hewan pemakan tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang mengganggu kelangsungan hewan tersebut. Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida sianogenik berfungsi untuk melindungi kecambah yang masih muda agar tidak dimakan siput dan keong. Contoh simplisia yang mengandung glikosida sianogenik Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Almond (Prunus amygdalus), Shorgum (Shorgum album), Singkong (Manihot esculenta) dari jenis Linamarin, Singkong (Manihot carthaginensis) dari jenis lotaustralin, Stone fruits (Prunus sp.), dan Bambu (Bambusa vulgaris).
c) Glikosinolat Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari beberapa
asam
amino
dan terdapat
secara
umum
pada
Cruciferae
(Brassicaceae). Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok, yakni: (1). glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik (biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin), terbentuk dariasam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3) glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan). Keragaman jenis glukosinolat tergantung pada modifikasi ikatannya dengan gugus lain melalui hidroksilasi, metilasi dan desaturasi. Hidrolilis dari glukosinolat terjadi karena adanya enzim mirosinase, sehingga menghasilkan beberapa
senyawa
beracun
seperti
isotiosianat,
tiosianat,
nitril,
dan
epitionitril.. Contoh simplisia yang mengandung glikosinolat Simplisia yang mengandung glikosinolat adalah tanaman yang termasuk dalam family brassicaceae antara lain kubis, kecamba dan mustard. III.
ALAT DAN BAHAN Alat : corong pisah
Kertas saring
beaker glass
penangas air
Erlenmeyer
tabung reaksi
Cawan porselen
pipa kapiler
Bahan : Daun singkong
Rhei Radix
petroleum eter
HCN
Dau Jambu bijji
Eter
HCl pekat
aquadest
Daun seledri
NaOH
etanol 96%
kloroform
Kulit jeruk
KOH
asam borat
metanol
Tempuyung
FeCl3 2%
asam oksalat
n-butanol
Orthosipon folium
HCl 2N
aseton
Pb-asetat 25%
Lerak
logam Zn
asam sitrat
NaOH 2%
akar manis
Logam Mg
toluen
asam formiat
etil asetat
IV.
CARA KERJA 1. Analisis glikosida antrakuinon bebas a. Identifikasi antrakuinon bebas sebanyak 1 g serbuk direndam dalam 50ml air panas selama 5 menit. lalu disaring selagi masih panas. Filtrat didinginkan. Filtrat ini kemudian disari dengan 3x 10ml eter. Kumpulkan sari eter, cuci dengan 5ml air, selanjutnya sari eter dengan larutan ammonia, NaOH, atau KOH. Timbunya warna merah muda pada lapisan ammonia, NaOH, KOH menunjukkan adanya antrakuinon bebas. lakukan pengujian pada sari air sisa
b. Identifikasi adanya antrakuinon yang terikat sebagai glikosida
Sari air pada percobaan (a) ditambahkan FeCl 3 2% dan HCl 2N (2:1) kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit. lalu disaring selagi masih panas, Filtrat didinginkan. Filtrat ini kemudian dusari dengan 3x 10ml eter. Kumpulkan sari eter, cuci dengan 5ml air. Selanjutnya sari eter direaksikan dengan larutan ammonia, NaOH, atau KOH. Adanya antrakuinon bebeas berasal dari hasil hidrolisis glikosida antrakuinon.
c. pemeriksaan secara KLT Larutan percobaan : 0,5 g serbuk dicampur dengan 5ml methanol lalu dipanaskan 5 menit, saring Fase diam
: silika gel GF 254
Fas gerak
: etil asetat : methanol : air (100:16,5:13,3)
Deteksi sesudah disemprot
: UV 254 nm, UV 366nm sebelum dan KOH 10% dalam metanol
2. Analisis glikosida flavonoid a. Pembuatan larutan percobaan 0,5 gram serbuk disari dengan 10ml methanol selama 10 menit diatas penangas air. Encerkan filtrate dengan 10ml air dan pindahkan ke corong pisah dengan 5ml petroleum eter, lalu dikocok. Pisahkan fase methanol. uapkan fase methanol hingga kering. residu dilarutkan dalam etil asetat.
b. Uji glikosida 3-flavonol 1ml larutan percobaan diuapkan hingga kering. sisa dilarutkan dalam 2ml etanol 95% dan tambahkan logam zn, 2ml HCl 2N, diamkan selama 1 menit. Tambah HCl pekat, tunggu 3 menit hingga warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol
c. Uji shinoda 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1ml etanol 95% dan tambah logam Mg,dan 10ml HCl pekat.Jika warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid, jika kuning adanya flavon, kalkon, auron. Tambahkan amil alcohol dan kocok kuat-kuat lalu biarkan memisah. Amati warna yang terjadi
d. Reaksi Taubeck 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dibasahi aseton. tambah asam borat dan asam oksalat. Panasakan diatas penangas. Tambah eter lalu diamati dibawah UV 366 nm, amati warna yang terjadi
e. Reaksi Wilson 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dibasahi aseton. tambah asam borat dan asam sitrat. Panasakan diatas penangas. Tambah eter lalu diamati warna yang terjadi kuning tetapi bukan fluoresensi.
f. Reaksi lain 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 2ml etanol 96%. Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi berikut dan amati warna endapan yang terjadi Larutan FeCl3 dalam air Larutan Pb-asetat 255 dalam air Amonia atau larutan NaOH 0,2 N
g. Identifikasi kromatografi
laruta percobaan : 1 gram serbuk disari dengan 10 ml methanol selama 5 menit. dinginkan dan saring. Jika sampelnya Orthosiphonis folium penyarian dilakukan dengan 10ml diklomertana dengan penggojokan. Bagian penyari yang jernih ditotolkan Fase diam
: Silika gel GF 254
Fase gerak Etil asetat : asam formiat : air (10:2:3) Deteksi : UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi ammonia dan sitroborat
3. Analisis glikosida saponin a.Uji Buih 10 ml air suling panas kedalam tabung reaksi yang berisi 100mg serbuk sampel, tutup dan kocok selama 30 detik. Biarkan dalam posisi tegak selama 30 menit. Uji positif terbentuk buih setinggi 3 cm dari permukaan cairan yang tidak hilang jika ditambah HCl 2 N
b. Uji Kapiler Filtrat air pada uji buih kedalam pipa kapiler penuh-penuh. Kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas. Tinggi cairan yang tertinggal dibandingkan dengan tinggi air suling yang diperlukan sama.
c. Uji hemolisa Campur 0,5 g dengan dapar fosfat pH 7,4 panaskan, lalu disaring. Ambil 1 ml filtrate lalu campur dengan 1ml suspense darah. Diamkan selama 30 menit, terjadi hemolisa total menunjukkan adanya saponin Larutan percobaan : 1-3 gram serbuk disari dengan 10ml petroleum eter, panaskan 500C selama 5menit saring.lalu serbuk disari dengan 10ml campuran methanol-air 50 0C selama d. Pemeriksaan KLT (1:1), panaskan 5menit, totolkan Fase diam
: Silika gel GF 254
Fase gerak
: Kloroform : methanol : air (64:50:10)
Deteksi kuning)
: anisaldehid sam sulfat ( biru ungu Lieberman Burchard (merah coklat)
V.
DATA DAN HASIL PERCOBAAN
1. Analisis glikosida antrakuinon a. Identifikasi antrakuinon bebas. Rhei radix + NaOH
merah bata
positif antrakuinon bebas.
b. Identifikasi adanya antrakuinon yan terikat sebagai glikosida. Rhei radix + NaOH
merah bata
positif antrakuinon.
c. Pemeriksaan secara KLT Fase gerak
: etil asetat : methanol : air ( 100 : 16,5 : 13,5 )
Fase diam
: silica gel GF 254
Pereaksi Pendeteksi : UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah di Semprot KOH 10 % dalam methanol.
Gambar
Kode
Kromatogram
bercak
Rf
Warna noda visual
UV 254nm
UV 366nm
pereaksi
S = sari sampel
4,8/6 = 0,8
Merah orange
Kuning
E = fase eter
5/6 = 0,83
kuning
kuning
Merah orange
KOH
metanolik. kuning
KOH
Identifikasi kromatografi glikosida flavonoid Fase gerak
: etil asetat : asam formiat : air ( 10 : 2 : 3 )
Fase diam
: silica gel GF 254
Pereaksi Pendeteksi
: UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah di uapi ammonia dan sitroborat.
Kode bercak
Rf
Warna noda visual
Kromatogram
UV 254nm
UV
pereaksi
366nm
uap ammonia +
A = daun jambu biji B= Tempuyung C = Kulit jeruk
10%
metanolik.
2. Analisis glikosida flavonoid
Gambar
10%
3,8/8 = 0,48 -
Kuning kecoklatan -
Ungu
7/8 = 0,88
Kuning kecoklatan
Ungu
Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Ungu
D = Singkong 7,5/8 = 0,9 3,4/8 = 0,4 E= Seledri 7,4/8 = 0,9 3,4/8 = F= Kumis 0,4 kucing 7,4/8 = 0,9 1,9/8 =
sitroborat -
-
Ungu Ungu
- Hijau - Kuning kecoklatan
Ungu Ungu
-tak berwarna -hijau
Ungu
-
R= Rutin Q= Quarcetin
Sampe l
Daun ketela
Kulit jeruk
Uji glikosid a 3flavonol Positif = Berubah warna dari merah ke putih. Positif = Berubah warna dari merah ke kuning jernih
Uji Shianoda
0,2 7,4/8 = 0,9 2,8/8 = 0,35.
Coklat coklat
Reaksi Taubeck
Ungu
-
Ungu
-
Reaksi Wilson
+FeCl3
+Pbasetat
Amonia / NaOH
Warna merah kecoklatan
Positif = fluoresensi kuning.
Positif = kuning.
Positif = keruh.
Positif = keruh
Positif = keruh.
Kuning
Positif = fluoresensi kuning.
Positif = kuning kehijauan .
Negativ e= jernih. Hitam
Negativ e= jernih. kuning
Negative = jernih. orange
3. Analisis glikosida saponin Sampel
Uji buih
Uji kapiler
Lerak
-
-
Terdapat buih yang tidak hilang setelah di tambah HCl. Positif saponin. Tinggi buih 3,5cm
Tinggi cairaan uji lebih kecil dari tinggi air suling. Adanya saponin di perhitungkan. Tingi blagko 3,2cm Tinggi air buih 2,7cm
Pemeriksaan secara KLT Fase gerak
: kloroform : methanol : air (64:50:10)
Fase diam
: silica gel GF 254.
Pereaksi Pendeteksi
: anisaldehid dan Lieberman burchad.
Gambar
Kode
Kromatogram
bercak
Rf
Warna noda visual
UV 254nm
UV 366nm
pereaksi anisaldehid dan lieberman
1. Kayu
-
-
-
-
-
manis
S= sampel
-
-
-
-
-
2. Lerak
S= sampel
VI.
PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan analisis glikosida. Tujuan dari analisis ini yaitu agar praktikan dapat memahami prinsip dan melakukan analisis glikosida. Dalam analisis ini di lakukan 3 macam analisis glikosida dengan sampel yang berbeda yaitu
analisis glikosida antrakuinon, analisis glikosida flavonoid, dan analisis glikosida saponin. Untuk analisis glikosida antrakuinon, dilakukan identifikasi antrakuinon bebas, identifikasi adanya antrakuinon yang terikat sebagai glikosida, dan pemeriksaan secara KLT. Pengujian glikosida antrakinon pada Rhei radix dengan cara ekstraksi dengan air panas dan disaring saat panas untuk mengambil glikon dan aglikonnya. Identifikasi antrakuinon bebas dilakukan dengan menggunakan sari eter. Dalam sari eter ini terkandung aglikon. Sari eter ditambahkan larutan NaOH. Penambahan basa (NaOH) dengan aglikon (asam) akan menghasilkan garam yang akan menunjukkan warna merah. Hasil ini menunjukkan Rhei radix positif mengandung antrakinonon bebas. Identifikasi antrakinon yag terikat glikosida dilakukan dengan menggunakan sari eter. Kebanyakan yang ada di dalam adalah antrakinon C glllikosida yang sulit dihidrolisis. Hidrolisis ini dapat dilakukan dengan menambahkan FeCl 3 sehingga dapat mereduksi C tersebut, selanjutnya dengan ekstraksi dengan eter maka antrakinon akan tertarik sehingga dapat dianalisis. Perubahan warna pada reaksi dengan FeCl3 menunjukkan adanya senyawa fenolik yang teroksidasi. Oksidasi fenolik oleh feri klorida dijelaskan dengan persamaan reaksi berikut : Dengan penambahan NaOH maka antrakinon akan membentuk garam yang ditunjukkan dengan warna merah. Hasil ini menunjukkan Rhei radix positif mengandung antrakinonon yang terikat glikosida. Selanjutnya untuk identifikasi secara KLT pada sari metanol, fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat : methanol : air (100:16,5 : 13,5) dan fase diamnya berupa silica gel GF 254. Cara identifikasinya dengan menotolkan fase eter yang di peroleh pada ekstraksi pertama kali dan fase eter dari sari air, sai ekstraksi, dan baku rutin dan sari yang di peroleh ke lempeng KLT. Kemudian di lakukan elusi dan di deteksi pada UV 254 nm dan UV 366 nm sebelum dan sesudah di semprot KOH 10% dalam methanol. Dari hasil yang diperoleh setelah di elusi, di peroleh noda yang sejajar antara sari sampel dan fase eter dengan Rf untuk fase eter = 0,8 sedangkan sari sampel = 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa sari sampel mengandung antrakuinon. Selanjutnya di deteksi dengan UV 254 warna noda untuk fase eter dan sari yaitu kuning. Untuk deteksi UV 366, warna noda yang di peroleh pada fase eter yaitu kuning sedangkan pada sari sampel yaitu merah orange. Warna noda bercak secara visual sama dengan warna noda UV 366. Glikosida flavonoid adalah senyawa polar yang terdapat dalam daun ketela pohon. Dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air, sehingga glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air dan flavonoid dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi. Ekstrak daun singkong dan kulit jeruk diperoleh dengan memanaskan serbuk yang telah dilarutkan pada methanol, selagi panas sari kemudian disaring. Kemudian
setelah diencerkan dengan air kemudian diekstraksi dengan PE. Fase PE kemudian dikeringkan dan dilarutkan dalam etil asetat. Uji glikosida 3 flavonol dilakukan dengan penambahan logam Zn/HCl. Logam Zn dapat mereduksi sehingga menunjukkan perubahan warna. Tiap partikel senyawa fenolik yang teroksidasi oleh Zink klorida. Pada pengujian ini daun singkong terbentuk warna dari merah ke putih sehingga mengandun glikosida flavonoid Dan kulit jeruk terbentuk warna dari merah ke kuning jernih sehingga mengandung glikosida flavonoid. Uji shinoda dengan menambahkan logam Mg dan HCl pekat. Logam Mg akan mereduksi sehingga akan menunjukkan perubahan warna. Tiap partikel senyawa fenolik yang teroksidasi oleh magnesium klorida. Pada daun singkong menunjukkan warna merah kecoklatan Dan kulit jeruk menunjukkan warna kuning sehingga dari hasil ini dinyatakan positif mengandung flavonoid untuk daun singkong dan flavon, kalkon, auron pada kulit jeruk. Uji taubeck dilakukan dengan menambahkan asam borat dan asam oksalat dan sedikit pemanasan. Kemudian ditambahkan eter pada sisanya. Karena oksalatborat akan mengakibatkan terbentuknya kompleks oksalo-borat yang akan menunjukkan adanya serapan pada UV 366. Hasil positif akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning pada UV 366. Dari hasil diketahui bahwa daun singkong dan kulit jeruk menunjukkan floresensi pada UV 366 berwarna kuing-hijau. Reaksi Wilson dilakukan dengan menambahkan asam borat dan asam sitrat dan sedikit aseton dan pemanasan. Karena sitrat-borat akan mengakibatkan terbentuknya kompleks yang akan menunjukkan adanya perubaha menjadi warna kuning tetapi tidak fluoresensi. Dari hasil diketahui bahwa daun singkong dan kulit jeruk menunjukkan positif mengandung flavonoid. Reaksi lain yaitu dengan adanya pengendapan dengan larutan FeCl 3 dalam air, larutan Pb-asetat 25% dalam air, dan larutan amoniak atau NaOH 0,2N. dari hasil diketahui bahwa daun singkong positif mengandung flavonoid karena saat ditambahkan FeCl3, Pb asetat, dan amoniak berwarna keruh. Pada jeruk terbentuk warna hitam (dengan FeCl3), kuning bening (Pb asetat), dan amoniak (orange bening). Uji KLT sari methanol dilakukan dengan fase diam silica gel GF 254 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : air (10:2:3) kemudian dilihat pada UV 254, 366 sebelum dan sesudah diuapi ammonia dan sitrobrat. Hasil KLT menunjukkan pada UV 254 semua sampel menunjukkan warna ungu. Hal ini menandakan sampel positif mengandung rutin dan quercetin. Analisis glikosida saponin dilakukan pada lerak. Uji buih dilakukan dengan sari air yang kemudian dikocok 30 detik dan didiamkan 30 menit, selanjutnya ditambah dengan HCl 2N. apabila buih tidak hilang dan tinggi buih kurang lebih 3cm maka hasilnya positif. Pada uji ini buig lerak yang terbentuk setelah ditambahkan dengan HCl adalah 3,5cm sehingga positif mengandung saponin.
Uji pipa kapiler dilakukan dengan filtrat air buih yang diisi penuh pada kapiler dan dibiarkan mengalir bebas kemudian dibandingkan dengan tinggi air suling pada kapiler. Hasil positif apabila tinggi cairan separo atau kurang dari tinggi air suling maka mengandung saponin. Hasil uji pipa kapiler yang diisi air suling adalah 3,2, dan tinggi air busa adalah 2,7cm. sehingga hasilnya positif. Pemeriksaan KLT dengan mengekstraksi dengan PE yang dipanaskan. Ekstrak kering kemudian dilarutkan dengan methanol air (1:1) dan dipanaskan 50 oC selama 5 menit. Fase diam adalah silica gel GF 254 dan fase gerak kloroform : methanol :air (64:50:10). Deteksi dengan anisaldehid asam sulfat (biru, ungu, kuning) dan Lieberman burchard ( merah coklat). Hasil KLT menunjukkan
VII.
KESIMPULAN Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa Rhei radix mengandung glikosida antrakinon, daun ketela dan kulit jeruk mengandung glikosida flavonoid (glikosida 3 flavonol, shinoda, taubeck, Wilson, pengendapan), dan lerak mengandung glikosida sapoin.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didik 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.Penebar
Swadaya. Petunjuk Praktikum Analisis Kandungan Tumbuhan Obat, Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi Surakarta.
http://alfiraahmadsipaf2pharmacysowhatz.blogspot.com/2013/10/makalahfarmakognosi.html