Laporan Sistem Pertanian Organik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pertanian secara organik dikenal dengan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Pertanian organik tidak lagi berorientasi pada tingginya produksi,tetapi dengan pertanian organik tersebut nantinya produksi secara berkesinambungan dapat meningkat dengan tetap menjaga lahan, dan kualitaskelestarian lingkungan serta menghasilkan produk yang aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi. Pertanian organik secara luas ialah sistem produksi pertanian menggunakan bahan alami, dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia (Winarno, 2002). Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements (2002) dalam kementrian 2010 pertanian organik sebagai kegiatan usahatani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai pengolahan hasil yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami, sehingga menghasilkan produk yang dinilai lebih sehat dan bergizi (bbsdlp.litbang.deptan.go.id). Dalam mendukung pengembangan pertanian organik, pemerintah juga berupaya dengan adanya “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik di dunia. Pertanian organik merupakan sebuah sistem budidaya yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia buatan baik dari pupuk kimia maupun pestisida kimia dengan kata lain, pertanian organik hanya mengandalkan bahan-bahan alami dalam proses produksinya. Negara Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk dijadikan pengembangan pertanian organik, komoditas yang bisa dikembangkan di Indonesia seperti tanaman holtikultura sayuran dan buah, tanaman pangan serta tanaman perkebunan (AOI, 2016). Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanaman yang berasaskan daur ulang hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Dari definisi ini dapat



dinyatakan bahwa sistem pertanian organik harus memelihara agroekosistem, dan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia (Sutanto, 2002). Di Indonesia, pertanian organik mulai berkembang pada tahun 1997, pertanian organik timbul akibat dampak negatif dari revolusi hijau. Revolusi hijau merupakan upaya peningkatan produksi pangan melalui usaha pengembangan teknologi pertanian yang meliputi penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia, mekanisasi pertanian, dan penyuluhan pertanian secara massal (Sriyanto, 2010). Revolusi hijau menjadikan Indonesia mampu swasembada beras pada tahun 1984. Diluar peningkatan hasil pertanian tersebut, revolusi hijau mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dan tak terkendali. Hal inilah yang membuat pertanian organik mulai berkembang di Indonesia (Isnaini, 2006). Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian tanpa menggunakan bahanbahan kimia.Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan.Pertanian organik diusahakan memberi keuntungan yang cukup besar kepada pembangunan pertanian rakyat.Hal ini disebabkan karena harga jual dari produk pertanian organik lebih tinggi dan juga dalam hal konservasi sumber daya lahan dan lingkungan. Salah satu produk dari pertanian organik yang banyak dikembangkan yaitu berbagai macam jenis sayuran.Sayuran organik diperoleh dari hasil budidaya secara organik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, seperti pupuk kimia, pestisida, herbisida, insektisida, dan bahan kimia lainnya.Jadi pembudidayaannya hanya digunakan pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang.Selain itu, bibit sayuran organik juga tidak boleh berasal dari rekayasa genetik, kecuali bibit unggul dari hasil persilangan biologis atau hasil manipulasi genetik dengan menggunakan selective breeding.



Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan yang cukup bagi para penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku industri dan ekspor, meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani melalui penyediaan kesempatan kerja dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi penting dari sektor pertanian adalah menghasilkan pangan yang cukup dan berkualitas bagi seluruh penduduk. Pencapaian dalam hal ini akan memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel R Djamali, 2000: 2). B.Tujuan Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam bidang



pertanian,



Memasyarakatkan



kembali



budidaya



organik



yang



sangat bermanfaat dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga menunjang kegiatan budidaya pertanian berkelanjutan, Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida dan pupuk, serta bahan kimia pertanian lainnya, Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan. C.Manfaat Menghasilkan makanan yang aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat, Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, karena pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia sintetis.. Pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kompos 2.1 Limbah Kota Kompos merupakan materi organik sederhana yang relatif stabil menyerupai humus sebagai hasil dari penguraian (dekomposisi) materi organik yang kompleks oleh konsorsium mikroorganisme dalam kondisi aerob dan termofilik yang terkendali (Sahwan, F.L, 2010) Parameter utama yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses komposting yang baik adalah rasio C/N, kadar air, konsentrasi oksigen, ukuran partikel, suhu, pH dan ketersediaan konsorsium mikroorganisme. Faktor-faktor tersebut perlu dibahas satu persatu dikaitkan dengan sifat dan karakteristik sampah kota (Sahwan, F.L, 2010) Proses pengomposan merupakan proses aerob. Paling sedikit 50 % konsentrasi oksigen yang ada di udara dapat mencapai seluruh bagian materi yang dikomposkan. Untuk itu aerasi dari materi yang dikomposkan harus baik, dan hal tersebut bisa dicapai apabila ukuran bahan baku berkisar antara 2,5-7,5. Secara umum, sampah kota sudah memiliki ukuran tersebut. Untuk sampah kota yang memiliki ukuran terlalu besar, misalnya daun-daun yang lebar, ranting pohon, kayu dan lain-lain, perlu dilakukan pencacahan atau pengecilan ukuran terlebih dahulu (Sahwan, F.L, 2010) Proses komposting merupakan proses dekomposisi secara biologis oleh konsorsium mikroorganisme. Oleh karena itu konsorsium mikroba merupakan mesin utama dalam proses dekomposisi, sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Keberadaan konsorsium mikroba dalam sampah kota sudah berlimpah dan tidak perlu dirisaukan lagi. Untuk itu penambahan mikroba khusus dari luar menjadi tidak diperlukan (Sahwan, F.L, 2010).



2.2 Limbah Hijau Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996). Sampah yang ada diarea green campus, mayoritas adalah sampah daun (sampah organik). Kebermanfaatan sampah daun sangat tinggi. Hal ini dibenarkan oleh penelitian mengenai sampah pernah dilakukan oleh Sulistyorini (2005) yang menyatakan bahwa sampah dari sayuran termasuk daun-daunan sangat bagus hasilnya apabila dibuat menjadi kompos organik. Kompos daun ini akan sangat bagus digunakan kembali untuk menyuburkan tanah pertanian. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Arief Budiharjo (2006) yang menyatakan bahwa ada 7 komponen sampah yang akan sangat bermanfaat untuk dijadikan kompos apabila ada penambahan EM4. Hal ini juga diperkuat dengan penelitiannya Herawati dan Wibawa (2010) yang memanfaatkan sampah sayur sawi hijau menjadi bahan tambahan pembuatan biogas.



B.Tricoderma Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis cendawan yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali patogen tanah. Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran tanaman. Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agens hayati. Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agens hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya (Wahyuno et al., 2009). Purwantisari (2009), mengatakan bahwa Trichoderma sp. merupakan cendawan parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan lain. Kemampuan dari Trichoderma sp. ini yaitu mampu memarasit cendawan patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan cendawan lain. Mekanisme yang dilakukan oleh agens antagonis Trichoderma sp. terhadap patogen adalah mikoparasit dan antibiosis selain itu cendawan Trichoderma sp. juga memiliki beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, cendawan ini juga memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman (Arwiyanto, 2003). Selain itu, mekanisme yang terjadi di dalam tanah oleh aktivitas Trichoderma sp. yaitu kompetitor baik ruang maupun nutrisi, dan sebagai mikoparasit sehingga mampu menekan aktivitas patogen tular tanah (Sudantha et al., 2011). Kemampuan masing-masing spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan cendawan patogen berbeda-beda, hal ini dikarenakan morfologi dan fisiologinya berbeda-beda (Widyastuti, 2006).



C.EM4 Effective Microorganism4 (EM4) merupakan mikroorganisme (bakteri) pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik (Maman Suparman, 1994:3). Effective Microorganism4 (EM4) berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, di antaranya bakteri fotositetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes sp. dan ragi (Redaksi AgroMedia, 2007:33). EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman (Maman Suparman, 1994:3). Kompos yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos anorganik yang berasal dari zat zat kimia. Kompos ini mengandung zat-zat yang tidak dimiliki



oleh pupuk



anorganik yang baik bagi tanaman. Effective Microorganism4 (EM4) adalah suatu larutan kultur (biakan) dari mikroorganisme yang hidup secara alami di tanah yang subur serta bermanfaat untuk peningkatan produksi (Maman, 1994:4). Menurut Maman Suparman (1994:3), Effective Microorganism4 (EM4) dapat ditambahkan dalam pengomposan sampah organik karena ia dapat mempercepat proses pengomposan. Effective Microorganism4 (EM4) diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman (Maman Suparman, 1994:3). Selain itu, Effective Microorganism4 (EM4) dapat digunakan untuk mempercepat dekomposisi sampah organik juga dapat meningkatkan pertumbuhan serta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman (Maman Suparman, 1994: 3).



BAB III METODE PRAKTIKUM A.Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal April 2019 sampai 13 Mei 2019 di Lahan Atas Kebun Percobaan Pertanian di Fakultas Pertania, Universitas Andalas , Padang Sumatra Barat. B.Alat dan Bahan Alat yang digunakan saat praktikum adalah cangkul, sabit dan ember. Bahan yang digunakan saat praktikum adalah sisa daun tanaman, sampah kota, tricoderma, dan EM4. C.Cara Kerja 3.1 Limbah Hijau Menggunakan EM4 EM4 yang sudah anda beli tidak langsung di berikan kepada bahan kompos, namun anda harus menambahkan gula sebagai campuran. Gula ini berfungsi sebagai makanan mikroorganisme yang akan melapukan bahan organik. Anda cukup menambahkan 20 ml larutan EM4 kemudian 10 gr gula pasir dan air bersih 1000 ml di dalam jerigen. Jerigen yang sudah berbentuk bahan di dalamnya membutuhkan fermentasi selama 24 jam kocok jerigen sampai merata, kemudian larutan yang anda buat tadi siap di aplikasikan kepada bahan. Sebenarnya anda bisa memasukan EM4 langsung ke tong yang berisi bahan organik, namun disini banyak sedikitnya jumlah mikroba atau mikroorganisme yang akan mengurai bahan kompos sangat berpengaruh tarhadap waktu dan kualitas kompos yang dibuat. Sampah dapur dipotong kecil-kecil, kemudian masukan ke dalam tong plastik. Campur dengan daun kering dengan perbandingan 1:1. Lalu aduk dan tambahkan larutan EM4 yang sudah dioplos tadi. Kemudian tahap selanjutnya memisahkan jenis sampah, pilih lah sampah berjenis organik usahakan jangan tercampur dengan bahan sampah non – organik,



semakin kecil ukuran sampah semakin cepat proses pembusukan. Pembuatan kompos menggunakan EM4 sangat mudah sekali di lakukan, hanya sajah dengan cara ini mungkin bagi sebagian orang tergolong memakan waktu karena proses setengah bulan. Proses pengomposan bisa secara terus menerus dengan cara ditambahkan bahan organik kedalam tong di atasnya, kemudian aduk setiap tiga hari sekali, tujuanya di aduk adalah memasukan oksigen kedalam larutan kompos dan menurunkan panas yang di akibatkan proses pengoposan. Kompos yang sudah jadi di tandai dengan aroma yang tidak bau dan warna cairan kehitaman atau berwarna coklat. Keadaan suhu tidak tinggi atau kondisi dingin artinya kompos sudah siap di berikan kepada tanaman. Pada dasarnya organik sangat lama namun jika di bandingkan dengan proses pengomposan yang lain EM4 lebih tergolong cepat. 3.2 Limbah Kota Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik. Sampah organiklah yang nantinya akan digunakan sebagai pupuk kompos. Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos. Jangan lupa bahwa terpal harus dilengkapi dengan penutup agar pupuk yang dibuat tidak akan terkontaminasi. Masukkan tanah secukupnya ke dalam terpal yang telah diisi dengan sampah organik. Ketebalannya bisa Anda sesuaikan dengan wadah dan banyaknya sampah organic. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya. Masukkan sampah organik yang sudah disiapkan ke dalam terpal. Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah. Masukkan lagi tanah ke dalam terpal. Kali ini tanah berperan sebagai penutup sampah. Pastikan tanah disimpan dengan merata dan menutupi sampah organik dan siram dengan air. Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu. Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air hujan dan hewan. Pastikan juga wadah tak terkena paparan sinar matahari.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Hasil dari praktikum ini berbentuk data gambar yang dilampirkan pada lampiran dokumentasi. B.Pembahasan EM4 sangat bermanfaat untuk menghilangkan bau pada limbah dan mempercepat pengolahan limbah. EM4 dapat digunakan untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan limbah secara tradisional. Bahan yang telah dicacah tadi dicampur dengan kotoran sapi dan kotoran kambing, dan disemprot rata dengan larutan EM4 untuk membantu mempercepat proses pengomposan, diatur kelembabannya, apabila terlalu kering maka perlu disiram/ditambahkan air. Setelah rata ditambahkan abu dapur untuk menetralisasi pH serta menambah unsur hara Ca, K dan Mg. Ditambahkan pula larutan gula sebagai makanan organisme sehingga dapat mempercepat pengomposan pula. Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Kompos sendiri dapat dibuat dari bahan-bahan organik seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa pertanian seperti hasil pangksasn sisa tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum), jerami padi, sampah kota, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-hijauan, dan limbah industri.



Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan. Sifat khusus dari pupuk organik antara lain kandungan hara rendah dan sangat beragam, pelepasan hara terjadi secara lambat, penyediaan hara dengan jumlah terbatas. Keunggulan dalam pemanfaatan pupuk organik antara lain adalah perbaikan pada sifat fisik tanah, perkayaan kandungan kimiawi tanah lebih berimbang, meningkatkan biodiversitas kehidupan biologi tanah, dan aman bagi lingkungan. Walaupun demikian pupuk organik juga memiliki kelemahan antara lain memerlukan jumlah besar bagi satu musim tanaman, jumlah dan jenis hara sangat beragam, voluminous/bulky dalam transportasi dan dosisi lapangan, berdampak negatif jika diberikan belum matang benar. Kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitamhitaman dan tidak berbau busuk, berstruktur remah dan gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk, menyusut dan tidak menggumpal), mempunyai kandungan C/N rasio rendah. Dibawah 20, tidak berbau ( kalau berbau, baunya seperti tanah ), suhu ruangan kurang lebih 30ºC, kelembapan dibawah 40 %. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.



BAB V PENUTUP A.Kesimpulan Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan. B.Saran Sebaiknya untuk praktikum berikutnya, praktikum lebih intensif dan jadwal yang jelas sehingga praktikan dan asisten bias melaksanakan praktikum tepat waktu dan mendapatkan hasil pupuk kompos yang baik. C.Pesan dan Kesan 5.1 Pesan Pesannya yaitu saya berharap ilmu pengetahuan dan laporan ini akan berguna bagi penulis dan bagi orang yang membacanya, sehingga dapat menerapkan dan mengaplikasikan dalam kegiatan pertanian umtuk pertanian organik. 5.2 Kesan Terimakasih kepada asisten yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu kami dalam melaksanakan praktikum sistem pertanian organik ini. Kemudian terimakasih juga kepada teman – teman yang telah membantu dalam melaksanakan praktikum ini.



DAFTAR PUSTAKA Arwiyanto T. 2003. Pengendalian hayati penyakit layu bakteri tembakau. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 3(1): 54-60. Arief Budiharjo, Muhammad. 2006. Studi Pengomposan Sampah Kota Sebagai Salah Satu Alternatif Pengelolaan Sampah Di TPA Dengan Menggunakan Aktivator EM4 (Effective Microorganism). Jurnal PRESIPITASI. Vol 1, No 1, p.25-30. Maman Suparman, 1994, EM4 Mikroorganisma Yang Efektif, Sukabumi: KTNA. Redaksi AgroMedia, 2007, Petunjuk Pemupukan, Jakarta: AgroMedia Pustaka Sudantha IM, Kesratarta I, Sudana. 2011. Uji antagonisme beberapa jenis jamur saprofit terhadap Fusarium oxysporum f. sp. cubense penyebab penyakit layu pada tanaman pisang serta potensinya sebagai agens pengurai serasah. UNRAM, NTB. Jurnal Agroteksos 21 (2): 2-3. Wahyuno D, Manohara D, dan Mulya K. 2009. Peranan bahan organik pada pertumbuhan dan daya antagonisme Trichoderma harzianum dan pengaruhnya terhadap P. capsici. pada tanaman lada. Jurnal Fitopatologi Indonesia 7: 76−82. Widyastuti SM, Sumardi, Irfa dan Harjono, 2006. Aktivitas penghambatan Trichoderma spp. terformulasi terhadap jamur patogen tular tanah secara in-vitro. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 8: 27-39.



LAMPIRAN A.Dokumentasi GAMBAR



KETERANGAN Pengamatan terakhir dalam praktikum. Saat membalikkan pupuk kompos lembah hijau.