Laprak Dan Lapsem Benvica Regita Cahyani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENALAN MIKROSKOP DAN PENGAMATAN SEL TUMBUHAN (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI



Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



3



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



4



BAHAN DAN METODE.....................................................................



10



Waktu dan Tempat....................................................................



10



Alat dan Bahan..........................................................................



10



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



10 10



Prosedur Kerja..........................................................................



11



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



13



Hasil..........................................................................................



13



Pembahasan...............................................................................



16



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



19



Kesimpulan ..............................................................................



19



Saran .........................................................................................



19



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



20



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



1. Hasil Pengamatan Bagian-Bagian Mikroskop..........................



13



2. Hasil Pengamatan Bagian-Bagian Sel......................................



15



PENDAHULUAN



Latar Belakang



Tubuh mahluk hidup tersusun mulai dari struktur-struktur yang sangat kecil sampai struktur yang sangat besar atau kompleks. Struktur yang lebih besar akan sangat mudah diamati oleh mata secara langsung, bahkan tanpa menggunakan alat bantu. Akan tetapi bagi struktur benda atau objek yang lebih kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti sel dan jaringan pada mahluk hidup membutuhkan alat bantu untuk dapat mengamatinya. Karena keterbatasan penglihatan manusia inilah yang menjadi dorongan para ilmuwan untuk mencari alat yang bisa digunakan untuk mempermudah mengamati bagian tubuh mahluk hidup yang sangat kecil itu yang dikenal dengan mikroskop. Mikroskop awalnya dibuat tahun 1590 oleh Zaccharis Janssen dan Hans, seorang tukang kacamata dari Belanda. Selanjutnya pada tahun 1610, Galileo, seorang ahli fisika modern dan astronomi menggunakan mikroskop untuk mengamati gejala alam. Beberapa tahun kemudian Antonie van Leuwenhoek dari Belanda membuat mikroskop dengan satu lensa yang dapat membesarkan objek yang diamati sampai 300 kali. Tahun 1663 Robert Hooke, ilmuan Inggris meneliti serangga dan tumbuhan dengan mikroskop. Ia menemukan sesl-sel kecil gabus. Antony Van Leuwenhoek orang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi (Suparti, 2010). Penemu kuman, Antony van Leeuwenhoek, lahir di Delft, Belanda. Dia berasal dari keluarga kalangan kelas menengah dan menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai pegawai pemerintah. Penemuan besar Leeuwenhoek yang besar tak lain akibat hobinya memicingkan mata lewat kaca mikroskop sendiri. Leeuwenhoek membuat mikroskopnya sendiri.



Beliau sama sekali bukan



penggosok lensa profesional dan tidak pernah menerima pelatihan khusus di bidang itu. Namun demikian, keahlian yang dikembangkan amat luar biasa, jauh melampaui kebiasaan para professional pada saat itu (Suparti, 2010).



2



Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga



mikroskop



memberikan



kontribusi



penting



dalam



penemuan



mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Pramesti, 2000). Penggunaan alat bantu pengamatan seperti mikroskop menjadi sangat penting dalam kegiatan praktikum Biologi. Pengamatan langsung terhadap objek asli, misalnya sel, bakteri, atau jamur uniseluler, merupakan solusi untuk mengkonkretkan pemahaman siswa terhadap objek tersebut serta memberikan pengalaman blajar yang lebih bermakna (Trisnayanti, 2010). Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk dapat menciptakan suatu gambar diperbesar dari sebuah benda (atau spesimen) yang diproyeksikan ke retina mata maupun ke perangkat pencitraan lainnya (Murphy, 2001). Pada percobaan kali ini, akan dijelaskan secara detail tentang sejarah penggunaan mikroskop, bagian-bagian dari mikroskop pada umumnya serta untuk memfasilitasi fungsi metabolik yang spesifik (Campbell et al., 2010) Sel merupakan unit dasar dari suatu kehidupan, dan tidak dijumpai dalam kehidupan unit-unit yang lebih kecil dari sel. Oraganisme dapat terdiri satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler). Organisme uniseluler melakukan semua aktivitas hidupnya di dalam sel itu sendiri. Organisme multiseluler dibangun oleh-sel-sel yang tersusun sebagai jaringan ataupun organ, sehingga dalam melakukan aktivitasnya terdapat pembagian tugas. Sel yang berbeda dalam organisme multiseluler memiliki struktur dan fungsi yang berbeda. Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup maupun sel mati. Sel-sel hidup memiliki persamaa dan perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Persamaannya adalah sel-sel tersebut mempunyai dinding sel, dan berisi plasma yang terbungkus oleh membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama diakibatkan oleh adanya



3



factor genetik dan lingkungan. Kedua factor ini mempengaruhi proses diferensiasi yang mengikuti proses pembelahan sel (Linda, 2018).



Tujuan Praktikum



Tujuan dari praktikum kali ini mengenali bagian-bagian mikroskop, jenisjenis mikroskop, dan fungsi bagian mikroskop serta dapat menggunakan dan memelihara mikroskop dengan baik. Mengamati dan mengenali bentuk sel/ jaringan mati dan hidup tumbuhan.



TINJAUAN PUSTAKA



Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tenteng sel menjadi maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan mutu alat tersebut selama tahun 1600-an (Campbell et al., 2008). Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi. Yang memasuki masa keemasan saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat



mikroskop



amatir



berkebangsaan



Jerman



yaitu



Antoni



Van



Leeuwenhoek (1632- 1723), menggunakan mikroskop dengan konstruksi yang sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia dapat melihat organisme sekecil mikroorganisme (Kusnadi, 2003). Mikroskop pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Mikroskop berasal dari kata micro yang berarti kecil dan scpium yang berarti penglihatan jadi Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang berukuran sangat kecil. Mikroskop zaman dulu sangat sedarhana karena hanya memiliki satu lensa, berbeda dengan mikroskop yang banyak digunakan sekarang yang tergolong mikroskop majemuk yang terdiri atas dua lensa atau lebih (Widyatmoko, 2008). Mikroskop merupakan alat yang dapat menghasilkan bayangan dari benda yang di mikroskop menjadi lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbagai faktor, diantaranya titik fokus kedua lensa (objektif f 1 dan okuler f 2, panjang tubulus atau jarak (t) lensa objektif terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata normal (sn). Bayangan benda (obyek) yang kita lihat dibentuk dan diperbesar oleh lensa obyektif, didalam tubus mikroskop membentuk bayangan nyata terbalik dari obyek. Bayangan nyata tersebut selanjutnya dibalik dan diperbesar lagi oleh lensa okuler. Lensa okuler merupakan lensa yang berfungsi untuk membuat bayangan terakhir, sehingga bayangan tersebut dapat dilihat langsung oleh mata pengamat.



Lensa yang baik diperoleh dengan memperhatikan pembesaran dan daya pisahnya. Semakin



5



pendek jarak titik api lensa akan semakin kuat pembesarannya, sehingga semakin besar kemampuan suatu lensa akan semakin kecil jarak dua titik api yang berdekatan yang dapat dilihat secara terpisah menggunakan mikroskop. Beberapa lensa obyektif biasanya dipasang pada roda berputar yang disebut revolver. Setiap lensa obyektif dapat diputar ke tempat yang sesuai dengan pembesaran yang diinginkan. Lensa obyektif dibuat dalam beberapa pembesaran yang berbeda, yaitu : 4x, 10x,40x, dan 100x, demikian juga lensa okuler tersedia beberapa pembesaran, yakni : 4x, 10x,16x, dan 20x. Lensa okuler dipasang paada ujung dalam tubus dan biasanya yang dipasang adalah yang pembesaaran 10x. Dengan demikian jika kita mengamati obyek menggunakan lensa okuler pembesaran 10x dan lensa obyektif 40x, maka pembesaran obyek yang dapat dilihat menjadi 400x dibanding besarnya obyek yang sebenarnya. Kondensor berfungsi sebagai pengatur intensitas caahaya yang masuk ke dalam mikroskop. Kondensor mempunyai dua bagian penting, yaitu :1. Susunan lensa untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk ke dalam obyek dan lensa obyektif.2. Diafragma berfungsi untuk mengatur sinar tepi yang masuk ke dalam lensa obyektif dan okuler (Purnomo, 2008). Ada dua proses yang terjadi saat kita menggunakan mikroskop, yaitu proses perbesaran Mikroskop dapat menyebabkan benda-benda kecil terlihat besar dan sanggup membesarkan objek. Proses penguraian Mikroskop dapat memperjelas pola-pola rumit yang tidak terlihat oleh mata telanjang (Joyle, 2002). Berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi atas mikroskop cahaya/optik dan mikroskop elektron. Mikroskop optik/cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan lensa dari gelas dan cahaya matahari atau lampu sebagai sumber penyinaran. Dalam mikroskop cahaya, (light microscope, LM), cahaya tampak diteruskan melalui spesimen dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membengkokkan) cahaya sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar ketika diproyeksikan ke mata, ke film fotografi atau sensor digital, atau ke layar video. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1000 kali dari ukuran asli spesimen. Mikroskop optik terdiri atas 2 yaitu, mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk



6



pengamatan benda tipis transparan. Mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa okuler dan lensa objektif dengan kekuatan pembesaran sebagai berikut: 1. Objektif 4x dengan okuler 10x , pembesaran 40x 2. 2. Objektif 10x dengan okuler 10x , pembesaran 100x 3. 3. Objektif 40x dengan okuler 10x , pembesaran 400x 4. 4. Objektif 100x dengan okuler 10x , pembesaran 1000x Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000 disebut mikroskop emersi, karena penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula. Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinarannya dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Memiliki dua buah objektif dan dua buah okuler, sehingga diperoleh bayangan tiga dimensi dengan pengamatan dua belah mata. Kekuatan pembesaran tidak terlalu kuat umumnya sebagai berikut: Objektif 1 atau 2 dengan okuler 10 atau 15. Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu: mikroskop elektron transmisi (trasmission electron microscope, TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM) (Campbell et al., 2008). Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM) khususnya berguna untuk penelitian terperinci mengenai permukaan specimen. Berkas electron memindai permukaan sampel, yang biasanya dilapisi selapis tipis emas (Campbell et al., 2008). Mikroskop elektron transmisi (trasmission electron microscope, TEM) digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel. TEM mengarahkan berkas electron melalui irisan spesimen yang sangat tipis, mirip dengan cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui objek (slide) Mikroskop memiliki komponen-komponen yang terbuat dari kaca mudah rusak, berupa lensalensa dan cermin. Makanya kita harus menghindarkan perlakuan yang dapat membuat benturan dengan komponen tersebut (Tim Penyusun, 2013). Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang berarti sel mampu atau tetap hidup tanpa kehadiran sel yang lain. Sel juga merupakan struktur terkecil yang mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi (Sumardi et al.,



2007). Sel dibatasi oleh membren plasma yang membungkus sitoplasma. Sitoplasma



7



merupakan cairan intraselular yang ada di dalam sel. Sitoplasma banyak mengandung organel-organel sel yang berguna untuk kelangsungan hidup sel. Membran sel tersusun dari dua lapis loppoprotein yang membentuk bilayer lipid. Loippopretein terdiri dari pretein yang bersifat hidrofilik dan bagian rantai lipida yang bersifat hirofobik. Bagian protein yang bersifar hidrofilik mengadap pada luar an dalam sel den bersentuhan langsung dengan air, sementara rantai lipid saling berhadapan membentuk bagian dalam dari membran. Ramtai lemak yang bersifat hirofilik menyebabkan membran plasma bersifat impermeabel terhadap air dan materi yang larut air (Karp, 2003). Rata-rata ukuran sel pada tumbuhan sangat kecil. Biasanya ukuran sel tumbuhan mencapai mikrometer bahkan hingga nanometer (Cambel, 2000). Bentuk sel tumbuhan adalah tetap karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa, kitin, asam amino dan karbohidrat kompleks. Dinding sel berfungsi sebagai penyokong (George, 2006). Dinding sel merupakan bagian terluar dari sel (Sumadi et al., 2007). Dinding sel tersusun dari polisakarida (hemiselulosa dan pektin) atau terdapat pada tumbuhan. Fungsi dari dinding sel adalah melindungi organel. Member bentuk sel dan  fungsi dari dinding sel adalah melindungi organel, member bentuk sel dan sebagi tempat transortasi antar sel selain itu dinding sel juga berfungsi sebagai penyokong (George, 2006). Nucleus merupakan inti sel yang berstruktur bulat padat, yang terdiri dari masa protoplasma yang lebih kompak, dikelilingi oleh membran dan membawa partikel gen yang mengandung kromatin (Setiadi, 2007). Bagian bagian dari nucleus adalah membran inti atau karioteka, nukleoplasma, nuklelous, dan sitoplasma benang kromatin. Ribosom merupakan butiran butiran yang di temukan dalam sitoplasma sel dan terdapat ribonukleus yang berfungsi dalam sintesis protein dalam sel (Setiadi, 2007). Ubi Kayu (Manihot utilissima) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong adalah pohonan tumbuhan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.



Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil



karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi kayu yang rasanya manis



8



menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogramnya ubi akar yang masih segar (Soetanto, 2001). Pada ubi kayu juga terdapat kandungan vitamin C dan beta karoten yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari berbagai macam penyakit. Klasifikasi tanaman ubi kayu menurut Rukmana (Manihot utilissima) (1997), adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledoneae



Ordo



: Euphorbiales



Famili



: Euphorbiaceae



Genus



: Manihot



Spesies



: Manihot utilissima



Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang kaya vitamin dan nutrisi, sehingga banyak dikonsumsi sebagai sayuran penyeimbang gizi makanan. Tanaman sawi juga mengandung antioksidan yang membantu melindungi tubuh dari radikal bebas. Klasifikasi tanaman sawi menurut Haryanto (2003), adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae atau tumbuh-tumbuhan



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dycotyledonae



Ordo



: Rhoeadales



Family



: Cruciferae



Genus



: Brassica L.



Spesies



: Brassica juncea L.



Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa di tanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hujau pendamping makanan pokok.



Bayam memiliki kandungan gizi yang tinggi. Selain itu bayam juga mengandung flavonoid



9



yang bersifat anti karsinogenik dan berfungsi untuk memperlambat pembelahan sel didalam lambung manusia serta mengurangi resiko kanker. Klasifikasi tanaman bayam menurut Saparinto (2003), adalah sebagai berikut Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Caryphllales



Family



: Amaranthaceae



Genus



: Amaranthus



Spesies



: Amaranthus spp.



Hydrilla verticillata L. merupakakan jenis tumbuhan air yang hidup dibawah permukaan air. Tanaman ini memiliki batang dan daun berwarna hijau, serta akar yang berwarna putih atau merah kecoklatan yang tertanam di dasar air (Langeland et al., 1996) Klasifikasi tanaman hidrilla menurut Ramesh (2014), adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Sub divisi



: Hydrocharitaceae



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Hydrocharitales



Genus



: Hydrilla



Spesies



: Hydrilla verticillata L.



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat



Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 16 mei 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Mikroskop cahaya monokuler. Kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes dan preparat. Silet/Cutter. Kain flannel. Buku gambar dan alat tulis/pensil warna. Lembar kerja, laporan sementara. Bahan Aquades. Preparat penampang melintang gabus batang ubi kayu (Manihot utilisima). Preparat penampang melintang tangkai daun sawi (Brassica juncea L.). Preparat penampang melintang batang bayam (Amaranthus spp.). Preparat penampang melintang rimpang kunyit (Curcuma domestica L.). Preparat penampang membujur daun Hydrilla verticillate L.



11



Prosedur Kerja Memelihara Mikroskop 1. Mikroskop harus selalu dibawa dan diangkat dalam posisi tegak. 2. Aturlah kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga jumlah lensa objektif lemah berjarak ±1 cm dari atas meja benda. 3. Aturlah penjepit sediaan dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar debu tidak banyak menempel. 4. Setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa atau bagian lainnya dengan kain lap bersih dari bahan halus (flannel).



Mencari Bidang Penglihatan 1. Naikkan tabung menggunakan makrometer (pemutar kasar) hingga lensa objektif tidak membentur meja/panggung bila revolver diputarputar. 2. Tempatkan lensa objektif pembesaran lemah (4X atau 10X) dengan menggunakna revolver sampai berbunyi klik (posisi satu poros dengan lensa okuler). 3. Bukalah diafragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang. 4. Aturlah bentuk cermin ke arah cahaya, hingga terlihat lingkaran yang sangat terang di dalam lensa okuler, mikroskop siap digunakan.



12



Mencari Bagian Sediaan 1. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer hingga jarak antara lensa objektif dengan permukaan meja ± 3 cm. 2. Letakkan sediaan di tengah-tengah lubang meja benda. 3. Putarlah mikrometer ke belakang sampai penuh (perlahan dan hatihati). 4. Bidiklah penglihatan mata ke lensa okuler. 5. Untuk mendapatkan pembesaran yang kuat, putar revolver dan lensa objektif yang sesuai.



Pengukuran Mikroskopis/Mikrometer Untuk mengetahui ukuran objek yang diamati dengan mikroskop dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut mikrometer objektif dan mikrometer okuler. Menggambar Hasil Hasil pengamatan terhadap mikroskop dapat dituangkan dalam bentuk gambar, yang dilakukan dengan alat fotografi atau dengan tangan (manual) disertai dengan judul dan keterangan.



Pengamatan Sel/Jaringan Tumbuhan



1. Mengamati bentuk sel, bagian-bagian sel yang hidup dan gambarkan hasil pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop. 2. Melengkapi



gambar



dengan



keterangan



pembahasan hasil pengamatan dan kesimpulan.



yang



jelas,



buatlah



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil



Hasil dari praktikum yang dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Bagian-Bagian Mikroskop Gambar Keterangan



A. Lensa Okuler Berfungsi untuk memperbesar bayangan. Lensa okuler biasanya mempunyai perbesaran 5X, 10X, 12,5X dan 15X. B. Badan Mikroskop Berfungsi menghubungkan lensa objektif dan lensa okuler mikroskop. C. Revolver Berfungsi mengatur perbesaran lensa objektif. D. Mikrometer Untuk menaikkan dan menurunkan tabung secara lambat. E. Lensa Objektif Biasanya terdapat 2 atau 3 lensa yang dipasang sekaligus pada mikroskop dengan 3 lensa objektif yaitu 4x, 10x, dan 40x. F. Lensa Objektif G. Meja Mikroskop Berfungsi meletakkan obyek. H. Diafragma Berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan saat sedang mengamati objek. I. Cermin Berfungsi memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke objek yang diamati. J. Makrometer Berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tabung secara cepat. K. Lengan Mikroskop Tempat pengamat memegang. L. Penjepit Objek Agar preparat tidak bergerak. M. Kaki Mikroskop sebagai penyangga.



15



Tabel 2. Hasil Pengamatan Bagian-Bagian Sel No



Gambar



Keterangan



1. Sel Gabus Batang Singkong (Manihot esculenta C). Merupakan sel mati



2. Sel Tangkai Daun Sawi (Brassica juncea L). Merupakan sel Hidup



3. Sel Batang Bayam (Amaranthus spp). Merupakan sel Hidup



4. Sel Kunyit (Curucuma domestica L). Merupakan sel Hidup



5. Sel Hydrilla erticillate L. Merupakan sel Hidup



Pembahasan



Mikroskop yang digunakan pada praktokum Biologi Pertanian merupakan mikroskop monokuler cahaya yang memiliki dua lensa positif yaitu lensa okuler yang terletak dekat dengan mata pengamat dan lensa objektif yang menghadap ke objek. Berdasarnya hasil pengamat diatas, kita dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop secara keseluruhan. Mikroskop monokuler cahya terdiri atas bagian mekanis dan bagian optic. Bagian mekanis terdiri dari kaki dasar/basis, pilar, meka benda, sekrup penggerak sediaan/objek, dan sekrup pengatur jarak. Bagian optic terdiri dari cermin, lensa kondensor, diafragma, lensa objektif, dan lensa okuler. Lensa objektif yang letaknya dekat dengan sediaan biasanya terdapat 2 atau 3 lensa



17



yang dipasang sekaligus pada mikroskop dengan 3 lensa objektif yaitu 4X, 10X dan 40X. Lensa okuler terletak pada bagian atas tabung berdekatan dengan mata apabila seseorang mengamati objek dengan mikroskop. Lensa okuler biasanya mempunyai perbesaran 5X, 10X, 12,5X dan 15X. Cermin berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke objek yang diamati. Lensa kondensor berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke objek yang sedang diamati. Diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan saat sedang mengamati objek. Bagian mekanis terdiri dari kaki dasar/basis, pilar, meka benda, sekrup penggerak sediaan/objek, dan sekrup pengatur jarak. Kaki dasar / basis dapat berbentuak tapal kuda, persegi atau bentuk yang lain, Pilar lengan dan engsel penggerak berfungsi untuk mengatur kedudukan mikroskop sesuai keinginan, Meka benda tempat untuk meletakkan benda / objek yang akan diamati. Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berpungsi untuk meloloskan cahaya dari cermin pemantul, Sekrup penggerak sediaan/objek yang berfungsi untuk menggerakkan objek ke muka dan ke belakang (sekrup atas) menggerakkan sediaan ke kiri dan ke kanan (sekrup bawah), Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnya 2 buah atau menjadi satu yang mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai pengatur atau penggerak kasar (makrometer) dan halus (mikrometer). Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya. Fitur-fitur berbeda tersebut meliputi vakuola yang besar, dinding sel yang tersusun atas selulosa dan protein, plasmodesmata, plastida terutama kloroplas yang mengandung klorofil dan tidak berflagella. Sel tumbuhan terbagi menjadi dua yaitu sel hidup dan sel mati. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara



lain melakukan metabolisme, peka terhadap rangsangan dan aktifitas hidupnya. Suatu sel hidup harus memiliki bagian sel yang terdapat dibagian dalam dinding sel



seperti membrane sel, inti sel, dan sitiplasma.. Suatu sel dikatakan mati apabila sel sudah tidak memiliki peranan dalam proses kelangsungan kehidupan dan hanya berupa dinding sel tidak ada aktivitas. Jadi hanya di dalam dinding sel hanya berupa ruang kosong saja, sel menjadi mati disebabkan beberapa factor misalnya factor lingkungan.



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan



Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Mikroskop adalah alat bantu yang digunakan untuk melihat dan mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Mikroskop terdiri dari dua bagian yaitu bagian optik dan non optik. 2. Bagian-bagian mikroskop Lensa Okuler, badan mikroskop/tabung, revolver, mikrometer, lensa objektif, meja mikroskop, diafragma, cermin, makrometer, lengan mikroskop, penjepit objek, kaki mikroskop. 3. Sel dibedakan menjadi sel hidup dan sel mati. Suatu sel dikatakan hidup jika memiliki inti sel dan melakukan aktifitas kehidupan sedangkan sel dikatakan mati jika tidak memiliki inti sel dan tidak melakukan aktifitas kehidupan. 4. Dari 5 sel yang diamati, empat diantaranya yakni tangkai daun sawi, batang bayam, rimpang kunyit, daun hydrilla termasuk sel hidup dan satu diantaranya, yaitu gabus batang ubi kayu termasuk sel mati.



Saran



Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan diharapkan lebih memperhatikan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. 2. Melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan, sehingga dapat menunjang proses dalam percobaan yang dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA



Campbell, N.A, J.B. Reece, M.L. Cain, S. A. Wasserman, P.V. Minorsky & R.B. Jackson. 2011. Biology. 9th ed. San Franscisco : Pearson Education, Inc. Campbell,Nail,A. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta. Haryanti, S. (2019). Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar Untuk Perawatan Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta). Gamerdinger, K., Moulon, C., Karp, D. R., Van Bergen, J., Koning, F., Wild, D., ... & Weltzien, H. U. (2003). A new type of metal recognition by human T cells: contact residues for peptide-independent bridging of T cell receptor and major histocompatibility complex by nickel. The Journal of experimental medicine, 197(10), 1345-1353. Linda, A., 2018. Dasar-dasar Fisiologi. Penerbit CV BUDI UTAMA. Yogyakarta. Murphy, D.B. 2001. Fundamentals of Light Microscopy and Electronic Imaging. New York : John Wiley & Sons, Inc Mustika S., & Djumadi, M. K. (2016). Kemampuan Menggunakan Mikroskop Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Pramesti, H.T. 2000. Mikroskop dan Sel FK. Banjarbaru : UNLAM. Suparti. 2010. Mikroskop. Penerbit ALPRIN. Semarang. Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Biologi Dasar.Makassar: UNM Press Trisnayanti, L., Sukarsih, E., Hamdiyati, E. (2010). Pembelajaran Materi Tingkat Organisasi Kehidupan melalui Kegiatan Praktikum di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedang.



MORFOLOGI DAUN



(Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



BANJARBARU 2022



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



4



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



5



BAHAN DAN METODE.....................................................................



12



Waktu dan Tempat....................................................................



12



Alat dan Bahan..........................................................................



12



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



12 12



Prosedur Kerja..........................................................................



13



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



14



Hasil..........................................................................................



14



Pembahasan...............................................................................



17



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



21



Kesimpulan ..............................................................................



21



Saran .........................................................................................



22



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



23



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



1. Hasil Pengamatan Bagian-bagian Tanaman.....................................



14



PENDAHULUAN



Latar Belakang



Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau. (Rosanti, 2013). Bila mengamati satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun dengan nama ilmiahnya petiolus, helaian daun dengan nama ilmiahnya lamina dan kadang-kadang ditemukan pelepah atau upih daun dengan nama ilmiahnya vagina. Apabila daun memiliki tiga struktur tersebut, yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian daun maka daun tersebut digolongkan sebagai daun lengkap. Tidak semua daun memiliki struktur yang lengkap, dalam arti hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja atau hanya terdiri dari helaian daun saja tanpa dilengkapi dengan tangkai daun. (Rosanti, 2013). Mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya: nangka (Artocarpus integra Merr.), mangga (Mangifera indica L.). dll. Daun terdiri atas upih dan helaian, daun yang demikian ini disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada tumbuhan yang tergolong suku rumput, misalnya: padi (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays L.). Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daunduduk (sessilis), seperti dapat kita lihat pada biduri (Calotropis gigantea R.Br.). daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya. Hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang. Oleh sebab itu juga dinamakan daun majemuk batang (amplexicaulis) seperti



2



terdapat pada tempuyung (Sonchus oleraceus L.). bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun. Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalu menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi merupakan satu helaian daun semu atau palsu, dinamakan : filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia yang berasal dari Australia, misalnya: Acacia auriculiformis A. Cunn. (Tjitroepomo, 2005). Ujung daun merupakan puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 7 bentuk ujung daun: a. Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari 90°. b. Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut. c. Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun. Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90°, maka ujung daun tersebut dikatakan tumpul. Contohnya adalah sawo kecik (Manilkara kauki). d. Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali. Contohnya adalah teratai (Nelumbo sp.). e. Rompang (truncatus). Ujung daun seprti garis. Contohnya adalah jambu monyet (Anacardium accidentale). f. Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan. Contohnya adalah sidaguri (Sida retusa). g. Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh duri. Contohnya adalah nenas (Ananas sativus). (Rosanti, 2013). Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam macam: a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat. b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. c. Tumpul (abtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. d. Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong. e. Rompang/rata (truncatus), terdapat



pada bangun segitiga, delta dan tombak. f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal, dan anak panah. (Rosanti, 2013) Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam: 1. Yang rata (integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr.), 2. Yang bertoreh (divisius). (Tjitroepomo, 2005) Kadang- kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri, dll. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu membedakan permukaan daun yang: Licin (laevis), dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilat (nitidus), suram (opacus), dan berselaput lilin (pruinosus). b. Gundul (glaber). c. Kasap (scaber). d. Berkerut (rugosus). e. Berbingkul-bingkul (bullatus). f. Berbulu (pilosus). g. Berbulu halus dan rapat (villosus). h. Berbulu kasar (hispidus). i. Bersisik (lepudus) (Tjitroepomo, 2005). Tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang memberi kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Struktur tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus lateralis), dan urat daun (vena). Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dibedakan menjadi: a. Bertulang menyirip (penninervis) b. Bertulang menjari (palminervis) c. Bertulang melengkung (cervinervis) d. Bertulang lurus/sejajar (rectinervis) Daun majemuk merupakan modifikasi dari daun tunggal, akibat lekukan atau torehan tepi daun yang sangat dalam. Daun majemuk memiliki tiga struktur pokok, ibu tangkai daun (petiolus communis), tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolum). Berdasarkan posisi anak-anak daunnya pada ibu tangkai daun, daun majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus), daun majemuk



bangun



kaki



(pedatus)



(digitatopinnatus) (Rosanti, 2013).



dan



daun



majemuk



campuran



Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun, tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda, seperti merah pada andong, buntut bajing (Acalypha wilkesiana), keladi (Caladium sp.), dan aglonema (Aglaonema sp.). Ada juga yang memiliki warna campuran seperti hujau bercampur merah pada puring (Codiaeum variegatum), hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada beberapa jenis lidah mertua (Sansevieria sp.) (Rosanti, 2013).



Tujuan Praktikum



Praktikum



ini



bertujuan



untuk



mengamati,



mempelajari



serta



menggambarkan daun sehingga dapat membedakan antara daun lengkap dan tidak lengkap. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk. Mengetahui fungsi daun dalam bidang pertanian.



TINJAUAN PUSTAKA



A. Talas (Colocasia esculenta L. Schott.) Tanaman talas (Colocasia esculenta L. Schott) adalah tumbuhan dengan tangkai daunnya semua berbentuk silinder. Umbi talas kebanyakan coklat muda dan daun berbentuk seperti jantung memanjang dengan sifat tahan air (Wijaya et al., 2014). Klasifikasi Colocasia esculenta menurut United State Department of Agriculture (2018), adalah: Kindom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Arales



Famili



: Araceae



Genus



: Colocasia Schott



Spesies



: Colocasia esculenta (L.) Schott Backer et al (1968), memasukkan talas dalam suku Araceae



dengan ciri-ciri yaitu habitat hidupnya banyak berada di rawa-rawa atau tempat yang dengan tanah liat. Tumbuhan ini tidak mempunyai pertahanan diri dan pada daun memiliki lapisan lilin. Daun berwarna kuning kehijauan berbentuk bulat telur sampai segitiga dan panjang daun 20 hingga 55 cm. Biji talas didapatkan sedikit dan bunga jarang ditemui. B. Mangga (Mangifera indica) Dalam tatanama sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman mangga diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Sapindales



Famili



: Anacardiaceae



Genus



: Mangifera



Spesies



: Mangifera indica.



6



Tanaman mangga tumbuh dalam bentuk pohon berbatang tegak, bercabang banyak, serta rindang dan hijau sepanjang tahun. Tinggi tanaman dewasanya bisa mencapai 10-40 m dengan umur bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Morfologi tanaman mangga terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji yang secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Pracaya, 2011). C. Tebu (Saccharum officinarum) /Jagung (Zea mays) Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan. Klasifikasi tanaman tebu menurut Chandra et al (2010) adalah: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledone



Ordo



: Graminales



Famili



: Graminae



Genus



: Saccharum



Species



: Saccarum officinarum



Tebu adalah rumput yang kokoh kuat, menahun, berumpun kuat dengan tuas merayap dibawah tanah, batang dengan mata tunas pada ruas, dibawah ruas yang berlilin. Pelepah daun dengan tepi yang berambut panjang. Helaian daun berbentuk garis pada pangkalnya dengan rambut panjang, tepi daun kasar (Steenis, 2008). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Claudya, 2013).



7



Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut : Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledoneae



Ordo



: Graminae



Famili



: Graminaceae



Genus



: Zea



Spesies



: Zea mays



D. Daun Gliricidia maculatum / Averrhoa carambola. Tanaman gliricidia biasa disebut Gamal terdiri atas dua spesies, yaitu yang berbunga merah muda dan berbunga putih. Menurut Elevitch and Francis (2006) tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Subfamili



: Faboideae



Genus



: Gliricidia



Spesies



: Gliricidia maculate Gamal merupakan jenis perdu atau pohon dengan tinggi mencapai



10-15 meter (33-50 kaki), tumbuh baik pada pH 5,0-8,5. Batangnya tegak dengan permukaan kulit yang halus, beralur dan berwarna coklat keabuabuan. Daunnya majemuk menyirip dengan jumlah daun 7-17 pasang dengan posisi saling berhadapan kecuali di bagian ujung ibu tangkai daun, helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 15-30 cm, berambut ketika muda, ujung daun runcing dengan pangkal daun membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau datas dan keputihputihan di sisi bawahnya. Umumnya daun tananam gamal gugur di musim kemarau.



8



Gamal memiliki bagian tubuh yang lengkap seperti daun, batang, bunga, buah, biji, dan akar (Orwa, 2009). Tanaman Averrhoa carambola L. atau lebih di kenal dengan nama belimbing manis ini merupakan tanaman asli dari daratan asia tenggara. Di negara Malaysia dan India ditemukan pusat sumber genetik (germ plasm) tanaman belimbing ini. Di Indonesia sendiri, terdapat plasma nutfah belimbing yang tumbuh liar berada di Salian dan Maluku. Selanjutnya tanaman belimbing di budidayakan di berbagai daerah hingga sekarang. Belimbing manis memiliki kekerabatan dekat dengan belimbing wuluh atau belimbing asam. Menurut Rukmana (2006) tanaman belimbing manis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio



: Spermatophyta



Kelas



: Angiospermae



Subkelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Oxalidales



Famili



: Oxalidaceae



Genus



: Averrhoa



Species



: Averrhoa carambola L.



Bunga belimbing manis memiliki 5 helai daun bunga (sepala), berbentuk bujur telur memanjang dengan buku pendek bergabung dalam satu kuncup. Bunga mempunyai 4-5 tangkai putik (stylus) sepanjang 0,2 cm yang mempunyai beberapa rambut panjang. Letak daun bunga tegak, pada bagian pangkalnya lepas, dan pada bagian agak tengah menyatu (berdekatan). Kepala sari (anthera) berwarna putih kekuningan, ukurannya kecil dan terdiri dari dua ruang. E. Daun Tanaman karet ( Hevea brasiliensis) Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dycotyledonae



Famili



: Euphorbiaceae



9



Genus



: Hevea



Spesies



: Hevea brasiliensis Daun karet berupa daun trifoliata dan berwarna hijau. Anak daun



berbentuk elips dengan bagian ujung runcing. Tangkai daun panjang dengan serat daun yang tampak jelas dan kasar. F. Jeruk Purut (Citrus hystrix) Jeruk purut termasuk famili Rutaceae, dimana bagian buah dan daunnya umumnya dipakai oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Bagian daun umumnya digunakan untuk mengatasi kelelahan sehabis sakit berat dan juga untuk menambah cita rasa masakan, sedangkan kulitnya digunakan sebagai obat bisul, panas dalam, radang kulit, radang payudara, kulit bersisik, dan kulit mengelupas (Setiawan, 2000). Taksonomi jeruk purut menurut Miftahendrawati (2014) adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Sapindales



Famili



: Rutaceae



Genus



: Citrus



Spesies



: Citrus hystrix Jeruk purut memiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu



dan tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8 – 15 cm, lebar 2 – 6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau tua agak mengkilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram, dan jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-kuningan. Bentuk buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan rasanya asam agak pahit (Soepomo, 2012).



9



10



G. Ubi Kayu (Manihot utilisima) Ubi kayu (Manihot utilissima) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi ubi kayu yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar (Soetanto, 2001). Klasifikasi tanaman ubi kayu menurut Rukmana (1997), adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledoneae



Ordo



: Euphorbiales



Famili



: Euphorbiaceae



Genus



: Manihot



Spesies



: Manihot utilissima



H. Tanaman Sonchus arvensis / Aloe vera / Sanseviera Menurut Winarto et al (2004) tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut Kingdom



: Dunia tumbuhan



Devisi



: Spermatophita



Ordo



: Monokotiledon



Kelas



: Angiospermae



Famili



: Asteraceae



Spesies



: Sonchus arvensis Tanaman tahunan, tegak, tinggi 0,6-2 m, mengandung getah putih,



dengan akar tunggang yang kuat. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjnag 6-48 cm, lebar 3-12 cm, warnanya hijau.



11



muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Lidah buaya (Aloe vera L.) adalah tumbuhan asli yang berasal dari Afrika, dengan ciri daun berwarna hijau memiliki daging yang tebal, terdapat duri pada dua sisinya, daunnya panjang dan lebar di bagian bawah dan mengecil pada bagian puncaknya, daging daun lidah buaya (Aloe vera L.) berlendir. Tanaman lidah buaya merupakan semak tahunan. Semak tahunan tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm. daunnya Panjang 30-50 cm, lebar 3-5 cm, berdaging tebal, bergetah kuning, hijau. Klasifikasi lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Subkingdom



: Tracheobionta



Super Divisi



: Spermatophyta



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Asparagales



Famili



: Asphodelaceae



Genus



: Aloe



Spesies



: Aloe vera L.



Lidah mertua (Sanseviera) atau bisa disebut tanaman ulat (snake plant) telah lama dikenal oleh banyak orang dan mulai dibudidayakan sebagai tanaman hias mulai abad ke-19 (Laimeheriwa, Adeanne, Widya, 2013). Klasifikasi tanaman lidah mertua menurut Nurcahyo et al (2012), adalah: Kingdom



: Plantaeymax



Divisi



: Magnoliophyta



Sub Divisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledonae



Ordo



: Liliales



Famili



: Agavaceae



Genus



: Sansevieria



Jenis



: Sansevieria trifasciata



11



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat



Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 14 maret 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan Bahan



Alat



Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Pensil warna digunakan sebagai alat untuk mewarnai gambar dalam laporan. Lembar laporan sementara digunakan sebagai gambaran atau referensi laporan mingguan.



Bahan Daun Colocasia esculenta bagian yang digunakan untuk diamati. Daun Mangifera indica. bagian yang digunakan untuk diamati. Daun Saccharum officinarum / Zea mays. bagian yang digunakan untuk diamati. Daun



Gliricidia



maculatum



/ Averrhoa carambola.



bagian yang digunakan untuk diamati.



11



Daun Hevea brasiliensis. bagian yang digunakan untuk diamati.



Daun Citrus hystrix. bagian yang digunakan untuk diamati. Daun Manihot utilisima. bagian yang digunakan untuk diamati. Tanaman Sonchus arvensis / Aloe vera / Sanseviera sp. bagian yang digunakan untuk diamati.



Prosedur Kerja



1. Menyiapkan bahan yang akan diamati. 2. Mengindentifikasi bagian-bagian daun untuk membedakan antara daun lengkap, daun tidak lengkap, daun tunggal dan majemuk. 3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas dan mencari klasifikasi masing-masing tanaman dan memberikan hasil identifikasi pada masing-masing daun.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil



Hasil dari praktikum ini adalah dapat dilihat pada beberapa table berikut: Table 1. Hasil Pengamatan Bagian-bagian Tanaman No. 1.



Gambar Daun Talas (Colocasia esculenta)



Identifikasi 



Daun lengkap 1. Pelepah daun 2. Tangkai daun 3. Helai daun







Daun tunggal



2.



Daun mangga (Mangifera indica) 



Daun lengkap 1. Tangkai daun 2. Helai daun



3.



Daun tebu (Saccharum officinarum)







Daun tunggal







Daun tidak lengkap 1. Helai daun 2. Pelepah daun 3. Daun berupih



4.



Daun perdu ( Gliricidia maculatum)







Daun tunggal







Daun tidak lengkap 1. Helai daun 2. Tangkai daun







Daun menyirip



majemuk



5.



Daun



tanaman



karet



( Hevea







Daun tidak lengkap



brasiliensis)



1. Heilai daun 2. Tangkai daun 



Daun majemuk beranak tiga



6.



Daun jeruk Purut (Citrus hystrix)







Daun tidak lengkap 1. Helai daun 2. Tangkai daun







Daun majemuk beranak satu



7.



Daun ubi Kayu (Manihot utilisima)







Daun tidak lengkap 1. Helai daun 2. Tangkai daun







Daun majemuk menjari beranak lima



8.



Daun lidah buaya (Aloe vera)







Daun tidak lengkap 1. Helai daun saja



Pembahasan



Morfologi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu biologi yang khusus mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh luar dari tumbuhan. Kata morfologi berasal dari Bahasa Latin morphologi (morphus: bentuk; logos: ilmu). Ilmu morfologi



tumbuhan



pertama



kali



diperkenalkan



oleh



seorang



ilmuan



berkebangsaan Jerman, Johann Wolfgang Von Goethe (1970) dengan konsep Urpflanze dalam publikasi The Metamorphosis of Plants (1978) menyatakan tentang konsep nenek moyang dari tumbuhan yang menggambarkan asal mula keberagaman bentuk dari tumbuhan sekarang ini. Konsep ini merupakan bagian terpenting dari morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan secara umum adalah studi tentang perkembangan bentuk, dan struktur tumbuhan, yang diinterpretasi berdasarkan kesamaan sel bentuk dan susunan tubuh tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfologi tumbuhan merupakan ilmu untuk menyelidiki dan membandingkan aspek bentuk dan struktur tumbuhan sebagai dasar dari adanya perbedaan di antara berbagai



jenis tumbuhan. Secara garis besarnya morfologi berbeda dengan anatomi tumbuhan, perbedaannya terletak pada internal dan eksternal. Jika anatomi lebih focus untuk mempelajari struktur bagian dalam, morfologi hanya focus mempelajari bagian luarnya saja. Fikus dari morfologi tumbuhan adalah bentuk dan susunan luar tubuh yang telah mengalami diferensisasi. Inilah sifat morfologi yang sering digunakan untuk kepentingan dan kemudahan dalam ilmu biologi lain terutama taksonomi. Daun merupakan salah satu bagian yang terpenting dari salah satu organ tanaman. Karena fungsinya sebagai tempat membuat makanan melalui proses fotosintesis, tempat pengeluaran air melalui trasfirasi dan gutasi, tempat menyerap CO2 dari udara serta sebagai tempat respirasi. Pengubahan energi ini terjadi di dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas, yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil. Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa yang termasuk daun tunggal yaitu daun Talas (Colocasia esculenta, daun mangga (Mangifera indica), dan daun tebu (Saccharum officinarum). Sedangkan daun perdu ( Gliricidia maculatum) termasuk daun majemuk menyirip. Daun tanaman karet



( Hevea



brasiliensis) termasuk daun majemuk



beranak tiga. Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) termasuk daun majemuk beranak satu. Daun ubi Kayu



(Manihot utilisima)



termasuk daun majemuk menjari beranak lima. Daun lidah buaya (Aloe vera) merupakan daun tidak lengkap karena hanya terdapat helai daun saja. Dalam satu struktur daun terdiri dari satu pelepah daun, satu tangkai daun, dan satu helaian daun. Pada keadaan lain, setangkai daun tidak memiliki satu buah helaian daun, tetapi memiliki jumlah helaian lebih dari satu tangkai. Struktur seperti ini dikenal sebagai daun majemuk (folium compositum). Daun majemuk merupakan modifikasi dari daun yang disebut anak daun. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan



berdasarkan letak bagian daun yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun. Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertualangan daun, ketebalan helai daun dan warna serta bagian permukaannya. Perbedaan antara daun majemuk dan daun tunggal yaitu daun tunggal (folium simplex) yaitu dimana pada tangkai daun (petiolus) hanya terdapat satu helaian daun (lamina) saja. Daun majemuk (folium kompositum) yaitu dimana pada tangkai daun (petiolus) terdapat cabang-cabang yang memiliki helaian daun (lamina), sehingga dalam satu batang terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun Talas (Colocasia esculenta) merupakan daun lengkap. Talas merupakan tumbuhan herba tinggi 3 5–120 cm. Daun 2-5 helai berwarna hijau, bergaris-garis hijau muda keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah. Warna pelepah talas bermacam-macam tergantung jenisnya (Ekowati, dkk., 2015). Warna daging talas memiliki banyak variasi contohnya, kuning muda, warna putih, orange, kuning tua, kombinasi antara putih dengan ungu, sampai ungu atau merah muda. Umur panen umbi talas bekisar antara 7-9 bulan dan memiliki ciri daun yang mulai berubah menjadi menguning dan juga mongering. Daun mangga (Mangifera indica) termasuk daun tunggal. Mangga mempunyai ciri-ciri fisik pada daunnya adalah sebagai berikut : daun berwarna hijau, berselang seling, dan mempunyai bentuk oval dengan runcing pada ujungnya, pinggiran daunnya bergelombang dengan panjang daun sekitar 1035 cm dan lebar 5-16 cm tergantung varietas. Daun mangga yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan atau kekuningan, jika daun sudah tua akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Daun tebu (Saccharum officinarum) merupakan daun tunggal. Daun tebu melekat pada batang di setiap buku-buku, secara bergantian dalam dua baris di sisi berlawanan. Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Pelepah memeluk



batang, makin ke atas makin sempit. Bagian pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun. Daun tebu memiliki pelepah yang kuat, biasanya berwarna putih dan cekung pada permukaan atas daun, dan hijau pucat dan cembung di permukaan bawah daun. Daun perdu ( Gliricidia maculatum) daunnya majemuk menyirip dengan jumlah daun 7-17 pasang dengan posisi saling berhadapan kecuali di bagian ujung ibu tangkai daun, helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 15-30 cm, berambut ketika muda, ujung daun runcing dengan pangkal daun membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau datas dan keputih-putihan di sisi bawahnya. Umumnya daun tananam gamal gugur di musim kemarau. Gamal memiliki bagian tubuh yang lengkap seperti daun, batang, bunga, buah, biji, dan akar. Daun tanaman karet ( Hevea brasiliensis) Daun karet berwarna hijau lihat. Daun ini ditopang oleh daun utama dan tangkai anak daunnya antara 310 cm. Pada setiap helai terdapat tiga helai anak daun. Daun tanaman karet akan menjadi kuning atau merah pada saat musim kemarau (Setiawan & Andoko, 2005). Daun jeruk Purut (Citrus hystrix) merupakan daun majemuk beranak satu. Daunnya berwarna hijau tua, mengkilap, dan permukaan bawah hijau muda atau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Biasanya daunnya tumbuh berpasangan dan seperti angka delapan. Daun ubi kayu (Manihot utilisima) merupakan daun majemuk beranak lima. Daun singkong memiliki tangkai panjang, helaian daunnya menyerupai telapak tangan, tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar, tepi daun rata, dan susunan tulang daunnya menjari. Bentuk singkong bermacammacam, namun kebanyakan berbentuk silinder dan meruncing, beberapa diantaranya bercabang. Daun lidah buaya (Aloe vera) daun yang berdaging tebal, berbentul helaian dan memanjang, dipinggiran daun lidah buaya berbentuk bergerigi atau



duri. Mempunyai warna hijau dan mempunyai lapisan lilin pada permukaan nya. Memiliki Kandungan air, getah dan lendir yang tinggi.



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan



Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:



1. Daun merupakan salah satu bagian yang terpenting dari salah satu organ tanaman. Karena fungsinya sebagai tempat membuat makanan melalui proses fotosintesis, tempat pengeluaran air melalui trasfirasi dan gutasi, tempat menyerap CO2 dari udara serta sebagai tempat respirasi. Pengubahan energi ini terjadi di dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas, yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil. 2. Daun dikatakan sebagai daun lengkap apabila daun memiliki pelepah (vagina), tangkai (petiole), dan helaian daun (lamina). 3. Dari 8 bahan yang diamati, daun Talas (Colocasia esculenta) merupakan daun tunggal. Daun mangga (Mangifera indica) termasuk daun tunggal. Daun tebu (Saccharum officinarum) merupakan daun tunggal. Daun perdu ( Gliricidia maculatum) merupakan daun majemuk menyirip. Daun tanaman karet ( Hevea brasiliensis) merupakan daun majemuk beranak tiga. Daun jeruk Purut



(Citrus



hystrix) merupakan daun majemuk



beranak satu. Daun ubi kayu (Manihot utilisima) merupakan daun majemuk beranak lima. Daun lidah buaya (Aloe vera) merupakan daun tidak lengkap.



Saran



Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya daun yang ingin diamati dibersihkan terlebih dahulu.



2. Menggunakan foto daun yang diamati hasil gambar sendiri atau foto daun yang asli agar tidak menggambil dari internet.



DAFTAR PUSTAKA



Backer, C.A., & Bakhuisen van den Brink R.C 1968. Flora of Java (Spermatophytes Only). Vol. III Wolters-Noordhoff, N.V. –GroningenThe Netherlands. Bargumono, B., & Padmosudarso, S. 2012. Natural Laboratory as Asociet Learning Center. In  Proccesings Internasional Seminar on Agrotourism Development (ISAD 2011) (pp. 530-536). Elevitch, C. R., & Francis, J. K. (2006). Gliricidia sepium (gliricidia). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry; Elevitch, CR, Ed.; Permanent Agriculture Resources (PAR): Honolulu, HI, USA. James, C. (2004). Global status of commercialized biotech/GM crops: 2004. ISAAA briefs, 32, 1-12. Miftahendrawati, (2014). Efek antibakteri ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Skripsi. Makasar : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin. Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., & Simons, A. (2009). Agroforestree Database: a tree reference and selection guide. Version 4. Agroforestree Database: a tree reference and selection guide. Version 4. Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta. Sari, P.K., Rosanti, D., & Putri, Y. P. (2022). Karakteristik Tanaman Hias Pekarangan Rumah di Kelurahan Plaju Ulu Kota Palembang. Indobiosains, 4(1), 15-21. Tjitroepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Winarto, W.P. 2004. Khasiat & Manfaat Kunyit. Agro Media Pustaka, Jakarta.



MORFOLOGI BATANG DAN AKAR (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI Halaman



DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



13



Waktu dan Tempat....................................................................



13



Alat dan Bahan..........................................................................



13



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



13 13



Prosedur Kerja..........................................................................



14



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



15



Hasil..........................................................................................



15



Pembahasan...............................................................................



24



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



27



Kesimpulan ..............................................................................



27



Saran .........................................................................................



27



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



28



DAFTAR TABEL



Nomor Halaman



2. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Mawar (Rossa sp.)........................................................................................



15



3. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Nangka (Artocarpus integra Merr.)...............................................................



16



4. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Mangga (Mangifera indica)...........................................................................



17



5. Hasil Pengamatan Morfologi Batang dan Akar Bayam (Amaranthus sp.)..............................................................................



18



6. Hasil Pengamatan Morfologi Batang dan Akar Teki-Tekian (Cyperus rotundus)...........................................................................



19



7. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Bambu (Bambusa sp.)...................................................................................



20



8. Hasil Pengamatan Morfologi Batang dan Akar Sawi (Brassica juncea L.).........................................................................



21



9. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Jambu (Psidium guajava)............................................................................



22



10. Hasil Pengamatan Morfologi Batang dan Akar Kangkung (Ipomoea aquatica) .........................................................................



23



11. Hasil Pengamatan Morfologi Batang Cabai (Capsicum annuum L.).....................................................................



24



PENDAHULUAN Latar Belakang Morfologi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu biologi yang khusus mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh luar dari tumbuhan. Kata morfologi berasal dari Bahasa Latin morphologi (morphus: bentuk; logos; ilmu). Morfologi secara umum adalah studi tentang perkembangan bentuk, dan struktur tumbuhan, yang diinterpretasi berdasarkan kesamaan asal bentuk dan susunan tubuh tersebut. sehingga dapat disimpulkan bahwa morfologi tumbuhan merupakan ilmu untuk menyelidiki dan membandingkan aspek bentuk dan struktur tumbuhan sebagai dasar dari adanya perbedaan di antara berbagai jenis tumbuhan (Angreni et al., 2021). Secara garis besarnya morfologi berbeda dengan anatomi tumbuhan, perbedaannya terletak pada internal dan eksternal. Jika anatomi lebih fokus untuk mempelajari bagian struktur bagian dalam, morfologi hanya fokus mempelajari bagian luarnya saja. Fokus dari morfologi tumbuhan adalah bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan yang telah mengalami diferensiasi (Angreni et al., 2021). Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga untuk menentukan fungsi dari masing-masing bagian dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal dan susunan tubuh yang terbentuk. Sifat-sifat morfologi meliputi struktur vegetative seperti daun, batang, tunas, dan struktur generative seperti bunga, buah, dan biji (Reny et al., 2021). Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Fungsi batang adalah penyokong atau



penopang, sarana transportasi atau pengangkut, tempat penyimpanan cadangan makanan, dan alat perkembangbiakan.



2 Berdasarkan tampak batang pada suatu tanaman, maka tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis) dan tumbuhan yang berbatang jelas. Pada tumbuhan yang berbatang jelas dapat dibedakan atas batang basah (herbaceous), batang berkayu (lignosus), batang rumput (calmus), batang mending (calamus). Bentuk percabangan pada batang umumnya dibedakan 3 macam cara percabangan, yaitu: a. Percabangan monopodial, jika batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih Panjang daripada cabang-cabangnya. b. Percabangan sympodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya dapat berhenti pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan cabangnya. c. Percabangan dikotom atau menggarpu, dimana batangnya setiap kali mencabang menjadi dua cabang yang sama besarnya. Akar (radix) merupakan tempat masuknya air dan mineral dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk melekatkan dan menopang tubuh agar kokoh. Pada tumbuhan tingkat tinggi system perakaran dapat dibedakan menjadi dua, yakni akar serabut dan akar tunggang. System akar serabut terdapat pada golongan tumbuhan monokotil, seperti padi dan jagung. System perakaran tunggang terdapat pada kelompok tumbuhan dikotil, seperti mangga, jambu, dan nangka.



Tujuan praktikum



Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati berbagai sifat, fungsi, bentuk, dan struktur dari batang pada masing-masing tanaman. Mengetahui berbagai sifat, tugas, bentuk, dan bagian-bagian dari akar pada masing-masing tanaman.



TINJAUAN PUSTAKA A. Mawar (Rossa sp.) Mawar merupakan tanaman dengan habistus berupa semak bersifat perennial. Tanaman ini berasal dari Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia (Rahmayani, 2020). Pada awal penemuan, mawar merupakan tanaman liar di pegunungan subtropics yang bertempratur dingin dan memiliki kelembapan udara rendah. Kondisi habitat alami yang demikian memungkinkan mawar bertahan di daerah subtropics pada saat musim dingin tiba. Saat salju turun, mawar tidak mati melainkan hanya dorman dan saat musim semi akan Kembali tumbuh sempurna. Mawar kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, beradaptasi dengan lingkungan setempat.sesuai sifat tumbuhnya di habitat asli, di daerah tropis mawar tumbuh baik di Kawasan dataran tinggi beriklim sejuk (Lingga, 2008). Tanaman mawar memiliki berbagai macam jenis yang merupakan hasil dari persilangan jenis mawar yang berbeda. Menurut Tjitrosoepomo (1996), klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermathopyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rosales



Famili



: Rosaceae



Genus



: Rossa



Spesies



: Rossa sp.



Tanaman mawar dapat diperbanyak dengan cara stek, cangkok, okulasi dan penyambungan. Mawar merupakan tanaman tahunan (perennial) yang merupakan struktur batang berkayu keras, berduri, bercabang banyak, menghasilkan bunga, buah, dan biji secarra cukup banyak (Anonim, 2006). 4 B. Nangka (Artocarpus integra Merr.) Buah nangka adalah buah majemuk semu. Buah itu sesungguhnya merupakan rangkaian bunga majemuk yang dari luar terlihat seperti satu buah. Buah sebenarnya adalah tangkai bunga yang tumbuh menebal dan berdaging dan dibungkus oleh tenda bunga yang saling melekat satu sama lain menjadi kulit buah. Buah yang sebenarnya ini tidak terlihat dari luar sehingga buah nangka tergolong buah semu (Widyastuti, 1995). Menurut Asriani (2010), klasifikasi tanaman nangka adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Morales



Famili



: Moraceae



Genus



: Artocarpus



Spesies



: Artocarpus integra Merr.



Batang pada Nangka keras dan kuat sehingga disebut sebagai batang berkayu (lignosus). Jika dilihat dari sudut bentuk penampang melintangnya, maka batang Nangka ini dapat digolongkan ke dalam bentuk bulat atau teres. Arah tumbuh batang pada Nangka ini adalah lurus ke atas



maka disebut tegak lurus (erectus). Batang ini memiliki percabangan, sama halnya dengan batang, cabang juga mengalami pertumbuhan. Arah tumbuh cabang pada tanaman Nangka ini adalah sympodial. System perakaran pada tanaman Nangka adalah akar tunggang (radix maria). Akar tunggang ini berbentuk kerucut Panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi. Karena itulah disebut akar tunggang yang bercabang (ramosus).



5 C. Mangga (Mangifera indica) Pohon mangga termasuk tumbuhan habitus atau tumbuhan tingkat tinggi dengan struktur batangnya yang termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m, tinggi pohon mangga bisa mencapai tinggi 20 sampai 40 m jika keadaan tanahnya subur. Adapun Klasifikasi mangga adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Tracheophyta



Sub-divisi



: Spermatophytina



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Sapindales



Famili



: Anacardiaceae



Genus



: Mangifera L.



Spesies



: Mangifera indica



Batang pohon mangga berkayu dengan kulit batang pohon mangga tebal dan kasar dan berwarna coklat gelap hingga abu-abu kehitaman. Batang pohon bisa mencapai ketinggian 40 meter dengan mempunyai ranting disetiap batangnya. Perakaran pohon mangga mempunyai akar



Tunggang dengan mempunyai cabang pada akarnya, akar utama akan menancap dalam kedalam tanah dengan kedalaman sekitar 6 Meter. D. Bayam (Amaranthus sp.) Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman sepanjang musim yang berasal dari daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap (Amaranthus hybridus). Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya bulatpanjang menyebar ke semua arah. 6 Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996). Adapun klasifikasi tanaman bayam adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Sub-divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Magnoliophyta



Ordo



: Caryophyllidae



Famili



: Amaranthacea



Genus



: Amaranthus



Spesies



: Amaranthus sp.



Tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak mengandung air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan memiliki cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga memiliki duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam. Tanaman bayam memiliki akar perdu (terma), akar tanaman bayam ini akan menembus tanah hingga kedalaman 20-40 cm



bahkan lebih. Akar tanaman bayam ini tergolong akar tunggang dan memiliki serabutan di bagian atasnya. E. Teki-tekian (Cyperus rotundus) Rumput teki dengan nama ilmiah Cyperus rotundus dikenal juga dengan sebutan Purple nutsedge yang telah digunakan sebagai obat tradisional di China, India dan beberapa negara di seluruh dunia. Purple nutsedge, telah disebut sebagai salah satu gulma di bidang pertanian. Rumput teki (Cyperus rotundus) tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, tumbuh hampir di semua jenis tanah, ketinggian, kelembaban, kelembaban tanah dan pH, namun tidak di tanah dengan kadar garam tinggi (Gleason, 2008). Tanaman ini termasuk kedalam tanaman liar yang sulit dibasmi karena menghasilkan umbi yang membuat tanaman ini sangat cepat beregenerasi. Produksi umbi dan rimpang merupakan faktor penting pada spesies ini sebagai gulma. Umbi menawarkan mekanisme reproduksi 7 aseksual dan merupakan unit penyebaran utama yang bisa bertahan dalam kondisi ekstrim. Umbi membuat tanaman sulit dikendalikan, karena hanya herbisida translokasi yang berpotensi efektif dalam mebasmi tanaman spesies ini (Gleason, 2008). Menurut Al.snafi (2016) klasifikasi tanaman rumput teki (Cyperus rotundus) adalah sebagai berikut : Kingdom



: Planta



Divisi



: Magnoliophyta



Sub-divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Liliopsida



Ordo



: Cyperales



Famili



: Cyperaceae



Genus



: Cyperus L.



Spesies



: Cyperus rotundus



Rimpang rumput teki (Cyperus rotundus) awalnya berwarna putih dan berdaging kemudian menjadi berserat, dan berubah menjadi warna coklat tua seiring bertambahnya usia tanaman. Rimpang berkembang ke atas dan mencapai permukaan tanah membentuk struktur berdiameter 2-25 mm yang menghasilkan tunas. Umbi tanaman ini berwarna coklat gelap saat matang, memiliki ketebalan sekitar 12 mm, dan panjang bervariasi dari 10- 35 mm. Daun berwarna hijau tua 10 berkilau yang muncul dekat pangkal tanaman dengan ukuran 5-12 mm dan memiliki panjang kira-kira sampai 50 cm dan memiliki garis melintang yang menonjol pada bagian tengah daun. Batang tanaman atau tangkai tegak lurus dengan tinggi mencapai 10-50 cm, dengan permukaan batang yang halus dan pada ujung batang terdapat percabangan tempat munculnya bunga yang biasanya terdiri dari 3-9 cabang degan panjang yang tidak sama. Bunga berbentuk bulir mempunyai 8 - 25 bunga yang berkumpul berbentuk payung, berwarna kuning atau cokelat kuning (Gleason, 2008).



8 F. Bambu (Bambusa sp.) Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruasruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Otjo et al., 2006). Adapun klasifikasi bambu adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divis



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotiledonae



Ordo



: Graminales



Famili



: Gramineae



Genus



: Gigantochloa



Spesies



: Bambusa sp.



Batang bambu yang lebih tua berada ditengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga (Berlin et al., 1995). Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Selain itu bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya. Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis. Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. 9 G. Sawi (Brassica juncae L.) Sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara sempurna, antara lain pengelolaan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah subur, gembur,



banyak



mengandung



bahan



organic



atau



humus,



tidak



menggenang (becek), tata udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7. Sawi (Brassica juncea L.) di dataran rendah, umumnya ditanam pada jenis tanah latosol dengan pH 6 serta dosis pupuk kandang minimum 20 ton/ hektar (Rukmana, 1994).



Menurut Dasuki (1991) klasifikasi tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah sebagai berikut : Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Papavorales



Famili



: Brassicaceae



Genus



: Brassica



Spesies



: Brassica juncae L.



Menurut Margianto (2007), sawi mempunyai batang pendek dan beruasruas, sehingga hamper tidak kelihatan Batang sawi dapat berfungsi sebagai alat pembentuk dan penompang daun, sedangkan daun sawi bertangkai panjang dan bentuknya pipih. Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benangsari, dan satu buah putik yang berongga dua. 10 Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tnggang dan cabangcabang akar yang bentuknya bulat penjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana, 1994). H. Jambu (Psidium guajava) Tanaman jambu biji memiliki habitus berupa semak atau perdu, dengan tinggi pohon dapat mencapai 9 meter (Nakasone. et al., 1998). Tanaman jambu biji memiliki batang muda berbentuk segiempat, sedangkan batang tua berkayu keras berbentuk gilig dengan warna cokelat. Permukaan batang licin dengan lapisan kulit yang tipis dan mudah



terkelupas. Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batang yang berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan percabangan simpodial. Adapun klasifikasi jambu biji adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Myrtales



Famili



: Myrtaceae



Genus



: Psidium



Spesies



: Psidium guajava



Tanaman jambu biji memiliki batang muda berbentuk segiempat, sedangkan batang tua berkayu keras berbentuk gilig dengan warna cokelat. Permukaan batang licin dengan lapisan kulit yang tipis dan mudah terkelupas. Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batang yang berwarna hijau. Jambu biji memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh cukup dalam hingga mencapai kedalaman 4 meter lebih (bibit yang berasal dari biji). Sel-sel akar tanaman jambu biji cukup keras dan kuat 11 sehingga mampu tumbuh pada tanah yang keras dan padat. Ujung akar merupakan titik tumbuh akar yang dilindungi oleh tudung akar (calyptra). Bagian luar tudung akar berlendir. Lendir tersebut berguna untuk memudahkan akar tumbuh menembus tanah. Bagian luar tudung akar tersebut cepat rusak, tetapi selalu digantikan oleh sel-sel baru lagi. Perakaran tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berkembang pada tanah gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam (Kamal, 1985)



I. kangkung rawal (Ipomoea aquatic) Kangkung



(Ipomoea



aquatic)



termasuk



dalam



suku



Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung merupakan tanaman asli dari India utara. Tanaman ini dapat ditemukan di semua daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun. Kangkung merupakan tanaman yang memiliki habitat di rawa-rawa, atau tempat yang basah/lembab. Adapun klasifikasi kangkung adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotylodenae



Ordo



: Rosanales



Famili



: Convolvulaceae



Genus



: Ipomoea



Spesies



: Ipomoea aquatic



Morfologi tanaman kangkung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm dan melebar secara mendatar pada radius ±150 cm, terutama pada jenis kangkung air (Rukmana, 2007). Tanaman kangkung termasuk tanaman dikotil dan berakar tunggang. akarnya menyebar kesegala 12 arah dan dapat menembus tanag sampai kedalaman 50 cm lebih (Swastini, 2015). Menurut Mangoting, (1994) bahwa batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air, dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Daun kangkung memiliki tangkai daun yang melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnnya terdapat mata tunas



yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. J. Cabai (Capsicum annuum L.) Secara umum pertumbuhan tanaman cabai melalui dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif, masa vegetatif berkisar antara umur 0-40 hari setelah tanam (HST). Pada masa vegetatif pertumbuhanya cenderung mengarah pada perkembangan batang dan perakaran, sementara pada fase generatif berlangsung antara umur 40-5- hari setelah tanam hingga tanaman cabai berhenti berbuah. Pada fase generatif cenderung digunakan untuk pembungaan, pembuahan, pengisian buah, perkembangan buah, dan pematangan buah (Wahyudi et al., 2011) Menurut Agromedia (2008) klasifikasi cabai adalah sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledone



Ordo



: Solanace



Famili



: Solonaceae



Genus



: Capsicum



Spesies



: Capsicum annuum L.



Menurut Agromedia (2008), batang cabai memiliki Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Menurut (Prajnanta, 2007). Tanaman cabai berakar tunggang.



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat



Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 4 april 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Buku gambar digunakan sebagai alat untuk menggambarkan dan menentukan bagian-bagian batang dan akar. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Kamera digunakan sebagai alat untuk mengambil gambar batang dan akar. Lembar laporan sementara digunakan sebagai gambaran atau refensi laporan mingguan.



Bahan Batang mawar (Rossa sp,) yang digunakan untuk diamati. Batang nangka (Artocarpus integra Merr.) yang digunakan untuk diamati. Batang mangga (Mangifera indica) yang digunakan untuk diamati. Batang bayam (Amaranthus sp.) yang digunakan untuk diamati. Batang teki-tekian (Cyperus rotundus) yang digunakan untuk diamati. Batang bambu (Bambusa sp.) yang digunakan untuk diamati. Batang sawi (Brassica juncea L.) yang digunakan untuk diamati. 14 Batang jambu (Psidium guajava) yang digunakan untuk diamati. Kangkung rawal (Ipomoea aquatic) yang digunakan untuk diamati.



Cabai (Capsicum annuum L.) yang digunakan untuk diamati. Prosedur Kerja 5. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati. 6. Mengamati bagian-bagian batang dan akar tanaman. 7. Menggambar hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil morfologi batang mawar (Rossa sp.) Gambar Batang



Keterangan 



Mawar memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Mawar termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang berduri tajam (spinosus)







Arah tumbuh batang condong (ascendens)







Percabangan monopodial







Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens)



16 Tabel 2. Hasil morfologi batang nangka (Artocarpus integra Merr.) Gambar Batang



Keterangan 



Nangka memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Nangka termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu







Arah tumbuh batang condong (ascendens)







Percabangan dikotom atau menggarpu







Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus)



17 Tabel 3. Hasil morfologi batang mangga (Mangifera indica) Gambar Batang



Keterangan 



Mangga memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Mangga termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang beralur (sulcatus)







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan dikotom atau menggarpu







Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens)



18 Tabel 4. Hasil morfologi batang dan akar bayam (Amaranthus sp.) Gambar Batang Gambar Akar



Batang bayam (Amaranthus sp.)



Akar



bayam (Amaranthus sp.)



Keterangan 



Bayam memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Bayam termasuk batang basah (herbacus)







Permukaan batang licin (leavis)







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan monopodial







Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens)







System perakaran bayam adalah akar tunggang







Bentuk umum akarnya meruncing



19 Tabel 5. Hasil morfologi batang dan akar teki-tekian (Cyperus rotundus) Gambar Batang Gambar Akar



Batang teki-tekian (Cyperus rotundus)



Akar



tekian (Cyperus rotundus)



Keterangan 



Teki-tekian memiliki batang berbentuk bersegi (angularis)







Teki-tekian termasuk batang rumput (calmus)







Permukaan batang licin (leavis)







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan monopodial







Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus)







Perakaran teki-tekian akar serabut (fibrilla radicalis)







Dapat menjadi tempat penimbunan makanan



teki-



20 Tabel 6. Hasil morfologi batang bambu (Bambusa sp.) Gambar Batang



Keterangan 



Bambu memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Bambu termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang memperlihatkan bekas-bekas penumpu







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan monopodial







Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens)



21 Tabel 7. Hasil morfologi batang dan akar sawi (Brascica juncea L.) Gambar Batang Gambar Akar



Batang sawi (Brascica juncea L.)



Akar sawi (Brascica juncea L.)



Keterangan 



Sawi memiliki batang berbentuk pipih







Sawi termasuk batang basah (herbacus)







Permukaan batang bersayap (alatus)







Arah tumbuh batang serong keatas atau condong (ascendens)







Percabangan simpodial







Arah tumbuh cabang terkulai







Perakaran sawi akar serabut







Akar dapat menyerap air dan zat-zat lain dari tanah







Tugas akar sawi mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat tubuh tumbuhan yang memerlukan







Bagian cabang-cabang akar



22 Tabel 8. Hasil morfologi batang jambu (Psidium guajava) Gambar Batang



Keterangan 



Jambu memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Jambu termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang lepasnya kerak







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan dikotom atau menggarpu







Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens)



23 Tabel 9. Hasil morfologi batang dan akar kangkung rawa (Ipomoea aquatic) Gambar Batang Gambar Akar



Akar



Batang kangkung rawal



kangkung rawal



Keterangan 



Kangkung memiliki batang berbentuk bulat (teres)







Kangkung termasuk batang basah (herbacus)







Permukaan batang bersayap (alatus)







Arah tumbuh batang serong keatas atau condong (ascendens)







Percabangan monopodial







Arah tumbuh cabang terkulai







Perakaran kangkung akar tunggang







Akar berwarna keputih-putihan/ kekuning-kuningan







Memperkuat berdirinya tumbuhan



24 Tabel 10. Hasil morfologi batang cabai (Capsicum annuum L.) Gambar Batang



Keterangan 



Cabai memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres)







Cabai termasuk batang berkayu (lignosus)







Permukaan batang beralur (sulcatus)







Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus)







Percabangan dikotom atau menggarpu







Arah tumbuh cabang tegak lurus (erectus)



Pembahasan Mawar (Rossa sp.) adalah tanaman yang memiliki batang yang berbentuk bulat dan panjang (teres), bercabang-cabang, dan memiliki duri-duri yang tajam. Batang mawar termasuk batang berkayu (lignosus) dengan permukaan batang yang berduri tajam (spinosus). Arah tumbuh batang mawar yaitu condong (ascendens). Batang mawar memiliki percabangan monopodial dan arah tumbuh cabang yang condong keatas (patens). Nangka (Artocarpus integra Merr.) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres) dan termasuk batang berkayu (lignosus). Pada



25 permukaan batang Nangka memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu. Arah batang nangka condong (ascendens). Percabangan pada batang tersebut yaitu dikotom atau menggarpu, jika batang menjadi dua yang sama besar dengan arah tumbuh tegak (fastigiatus), yaitu jika sudut antara batang dengan cabang sangat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi arah tumbuh cabang hamper sejajar dengan batang pokoknya. Mangga (Mangifera indica) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres) dan termasuk batang berkayu (lignosus). Pada permukaan batang beralur (sulcatus),terdapat alur-alur. Arah tumbuh batang tegak lurus ke atas (erectus). Percabangan dikotom atau menggarpu dengan arah tumbuh cabang batang mangga contong ke atas (patens). Bayam (Amaranthus sp.) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres). Bayam termasuk batang basah (herbacus) dengan permukaan batang licin (leavis). Arah tumbuh batang bayam yaitu tegak lurus (erectus). Percabangan bayam monopodial dengan arah tumbuh cabang batang



bayam condong keatas (patens). System perakaran bayam adalah akar tunggang dan bentuk umum akarnya meruncing. Teki-tekian (Cyperus rotundus) termasuk salah satu tumbuhan yang memiliki sifat batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering kali berongga. Adapun morfologi batang pada rumput teki adalah memiliki bentuk batang bersegi (angularis) dan sifat permukaan batang licin (leavis). Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), yaitu batang tumbuh arahnya lurus ke atas. Percabangan teki-tekian monopodial dengan arah tumbuh cabang batang tegak (fastigiatus). Perakaran teki-tekian adalah akar serabut (fibrilla radicalis) dan dapat menjadi tempat penimbunan makanan. Bambu (Bambusa sp.) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk bulat dan panjang (teres). Bambu termasuk batang berkayu (lignosus) dengan permukaan batang yang memperlihatkan bekas-bekas penumpu. Arah tumbuh batang bambu tegak lurus (erectus). Percabangan pada bambu adalah monopodial dengan arah tumbuh cabang batang condong keatas (patens). 26 Sawi (Brassica juncea L.) adalah tanaman yang memiliki Sawi memiliki batang berbentuk pipih. Sawi termasuk batang basah (herbacus) dengan permukaan batang bersayap (alatus). Arah tumbuh batang serong keatas atau condong (ascendens). Percabangan pada sawi adalah sympodial dan arah tumbuh cabang terkulai. Perakaran sawi akar tunggang. Akarnya dapat menyerap air dan zat-zat lain dari tanah Tugas akar sawi mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat tubuh tumbuhan yang memerlukan. Pada bagian akar sawi termasuk cabang-cabang akar. Jambu (Psidium guajava) merupakan tanaman yang memiliki batang yang berbentuk bulat dan panjang (teres). Jambu termasuk dalam batang berkayu (lignosus). Permukaan batang sawi beralur (sulcatus), yaitu beralur-alur. Arah tumbuh batang sawi tegak lurus (erectus). permukaan pada batang sawi yaitu



dikotom atau menggarpu dengan arah tumbuh batang yang condong ke atas (patens). Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah tanaman yang memiliki batang berbentuk bulat (teres). Kangkung termasuk batang basah (herbacus). Permukaan batang bersayap (alatus). Arah tumbuh batang kangkung serong keatas atau condong (ascendens). Percabangan pada tanaman kangkung adalah monopodial dengan arah tumbuh cabang terkulai. Perakaran kangkong adalah akar tunggang. Akarnya berwarna keputih-putihan/ kekuning-kuningan. Akar kangkung berguna untuk memperkuat berdirinya tumbuhan. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tanaman yang memiliki batang bulat dan panjang (teres). Batang cabai termasuk batang berkayu (lignosus), yaitu tumbuhan yang berbatang keras dan kuat. Pada permukaan batang cabai beralur (sulcatus), yaitu beralur-alur dengan arah tumbuh batang tegak lurus (erectus). percabangan pada cabai adalah dikotom atau menggarpu dengan arah batang tegak lurus (erectus).



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1.



Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat sangat penting yang berada di atas permukaan tanah, batang ini disebut juga sumbu tumbuhan.



2.



Batang umumnya memiliki ciri-ciri mempunyai buku-buku dan ruas tersusun atas lapisan-lapisan jaringan. Dan fungsi dari batang yaitu sebagai penghubung dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar



menuju daun dan pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. 3.



Akar (radix) merupakan tempat masuknya air dan mineral dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk melekatkan dan menopang tubuh agar kokoh.



4.



Akar pada tanaman yang diamati berbeda-beda, ada yang terdapat akar serabut dan akar tunggang.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1.



Praktikan diharapkan dapat memahami morfologi tanaman tersebut.



2.



Gambar yang disertakan menggunakan gambar asli, tidak mengambil diinternet.



DAFTAR PUSTAKA Agustin, S., & Prasetyo, E. 2011. Klasifikasi jenis pohon mangga gadung dan curut berdasarkan tesktur daun. SESINDO 2011-Jurusan Sistem Informasi ITS, 58, 64. Angreni, B.L & A. Hosanty. 2021. Karakteristik Morfologi Tumbuhan. CV Budi Utama. Arifin, S. Z., & UPN, F. P. 2015. Description of Turus Jackfruit (Artocarpus Integra Merr) Superior Local Fruit from Magelang, Central Java. Fadhilah, A., Susanti, S., & Gultom, T. 2018. Karakterisasi Tanaman Jambu



Biji (Psidium guajava L.) di Desa Namoriam Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Farida Nur Kumala, F., & Hartatik, H. 2019. Konsep Tumbuhan Matakuliah IPA SD. Ediide Infografika. Hasnunidah, N., & Juli Wiono, W. 2019. Botani Tumbuhan Tinggi. Isra Al Majid, P., & Pane, S. S. 2020. Uji Toleransi Kekeringan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) di PT East West Seed Indonesia Purwakarta Jawa Barat. Jayati, R. D., & Nopiyanti, N. 2021. Efektivitas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami dan Kimiawi Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mawar Jepang. Ahlimedia Book. Kurnia, T. I. D. 2015. Pengaruh konsentrasi daminozide pada pertumbuhan dan hasil lima varietas tanaman krisan pot (Doctoral dissertation). Lingga, L. 2008. Mawar. Gramedia Pustaka Utama. Maknuna, Durrotul. 2020. Analisis fungi endofit pelarut fosfat dan penghasil indole-3-acetic acid rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) berdasarkan sekuen rDNA ITS (Internal Transcribed Spacer). Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Ndale, Fransiskus Xaverius. 2013. “Sifat Fisik Dan Mekanik Bambu Sebagai Bahan Konstruksi." AGRICA 7 (2), 22-31.



Reny, D.R & Y. Febrianti. 2021. Morfologi Tumbuhan Berbasis Lingkungan. Ahlimedia Press. Sander, A. 2021. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Cair NASA. Doctoral dissertation. Universitas Quality. Sihombing, G. 2019. Pemakaian Bokashi dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). Wahyudi, I. 2011. 5 Jurus Sukses Bertanam Cabai. AgroMedia.



MORFOLOGI BUNGA DAN PROSES PENYERBUKAN (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



8



Waktu dan Tempat....................................................................



8



Alat dan Bahan..........................................................................



8



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



8 8



Prosedur Kerja..........................................................................



9



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



10



Hasil..........................................................................................



10



Pembahasan...............................................................................



15



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



18



Kesimpulan ..............................................................................



18



Saran .........................................................................................



19



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



20



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



12...........................................................................................



Hasil



Pengamatan Bagian-bagian Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)...................................................................



10



13...........................................................................................Hasil Pengamatan Bagian-bagian Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis)...............................................................



11



14...........................................................................................Hasil Pengamatan Bagian-bagian Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L.) ..........................................................................



12



15...........................................................................................Hasil Pengamatan Bagian-bagian Bunga Pepaya Betina (Carica papaya L.) ..........................................................................



13



16. Hasil Pengamatan Bagian-bagian Bunga Pepaya Hemaprodit (Carica papaya L.) ..........................................................................



14



17...........................................................................................Hasil Pengamatan Bagian-bagian Bunga Mawar (Rosa sp.)..........................................................................................



PENDAHULUAN



15



Latar Belakang Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan penyerbukan dan pembuahan sehingga terbentuk buah dengan biji yang digunakan untuk perkembangbiakan generative pada tumbuhan biji (Anggraini, 2012). Bagian tubuh tumbuhan yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu baru dinamakan alat perkembangan (organum reproductiyum) dan bagian tubuh tumbuhan yang dapat merupakan alat perkembangbiakan



sangat



bermacam-macam,



oleh



karena



itu



alat



perkembangbiakan vegetative dan alat perkembangbiakan dapat dibedakan menjadi alat perkembangbiakan vegetative dan alat perkembangbiakan generative yang pada tumbuhan adalah bijinya. Biji terdapat dalam buah dan buah berasal dari bunga (Sumardi, 2012). Bunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya organ-organ bunga yang lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan ruas yang berakhir dengan tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang dengan panjang yang beragam dan bagian ini disebut reseptakel bunga (thalamus). Organ-organ bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga khas mempunyai empat macam organ. Organ-organ yang paling luar adalah sepal yang secara bersama-sama membentuk kaliks yang biasanya berwarna hijau dan ditemukan paling rendah kedudukannya pada reseptakel. Disebelah dalam sepal adalah corolla yang terdiri atas petal, pada umumnya berwarna yang membentuk perhiasan bunga. Bila semua perhiasan bunga itu sama, mereka disebut tepal. Didalam perhiasan bunga dijumpai dua macam organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen yang bersama-sama membentuk androsium, dan sebelah dalam disebut karpel yang membentuk ginesium (Fahn, 2014). Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkan sejumlah enzim yang dirangsang oleh komposisi fitohormon tertentu. Bunga dapat digolongkan ke dalam bunga sempurna dan tidak sempurna, bunga sempurna yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina



2



sedangkan bunga tidak sempurna tidak memiliki salah satu diantara benang sari dan putik (Lakitan, 2010). Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal, satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu tangkai mendukung banyak bunga (Fahn, 2014). Peristiwa penyerbukan pada tumbuhan tidak terjadi dengan sendirinya. Jatuhnya serbuk sari di kepala putik dikarenakan adanya bantuan dari factor luar atau perantara. Berdasarkan perantaranya penyerbukan terbagi atas penyerbukan angin



(anemogami),



(zooidiogami).



penyerbukan



Jenis-jenis



air



penyerbukan



(hidrogami), berdasarkan



penyerbukan tempat



hewan



terjadinya



penyerbukan, yaitu penyerbukan sendiri, penyerbukan silang, penyerbukan bastar, dan penyerbukan tetangga (Yusuf, 2019).



Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan membedakan bunga sempurna dan tidak sempurna, bunga lengkap dan tidak lengkap, fungsi bunga, dan menggambarkan bagian-bagian bunga. Mengetahui macam-macam penyerbukan dan proses penyerbukan.



TINJAUAN PUSTAKA Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkan sejumlah enzim yang dirangsang oleh komposisi fitohormon tertentu. Bunga dapat digolongkan ke dalam bunga sempurna dan tidak sempurna, bunga sempurna yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina sedangkan bunga tidak sempurna tidak memiliki salah satu diantara benang sari dan putik (Lakitan, 2010). Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, yaitu dibagi menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap (receptaculum) memiliki dasar bunga berada pada bagian bawah yaitu diatas tangkai bunga yang berfungsi sebagai tempat meletaknya mahkota bunga. Tangkai bunga (pedicellus) bagian bunga yang berada pada bagian bawah bunga yang berfungsi sebagai penopang dan penghubung antara tangkai bunga dengan ranting. Putik (pistil) merupakan alat kelamin betina. Ujung putik disebut kepala putik. Bagian putik yang Panjang disebut tangkai putik. Bakal buah terdapat pada bagian bawah putik. Bakal biji terdapat di dalam buah yang mempunyai dua inti, yaitu sel telur dan calon lembaga. Benang sari (stamen) merupakan alat kelamin jantan sebagai alat perkembangbiakan bunga yang terdiri dari tangkai sari, kelapa sari, dan serbuk sari. Benang sari biasanya terletak di tengah-tengah mahkota bunga. Mahkota (petal) bagian bunga yang paling indah dan berwarna-warni. Mahkota bunga sering disebut dengan perhiasan bunga. Keindahan mahkota bunga sangat menarik bagi serangga untuk hinggap dan membantu proses penyerbukan. Kelopak (sepal) bagian bunga paling luar yang menyelimuti mahkota Ketika masih kuncup. Fungsi kelopak Bunga adalah melindungi ketika masih kuncup dan akan terbuka jika mahkota mekar. Kelopak bunga biasanya warna dan bentuknya menyerupai daun (Hisbulloh et al., 2021). Bunga disebut bunga tidak lengkap jika memiliki salah satu atau beberapa bagian bunga baik perhiasan maupun alat kelamin bunga. Berdasarkan kelengkapan alat kelaminnya, bunga dibedakan menjadi dua yaitu bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga disebut bunga sempurna jika mempunyai dua macam alat kelamin jantan betina dalam satu bunga biasanya



disebut dengan bunga banci (hemaprodit), yaitu benang sari dan putik. Bunga disebut bunga tidak sempurna jika



4



hanya mempunyai satu macam alat kelamin yaitu benang sari saja atau hanya putik saja (Hisbulloh et al., 2021). Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal, satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu tangkai mendukung banyak bunga (Fahn, 2014). Bunga majemuk dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga majemuk tidak terbatas. Bunga majemuk terbatas adalah monochasium yang terdiri atas monochasium tunggal, sekrup, dan bercabang seling; dischasium yang terdiri atas dischasium tunggal dan dischasium majemuk; pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit. Bunga majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang (Widya, 2015). Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteole), tangkai daun dan bunga (Stace, 2008). Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat perkembangbiakan generative. Perkembangbiakan generative merupakan perkembangbiakan yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan pernyerbukan (Dewi, 2020). Pernyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Peristiwa penyerbukan pada tumbuhan tidak terjadi dengan sendirinya. Jatuhnya serbuk sari di kepala putik dikarenakan adanya bantuan dari factor luar atau perantara. Berdasarkan perantaranya penyerbukan terbagi atas: penyerbukan angin (anemogami) yang terjadi karena adanya bantuan dari angin. Biasanya terjadi pada tumbuhan yang tidak memiliki perhiasan bunga. Penyerbukan air (hidrogami) yang terjadi karena adanya bantuan air. Misalnya, pada tumbuhan air seperti Hydrilla. Penyerbukan hewan (zooidiogami) yang terjadi karena karena adanya bantuan dari hewan (Kausar, 2015). Jenis-jenis penyerbukan berdasarkan tempat terjadinya penyerbukan, yaitu penyerbukan



sendiri, yaitu proses penyerbukan yang terjadi pada satu bunga. Penyerbukan silang, yaitu proses



5



penyerbukan yang terjadi pada bunga sejenis, tetapi tidak pada satu tumbuhuan. Penyerbukan bastar, yaitu proses penyerbukan yang terjadi pada bunga dan tumbuhan yang berlainan. Penyerbukan tetangga, yaitu proses penyerbukan yang terjadi pada bunga yang berlainan, tetapi masih satu tumbuhan (Trianto, 2020). A. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Menurut DepKes (2014), dalam sistematika tumbuhan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Malvales



Famili



: Malvaceae



Genus



: Hibiscus



Spesies



: Hibiscus rosa-sinensis L.



Hibiscus rosa-sinensis adalah sejenis tanaman semak yang berbentuk pohon berserabur. Tingginya bisa mencapai 10 meter pada daerah subtropic (biassanya 1-2,5 meter) daunnya agak lebar, tipis, bagian pangkalnya agak meruncing, sedangkan tepi daunnya bergerigi kasar. Selain itu daunnya berwarna hijau bersinar dan bentuknya oval lebar. Bunga kembang sepatu tumbuh sendirian, letaknya pada ketiak daun, dan warnabya bervariasi merah muda sampai merah. Memiliki mahkota daun dengan tangkai benang sari yang banyak dan berwarna merah, 4-6 putiknya terletak di ujung benang sari. Kelopaknya berbentuk garis sama Panjang dengan mahkota 4 (Julia, 2019). B. Kembang kertas (Bougainvillea spectabilis) Adapun klasifikasi kembang kertas (Bougainvillea spectabilis) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Tracheobionta



Sub-divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Magnoliophyta



6



Ordo



: Caryophyllales



Famili



: Nyctaginaceae



Genus



: Bougainvillea



Spesies



: Bougainvillea spectabilis Wild.



Tumbuhan ini merupakan tumbuhan dikotil dan memiliki system perakaran tunggang. Memiliki bunga yang berwarna-warni yang sebenarnya merupakan helaian daun yang telah mengalami modifikasi yang disebut seludang bunga (spatha). Bunga yang asli atau bunga sejatinya berbentuk tabung memanjang, berwarna putih yang muncul disela-sela atau berada di tengah-tengah helaian daun yang telah mengalami modifikasi tersebut (Purnomo, 2014). C. Bunga papaya (Carica papaya L.) Menurut Cronquist (1981), dalam sistematika (taksonomi) tanaman papaya diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Sub-divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Viovales



Famili



: Caricaceae



Genus



: Carica



Spesies



: Carica papaya L.



Bunga papaya ini merupakan jenis bunga majemuk yang memiliki susunan di tangkai. Terdapat tiga jenis bunga pada pohon pepayanya adalah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hemaprodit. Bunga papaya ini memiliki warna kekuningan dan berbentuk menyerupai lonceng atau terompet (Hamzah, 2014). D. Bunga mawar (Rosa sp.) Menurut Hidayat (2006), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman mawar diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



7



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotylodenae



Ordo



: Rosanales



Famili



: Rossaceae



Genus



: Rossa



Spesies



: Rosa sp.



Bunga mawar memiliki malai yang berbentuk sederhana hingga seperti karangan bunga. Helaian mahkota bunganya ada yang selapis dan ada yang bersusun. Semua jenis bunga mawar yang ada berduri melengkung ke bawah dan tajam (Rismunandar, 1992). Bunga mawar termasuk bunga yang sempurna yang dapat membentuk biji dan mudah untuk memperoleh tanaman baru. Warna mawar bervariasi dari putih, merah, merah muda, kuning, dan lain-lain (Chuhairy, 2004). Menurut Sukarno et al (1999) benang sari dan putik bunga mawar tersusun pada dasar bunga (reseptakel) yang berbentuk guci. Sukarno et al (1999) menyatakan bahwa bunga mawar dapat dibedakan berdasarkan mahkota bunganya yaitu: mawar berbunga tunggal, semi ganda, dan ganda.



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 11 april 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Buku gambar digunakan sebagai alat untuk menggambarkan dan menentukan bagian-bagian bunga. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Pensil warna digunakan sebagai alat untuk mewarnai hasil gambar.



Bahan Bunga Hibiscus rosa-sinensis yang digunakan untuk diamati. Bunga Bougainvillea spectabilis yang digunakan untuk diamati. Bunga Carica papaya L. yang digunakan untuk diamati. Bunga Rosa sp. yang digunakan untuk diamati.



9



Prosedur Kerja 8. Menyiapkan alat dan bahan. 9. Mengamati bunga kemudia menentukan jenis bunga berdasarkan kelengkapan, kelamin, warna, dan bagian-bagian bunga. 10. Menggambar bagian-bagian bunga tersebut.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga tunggal







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan sendiri



11



Tabel 2. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga kertas (Bougainvillea spectabilis) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga tidak lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga majemuk







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan sendiri



12



Tabel 3. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga papaya jantan (Carica papaya L.) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga tidak lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga tidak sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga majemuk







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan silang



13



Tabel 4. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga papaya betina (Carica papaya L.) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga tidak lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga tidak sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga majemuk







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan silang



14



Tabel 5. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga papaya hemaprodit (Carica papaya L.) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga tunggal







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan sendiri



15



Tabel 6. Hasil pengamatan bagian-bagian bunga mawar (Rosa sp.) Gambar



Keterangan 



Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga lengkap







Berdasarkan kelamin bunga termasuk bunga sempurna







Berdasarkan tipe bunga termasuk bunga tunggal







Berdasarkan jenis penyerbukan termasuk penyerbukan sendiri



Pembahasan Bunga kembang sepatu tumbuh sendirian, letaknya pada ketiak daun, dan warnabya bervariasi merah muda sampai merah. Memiliki mahkota daun dengan tangkai benang sari yang banyak dan berwarna merah, 4-6 putiknya terletak di ujung benang sari. Kelopaknya berbentuk garis sama Panjang dengan mahkota 4. Berdasarkan kelengkapan bunga sepatu termasuk bunga lengkap karena memiliki semua bagian seperti tangkai bunga, mahkota bunga, kelopak bunga, dasar bunga, putik bunga, benang sari, dan sebagainya. Kelamin bunga termasuk bunga sempurna karena memiliki kedua alat reproduksi dalam satu bunga, memiliki putik sekaligus benang sari. Tipe bunga sepatu termasuk bunga tunggal karena pada satu tangkai hanya terdapat satu bunga saja dengan jenis penyerbukan sendiri karena serbuk sari yang jatuh di kepala putik bunga itu sendiri.



16



Kembang kertas memiliki bunga yang berwarna-warni yang sebenarnya merupakan helaian daun yang telah mengalami modifikasi yang disebut seludang bunga (spatha). Bunga yang asli atau bunga sejatinya berbentuk tabung memanjang, berwarna putih yang muncul disela-sela atau berada di tengah-tengah helaian daun yang telah mengalami modifikasi tersebut. Berdasarkan kelengkapan bunga kertas termasuk bunga tidak lengkap karena hanya memiliki dasar bunga, tangkai bunga, benang sari, dan kelopak bunga. Kelamin bunga termasuk bunga sempurna karena memiliki kedua alat reproduksi dalam satu bunga, memiliki putik sekaligus benang sari. Tipe bunga kertas termasuk bunga majemuk karena memiliki lebih dari satu bunga dalam satu tangkai bunga dengan jenis penyerbukan sendiri. Bunga papaya terdapat tiga jenis bunga pada pohon pepayanya adalah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hemaprodit. Bunga papaya ini memiliki warna kekuningan dan berbentuk menyerupai lonceng atau terompet. Bunga papaya jantan berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga tidak lengkap karena hanya memiliki dasar bunga, tangkai bunga, benang sari, dan kelopak bunga. Kelamin bunga termasuk bunga tidak sempurna karena tidak memiliki putik atau hanya memiliki benang sari saja. Tipe bunga papaya jantan termasuk bunga majemuk karena memiliki lebih dari satu bunga dalam satu tangkai bunga dengan jenis penyerbukan silang karena bisa saja serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang ada pada tumbuhan tersebut dan serbuk sari berasal dari bunga dan tumbuhan lain namun masih tergolong dalam jenis yang sama. Bunga papaya betina berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga tidak lengkap karena hanya memiliki dasar bunga, tangkai bunga, benang sari, dan kelopak bunga. Kelamin bunga termasuk bunga tidak sempurna karena tidak memiliki putik atau hanya memiliki benang sari saja. Tipe bunga papaya betina termasuk bunga majemuk karena memiliki lebih dari satu bunga dalam satu tangkai bunga dengan jenis penyerbukan silang karena bisa saja serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain yang ada pada tumbuhan tersebut dan serbuk sari berasal dari bunga dan tumbuhan lain namun masih tergolong dalam jenis yang sama.



Bunga papaya hemaprodit atau banci berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga lengkap karena memiliki semua bagian seperti tangkai bunga,



17



mahkota bunga, kelopak bunga, dasar bunga, putik bunga, benang sari, dan sebagainya. Kelamin bunga termasuk bunga sempurna karena memiliki kedua alat reproduksi dalam satu bunga, memiliki putik sekaligus benang sari. Tipe bunga papaya hemaprodit termasuk bunga tunggal dengan jenis penyerbukan sendiri karena pada satu tangkai hanya terdapat satu bunga saja dengan jenis penyerbukan sendiri karena serbuk sari yang jatuh di kepala putik bunga itu sendiri. Bunga mawar memiliki malai yang berbentuk sederhana hingga seperti karangan bunga. Helaian mahkota bunganya ada yang selapis dan ada yang bersusun. Semua jenis bunga mawar yang ada berduri melengkung ke bawah dan tajam. Berdasarkan kelengkapan bunga termasuk bunga lengkap karena memiliki semua bagian seperti tangkai bunga, mahkota bunga, kelopak bunga, dasar bunga, putik bunga, benang sari, dan sebagainya. Kelamin bunga termasuk bunga sempurna karena memiliki kedua alat reproduksi dalam satu bunga, memiliki putik sekaligus benang sari. Tipe bunga mawar termasuk bunga tunggal dengan jenis penyerbukan sendiri.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 5.



Berdasarkan bagian-bagian bunga dapat dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Berdasarkan hasil pengamatan yang termasuk bunga lengkap yaitu bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga papaya hemaprodit (Carica papaya L.), dan bunga mawar (Rosa sp.). Sedangkan bunga tidak lengkap yaitu bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), bunga papaya jantan (Carica papaya L.), dan bunga papaya betina (Carica papaya L.),



6.



Berdasarkan alat kelaminnya bunga dibedakan menjadi bunga sempurna dan tidak sempurna. Berdasarkan hasil pengamatan yang termasuk bunga sempurna yaitu bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), bunga papaya hemaprodit (Carica papaya L.), dan bunga mawar (Rosa sp.). sedangkan bunga tidak sempurna yaitu bunga papaya jantan (Carica papaya L.) dan bunga papaya betina (Carica papaya L.).



7.



Berdasarkan jumlah bunganya dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Berdasarkan hasil pengamatan yang termasuk bunga tunggal yaitu bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga papaya hemaprodit (Carica papaya L.), dan bunga mawar (Rosa sp.). Sedangkan bunga majemuk yaitu bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), bunga papaya jantan (Carica papaya L.) dan bunga papaya betina (Carica papaya L.).



8.



Berdasarkan hasil pengamatan penyerbukannya bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), bunga papaya hemaprodit (Carica papaya L.), bunga mawar (Rosa sp.) dengan melakukan penyerbukan sendiri. Sedangkan bunga papaya jantan (Carica papaya L.) dan bunga papaya betina (Carica



papaya L.) dengan melakukan penyerbukan silang.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 3.



Sebelum melaksanakan praktikum praktikan diharapkan memahami materi agar tidak terjadi kekeliruan.



4.



Praktikan diharapkan dapat memahami materi morfologi bunga dan proses penyerbukan tersebut.



5.



Gambar yang disertakan menggunakan gambar asli atau lukisan sendiri tidak mengambil diinternet.



DAFTAR PUSTAKA Anggraini, F. D. 2012. Mengenal Dunia Tumbuhan. PT Balai Pustaka (Persero). Chuhairy, H. 2004. Petunjuk praktis perawatan adenium. AgroMedia. Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Clasification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York. Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. Jakarta: DepKes RI. Dewi, N. H. 2020. Buku Pendalaman Materi (BUPERI) Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTS Kelas VIII. Pustaka Rumah C1nta. Magelang. Fahn, A. 2014. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Fahn, A. 2014. Identifikasi Bunga. Rineka Cipta. Jakarta. Hamzah, A. 2014. 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California. AgroMedia. Hisbulloh, H., & Enki, D. W. 2021. Belajar Mandiri IPA Untuk SMP/MTS Berbasis SKS Semester 3. CV Budi Utama. Yogyakarta. Hidayat. 2006. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Julia, D., & Nita, S. 2019. Pengaruh Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis Linn.) Terhadap Jumlah, Motilitas, Morfologi, Vabilitas Spermatozoa Tikus Jantan (Rattus Norvegicus). Biomedical Journal of Indonesia, 5(1), 34-42. Kausar, A. D. 2015. Metode Hafalan Di Luar Kepala Kamus Biologi SMA Kamus Biologi SMA Kelas 1, 2, dan 3: Bukan Untuk Mencontek Tapi Untuk Pendalaman Materi Belajar. Lembar Langit Indonesia. Lakitan. 2010. Identifikasi Bunga. Rineka Cipta. Jakarta. Purnobasuki, H., Etik, P., & Thin, S. 2014. Keanekaragaman morfologi serbuk



sari pada 5 species Bougainvillea. Bioscientiae, 11(1), 48-59. Stace, C. A. 2008. Taksonomi Tumbuhan dan Biosistematik. Bogor: IPB Press. Sumardi, Issrep. 2012. Taksonomi Tumbuhan dan Biosistematik. Bogor: IPB Press. Trianto, M., Kaini, K., Saliyem, S., Warsih, E., & Winarsih, W. 2020. Keanekaragaman Serangga Polinator Pada Tanaman Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Di Desa Bincau. Biosel: Biology Science and Education, 9(2), 154-162. Widya, Yasinta. 2015. Tanaman Obat Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Yusuf, L. 2019. Teknik Persilangan Buatan. UKI Toraja Press. Toraja.



MORFOLOGI BUAH DAN BIJI



(Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU



2022 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



8



Waktu dan Tempat....................................................................



8



Alat dan Bahan..........................................................................



8



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



8 8



Prosedur Kerja..........................................................................



9



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



10



Hasil..........................................................................................



10



Pembahasan...............................................................................



15



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



18



Kesimpulan ..............................................................................



18



Saran .........................................................................................



18



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



19



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



18...........................................................................................



Hasil



Pengamatan Morfologi Buah Mangga (Mangifera indica)...........................................................................



10



19...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Buah Stroberi (Fragaria ananassa)........................................................................



11



20...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Buah Nanas (Ananas comosus Merr.) .................................................................



12



21...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Polong Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) .....................................................................



13



22. Hasil Pengamatan Morfologi Jagung (Zea mays) .......................................................................................



14



23...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Nangka (Artocarpus integra Merr.)...............................................................



15



PENDAHULUAN Latar Belakang Buah (fructus) adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji itu di buahi melalui suatu proses yang di awali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari yang berisi sperma, buah ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, dimana terjadi persatuan antara sperma dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dari bakal biji, yang membentuk zigot (Gloria, 2022). Bagian tubuh tumbuhan yang dapat merupakan alat perkembangbiakan sangat bermacam-macam. Oleh karena itu, alat perkembangbiakan dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu alat perkembangbiakan vegetative atau aseksual dan perkembangbiakan generative atau seksual. Perkembangbiakan vegetative atau aseksual, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang dapat menjadi



individu baru, sedang terjadinya bagian tadi tidak dipengaruhi oleh suatu peristiwa perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina) (Gloria, 2022). Alat



perkembangbiakan



generative



atau



seksual,



yaitu



alat



perkembangbiakan terjadinya didahului oleh peristiwa perkawinan. Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat didalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji (Mambu et al., 2021). Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. Bagi tumbuhan biji (spermatophyta), biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga), dengan dihasilkannya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya dan dapat pula terpencar kelain tempat (Indriyani et al., 2018). 2 Biji merupakan struktur yang efisien untuk perkembangbiakan dan perbanyakan. Biji beasal dari bakal biji yang berkembang sesudah mengalami pembuahan. Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous kalau mikropil terletak di bab atas, sedangkan hilumnya di bab bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikoropil membengkok sekitar 80‫ﹾ‬, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90‫ ﹾ‬sehingga tali pusar tampak menempel pada bab samping bakal biji (Gloria, 2022). Bagian-bagian biji terdiri atas: 1) Kulit biji, terletak dibagian luar dan melapisi seluruh bagian biji; 2) Hipokotil, bagian aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon; 3) Radikula, bagian ujung (terminal); 4) Epikotil, bagian atas (pangkal); 5) Plumula, bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun; 6) Kotiledon, bagian cadangan makanan (Halimah, 2020).



Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan buah beserta bagian-bagiannya dan mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan bagian-bagian biji dan fungsinya.



TINJAUAN PUSTAKA Secara structural, buah terjadi dari bakal buah. Namun, dalam perkembangannya bagian bunga dapat ikut menyusun buah. Berdasarkan hal itu, buah dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buah sejati atau buah sungguh (fructus nudus), yaitu buah yang terbentuk hanya dari bakal buahnya saja. Macam-macam buah sejati yaitu sebagai berikut: a) Buah sejati tunggal, yaitu buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Di dalam buah ini dapat berisi satu atau beberapa biji, juga dapat tersusun dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak ruangan. b) Buah sejati ganda, yaitu buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buah yang bebas satu sama lain dan masing-masing bakal buah menjadi satu buah. c) Buah sejati majemuk, yaitu buah sejati yang terjadi dari satu bunga majemuk, yang masingmasing bunganya mendukung satu bakal buah dan setelah menjadi buah tetap berkumpul sehingga seluruhnya tampak sebagai satu buah saja (Sagala et al., 2021).



Buah semu atau buah tertutup (fructus spurius), yaitu buah yang terbentuk dari bakal buah beserta bagian-bagian yang lain dari bunga yang kemudian menjadi bagian utama buah itu sendiri. Buah semua terdiri dari: a) Buah semu tunggal, yaitu buah semu yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah dan pada buah ini selain bakal buah ada pula bagian lain dari bunga yang ikut membentuk buah. b) Buah semu ganda, yaitu buah semu yang terjadi dari satu bunga dengan lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan masingmasing tumbuh menjadi buah. Selain itu juga ada bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian buah yang mencolok serta sering kali yang berguna. c) Buah semu majemuk, yaitu buah semu yang terjadi dari bunga majemuk, yang dari luar seluruhnya tampak seperti satu buah (Sagala et al., 2021). Dinding buah sering kali dengan jelas dapat dibedakan dalam 3 lapisan, yaitu: 1) Kulit luar (exocarpium atau epicarpium), yaitu lapisan tipis, tetapi seringkali kuat atau kaku seperti kulit dengan permukaan licin. 2) Kulit tengah (mesocarpium), biasanya tebal berdaging/ berserabut, dan jika lapisan ini dapat dimakan, maka lapisan inilah yang dinamakan daging buah. 3) Kulit dalam (endocarpium) yang berbatasan dengan ruangan yang mengandung bijinya, 4 seringkali cukup tebal dan keras. Pada mulanya, biji duduk pada suatu tangkai yang keluar dari tembuni/ papan biji (placenta). Tangkai pendukung biji disebut tali pusar (funiculus) dan bagian biji tempat melekatnya tali pusat, disebut pusar biji (hilum atau hilus). Apabila sudah masak maka tali pusatnya putus sehingga biji terlepas dari tembuninya (Amintarti, 2013). Biji mempunyai bagian-bagian, yaitu kulit biji (spermodermis), terletak paling luar yang berasal dari intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji berlangsung. Pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) kulit biji mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan kulit di sebelah luar (testa) dan lapisan kulit di sebelah dalam (tegmen). Pada tumbuhan berbiji telanjang



(Gymnospermae) memiliki 3 lapisan kulit biji, yaitu kulit luar (sarcotesta), kulit tengah (sclerotesta), dan kulit dalam (endotesta) (Samiyarsih, 2016). Tali pusar (funiculus) merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi merupakan tangkai biji. Jika biji telah masak, biasanya biji terlepas dari tali pusarnya sehingga pada biji hanya Nampak bekasnya saja yang dikenal sebagai tali pusar (Samiyarsih, 2016). Inti biji (nucleus seminis) semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya disebut inti biji atau isi biji. Inti biji terdiri dari lembaga (embrio), lembaga pada tumbuhan berbiji merupakan perkembangan embrio hasil pembuahan. Putik lembaga (albumen), bagian biji yang terdiri dari suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi lembaga (Samiyarsih, 2016). Adapun klasifikasi mangga (Mangifera indica) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnollophyta



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Sapindales



Famili



: Anarcadiaceae



Genus



: Mangifera



Spesies



: Mangifera indica Linn.



Buah mangga termasuk kelompok buah batu berdaging dengan panjang buah antara 2,5 – 30 cm. bentukinya ada yang bulat, bulat telur, bulat memanjang, 5 dan pipih. Warna buah bermacam-macam, tergantung varietasnya, ada yang hijau, kuning, merah, atau campuran masing-masing warna itu. Biji mangg lazim disebut pelokj yang terdiri dari kulit biji yang keras (endocarp) dan dua keping biji yang berdaging. Bentuk biji mangga ada yang membulat maupun pipih (Pracaya, 2015). Adapun klasifikasi stroberi (Fragaria ananassa) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnollophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Rosales



Famili



: Rosaceae



Genus



: Fragaria



Spesies



: Fragaria x ananassa



Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasa dikenal adalah buah semu yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovule yang telah diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene. Buah sejati ini berukuran kecil dan menempel pada receptacle yang membesar. Ukuran stroberi ditentukan oleh jumlah buah achene yang terbentuk (Eva, 2021). Adapun klasifikasi nanas (Ananas comosus Merr.) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Monocotyledon



Ordo



: Bromeliales



Famili



: Bromeliaceae



Genus



: Ananas Mill



Spesies



: Ananas comosus Merr.



Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100 sampai 200 bunga, berbentuk silinder, dengan panjang buah sekitar 20,5 cm dengan diameter 14,5 cm dan beratnya 2,2 kg. ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (Yasmin, 2019). 6 Adapun klasifikasi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Genus



: Arachis



Spesies



: Arachis hypogaea L.



Buah kacang tanah berupa polong. Polongan memanjang, tanpa sekat antara, berwarna kuning pucat dan tidak membuka. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang (ginofor). Biji terdiri dari lembaga dan keping biji yang diliputi kulit ari tipis (tegmen), bentuknya bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji lain selagi di dalam polong. Biji bisa berwarna putih, merah, ungu atau coklat (Siti et al., 2020). Adapun klasifikasi jagung (Zea mays) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Monocotyledone



Ordo



: Graminales



Famili



: Gramineae



Genus



: Zea



Spesies



: Zea mays L.



Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono et al., 2005). Adapun klasifikasi nangka (Artocarpus integra Merr.) sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledonae 7



Ordo



: Morales



Famili



: Moraceae



Genus



: Artocarpus



Spesies



: Artocarpus integra Merr.



Nanas termasuk buah sejati majemuk karena bunga nanas yang awalnya banyak menjadi satu buah. bagian exocarpium nanas tidak dapat dimakan. Bagian mesocarpium nanas dapat dimakan dan bagian endocarpium nanas terdapat di bagian bongkol nanas (Hasnunidah et al., 2019).



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 18 april 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Pisau digunakan sebagai alat untuk memotong objek praktikum. Buku gambar



digunakan sebagai alat



untuk menggambar hasil



pengamatan. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Kamera digunakan sebagai alat untuk mengambil gambar objek praktikum. Lembar laporan sementara digunakan sebagai referensi laporan praktikum.



Bahan Buah Mangifera indica yang digunakan untuk diamati. Buah Fragaria ananassa yang digunakan untuk diamati. Buah Ananas comosus Merr. yang digunakan untuk diamati. Arachis hypogaea L. yang digunakan untuk diamati. Zea mays yang digunakan untuk diamati. Buah Artocarpus integra Merr. yang digunakan untuk diamati.



9 Prosedur Kerja 11. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati. 12. Pada pengamatan morfologi biji, masing-masing biji dibelah melintang atau vertical. 13. Mengamati bagian-bagian buah dan biji tanaman. 14. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Buah Mangga (Mangifera indica) Gambar



Keterangan 



Buah mangga termasuk golongan buah tunggal sejati







Buah mangga buah berdaging memiliki 3 lapisan 1. Kulit luar (Exocarpium) 2. Kulit tengah (Mesocarpium) 3. Kulit dalam (Endocarpium)



11 Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Buah Stroberi (Fragaria ananassa) Gambar



Keterangan 



Buah stroberi termasuk golongan buah semu ganda







Buah stroberi memiliki 3 lapisan 1. Kulit luar (Exocarpium) 2. Kulit tengah (Mesocarpium) 3. Kulit dalam (Endocarpium)



12 Tabel 3. Hasil Pengamatan Morfologi Buah Nanas (Ananas comosus Merr.) Gambar



Keterangan 



Buah nanas termasuk golongan buah sejati majemuk







Buah nanas membentuk suatu buah buni majemuk







Buah nanas memiliki 3 bagian 1. Tangkai buah 2. Kulit buah 3. Daging buah



13 Tabel 4. Hasil Pengamatan Morfologi Polong Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Gambar



Keterangan 



Kacang tanah termasuk golongan buah sejati tunggal







Kacang tanah memiliki 2 lapisan 1. Kulit luar (Exocarpium) 2. Kulit dalam (Endocarpium)







Termasuk biji dikotil







Inti biji terdiri dari 1. Cadangan makanan 2. Embrio



14 Tabel 5. Hasil Pengamatan Morfologi Jagung (Zea mays) Gambar



Keterangan 



Jagung termasuk tanaman monokotil dan biji tertutup







Pada biji tertutup jagung memiliki 2 lapisan 1. lapisan kulit di sebelah luar (testa) 2. lapisan kulit di sebelah dalam (tegmen)







Inti biji terdiri dari 1. Cadangan makanan 2. Embrio



15 Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi Buah Nangka (Artocarpus integra Merr.) Gambar



Keterangan 



Buah nangka termasuk tanaman dikotil dan biji tertutup







Pada biji tertutup buah nangka memiliki 2 lapisan 1. lapisan kulit di sebelah luar (testa) 2. lapisan kulit di sebelah dalam (tegmen)







Inti biji terdiri dari 1. Cadangan makanan



2. Embrio



Pembahasan Buah mangga (Mangifera indica) termasuk buah sejati tunggal berdaging. Buah mangga termasuk buah sejati atau buah sungguh karena buah terbentuk langsung dari bakal buah tanpa diikuti oleh bagian-bagian bunga lainnya, jika ada bagian bunga lainnya yang masih tinggal, bagian bagian ini tidak merupakan bagian buah yang berarti. Buah mangga termasuk buah sejati tunggal karena buah sejati tunggal yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Dinding buah mangga terdiri dari atas kulit luar (exocarpium atau epicarpium), yaitu lapisan yang berada paling luar berwarna hijau saat buah mangga mentah atau berwarna hijau 16 kekuning-kuningan saat buah mangga matang. Kulit tengah (mesocarpium), yaitu lapisan yang tebal dan berdaging atau lapisan yang biasa dimakan. Lapisan ini biasanya disebut daging buah. Kulit dalam (endocarpium), yaitu bagian yang berbatasan langsung dengan ruang yang mengandung bijinya. Buah stroberi (Fragaria ananassa) termasuk buah semu atau buah tertutup karena buah terbentuk dari bakal buah tanpa beserta bagian-bagian bunga lainnya yang perlahan akan menjadi bagian utama buah. buah stroberi termasuk buah semua ganda karena pada bunga terdapat lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada bagian lain pada bung aitu yang menjadi buah dan merupakan buah yanhg mencolok (seringkali berguna). dinding buah stroberi terdiri atas kulit luar (exocarpium atau epicarpium), yaitu lapisan yang berada paling luar berwarna merah yang memiliki biji yang terletak di luar bagian utama buah. Kulit tengah (mesocarpium), yaitu lapisan yang tebal dan berdaging atau lapisan yang



biasa dimakan. Lapisan ini biasanya disebut daging buah. Kulit dalam (endocarpium), yaitu bagian yang berda paling tengah berwarna keputih-putihan. Buah nanas (Ananas comosus Merr.) termasuk buah sejati atau buah sungguh karena buah terbentuk langsung dari bakal buah tanpa diikuti oleh bagian-bagian bunga lainnya, jika ada bagian bunga lainnya yang masih tingal, bagian ini tidak merupakan bagian buah yang berarti. Buah nanas termasuk buah sejati majemuk karena buah berasal suatu bunga majemuk, yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah, tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul, sehingga seluruhnya tampak seperti satu buah saja. Dinding buah nanas terdiri atas kuliat luar (exocarpium atau epicarpium), yaitu lapisan yang berada paling luar berwarna hijau saat buah nanas mentah atau berwarna kekuning-kuningan saat buah matang. Kulit tengah (mesocarpium), yaitu lapisan yang tebal dan berdaging atau lapisan yang biasa dimakan. Lapisan ini biasanya berada paling tengah atau yang biasa disebut bongol nanas. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk buah sejati tunggal kering. Buah kacang temasuk buah sejati atau buah sungguh karena buah terbentuk langsung dari bakal buah tanpa diikuti oleh bagian-bagian bunga lainnya, jika ada 17 bagian bunga lainnya yang masih tinggal, bagian ini tidak merupakan bagian buah yang berarti. Kacang tanah termasuk buah sejati tunggal karena buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Dinding polong kacang tanah terdiri atas kulit luar (exocarpium atau epicarpium), yaitu lapisan yang berada paling luar berwarna kecokelatan. Kulit tengah (mesocarpium), yaitu lapisan yang berada di balik kulit luar (exocarpium atau epicarium) atau biasa disebut kulit ari. Tidak mempunyai kulit dalam (endocarpium). Jagung (Zea mays) termasuk biji monokotil. Biji jagung termasuk biji angiospermae (biji tertutup). Lapisan kulit terdiri atas lapisan kulit luar (testa), yaitu lapisan yang terluar bertekstur licin berfungsi sebagai pelindung utama dari bagian-bagian dalam biji. Lapisan kulit dalam (tegmen), yaitu bagian kasar-kasar berwarna kuning yang berada setelah lapisan kulit luar (testa). Bagian yang



berwarna kuning adalah sebagai tempat cadangan makanan. Sedangkan bagian berwarna putih yang terletak paling tengah adalah embrio. Biji nangka (Artocarpus integra Merr.) termasuk biji dikotil. Biji nangka temasuk biji angiospermae (biji tertutup). Lapisan kulit biji terdiri atas lapisan kulit luar (testa), yaitu lapisan yang terluar berwarna putih tipis bertekstur licin berfungsi sebagai pelindung utama dari bagian-bagian dalam bijt Lapisan kulit dalam (tegmen) yaitu bagian berwarna cokelat yang berada setelah lapisan kulit luar (testa). Bagian yang berwarna putih adalah sebagai tempat cadangan makanan. Sedangkan bagian berwarna putih kecil adalah embrio.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 9.



Buah dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buah sejati atau buah sungguh (fructus nudus) dan buah semu atau buah tertutup (fructus spurius).



10. Dinding buah sering kali dengan jelas dapat dibedakan dalam 3 lapisan, yaitu kulit luar (exocarpium atau epicarpium), kulit tengah (mesocarpium), dan kulit dalam (endocarpium).



11. Bagian-bagian biji terdiri atas kulit biji, hipokotil, radikula, epikotil, plumula, dan kotiledon. 12. Pada tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) kulit biji mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan kulit di sebelah luar (testa) dan lapisan kulit di sebelah dalam (tegmen).



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 6.



Praktikan diharapkan dapat memahami materi morfologi buah dan biji tersebut.



7.



Gambar yang disertakan menggunakan gambar asli atau lukisan sendiri tidak mengambil diinternet.



DAFTAR PUSTAKA Amintarti, S. 2013. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Eva, R. L. 2021. Budi Daya Stroberi. Bhuana Ilmu Populer. Gloria, R. Y. 2022. Modul Pratikum Anatomi Tumbuhan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Halimah, D. N., & Rumah, P. P. 2020. Buku Pendalaman Materi (BUPERI) Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTS Kelas VIII. Penerbit Pustaka Rumah C1nta.



Hasnunidah, N., & Juli Wiono, W. (2019). Botani Tumbuhan Tinggi. Lampung. Indriyani, S., Batoro, J., Ekowati, G., Azrianingsih, R., & Rahardi, B. 2018. Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Mambu, S. M., & Rampe, H. L. 2021. Embiriologi Magnoliophyta. Lakeisha. Pracaya. 2015. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Rudi, H., & Purwono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Sagala, D., Ningsih, H., Koryati, T., Ramdan, E.P., Indarwati, I., Herawati, J., Mahyati, M., Junairiah, J., Utomo, B., Purwanti, S. & Septariani, D.N., 2021. Dasar-Dasar Agronomi. Yayasan Kita Menulis. Samiyarsih, S. 2016. Struktur Dasar Berbiji. Universitas Terbuka.



dan



Terminologi



Tumbuhan



Siti, N. A., & Tim Penerbit KBM Indonesia. 2020. Ensiklopedia Kacang Tanah. Penerbit KBM Indonesia. Yasmin, N. D. 2019. Daya hasil Tanaman Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) dengan Aplikasi Berbagai Jenis Mulsa Pasca Tambang Timah. Balunjuk: Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi. Universitas Bangka Belitung.



TATA LETAK DAUN PADA BATANG (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007



KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



7



Waktu dan Tempat....................................................................



7



Alat dan Bahan..........................................................................



7



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



7 7



Prosedur Kerja..........................................................................



8



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



9



Hasil..........................................................................................



9



Pembahasan...............................................................................



13



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



16



Kesimpulan ..............................................................................



16



Saran .........................................................................................



16



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



17



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



24........................................................................................... Hasil Tata Letak Tanaman Singkong (Manihot utilissima).........................................................................



25...........................................................................................Hasil



9 Tata



Letak Tanaman Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.)....................................................................



26...........................................................................................Hasil



10 Tata



Letak Tanaman Suji Hijau (Pleomele angustifolia)....................................................................



27...........................................................................................Hasil Letak Tanaman Bunga Terompet Emas



11 Tata



(Allamanda cathartica L.) ...............................................................



12



28. Hasil Tata Letak Tanaman Mawar (Rossa sp.) .......................................................................................



13



PENDAHULUAN Latar Belakang Daun merupakan organ vegetative tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, air dan karbondioksida diubah menjadi glukosa dan oksigen. Proses fotosintesis terjadi



pada sel-sel yang berklorofil. Adanya klorofil dalam sel-sel mesofil daun menyebabkan warna daun pada umumnya berwarna hijau (Haryani, 2018). Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang dinamankan tata letak daun. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies tumbuhan. Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu ciri pengenal bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan cahaya matahari oleh daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari daun-daun diatasnya, dan bagaimana keadaan ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun melekat (Partini, 2017). Tata letak daun atau yang biasa disebut dengan phyllotxis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi karena urutan daun sudah terlihat jelas maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan susunan kedudukan daun yang membagi-bagi lingkaran penuh menjadi bagian-bagian kecil. Bagian kecil ini umumnya berpola seperti deret Fibonacci (Indriyani et al., 2018). Daun dapat dibentuk secara tunggal bila tedapat satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku, dan secara karangan bila terdapat dua helai daun atau lebih pada setiap buku. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat konstan dan juga ditentukan oleh banyaknya helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku) (Sasmi et al., 2019). Buku buku batang (nodus) merupakan bagian batang atau cabang yang dijadikan sebagai bagian tempat duduknya suatu daun. Bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar sebagai suatu cincin. Selain itu, ada ruas (internodium) yang merupakan bagian batang yang berada diantara dua buku-buku. Terdapat perbedaan antara letak daun antara satu sama lain 2



yang ada dibatang. Perbedaan yang utama yakni mengenai aturan letak-letak daun. Aturan letak-letak daun dapat dipakai sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan (Riastuti et al., 2020). Terdapat beberapa jenis duduk daun yang terdapat pada nodus. Jenis-jenis phyllotaxis yang terdapat pada tumbuhan dapat mempertahankan pola dudukan dun pada tunas saat masa pertumbuhan meskipun ukuran batang tidaklah sama mengenai panjang dan diameternya. Adapun merupakan jenis-jenis dari phyllotaxis, antara lain terdapat satu daun pada tiap buku buku batang, terdapat dua daun pada tiap buku buku batang, terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku batang (Bryntsev, 2014).



Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengenal berbagai tata letak daun pada batang. Menentukan rumus daun. Menggambar bagan dan diagram daun. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.



TINJAUAN PUSTAKA Daun terbentuk pada meristem apeks batang di dekat bagian yang terujung. Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan perinklinal sekelompok di bagian sisi meristem apeks. Pembelahan awal umumnya terjadi pada lapisanlapisan sel di bawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari sel lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas berlangsung meristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi. Setelah mencapai tinggi tertentu, di sisi lain terjadi pembelahan periclinal yang serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan, bakal primordium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak daun tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal daun tersebut biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati keliling batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut sempit (Halimah et al., 2020). Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun terdapat pada buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesiesspesies tumbuhan. Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu ciri pengenal bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada batang (tata letak daun, phyllotaxis) perlu diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada setiap buku. Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan daun-daun pada buku atau buku buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu daun dengan daun-daun di atasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun melekat (Magfiroh, 2020). Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan jumlah daun yang terdapat pada buku buku yang kemungkinannya terdapat satu daun pada tiap buku-buku. Terdapat dua daun yang berhadap-hadapan pada tiap buku buku. Terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku buku (Elsje, 2020).



Pada tiap buku buku hanya terdapat satu daun saja, maka tata letak daun yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun 4 jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut (Elsje, 2020). Dua daun pada setiap buku buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak 180º). Pada buku buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya disebut berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata) (Elsje, 2020). Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun disebut berkarang (folia verticillate). Daun- daun pada karang atau buku yang letaknya saling berseling. Pada tumbuhan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya ortostikortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain (Elsje, 2020). Tata letak daun tersebar bila kita teliti benar akan memperlihatkan hal-hal yang beraturan. Bila kita pilih satu daun sembarang (sebagai titik tolak) pada batang makan akan terdapat satu daun yang letaknya terdapat pada garis vertical di atas daun tadi. Antara dua daun tersebut terdapat sepuluh daun yang bila diikuti secara beruntun akan mengikuti garis spiral (Riastuti et al., 2020). Ternyata bahwa perbandingan antara banyaknya kali grais spiral itu melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkari batang tadi (daun sebagai titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang nilainya tetap untuk satu jenis tumbuhan. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi itu adalah (b) helai maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecahan 1/b, dan dinamakan rumus daun atau divergensi (Haryani, 2018).



Garis vertical antara dua daun yang sejajar sumbu batang disebut ortostik, sedang garis spiral yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas disebut spiral genetic. Apabila garis spiral tadi diproyeksikan pada bidang datar, maka pecahan a/b dapat menerjemahkan sudut antara dua daun tersebut yaitu a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360º, dan disebut sudut divergensi. Apabila kita 5 memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, akan diperoleh bahwa pecahan a/b terdiri atas deretan pecahan-pecahan yang teratur dan tetap yaitu 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, dan seterusnya. Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat-sifat atau karakteristik suatu jenis tumbuhan dinakan suatu deret Fibonacci (Amintarti, 2014). Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Herbarium Medanense (2016), klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledoneae



Ordo



: Euphorbiales



Famili



: Euphorbiaceae



Genus



: Manihot



Spesies



: Manihot utilissima



Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan DepKes (2000), klasifikasi tanaman cocor bebek adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Rosales



Famili



: Crassulaceae



Genus



: Kalanchoe



Spesies



: Kalanchoe pinnata L.



Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Lemmens dan Bunyapraphatsara (2013), klasifikasi tanaman suji hijau adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Monocotyledoneae



Ordo



: Lilianae



Famili



: Liliaceae



Genus



: Pleomele 6



Spesies



: Pleomele angustifolia



Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Heyne (1987), klasifikasi tanaman bunga terompet emas adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Apocynales



Famili



: Apocynaceae



Genus



: Allamanda



Spesies



: Allamanda cathartica L.



Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan Nampiah (1995), klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut. Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rosales



Famili



: Rosaceae



Genus



: Rossa



Spesies



: Rossa sp.



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 25 april 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Lembar laporan sementara digunakan sebagai referensi laporan praktikum.



Bahan Morus alba/ Manihot utilissima. yang digunakan untuk diamati.



Kalanchoe pinnata L. yang digunakan untuk diamati. Pleomele angustifolia. yang digunakan untuk diamati. Allamanda cathartica L. yang digunakan untuk diamati. Rossa sp. yang digunakan untuk diamati.



8 Prosedur Kerja 15. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun. 16. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram batang. 17. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masingmasing tanaman yang diamati.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Tata Letak Tanaman Singkong (Manihot utilissima) Diagram Bagan



Keterangan







Singkong termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)







Rumus tata letak daun 2/5







Sudut divergensi letak daun 2/5 x 360º = 144º



10 Tabel 2. Hasil Tata Letak Tanaman Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) Diagram Bagan



Keterangan 



Cocor bebek termasuk dalam daun berhadapan-bersilang (folia opposita)







Rumus tata letak daun 1/2







Sudut divergensi letak daun 1/2 x 360º = 180º



11 Tabel 3. Hasil Tata Letak Tanaman Suji Hijau (Pleomele angustifolia) Diagram Bagan



Keterangan 



Suji hijau termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)







Rumus tata letak daun 3/8







Sudut divergensi letak daun 3/8 x 360º = 135º



12 Tabel 4. Hasil Tata Letak Tanaman Bunga Terompet Emas (Allamanda cathartica L.) Gambar



Keterangan 



Bunga terompet emas termasuk dalam daun berkarang (folia verticillata)







Rumus tata letak daun tidak dapat ditentukan



13 Tabel 5. Hasil Tata Letak Tanaman Mawar (Rossa sp.) Diagram



Bagan



Keterangan 



Mawar termasuk dalam daun tersebar (folia sparsa)







Rumus tata letak daun 1/3







Sudut divergensi letak daun 1/3 x 360º = 120º



Pembahasan Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Tata letak daun terbagi 3, yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun, yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan tersebar (folia sparsa). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu. Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada di atasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal



14 di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang



kembali,walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak. Pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180°). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata). Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun. Tata letak daun dimana pada setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun dinamakan berkarang (folia verticillata). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain. Singkong (Manihot utilissima) memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut divergensinya 2/5 × 360° = 144°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 6, duduk daun 2 sejajar dengan daun 7, duduk daun 3 sejajar dengan daun 8, duduk daun 4 sejajar dengan daun 9, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya hanya terdapat satu daun (folia sparsa). Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) memiliki rumus daun 1/2 dengan sudut divergensinya 1/2 × 360° = 180°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 3, duduk daun 2 sejajar dengan daun 4, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, dst. Pada tanaman ini setik buku batangnya terdapat dua daun yang berhadapan (folia opposita). Suji hijau (Pleomele angustifolia) memiliki rumus daun 3/8 dengan sudut divergensinya 3/8 × 360° = 135°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 9, duduk daun 2 sejajar dengan daun 10, duduk daun 3 sejajar dengan daun 11, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat satu daun (folia sparsa). Bunga terompet emas (Allamanda cathartica L.) tidak memiliki rumus tata letak daun sehingga sudut divergensinya tidak terdefinisikan. Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat lebih dari dua daun (folia verticillata). Mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun 1/3 dengan sudut divergensinya 1/3



15 × 360° = 120°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 4, duduk daun 2 sejajar dengan daun 5, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, duduk daun 4 sejajar dengan daun 8, duduk daun 5 sejajar dengan daun 10, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat satu daun (Folia sparsa).



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 13. Tata letak daun atau yang biasa disebut dengan phyllotxis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang. 14. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x



360°, disebut sudut divergensi. Tanaman pada



praktikum ini memiliki sudut divergensi 144º adalah singkong, 180° adalah cocor bebek, 135° adalah daun suji hijau, tanaman bunga terompet emas



sudut divergensinya tidak terdefinisi, 120° adalah



mawar. 15. Tanaman yang memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) adalah singkong, suji, dan mawar, berhadapan-bersilangan (folia decussata) adalah cocor bebek, berhadapan-berkarang (folia verticillata) adalah bunga terompet emas. 16. Rumus daun pada tanaman singkong adalah 2/5, cocor bebek adalah 1/2, daun suji hijau adalah 3/8, tanaman bunga terompet emas rumus daunnya tidak terdefinisi, mawar adalah 1/3.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 8.



Sebelum melaksanakan praktikum praktikan diharapkan memahami materi agar tidak terjadi kekeliruan.



9.



Tabel disertakan dengan gambar, bagan, dan diagram yang jelas.



DAFTAR PUSTAKA Amintarti, S. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP ULM: Banjarmasin. Bryntsev, V. A., Tsarev, A. P., Pogiba, S. P., & Laura, N. V. 2014. Selektsiya sosny kedrovoy sibirskoy [Selection of Siberian Stone Pine]. Selektsiya lesnykh i dekorativnykh drevesnykh rasteniy [Selection of Forest and Ornamental Woody Plants]. Moscow, 221-227. Elsje, T. M. 2020. Ministry Of Education and Culture Mulawarman University Faculty Of Teacher Training and Education. Halimah, D. N., & Rumah, P. P.  2020. Buku Pendalaman Materi (BUPERI) Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTS Kelas VIII. Penerbit Pustaka Rumah C1nta. Haryani, T. S. 2018. Organo Nutritivum (daun, batang dan akar). Universitas Terbuka. Indriyani, S., Batoro, J., Ekowati, G., Azrianingsih, R., & Rahardi, B. 2018. Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan. Universitas Negeri Jember. Magfiroh, L. U. 2020. Pengembangan Ensiklopedia Tumbuhan Angiospermae dalam Tradisi Jawa di Desa Kaliwining sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/MTs (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Jember). Partini, P. 2017. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Liana Di Taman Nasional Sebangau Resort Habaring Hurung. Doctoral dissertation, IAIN Palangka Raya. Riastuti, R. D., Nopiyanti, N., & Febrianti, Y. 2020. Keragaman Morfologi Modifikasi Batang (Caulis) di Kecamatan Lubuklinggau Timur I,



Lubuklinggau. Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, 2(2), 67-73. Sasmi, J., Mahdi, N., & Kamal, S. (2017). Jenis tanaman yang digunakan untuk obat tradisional di kecamatan Kluet Selatan. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5(1), 36-59.



PERKECAMBAHAN DAN PERBANYAKAN GENERATIF (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



4



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



5



BAHAN DAN METODE.....................................................................



12



Waktu dan Tempat....................................................................



12



Alat dan Bahan..........................................................................



12



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



12 12



Prosedur Kerja..........................................................................



13



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



14



Hasil..........................................................................................



14



Pembahasan...............................................................................



17



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



20



Kesimpulan ..............................................................................



20



Saran .........................................................................................



20



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



21



DAFTAR TABEL



Nomor



Halaman



29...........................................................................................Hasil Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Jagung (Zea mays)........................................................................................



14



30...........................................................................................Hasil Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Jeruk (Citrus).............................................................................................



15



31...........................................................................................Hasil Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Kacang Hijau (Vigna radiata).................................................................................



16



PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme. Pertumbuhan bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Proses pertumbuhan biasanya diikuti dengan pertambahan berat tubuh. Pertumbuhan diikuti perkembangan yang merupakan proses saling terkait. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan diawali dengan pertumbuhan bakal biji dan bakal buah. Tahap berikutnya yaitu perkecambahan kemudian akan mengalami pertumbuhan sampai pada akhirnya menjadi tumbuhan dewasa yang dapat menghasilkan biji kembali (Diah et al., 2004). Beberapa biji segera mengalami perkembangan jika berada di kondisi lingkungan yang sesuai. Namun, bebrapa biji yang lain berada dalam masa dormansi. Artinya, biji tersebut tidak tumbuh dan berkembang. Biji berada pada masa dormansi dapat dikarenakan tidak cocoknya kondisi lingkungan yang memungkinkan biji berkecambah. Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan masuknya air ke dalam biji, yang disebut dengan proses imbisi.. proses tersebut akan menginduksi aktivitas enzim (biokatalisator yang berperan dalam metabolisme) sehingga awal perkecambahan mulai berjalan (Diah et al., 2004). Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponenkomponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula. Daya berkecambah benih merupakan salah satu indikator viabiltas benih yang mengindikasikan kualitas benih. Penilaian perkecambahan dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu penilaian yang dilakukan terhadap setiap individu benih dan



2



metode tidak langsung yang penilaiannya dilakukan pada sekelompok benih (Sudjadi, 2006). Daya berkecambah benih yang merupakan salah satu tolak ukur viabilitas benih sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Viabilitas benih tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kesesuaian lingkungannya yaitu viabilitas benih dalam lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Lingkungan eksternal yang sangat menentukan kapasitas daya berkecambah sebagai indikator viabilitas benih adalah substrat pengujian. Substrat pengujian tersebut dapat berupa substrat alami (tanah, pasir, pasir kwarsa, pasir kali, bata merah) dan substrat buatan/kertas (towel, kimpak, blue blotter, kertas merang). Substrat pengujiaan harus memiliki persyaratan, tidak mudah robek, steril, tidak toksik, dapat menyerap air, warna memudahkan pengujian (Sudjadi, 2006). Permulaan kehidupan tumbuhan. Terjadi karena pertumbuhan radikal (calon akar) dan planula (calon batang). Tumbuhan menjadi tunas dengan mengandalkan cadangan makanan yang tersimpan dalam biji tersebut. Benih membutuhkan air untuk proses pertumbuhan awal berkecambah. Proses ini biasa dikatakan dengan proses imbibisi yang selanjutnya air digunakan untuk mengaktifkan sel-sel dan enzim yang ada dalam benih. Setelah enzim aktif, terjadi penguraian karbohidrat yang kemudian tanaman akan memulai pertumbuhannya dengan proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Berdasarkan letak perkecambahan, tipe perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal. Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon sebagai cadangan energi akan melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk membentuk daun. Sedangkan perkecambahan hypogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah) (Irnaningtyas, 2008).



3



Perbanyakan secara generative diawali dengan inisiasi bunga hingga pembentukan biji dan terbentuknya buah. Buah tersebut dipanen dan ambil bijinya untuk bahan perbanyakan. Biji tersebut merupakan organ perkembangbiakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji. Perbanyakan melalui benih atau biji dilakukan karena alas an lebih praktis, lebih mudah, dan teknis ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk tanaman tersebut (Rahardja et al., 2003). perbanyakan secara tanaman secara generative banyak dilakukan oleh hewan-hewan pemakan buah-buahan atau biji-bijian, seperti monyet, kera, rusa, dan burung. Perbanyakan generative yang menghasilkan spesies dan kultivar baru biasa dibantu oleh angin dan serangga melalui penyerbukan silang antarspesies tanaman. Saat ini, perbanyakan generative masih banyak dilakukan terutama untuk menghasilkan jenis-jenis tanaman baru yang memiliki kualitas bagus dengan cara penyilangan. Tanaman buah tanpa biji, seperti semangka dan melon, bisa dihasilkan dengan cara generative. Perbanyakan tanaman secra generative terjadi melalui biji. Biji merupakan organ perkembangbiakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan secara biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Hal ini merupakan salah satu kemampuan alami tanaman untuk berkembang biak dan melestarikan kelangsungan hidupnya. Tanaman baru hasil perkembangbiakan generative akan mewarisi sifat-sifat kedua induknya jika penyerbukannya dilakukan secara silang dengan tanaman yang sejenis. Sifat-sifat yang dimiliki individu baru hasil pengembangbiakan generative merupakan gabungan sifat induk jantan dan induk betina (Rahardja et al., 2003). Sifat yang bergabung dan muncul pada keturunan baru terjadi sesuai dengan hukum-hukum genetika. Dengan demikian, tanaman baru hasil pengembangbiakan generative belum tentu memiliki sifat yang sama dengan sifat induknya. Sifat-sifat resesif yang tidak tampak pada tanaman induk bisa muncul pada keturunan baru. Karena itu, perbanyakan tanaman secara generative melalui persilangan dapat digunakan untuk mencari sifat-sifat baru. Teknik perbanyakan generative masih banyak dilakukan terutama untuk mencari varietas-varietas



4



unggul suatu tanaman, terutama sayuran, padi, jagung, kedelai, gandum, tomat, cabai, dan buah-buahan (Rahardja et al., 2003).



Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk melakukan perbanyakan tanaman secara generative menggunakan benih dari beberapa jenis tanaman. Mengetahui tipe perkecambahan biji, proses perkecambahan dan mengetahui keadaan morfologi kecambah dari berbagai jenis biji. Menggambar bagian-bagian dari kecambah yang tumbuh.



5



TINJAUAN PUSTAKA Proses awal suatu tumbuhan dapat berkembang yakni dengan adanya proses perkecambahan. Biji akan melalui proses pengecambahan dengan memanfaatkan zat-zat yang diperlukan untuk berkembang dengan baik. Proses perkecambahan terdiri dari berbagai tahapan. Dari tahapan-tahapan tersebut muncul proses biji untuk berkembang yang dinamakan perkecambahan. Ada empat tahap biji untuk tumbuh dan menghasilkan hasil yang maksimal. Tahap pertama adalah memanfaatkan air yang telah diserap biji. Terserapnya air dapat menjadikan biji lunak serta adanya hidrasi dari protoplasma. Air memiliki fungsi menjadi pelarut bagu senyawa-senyawa yang ada pada biji tersebut baik organic maupun non organik. Kemudian pada tahap kedua, harus melewati proses naiknya tingkat respirasi benh. Adanya kegiatan sel-sel serta enzim. Tahap ketiga perkecambahan adanya proses penguraian bahan-bahan lainya seperti lemak, karbohidrat, dan protein untuk dilarutkan dan disebarkan ke titik tumbuh (Sunyoto, 2013). Pada tahap keempat, adanya proses penguraian komponen. Proses perkecambahan yang diutamakan adalah persediaan makanan pada biji, karena daun belum dapat beroperasi



dengan



proses



fotosintesis.



Kecambah



normal



menunjukkan



kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada kondisi (tanah, kelembaban, suhu dan cahaya) yang sesuai. Kecambah abnormal tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal bila ditumbuhkan pada tanah yang baik serta dibawah kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sesuai. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam faktor yang didalamnya terdapat tingkat kematangan biji itu sendiri, ukuran biji, zat penghambat, dan dormansi biji. Tingkat kemasakan biji memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda. Dalam pencapaian proses tersebut, secara fisiologis terdapat ciri-ciri kematangan biji dengan daya tumbuh yang tinggi. Jika tingkat kematangan tidak terjadi secara fisiologis, itu berarti cadangan makanan yang ada dalam biji belum terpenuhi dan embrio belum terbentuk sempurna. Ukuran biji secara fisik penilaian ukuran biji



6



dapat dinilai dari besar kecilnya. Jika biji tersebut besar maka dapat disimpulkan bahwa cadangan makanannya lebih banyak. Zat penghambat adalah zat yang menghambat pertumbuhan biji. Misalnya terdapat Nacl atau manitol akan membuat biji mengalami imbisi dan mengurangi konsentrasi inhibitor akan menurun. Dormansi biji dapat dikatakan apabila sebuah benih itu dapat dikatakan hidup namun tidak ada proses perkecambahan. Meskipun berada di lingkungan yang mendukung proses perkecambahan, tapi biji tersebut tidak dapat berkecambah sebagaimana mestinya. Periode dormansi biji ini dapat berlangsung selama beberapa tahun dan bergantung jenis benih dan tiper dormansinya. Factor



luar



faktor



dari



lingkungan



sekitar



yang



mendukung



perkecambahan seperti jenis tanah, status tanah, suhu udara, keadaan media, dan cahaya matahari. Air adalah salah satu kekayaan alam yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk hidup termasuk tumbuhan. Jika tidak ada air maka tidak ada peroses pertumbuhan yang baik Karena penyerapan air merupakan hal yang sangat penting. Sel-sel yang ada di dalam benih membutuhkan air untuk mengembangkan benih dalam proses perkecambahan. Air juga berfungsi untuk mengencerkan protoplasma dan media angkut makanan dari endospem atau kotiledon ke daerah titik titik tumbuh. Suhu (tempetratur) berpengaruh terhadap proses imbibisi. Imbibisi air dari daerah disekitar perakaran ke dalam sel tanaman akan berlangsung lebih cepat pada temperature yang lebih tinggi. Temperature juga berpnegaruh terhadap kecepatan aliran translokasi makanan terlarut dan hormone disamping meningkatkan respirasi serta pembelahan dan pemanjangan sel (Ashari, 1995). Oksigen perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh oksigen, yang mana digunakan untuk respirasi (pemecahan makanan untuk menghasilkan energi). Respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen (O 2) untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida (CO2), air (H2O) dan energi. Cahaya adanya cahaya sangat penting dalam proses ini karena peranan cahaya sebagai faktor pengontrol perkecambahan biji. Cahaya memiliki fungsi sebagai pigmen yang dikenal sebagai phytochrome. Menurut Sutopo, phtochrome tersusun dari zat shromophere dan protein yang ada dalam benih (Sutopo, 2004). Kacang hijau atau (Vigna radiata) berasal dari famili pabaceae alias polong-polongan,



7



kacang hijau dan kecambhanya banyak manfaat bagi Kesehatan. Kandungan proteinnya cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting seperti kalsium dan foepor dan sangat diperlukan tubuh. Kacang hijau termasuk tanaman yang relative muda termasuk tanaman yang relative mudah untuk ditanam, tanaman tidak bergantung pada iklim tertentu dengan memperhatikan kecukupan factorfaktor eksternal seperti air dan mineral, kelembaban, suhu serta cahaya sinar matahari kacang hijau dapat tumbuh dengan baik. Menurut Rukmana (2002), tanaman kacang hijau termasuk tanaman semusim yang tergolong dalam: Devisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rosales



Famili



: Papilionacea



Genus



: Vigna



Spesies



: Vigna radiata atau Phaseolus radiate.



Biji kacang hijau berkecambah dan keluar dari tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4-5 hari, rata-rata 5 hari, tergantung kelembaban dan kedalaman penanaman. Munculnya daun pertama (unifoliate leaf) setelah daun Lembaga membutuhkan waktu 9-11 hari, rata-rata 10 hari (Marzuki et al., 2004). Morfologi tanaman kacang hijau memiliki perakaran yang tersusun atas akar tunggang dan akar lateral. Akar tunggang merupakan akar primer yang tumbuh paling awal dari benih yang tumbuh. Akar tunggang mempunyai Panjang lebih kurang 1 meter. Akar lateral merupakan akar sekunder atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada akar primer. Akar sekunder ini tumbuh tersebar menyimpang (horizontal) dekat dengan permukaan tanah dengan lebar mencapai 40 cm lebih. Perakaran kacang hijau dapat membentuk bintil akar (nodule). Bintilbintil akar tersebut terdapat pada akar lateral. Didalam bintil akar hidup bakteri Rhizobiun japonicum tidak terdapat dalam tanah, maka perkara tanaman kacang hijau tidak dapat membentuk bintil akar. Bintil-bintil akar mulai aktif mengikat nitrogen dari udara pada saat node kedua atau ketiga (Cahyono, 2007).



7



Batang jenis tanaman kacang hijau mengayu berbatang jenis perdu (semak), berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam berwarna coklat muda



8



atau hijau. Batang berukuran kecil dan berbentuk bulat, ketinggian batang antara 30 cm- 100 cm. Batang bercabang menyebar kesemua arah. Banyaknya cabang pada tanaman tergantung pada varietas dan kepadatan populasi tanaman (Rukmana, 2002). Tanaman kacang hijau berdaun majemuk yang tersusun dari tiga helaian (trifoliate) anak daun setiap tangkai. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan daun mempunyai struktur bulu yang beragam, tergantung dari varietasnya. Tangkai daun hijau agak merah, berbulu jarang, permukaan bawah daun hijau diatasnya merah tua kehijauan dan urat daun merah tua kehijauan (Cahyono, 2007). Bunga tanaman kacang hijau tumbuh berkelompok dan muncul pada setiap ketiak daun (ruas-ruas batang). Pada umumnya Bungan tanaman kacang hijau melakukan penyerbukan sendiri. Pernyebukan bunga terjadi sebelum bunga mekar (mahkota bunga masih tertutup), sehingga mungkin terjadi kawin silang secara alami sangat kecil. Bila telah terjadi penyerbukan secara sempurna maka bunga akan berkembang menjadi buah (polong). Namun, tidak semua bunga yang menyerbuk dapat menjadi buah (Cahyono, 2007). Buah (polong) kacang hijau berbentuk polong (silindris) dengan Panjang antara 6-15 cm, berbulu pendek, polong kacang hijau bersekmen-sekmen yang berisi biji. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setalah tua berwarna hitam coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil disbanding kacang-kacangan lainnya. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa adda berwarna kuning, coklat dan hitam (Rukmana, 2002). Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap. Warna tersebut merupakan warna dari kulir bijinya. Biji kacang hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit, keeping biji, pusar biji (hilum) dan embrio yang terletak diantara keeping biji. Pusar biji atau hilium merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keeping biji mengandung makanan yang akan digunakan sebagai makanan calon tanaman yang akan tumbuh (Cahyono, 2007). Penanaman tanaman kacang hijau, yaitu benih kacang hijau yang akan ditanam sebelumnya diseleksi dengan cara merendam bibit sebelum penanaman, bibit yang mengapung keatas tidak ditanam melainkan bibit yang tenggelam



7



didalam air yang ditanam yang bertujuan untuk mengantisipasi benih yang tidak bagus. Menyiapkan media perkecambahan berupa campuran tanah dan pupuk



9



kendang dengan perbandingan 1:1. Tanam perkecambahan di wadah berupa gelas air mineral yang bagian bawahnya dilubangi dan diisi dengan media perkecambahan. Randolph (1959) mengemukakan bahwa nenek moyang tanaman jagung berasal dari kerabat liar tanaman jagung. Sebelum jagung primitive teosinte dan tripsacum ditemukan, tanaman liar jagung banyak digunakan dan dibudidayakan (Longley). Jagung merupakan mutase dan seleksi secara alami dari teosinte. Biji teosinte terbungkus buah yang keras. Komponen buah ini sama dengan buah jagung, tapi dalam perkembangannya terjadi evolusi, sehingga tidak terbungkus seperti teosinte dan berbuah menjadi tongkol. Evolusi dan penyebaran tanaman jagung sangat ditentukan oleh manusia. Dalam periode antara 5.000 SM dan 1.000 M terjadi mutasi alami dan persilangan antara kelompok jagung, serta proses aklimatisasi dan seleksi spesifik oleh petani, terutama dari aspek ukuran, warna, dan karakteristik biji. Jagung berkembang dari tanaman yang kecil, tongkol terbuka, menjadi tanaman yang mempunyai banyak baris (multi rows), produksi tinggi dan kelobot tertutup, sehingga memerlukan bantuan manusia untuk memisahkan biji dari tongkolnya untuk tumbuh dan berkembang. Umumnya pengembangan tanaman dilakukan dengan seleksi secara sederhana, dengan mempertahankan tongkol yang diinginkan dan benihnya ditanam pada musim berikutnya. Keragaman antartongkol dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga mengaburkan perbedaan genetic dalam hasil, tinggi tanaman, dan karakter kuantitatif lainnya, sehingga seleksi berdasarkan karakter ini belum mampu mempercepat peningkatan hasil biji. Menurut Tjitrosoepomo (2013), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Devisi



: Spermatophyta



Sub-divisi



: monokitiledonae



Kelas



: Angiospermae



Ordo



: glumiflorae / Graminae



Famili



: Maydeae



Genus



: Zea



Spesies



: Zea mays



10



Jagung sebagai salah satu makanan pokok, akhir-akhir ini lebih banyak dibudidayakan karena kebutuhannya yang semakin banyak. Meningkatanya permintaan dengan harga yang tinggi, maka para petani juga semakin banyak bertanam jagung. Bercocok tanam jagung dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu pengerjaan tanah, kegiatan pengerjaan tanah diawali dengan pemilihan lokasi, pembuatan lubang tanam, dan penyediaan tanah yang subur serta sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jagung. Penyediaan bibit, kegiatan penyediaan bibit diawali dengan cara perolehan bibit, pemilihan bibit serta penyemaian bibit. Penanaman



kegiatan



penanaman



bisa



dilakukan



dengan



baik



dengan



memperhatikan waktu tanam, jarak tanam, dan cara menanam. Pemeliharaan, langkah-langkah dalam pemeliharaan bertanam jagung adalah pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit. Pemanenan, kegiatan pemanenan berupa penentuan waktu, cara dan pengolahan hasil panen. Berbagai jenis jeruk (Citrus) berasal dari daerah tropik dan sub-tropik, mulai dari Asia dan kepulauan Malaya lalu menyebar ke seluruh dunia. Banyaknya keragaman pada jeruk, membuat klasifikasi jeruk menjadi cukup sulit. Ada beberapa hal yang membuat keragaman itu ada, yakni dari kultivar dan poliembrioni yang tumbuh secara alami. Hal yang sulit dijelaskan adalah hubungan antara satu varietas dengan varietas yang lain, banyak nama lokal dan perubahan nomenklatur dalam klasifikasi (Dhita, 2011). Tanaman jeruk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi



: Spermaophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rutales



Famili



: Rutaceae



Genus



: Citrus



Spesies



: Citrus sp.



Bagian-bagian tanaman jeruk sebagai berikut: Jenis tanaman



: Pohon atau perdu



Tinggin pohon



: 5-15 m



7



Batang



: Bulat berkayu



11



Daun



: Oval atau lonjong, tidak meranggas



Warna daun



: Hijau tua



Bunga



: Tunggal



Warna bunga



: Putih



Warna buah



: Hijau, kuning, dan jingga



Tanaman jeruk mempunyai bunga yang tersusun dalam rangkaian bunga majemuk (inflorescentia) tipe cymose dimana inisiasi bunga di mulai dari ujung ke bagian axilar sehingga bunga tidak mekar serentak (Spiegelroy, 1996). Secara umum struktur bunga jeruk terdiri atas: 1) kelopak yang berbentuk seperti mangkuk terdiri atas 5 sepal, 2) mahkota terdiri atas 5 petal yang terletak berselang seling di atas sepal, 3) 20-40 benang sari yang masing-masing terdiri atas filament dengan ujung anther yang berwarna kuning, 4) putik yang terdiri atas bakal buah (8-14 carpel), stylus dan stigma. Pada bagian sudut lokulus pada tiap-tiap carpel berkembang plasenta yang berhubungan dengan bakal benih (Spiegelroy, 1996). Tanaman jeruk dapat tumbuh di daerah berjenis apa saja, baik daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun, untuk mencegah hasil yang optimal, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain iklim, ketinggian tempat, pengolahan media tanam, dan pedoman teknis (bahan dan peralatan).



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat



Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 28 maret 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan Bahan Alat Buku gambar digunakan sebagai alat untuk menggambarkan dan menentukan bagian-bagian kecambah. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Cutter digunakan sebagai alat untuk memotong objek praktikum. Gelas air mineral digunakan sebagai wwadah media tanam kecambah. Lembar laporan sementara digunakan sebagai gambaran atau referensi laporan mingguan.



Bahan Biji jagung (zea mays) bagian yang digunakan untuk diamati. Biji kacang hijau (vigna radiata) bagian yang digunakan untuk diamati. Biji jeruk bagian yang digunakan untuk diamati. Tanah, pupuk kendang, dan sekam bagian yang digunakan sebagai media tanam ZPT: Golden Gibb atau bawang merah bagian yang digunakan sebagai perangsang pertumbuhan kecambah.



13



Prosedur Kerja Perkecambahan 1. Masing-masing benih direndam selama 24 jam. 2. Menyiapkan media perkembangan berupa campuran tanah dan pupuk kendang dengan perbandingan 1:1. 3. Menyiapkan wadah perkecambahan berupa gelas air mineral yang bagian bawahnya dilubangi dan diisi dengan media perkecambahan. 4. Mengecambahkan benih 3 jenis tanaman dadh perkecambahan masingmasing 2 benih per wadah. 5. Menjaga kelembaban dan mengamati perkecambahan selama 1 minggu. 6. Benih yang berkecambah salah satunya diambil dan secara berhati-hati dibersihkan dari media yang menempel. 7. Mengamati tipe perkecambahan dan menentukan bagian-bagian kecambah (radikula, plumula, hipokotil, epikotil) dari masing-masing benih. 8. Pada kecambah yang lain, tetap dipelihara pada media tanam sebagai bahan perbanyakan generative selama 8 minggu.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil



Hasil dari praktikum ini adalah dapat dilihat pada beberapa table berikut: Table 1. Hasil Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Jagung (Zea mays) Jagung (Zea mays)



Gambar 1. Benih Zea mays setelah 2 minggu



Keterangan -



Tipe Perkecambahan 1. Hypogeal



-



Tipe Biji Monokotil 2. Daun Sejati 3. Plumula 4. Radikula 5. Kotiledon



-



Tipe Perakaran 6. Akar serabut



Gambar 2. Benih Zea mays



15



Tabel 2. Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Jeruk (Citrus) Jeruk (Citrus)



Gambar 1. Biji Jeruk



Gambar 2. Benih Jeruk



Keterangan -



Tipe Perkecambahan



-



Epigeal



-



Tipe Biji Dikotil 1. Plumula 2. Kotiledon 3. Radikula 4. Epikotil 5. Hipokotil



-



Tipe Perakaran 1. Akar Tunggang



16



Tabel 3. Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif Kacang Hijau(Vigna radiata) Kacang Hijau (Vigna radiata)



Gambar 1. Benih Vigna radiata setelah 2 minggu



Gambar 2. Benih Vigna radiata



Keterangan -



Tipe Perkecambahan 1. Epigeal



-



Tipe Biji Dikotil 1. Epikotil 2. Radikula 3. Plumula 4. Kotiledon 5. Hipokotil



-



Tipe Perakaran 1. Akar Tunggang



17



Pembahasan



Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.  Pada tanaman, pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan. Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang. Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA. Setiap biji yang dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi  bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Perkecambahan



merupakan



suatu



rangkaian



komplek



perubahan



morfologi, fisiologi dan biokimia benih tanaman. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,



lemak



dan



protein



menjadi



bentuk-bentuk



terlarut



dan



ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.



18



Perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudia membentuk bibit. Selama proses ertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar dari biji. Perkecambahan adalah tumbuhnya embrio dalam biji secara perlahan menjadi tumbuhan dewasa. Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor eksternal (kadar air, suhu, oksigen, dan cahaya) dan faktor internal (hormon, kematangan embrio, dan sifat dormansi biji). Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman. Benih merupakan bagian tanaman yang terpilih untuk membudidayakan atau memproduksi individu baru. Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Dalam biji banyak tumbuhan, makanan disimpan didalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan lain, makanan disimpan dalam jaringan disekelilingnya. Biji harus menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam stamen dan pistil, proses penyerbukan, perkembangan embrio, pembentukan kulit biji dan perkembangan penyediaan cadangan makanan yang digunakan oleh tumbuhanmuda ketika biji berkecambah.



Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.  Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus). Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum).



18



Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio. Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Proses perkecambahan sebagai berikut tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah meristematik untuk



menghasilkan energi  dari kegiatan pembentukan  komponen dalam pertumbuhan sel-sel  baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji. Pada praktikum ini terdapat tiga perkecambahan dan perbanyakan generative yaitu jagung, jeruk, dan kacang hijau. Pada jagung (Zea mays) termasuk tipe perkecambahan hypogeal dengan tipe biji monokotil dan tipe perakaran akar serabut. Pada jeruk (Citrus) termasuk tipe perkecambahan epigeal dengan tipe biji dikotil dan tipe perakaran akar tunggang. Pada kacang hijau (Vigna radiata) termasuk tipe perkecambahan epigeal dengan tipe biji dikotil dan tipe perakaran akar tunggang.



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan



Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. 2. Jagung (Zea mays) termasuk tipe perkecambahan hypogeal dengan tipe biji monokotil dan tipe perakaran akar serabut. 3. Pada jeruk (Citrus) termasuk tipe perkecambahan epigeal dengan tipe biji dikotil dan tipe perakaran akar tunggang. 4. Pada kacang hijau (Vigna radiata) termasuk tipe perkecambahan epigeal dengan tipe biji dikotil dan tipe perakaran akar tunggang.



Saran



Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 3. Perbanyakan benih jangan hanya 1 biji yang ditanam. 4. Disimpan pada tempat yang kondusif.



DAFTAR PUSTAKA



Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., & Endang, W.W. (2006). Biologi 3. Jakarta: Erlangga. Bewley and Black 2005. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to Germination. Heidelberg: New York. Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta. Dien, H.K.P. 1986. Pengaruh Beberapa Cara Ekstraksi dan Perlakuan Pendahuluan terhadap Daya Berkecambah Benih Rotan Manau (Calamus manna MIQ). (Laporan Uji Coba No. 5). Balai Teknologi Perbenihan: Bogor. Gardner, F.P., R.B. Pearce, & R.L. Mitchell. 1991. Physiology of crop plants. UI Press: Jakarta. Hartono. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE: Yogyakarta. Irnaningtyas. 2018. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga. Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi ke-1. ANDI: Yogyakarta. Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta. Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc: USA. Sudjadi, B. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan. Yudhistira. Sudjadi. B. 2006. Biologi dan sains. Yudhistira. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press.



Elisa. 2006. Dormansi dan Perkecambahan Biji. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Yuniarsih, Y dan Rukmana, S.K. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.



PERBANYAKAN VEGETATIF MELALUI DAUN DAN BATANG (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



7



Waktu dan Tempat....................................................................



7



Alat dan Bahan..........................................................................



7



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



7 7



Prosedur Kerja..........................................................................



8



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



9



Hasil..........................................................................................



9



Pembahasan...............................................................................



13



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



15



Kesimpulan ..............................................................................



15



Saran .........................................................................................



15



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



16



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



32...........................................................................................



Hasil



Pengamatan Stek Batang Mawar (Rossa sp.)........................................................................................



9



33...........................................................................................Hasil Pengamatan Stek Batang Kembang Kertas (Bougainvillea spectabilis)...............................................................



10



34...........................................................................................Hasil Pengamatan Stek Batang Melati Jakarta (Jasminum angulare).......................................................................



11



35...........................................................................................Hasil Pengamatan Stek Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.)....................................................................



12



PENDAHULUAN Latar Belakang Perbanyakan tanaman merupakan usaha atau cara untuk menghasilkan bibit tanaman. Secara teknis perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua, perbanyakan generative dan perbanyakan vegetative. Perbanyakan generative disebut juga perbanyakan cara kawin atau perbanyakan seksual. Perbanyakan ini merupakan usaha atau cara penggadaan benih tanaman menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetative disebut juga perbanyakan cara tak kawin atau perbanyakan aseksual. Perbanyakan ini menggunakan bagian-bagian vegetative tanaman. Bagian vegetative adalah bagian sela tau jaringan tanaman yang memiliki



kemampuan menumbuhkan kembali



(regenerasi) bagian-bagian



tubuhnya (Sulistyowati, 2012). Sekarang ini, perbanyakan tanaman dianjurkan adalah perbanyakan secara vegetative, seperti okulasi, sambungan dan cangkok. Hal ini tidak terlepas dari kualitas yang dihasilkan calon bibit tersebut yang memiliki sifat yang sama



dengan induknya biji hanya ditanam sebagai pembentuk populasi dalam perbaikan varietas (pemuliaan) dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan vegetative (Limbongan et al., 2015). Perbanyakan secara vegetative merupakan perbanyakan tak kawin atau aseksual yang terjadi tanpa adanya penyatuan sel jantan dan sel betina tanaman induk melalui penyerbukan. Perbanyakan secara vegetative banyak melibatkan regenerasi sel jaringan vegetative tanaman. Bagian tanaman yang digunakan adalah cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar (Avivi, 2021). Perbanyakan vegetative pada tanaman dapat terjadi secara alami, tetapi tidak sedikit pula hasil campur tangan manusia. Jadi, menurut prosesnya, perbanyakan vegetative dibagi menjadi tiga: vegetative alamiah, vegetative buatan, dan gabungan vegetative-generatif. Teknisnya dapat dilakukan dengan cara cangkok, stek, sambung, dan okulasi (Endang, 2016). Perbanyakan



tanaman



secara



vegetative



merupakan



suaru



cara



perbanyakan atau perkembangan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, 2 cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sama dengan induknya. Prinsip perbanyakan vegetative adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Dewi et al., 2016). Salah satu cara perbanyakan tanaman dengan cara vegetative yaitu dengan menggunakan



stek.



Perbanyakan tanaman



dengan cara



ini



merupakan



perbanyakan tanaman dengan cara menggunakan Sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan dengan cara perbanyakan vegetative buatan lainnya (Permana et al., 2021). Stek (cutting) dapat didefinisikan sebagai salah satu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas



dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar baru (Amanah, 2009).



Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan tanaman melalui daun dan batang dengan cara stek. Mengetahui cara pemeliharaan bibit hasil perbanykan secara vegetative.



TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan tanaman secara tidak kawin atau aseksual merupakan dasar pembiakan vegetative suatu tanaman yang membatasi adanya variasi genetic pada hasilnya atau turunannya. Pembiakan vegetative dapat mengabadikan individu tanaman tanpa mengalami perubahan bahan genetic pada generasinya hingga sampai beberapa tahun ke depan. Jadi turunan (progeny atau offspring) akan identik dengan tanaman induknya. Atau dikenal sebagai klon (Hackett et al., 2012).



Pembiakan vegetative tanaman dapat terjadi karena setiap sel tanaman mengandung gen yang mampu tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang normal asalkan lingkungan tempat ditumbuhkannya mendukung untuk proses tumbuh dan kembang. Kemampuan ini dikenal dengan istilah totipotensi. Kemampuan tumbuh tersebut adalah akibat adanya pembelahan sel sederhana (atau mitosis) yang terjadi selama jaringan tanaman tersebut masih tumbuh (Davis et al., 2014). Sesuai dengan istilahnya, pembiakan vegetative memerlukan organ atau bagian vegetative tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Batang dan akar biasanya digunakan sebagai bahan pembiakan, tetapi daun dapat juga digunakan untuk tujuan pembiakan vegetative. Masing-masing sel dari organ vegetative tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh dan kemudian menghasilkan tanaman utuh yang secara genetic adak identic dengan sel asalnya. Tanaman yang dihasilkan dari pembiakan vegetative dikenal sebagai ramet, dan sekelompok ramet dinyatakan sebagai klon (clone) (Mattjik, 2018). Ada banyak cara pembiakan vegetative, yang bila dilakukan secara buatan pemilihannya sangat tergantuung pada tanaman dan tujuan perbanykan. Tanaman dapat membiak dengan menggunakan organ vegetative secara alami maupun secara buatan. Secara umum, pembiakan vegetative suatu tanaman dapat dibedakan menjadi pembiakan vegetative alami dan pembiakan vegetative buatan (Wardhani et al., 2021). Pembiakan vegetative alami merupakan pembiakan tanaman dimana suatu tanaman muda (baru) tumbuh dan berkembang dari bagian-bagian vegetative tanaman induknya. Pembiakan vegetative buatan merupakan upaya perbanyakan 4 tanaman jenis-jenis tertentu yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tanpa campur tangan manusia, tanaman bersangkutan tidak dapat membiak dengan sendirinya, walaupun pada dasarnya tanaman bersangkutan telah memiliki calon tanaman hanya saja belum tumbuh dan berkembang sehingga tanaman baru yang utuh (Nuraini, 2019).



Stek batang adalah cara penyetekan tanaman yang bahannya berasal dari potongan batang atau jaringan batang yang telah mengalami modifikasi bentuk atau fungsi. Potongan batang ini nantinya akan membentuk akar adventif di ujung potongan batang dan membentuk tunas dari mata tunas yang masih dorman. Cara stek tanaman dengan menggunakan batang terbagi menjadi dua yaitu stek batang yang mengalami memodifikasi seperti rhizome (rimpang) atau tuber (umbi) stek batang itu sendiri yang tediri atas stek lunak, stengah lunak, dan keras (Jayati et al., 2021). Stek daun merupakan penyetekan yang bahan perbanyakannya berupa daun dengan atau tanpa kelengkapan organ penyusun seperti tangkai daun. Stek daun terbagi menjadi tiga tipe, yaitu stek daun dengan tangkai, stek daun tanpa tangkai, stek potongan daun (Jayati et al., 2021). Cara stek tanaman yang terakhir yaitu stek akar. Metode ini dilakukan dengan bahan utama berasal dari organ akar. Potongan akar ini dipisahkan dan tanaman induk kemudian ditanam pada media tanam yang sesuai. Stek akar kemudian akan membentuk tunas. Posisi peletakan bahan akan mempengaruhi pembentukan tunas. Jika bahan stek ditanam vertical, maka bagian yang dekat dengan pangkalakar harus ada di bagian atas. Namun jika bagian terdekat dengan pangkal meragukan, maka sebaiknya letakan bahan stek secara horizontal (Jayati et al., 2021). Ada beberapa perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada stek, antara lain pengeratan (girdling) pada batang penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan stek dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm. jarak dari ujung cabang ke batas keratan kira-kira 40 cm. Biarkan cabang yang 5 sudah dikerat selama 2-4 minggu. Pada dasar keratan akan tampak benjolan atau kalus.



Penggunaan hormone tumbuh, dengan memakai hormone auksin yang bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormone yaitu auksin endogen, akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan akar. Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran stek. Persemaian stek, stek yang sudah diberi perlakuan hormone penumbuh akar siap untuk disemaikan. Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai. Usaha untuk menumbuhakan stek perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai. Usaha untuk menumbuhkan stek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur atau terpancar (diffuse light). Adapun klasifikasi Rossa sp. sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Kelas



: Dicotyledonae



Ordo



: Rosales



Famili



: Rosaceae



Genus



: Rossa



Spesies



: Rossa sp.



Adapun klasifikasi Bougainvillea spectabilis sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Tracheobionta



Kelas



: Magnoliophyta



Ordo



: Caryophyllales



Famili



: Nyctaginaceae



Genus



: Bougainvillea



Spesies



: Bougainvillea spectabilis 6



Adapun klasifikasi Jasminum angulare sebagai berikut:



Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Lamiales



Famili



: Oleaceae



Genus



: Jasminum



Spesies



: Jasminum angulare



Adapun klasifikasi Kalanchoe pinnata L. sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Rosales



Famili



: Crassulaceae



Genus



: Kalanchoe



Spesies



: Kalanchoe pinnata L.



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 9 mei 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Buku gambar



digunakan sebagai alat



untuk menggambar hasil



pengamatan. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Cutter atau gunting tanaman digunakan sebagai alat untuk memotong objek. Gelas air mineral digunakan sebagai media tanam. Lembar laporan sementara digunakan sebagai referensi laporan praktikum.



Bahan Rossa sp. yang digunakan untuk diamati. Bougainvillea spectabilis. yang digunakan untuk diamati. Jasminum angulare. yang digunakan untuk diamati. Kalanchoe pinnata L. yang digunakan untuk diamati. Air yang digunakan untuk media menyiram tanaman. Media: tanah, pupuk kendang, dan sekam digunakan untuk media tanam.



ZPT: Golden Gibb atau sejenisnya digunakan untuk zat pengatur tumbuh bahan yang diamati. 8 Prosedur Kerja Perbanyakan melalui Daun 18. Daun dipotong dengan menggunakan cutter. 19. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah: pupuk kendang: sekam dengan perbandingan 1:1:1. 20. Menyiapkan wadah tanam berupa gelas air mineral yang di bagian bawahnya dilubangi dan kemudian diisi dengan media tanam. 21. Menanam 2 daun per media tanam. 22. Menjaga kelembaban dan memelihara selama 8 minggu. 23. Mengamati pertumbuhan tunas dan akar pada masing-masing stek daun.



Perbanyakan melalui Batang 1. Batang dipotong dengan menggunakan cutter/gunting tanaman. 2. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah: pupuk kendang: sekam dengan perbandingan 1:1:1. 3. Menyiapkan wadah tanam berupa gelas air mineral yang di bagian bawahnya dilubangi dan kemudian diisi dengan media tanam. 4. Menanam 1 batang per media tanam. 5. Menjaga kelembaban dan memilihara selama 8 minggu. 6. Mengamati pertumbuhan tunas dan akar pada masing-masing stek batang.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Stek Batang Mawar (Rossa sp.) Gambar Keterangan



1. Potong batang mawar sekitar 10-20 cm hingga menyisakan batas.



2. Oleskan batang mawar yang telah dipotong



dengan



sebagai ZPT alami.



bawang



merah



3. Tanam/tancapkan batang mawar pada media tanam, siram, dan simpan ditempat yang teduh.



10 Tabel 2. Hasil Pengamatan Stek Batang Kembang Kertas (Bougainvillea spectabilis) Gambar Keterangan



1. Potong batang kembang kertas sekitar 10-20 cm hingga menyisakan batas.



2. Oleskan batang kembang kertas yang telah dipotong dengan bawang merah sebagai ZPT alami.



3. Tanam/tancapkan batang kembang kertas pada media tanam dan siram.



4. Simpan ditempat yang teduh.



11 Tabel 3. Hasil Pengamatan Stek Batang Melati Jakarta (Jasminum angulare) Gambar Keterangan



1. Potong batang melati Jakarta sekitar 10-20 cm hingga menyisakan batas.



2. Tanam/tancapkan batang melati Jakarta pada media tanam dan siram.



3. Simpan ditempat yang teduh



12 Tabel 4. Hasil Pengamatan Stek Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) Gambar Keterangan



1. Potong/ petik daun cocor bebek yang bergerigi tidak terlalu muda, tidak juga terlalu tua.



2. Tancapkan dan letakkan daun cocor bebek secara mendatar.



3. Siram dengan air dan disimpan di tempat teduh.



Pembahasan Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan dengan menggunakan bagian-bagian



tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Salah satu cara perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan



stek.



Perbanyakan tanaman



dengan cara



ini



merupakan



perbanyakan tanaman dengan cara mengunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekaliberakar cukup dengan medium air saja. Tetapi banya juga yang sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan. Prosedur kerja perbanyakan melalui daun dan batang dapat dilakukan dengan daun atau batang dipotong dengan menggunakan cutter. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan yang sama yaitu 1:1:1. Menyiapkan wadah tanam berupa gelas air mineral/polibag yang bagian bawahnya dilubangi dan kemudian diisi dengan media tanam tersebut. Menjaga kelembaban dan memelihara selama 8 minggu dan mengamati pertumbuhan tunas dan akar pada masing-masing tanaman. Metode stek yang dilakukan pada praktikum ini yaitu stek batang dan stek daun. Stek batang dilakukan umumnya pada tanaman yang berkayu, seperti pada pengamatan ini kita menggunakan batang mawar (Rossa sp.), kembang kertas 14



(Bougainvillea spectabilis), dan melati Jakarta (Jasminum angulare). Dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon induk. Batang yang diambil biasanya bagian pangkal dari cabang ukuran besar cabang batang yang diambil cukup sebesar kelingking, kondisi batang saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit batang cokelat muda. Potongan batang tanaman menjadi dua potongan yang berukuran sekitar 10-20 cm. Tanam batang pada media tanam. Stek daun, bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan dengan stek daun berupa lembaran daun, dan pada pengamatan ini kita menggunakan daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata L.). Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang sekita 7 cm -10 cm atau memotong daun dengan ujung miring beserta petinolnya kemudian ditanam pada media tanam. Daun yang diambil biasanya tebal, berumur tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, memiliki kandungan air banyak, dan berdaun hijau. Daun pertama tancapkan dimedia tanam dengan menghadap ke atas, sedangkan daun kedua letakkan dengan posisi mendatar dan tusuk dengan lidi agar tidak mudah berpindah.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Perbanyakan tanaman merupakan usaha atau cara untuk menghasilkan bibit tanaman. 2. Perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua, perbanyakan generative dan perbanyakan vegetative. 3. Perbanyakan generative disebut juga perbanyakan cara kawin atau perbanyakan



seksual.



Perbanyakan



secara



vegetative



merupakan



perbanyakan tak kawin atau aseksual yang terjadi tanpa adanya penyatuan sel jantan dan sel betina tanaman induk melalui penyerbukan. 4. Stek (cutting) dapat didefinisikan sebagai salah satu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar baru.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan diharapkan mengikuti praktikum sesuai dengan penuntun. 2. Tabel disertakan dengan gambar step by step stek dari praktikan.



DAFTAR PUSTAKA Amanah, S. 2009. Pertumbuhan bibit stek lada (Piper nigrum Linnaeus) pada beberapa macam media dan konsentrasi auksin. Universitas Sebelas Maret. Avivi, S. 2021. Buku Teks Fisiologi & Metabolisme Benih. UPT Penerbitan & Percetakan Universitas Jember. Dewi, E., Handayani, S., & Rosnina, R. 2016. Modul Praktikum Teknologi Perbanyakan Tanaman. Endang, G. 2016. Perbanyakan Tanaman. Agromedia Pustaka. Hackett, W.P. 2012. Donor Plant Maturation and Adventitious Root Formation. Davis, T.D. 2014. Adventitious Root Formation In Cuttings. Advances in Plant Sciences. Series Vol. 2:11-28. Dioscorides Press. Limbongan, J., & Limbongan, Y. 2015. Petunjuk Praktis Memperbanyak Tanaman Secara Vegetatif. Uki Toraja PRESS. Mattjik, N. A. 2018. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. PT Penerbit IPB Press. Nur’aini, H. I. M. 2019. Mengenal Tanaman Hortikultura. Penerbit Duta. Sulistyowati, E. F. 2012. Pembibitan tanaman buah rambutan di Kebun Benih Hortikultura Ranukitri Mojogedang. Karanganyar. Permana, Z. A., Utomo, E., Pratama, M. R., Amir, M. N., Anjani, Q. K., Mardikasari, S. A., & Donnelly, R. F. 2021. BioadhesiveThermosensitive In Situ Vaginal Gel of the Gel Flake-Solid Dispersion of Itraconazole for Enhanced Antifungal Activity in the Treatment of Vaginal Candidiasis. ACS applied materials & interfaces, 13(15), 18128-18141. Wardhani, Y., & Qomariah, U. K. N. 2021. Pemuliaan Tanaman. LPPM



Universitas KH. A. Wahab Hasbullah. Jayati, R. D., & Nopiyanti, N. 2021. Efektivitas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami dan Kimiawi Terhadap Pertumbuhan Batang Mawar Jepang. Ahlimedia Book.



MORFOLOGI SERANGGA



(Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



6



Waktu dan Tempat....................................................................



6



Alat dan Bahan..........................................................................



6



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



6 6



Prosedur Kerja..........................................................................



7



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



8



Hasil..........................................................................................



8



Pembahasan...............................................................................



14



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



17



Kesimpulan ..............................................................................



17



Saran .........................................................................................



17



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



18



DAFTAR TABEL Nomor Halaman



36...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Capung (Odonata)......................................



8



37...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Kupu-kupu (Rhopalocera).........................



9



38...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Ngengat (Heterocera)................................



10



39...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Belalang (Caelifera)...................................



11



40...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Kumbang (Coleoptera)..............................



12



41...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Lalat (Diptera)...........................................



13



42...........................................................................................Hasil Pengamatan Morfologi Kepik (Hemiptera).....................................



14



PENDAHULUAN Latar Belakang Serangga (disebut pula insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang berkaki enam. Karena itulah, mereka disebut pula hexapoda. Serangga ditemukan di hamper semua lingkungan, kecuali di lautan. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomogi. Sejauh ini serangga dikenal sebagai spesies hewan yang berjumlah terbanyak (Djoewari, 2009). Di alam perkembangan dan siklus hidup serangga mengalami tingkattingkat dari yang sederhana sampai kompleks dan bahkan menakjubkan. Sebagai contoh siklus hidup yang sederhana, dijumpai pada belalang. Siklus hisup belalang dimulai dari telur, berikutnya telur menjadi nimfa, nimfa inilah yang kemudian berkembang menjadi imago atau serangga bila dikaji lebih dalam, serta bagaimana serangga bisa sangat merugikan atau bahkan menguntungkan bagi dunia pertanian (Zahra, 2012). Pertanian adalah segala jenis kegiatan yang mendasar pertumbuhan tanaman dan hewan yang dimanfaatkan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahkan baku industry, atau sumber energi (Purba et al., 2020). Serangga berperan penting dalam menggerakkan energi melalui rantai dan jaring



makanan.



Diperkirakan



26%



merupakan



serangga



fitofag



yang



mengkoversikan biomassa tumbuhan menjadi energi untuk karnivora. Misalnya



untuk hama kutu daun lipaphis erysimi merupakan hama oligofag yang dapat menyerang beberapa jenis tumbuhan inang dari beberapa famili yang dapat ditemukan pada berbagai spesies tumbuhan (Wati et al., 2021). Serangga mencakup tiga perempat dari seluruh jumlah spesies fauna. Serangga tidak hanya besar jumlahnya dalam spesies, tetapi juga dalam jumlah individu. Serangga memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena Sebagian besar spesies serangga memiliki manfaat bagi manusia misalnya jenis serangga dari kelompok lebah, ulat sutera, kumbang macan, semut namun serangga selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian, disebabkan banyak serangga yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak, dan lainnya (Alvinda, 2018). 2 Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jarring-jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup diperairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas organisme lainnya di suatu ekosistem sungai atau danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Kurniawan, 2018). Serangga banyak dimanfaatkan sebagai spesies indicator, yang akhir-akhir ini semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya ketertarikan dengan kondisi factor biotik dan abiotic lingkungan. Pemanfaatan serangga sebagai bioindicator ekologis dikarenakan kelompok ini sangat sensitive terhadap gejala perubahan dan tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan system biotik (Purwaningsih, 2014). Serangga menyusun sekitar 64% (950.000 spesies) dari total spesies tumbuhan dan hewan yang diperkirakan ada di bumi (Falahudin, I., 2011). Peran serangga berdasarkan atas trofik dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu herbivora, karnifora, detrivor, dan pollinator (Purwaningsih, 2014).



Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengenali berbagai macam bangsa serangga. Mengetahui morfologi serangga.



TINJAUAN PUSTAKA Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitive telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera, seperti lalat dan nyamuk terperangkap pada getah juga ditemukan. Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses “pergantian kulit” yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut



instar.



Ordo-ordo



serangga



sering



kali



dicirikan



oleh



tipe



metamorfosisnya (Nasution, 2014). Umumnya tubuh serangga terbagi atas tiga ruas utama tubuh (caput, torax, dan abdomen). Morfologi serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antenna, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torax, ditemukan tungkai tiga pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpani, spirakel, dan alat kelamin. Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, acciput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena, sedangkan torax terdiri dari protorak, mesotorak, dan metatorak. Sayap serangga



tumbuh dari dinding tubuh yang terletak pada ruas mesotoraks dan mesotoraks. Pada sayap terdapat pola tertentu dan sangat berguna untuk identifikasi (Syahrin, 2019). Ilmu mengenai penggolongan jenis-jenis makhluk hidup disebut taksonomi. Secara hierarki, dikenal taksa-taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi, yaitu Filum (Phylum), Kelas, Ordo, Famili, Genus dan Spesies. Serangga atau insekta termasuk dalam phylum Arthropoda. Arthropoda berasal dari Bahasa Yunani kuno artho yang artinya ruas dan poda artinya kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai ciri utama kaki beruas-ruas. Arthropoda dibagi menjadi 3 sub phylum, yaitu Trilobita, Mandibulata, dan Chelicerata (Rifki, 2017).



4 Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera) (Triyanti et al., 2019). Serangga memiliki keanekaragaman luar biasa dalam ukuran, bentuk, dan perilaku. Kesuksesan eksistensi kehidupan serangga di bumi ini diduga berkaitan erat dengan rangka luar (eksoskeleton) yang dimilikinya, yaitu kulitnya yang juga merangkap sebagai penunjang tubuhnya, dan ukurannya yang relative kecil serta kemampuan terbang sebagian besar jenis serangga. Ukuran badannya yang relative kecil menyebabkan kebutuhan makannya juga relative sedikit dan lebih mudah memperoleh perlindungan terhadap serangan musuhnya. Serangga juga memiliki kemampuan berproduksi lebih besar dalam waktu singkat, dan keragaman genetic yang lebih besar. Dengan kemampuannya untuk beradaptasi, menyebabkan banyak jenis serangga merupakan hama tanaman budidaya, yang mampu dengan cepat mengembangkan sifat resistensi insektisida (Streit, 2017).



Beberapa jenis serangga berguna bagi kehidupan manusia seperti lebah madu, ulat sutera, serangga penyerbuk, musuh alami hama, pemakan detritus dan sampah, bahkan sebagai makanan bagi makhluk lain. Tetapi sehari-hari kita mengenal serangga dari aspek merugikan kehidupan manusia karena banyak di antaranya menjadi hama perusak dan pemakan tanaman pertanian dan menjadi pembawa (vector) bagi berbagai penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Walaupun demikian sebenarnya serangga perusak hanya kurang dari 1% dari semua jenis serangga. (Wati et al., 2021). Adapun klasifikasi capung sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



5 Ordo



: Odonata



Adapun klasifikasi kupu-kupu sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Lepidoptera



Adapun klasifikasi ngengat sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Lepidoptera



Adapun klasifikasi belalang sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Orthoptera



Adapun klasifikasi kumbang sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Celeoptera



Adapun klasifikasi lalat sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Diptera



Adapun klasifikasi kepik sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum



: Arthropoda



Kelas



: Insecta



Ordo



: Hemipter



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 16 mei 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan bahan



Alat Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis laporan. Buku gambar pengamatan.



digunakan sebagai alat



untuk menggambar hasil



Lembar laporan sementara digunakan sebagai referensi laporan praktikum.



Bahan Capung (Odonata) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Kupu-kupu (Rhopalocera) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Ngengat (Heterocera) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Belalang (Caelifera) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Kumbang (Coleoptera) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Lalat (Diptera) yang digunakan untuk bahan yang diamati. Kepik (Hemiptera) yang digunakan untuk bahan yang diamati.



7 Prosedur Kerja 24. Siapkan bahan dan alat. 25. Mengamati bagian-bagian serangga. 26. Menggambar serangga serta bagian-bagiannya.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari praktikum dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Capung (Odonata) Gambar



Keterangan 



Capung (Ordo Odonata) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan mulut.







Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat pencernaan dan alat kelamin.



9 Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Kupu-kupu (Rhopalocera) Gambar



Keterangan 



Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan probosis







Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat kelamin dan spirakel.



10 Tabel 3. Hasil Pengamatan Morfologi Ngengat (Heterocera) Gambar



Keterangan 



Ngengat (Ordo Lepidoptera) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada,



dan perut. 



Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata dan antena.







Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat kelamin.



11 Tabel 4. Hasil Pengamatan Morfologi Belalang (Caelifera) Gambar



Keterangan







Belalang (Ordo Orthoptera) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, mulut, dan oselus.







Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan coxa.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari perut dan ovipositor.



12 Tabel 5. Hasil Pengamatan Morfologi Kumbang (Coleoptera) Gambar



Keterangan 



Kumbang (Ordo Coleoptera) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata majemuk, antena, dan mulut.







Bagian dada (Toraks) terdiri dari dada depan (prothorax) dan pterathorax.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari sayap, elytra, tarsus, dan kaki.



13 Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi Lalat (Diptera) Gambar



Keterangan 



Lalat (Ordo Diptera) memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan mulut.







Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari halter, cerci, dan alat kelamin.



14 Tabel 7. Hasil Pengamatan Morfologi Kepik (Hemiptera) Gambar



Keterangan 



Kepik (Ordo Hemiptera) memiliki dua bagian yaitu kepala dan perut.







Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan pronotorn.







Bagian perut (Abdomen) terdiri dari kaki dan elytra.



Pembahasan Serangga (disebut pula insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang berkaki enam. Karena itulah, mereka disebut pula hexapoda. Serangga ditemukan di hamper semua lingkungan, kecuali di lautan. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomogi. Sejauh ini serangga dikenal sebagai spesies hewan yang berjumlah terbanyak. Serangga mencakup tiga perempat dari seluruh jumlah spesies fauna. Serangga tidak hanya besar jumlahnya dalam spesies, tetapi juga dalam jumlah individu. Serangga memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena Sebagian besar spesies serangga memiliki manfaat bagi manusia misalnya jenis serangga dari kelompok lebah, ulat sutera, kumbang macan, semut namun serangga selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian, disebabkan banyak serangga yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak, dan lainnya. 15 Ilmu mengenai penggolongan jenis-jenis makhluk hidup disebut taksonomi. Secara hierarki, dikenal taksa-taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi, yaitu Filum (Phylum), Kelas, Ordo, Famili, Genus dan Spesies. Serangga atau insekta termasuk dalam phylum Arthropoda. Arthropoda berasal dari Bahasa Yunani kuno artho yang artinya ruas dan poda artinya kaki. Jadi arthropoda



adalah hewan yang mempunyai ciri utama kaki beruas-ruas. Arthropoda dibagi menjadi 3 sub phylum, yaitu Trilobita, Mandibulata, dan Chelicerata. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera). Klasifikasi capung yaitu termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Odonata memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan mulut. Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat pencernaan dan alat kelamin. Klasifikasi kupu-kupu yaitu termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Lepidoptera memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan proboscis. Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat kelamin dan spirakel. Klasifikasi ngengat yaitu termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Lepidoptera memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata dan antena. Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari alat kelamin. Klasifikasi



belalang



yaitu



termasuk



Kingdom



Animalia,



Filum



Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Orthoptera memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, mulut, dan oselus. Bagian dada 16 (Toraks) terdiri dari sayap dan coxa. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari perut dan ovipositor.



Klasifikasi



kumbang



yaitu



termasuk



Kingdom



Animalia,



Filum



Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Celeoptera memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata majemuk, antena, dan mulut. Bagian dada (Toraks) terdiri dari dada depan (prothorax) dan pterathorax. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari sayap, elytra, tarsus, dan kaki. Klasifikasi lalat yaitu termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera memiliki tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan mulut. Bagian dada (Toraks) terdiri dari sayap dan kaki. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari halter, cerci, dan alat kelamin. Klasifikasi kepik yaitu termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera memiliki dua bagian yaitu kepala dan perut. Bagian kepala (Caput) terdiri dari mata, antena, dan pronotorn. Bagian perut (Abdomen) terdiri dari kaki dan elytra.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 5. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.



6. Umumnya tubuh serangga terbagi atas tiga ruas utama tubuh (caput, torax, dan abdomen). 7. Serangga mencakup tiga perempat dari seluruh jumlah spesies fauna. Serangga tidak hanya besar jumlahnya dalam spesies, tetapi juga dalam jumlah individu. 8. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan diharapkan mengikuti praktikum sesuai dengan penuntun. 2. Tabel disertakan dengan gambar temuan serangga sendiri.



DAFTAR PUSTAKA Alvinda, C.N., 2018. Keanekaragaman Spesies Dalam Ordo Isoptera Pada Zona Referensi Dan Zona Rehabilitasi Di Taman Nasional Meru Betiri Dan Pemanfaatannya Sebagai Poster. Universitas Negeri Jember. Djoewari, S. 2009. Mengenal Serangga di Sekitar Kita. Semarang: Alpirin.



Falahudin, I. and Salmah, S., 2011. Diversitas Serangga pada Hutan Tanaman Monokultur dan Hutan Heterogen dengan Metode Window Traps. Berkala Penelitian Hayati, 17(1), pp.37-45. Kurniawan, A., 2018. Ekologi Sistem Akuatik: Fundamen dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Perairan. Universitas Brawijaya Press. Nasution, F.Y., 2014. Inventarisasi Serangga yang Berasosiasi dengan Beberapa Tumbuhan Penghasil Bunga di Kebun Kelapa Sawit Kampung Bener, Kecamatan Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai. Sumatera Utara. Purba, D.W., Thohiron, M., Surjaningsih, D.R., Sagala, D., Ramdhini, R.N., Gandasari, D., Wati, C., Purba, T., Herawati, J., Sa’ida, I.A. and Amruddin, A., 2020. Pengantar ilmu pertanian. Yayasan Kita Menulis. Purwantiningsih, B., 2014. Serangga Polinator. Universitas Brawijaya Press. Rifki, M., 2017. Matsal serangga dalam al-quran (studi kritis tafsir kementerian agama) (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin, 2017). Syahrin, F.A., 2019. Keanekaragaman Ordo Orthoptera (Belalang) Di Kawasan Situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat Sebagai Bahan Ajar SMA (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS). Triyanti, M. and Arisandy, D.A., 2019. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Famili Nymphalidae di Kawasan Bukit Cogong. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains, 2(2), pp.133-142. Wati, C., Rahmawati, R., Hartono, R., Haryati, P.W., Riyanto, R., Anggraini, E., Rizkie, L., Melani, D., Septiarini, D. and Karenina, T., 2021. Entomologi Pertanian. Yayasan Kita Menulis.



MORFOLOGI HIFA, SPORA FUNGI DAN SEL BAKTERI (Laporan Praktikum Biologi Pertanian)



BENVICA REGITA CAHYANI 2110517320007 KELOMPOK 1



JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2022



DAFTAR ISI



18



Halaman DAFTAR ISI.........................................................................................



i



DAFTAR TABEL.................................................................................



ii



PENDAHULUAN................................................................................



1



Latar Belakang..........................................................................



1



Tujuan.......................................................................................



2



TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



3



BAHAN DAN METODE.....................................................................



9



Waktu dan Tempat....................................................................



9



Alat dan Bahan..........................................................................



9



Alat................................................................................... Bahan...............................................................................



9 9



Prosedur Kerja..........................................................................



10



HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................



13



Hasil..........................................................................................



13



Pembahasan...............................................................................



21



KESIMPULAN DAN SARAN............................................................



25



Kesimpulan ..............................................................................



25



Saran .........................................................................................



25



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................



26



DAFTAR TABEL



18



Nomor Halaman 43........................................................................................... pengamatan morfologi jamur (Thrichoderma spp.)........................................................................



44........................................................................................... pengamatan morfologi jamur (Beauvaria bassiana).......................................................................



45........................................................................................... pengamatan morfologi jamur (Fusarium spp.) ...............................................................................



46........................................................................................... pengamatan morfologi jamur (Colletotrichum spp).......................................................................



47...........................................................................................



pengamatan morfologi jamur (Pyricularia Oryzae).......................................................................



48........................................................................................... pengamatan morfologi bakteri (Ralstonia solonacearum)...............................................................



49........................................................................................... pengamatan morfologi bakteri (Bacillus subtilis)............................................................................



Hasil 14 Hasil 15 Hasil 16 Hasil 17 Hasil 18 Hasil 19 Hasil 20



PENDAHULUAN Latar Belakang Mikologi berasal dari Bahasa Yunani mykes = jamur dan logos = ilmu. Istilah yang tepat adalah mycetology, karena mykes berdasarkan tatabahasa Yunani adalah myceto. Fungi dalam Bahasa Latin juga berarti jamur. Fungi sudah lama sekali dikenal manusia, bahkan sudah dimanfaatkan sebagai penyedap pangan, sebagai obat, atau untuk memperoleh aneka makanan atau minuman fermentasi. Fungi makroskopik yang mempunyai tubuh buah besar, yang sekarang dikenal sebagai makrofungi (Hartati, 2017). Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada juga jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu mikroskop (Astari et al., 2011). Sebagian besar tubuh fungsi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yang disebut miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap sutrien dari lingkungan dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungsi tingkat tingi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa.



Fungi dibedakan



menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir (Syamsuri, 2004). Jamur adalah makhluk hidup yang akrab dengan kehidupan kita seharihari. Jamur atau fungi bervariasi dalam ukuran, dari ragi yang uniseluler sampai jamur multiseluler, seperti jamur payung dan jamur kuping yang tumbuh di kayu. Pada umumnya, jamur memiliki 3 karakteristik utama, yang pertama yaitu eukariotik, kedua menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya, dan yang keitga heterotrof. Sebagai tambahan, jamur membutuhkan tempat yang lembab dan hangat agar dapat tumbuh. Oleh karena itu, jamur banyak ditemukan di makanan



2 penting karena berperan sebagai pengurai dan ikut andil dalam daur nutrisi yang ada di tanah (Subahar, 2008). Semua jamur adalah eukariota, mereka memiliki sel membran yang menutupi inti dan mitokondria dan organel bermembran lainnnya. Meskipun mereka berbeda dalam ukuran dan bentuk, tetapi jamur memiliki karakter tertentu, termasuk cara mereka mendapatkan makanan. Jamur yang paling sederhana adalah ragi, uniseluler, dengan bentuk bulat atau oval. Ragi tersebar luas di tanah, daun, buah, dan juga pada tubuh kita. Ragi berperan penting dalam kedokteran, penelitian biologi, dan industri makanan (Solomon, 2011). Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik (tidak mempunyai selubung inti) namun bakteri memiliki informasi genetik berupa DNA yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid.



Tes bokimia



pewarnaan gram merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi.



Hasil



pewarnaan akan menunjukkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Jawetz, 2004). Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil.



Untuk



mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati.



Olek karena itu teknik



pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).



Tujuan Praktikum Tujuan praktikum kali ini untuk mengetahui teknik pewarnaan spora fungi. Mengetahui bentuk sel, hifa, miselia, dan spora dari kapang (fungi). Mengetahui cara membuat apusan bakteri. Mengetahui teknik pewarnaan Gram bakteri. Mengetahui bentuk sel dan sifat Gram bakteri.



TINJAUAN PUSTAKA Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum. banyak).



Fungi umumnya multiseluler (bersel



Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara



makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. disebut hifa.



Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang



Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium.



Miselium yang menyusun jalinan - jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.



Dinding ini



menyelubungi membran plasma dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel.



Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik.



Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Medhy, 2013). Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas hifa (jalinan benang benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti), tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, selnya tersusun atas zat kitin.



Reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara seksual dengan



membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Ita, 2010). Jamur merupakan satu diantara berbagai jenis organisme yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Dari segi ekologi jamur berperan sebagai dekomposer bersama dengan bakteri dan beberapa spesies protozoa, sehingga banyak membantu proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian, jamur ikut



4 membantu menyuburkan tanah melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan, sehingga hutan tumbuh dengan subur (Nasution, 2018). Pemanfaatan jamur baik sebagai bahan pangan, obat-obatan dan bahan kosmetik telah berlangsung sejak lama.



Menurut sejarah Romawi atau Raja



Pharoahs pada masa kerajaan Mesir, jamur menjadi makanan raja, para bangsawan seta pasukan kerajaan yang dipercayai memperpanjang umur, meningkatkan imunitas (Jahan, 2010). Tubuh dari jamur makroskopis terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang benang yang padat menjadi itu. Hanya golongan ragi (sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa beterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Waluyo, 2005). Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.



Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua



macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri jamur yang termasuk (Jamur tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel yang memanjang, bercabang - cabang, terdiri atas sitoplasma dengan banyak inti (soenositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi, atau yang termasuk Eumycetesi (Sumarsih, 2003). Bakteri berukuran mikroskopis, umumnya tidak berwarna dan transparan sehingga tidak terlihat kontras dengan lingkungannya. Oleh karena itu, penting dilakukan suatu pewarnaan menggunakan teknik tertentu. Fungsi pewarnaan pada mikroba adalah untuk memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya sehingga kontras dan tampak lebih jelas, untuk menunjukkan bagian-bagian struktur sel,



5 membedakan antar-mikroba dan menentukan pH dan potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan intraseluler (Tim Pengampu, 2022). Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan pewarnaan pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri yang paling banyak digunakan



dalam



pengecatan



bakteri



adalah



dengan



membuat



lapisan



suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda kemudian dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas api spirtus. Pewarnaan secara umum digunakan untuk mengetahui morfologi sel bakteri, namun terdapat pula teknik pewarnaan untuk mengetahui beberapa bagian dari sel bakteri seperti endospora, kapsul dan flagella.



Beberapa teknik pewarnaan yang sering digunakan diantaranya:



Pewarnaan negatif (negative staining), pewarnaan sederhana, pewarnaan asam (acid fast staining-Ziehl, Neelsen and Kinyoun), pewarnaan endospora (Endospore staining-Schaeffer-Fulton or Wirtz-Conklin), pewarnaan Gram (Gram staining) (Fitriani, 2018). Beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa sel vegetatif dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora selain merupakan struktur yang inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Spora sepertinya halnya sel vegetatif dapat diwarnai sehingga dapat diamati lebih seksama. Teknik pewarnaan adalah pewarnaan differensial, yaitu menggunakan lebih dari satu pewarna yang hasilnya dapat membedakan spora dari sel vegetatif. Pengecatan atau pewarnaan Gram dikembangkan pertama kali oleh Hans Christian Joachim Gram (1884) dan termasuk pengecatan diferensial karena dapat membedakan bakteri yang bersifat Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif mengikat cat utama (crystal violet) yang berwarna ungu dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh cat lawan (safranin), hal ini disebabkan karena sifat dinding sel dan sitoplasmanya yang mempunyai afinitas kuat terhadap kompleks crystal violet dan iodine (iodium). Bakteri Gram negatif tidak mengikat cat utama secara kuat, sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat lawan sehingga tampak berwarna merah. Perbedaan sifat bakteri Gram positif dan gram negatif tidak



6 mutlak tegas dan spesifik, tetapi masih tergantung pada beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi dalam pengecatan Gram (Darwis, 2022). Mutasi gen adalah peristiwa perubahan sifat gen sehingga menyebabkan perubahan sifat yang diturunkan. Bakteri yang telah mengalami mutasi gen akan mampu menghasilkan bahan kimia berupa biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan surfaktan yang dihasilkan oleh bakteri yang mampu mendegradasi kandungan minyak bumi di perairan. Bakteri penghasil biosurfaktan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi percemaran yang disebabkan oleh minyak bumi melalui proses bioremediasi (Kurniati 2016). Patogen tular tanah seperti Rhizoctonia solani dan Fusarium spp. dapat menyebabkan penyakit pada tanaman jagung. menimbulkan



kerugian



ekonomis



antara



Kedua patogen tersebut dapat 20100%.



Untuk



menekan



perkembangan patogen tersebut dapat diterapkan pengendalian yang ramah lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan mikroba antagonis yang dapat mengkoloni daerah perakaran tanaman. Bacillus subtilis merupakan salah satu bakteri antagonis yang banyak digunakan dalam pengendalian patogen tular tanah. Efektivitas B. subtilis dalam pengendalian patogen tular tanah pada tanaman jagung telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. B. subtilis CEI mampu menghambat perkembangan F. verticillioides hingga 98,5% pada level rhizoplane dan 99,86% pada endorhizosfer jagung. B. subtilis juga mampu menekan perkembangan F. solani hingga 82,1%. Oleh karena itu, B. subtilis berpotensi dikembangkan secara komersial sebagai biopestisida. Formulasi biopestisida berbahan aktif B. subtilis telah dikembangkan secara komersial khusus untuk mengendalikan patogen tular tanah (Suriani, 2016). Menurut Hidayat et al. (2014) jamur (Trichoderma spp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Fungi



Filum



: Deuteromycota



Class



: Deuteromycetes



Ordo



: Moniliales



Famili



: Moniliacea



6 Genus



: Trichoderma



7 Spesies



: Trichoderma spp.



Menurut Materi pertanian (2009), jamur (Beauveria basiana) dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom



: Fungi



Filum



: Ascomycota



Class



: Ascomycetes



Ordo



: Hypocreales



Famili



: Clavicipitaceae



Genus



: Beauveria



Spesies



: Beauveria bassiana



Menurut Gandjar (2009), jamur (Fusarium spp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Fungi



Filum



: Ascomycota



Class



: Deutteromycetes



Ordo



: Moniliales



Famili



: Tuberculariacea



Genus



: Fusarium



Spesies



:



Fusarium spp.



Menurut jaya (2016), jamur (Colletotrichum spp.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Fungi



Filum



: Ascomycota



Class



: Ascomycetes



Ordo



: Moniliales



Famili



: Melanconiaceae



Genus



: Colletotrichum



Spesies



: Colletotrichum spp.



Menurut



Hadioetama



diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Fungi



(2001),



jamur



(Pyricularia



oryzae)



dapat



8 Filum



: Ascomycota



Class



: Deuteromycetes



Ordo



: Moniliales



Famili



: Moniliaceae



Genus



: Pyricularia



Spesies



: Pyricularia oryzae



Menurut Setiawan (2019), bakteri (Ralstonia solanacearum) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Bacteria



Filum



: Pseudomonadota



Class



: Betaproteobakteri



Ordo



: Burkholderiales



Famili



: Burkholderiaceae



Genus



: Ralstonia



Spesies



: Ralstonia solanacearum



Menurut



Efendi



et



al.



(2017)



diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Bacteria



Filum



: Firmicutes



Class



: Bacilli



Ordo



: Bacillales



Famili



: Bacillaceae



Genus



: Bacillus



Spesies



: Bacillus subtilis



bakteri



(Bacillus



subtilis)



dapat



METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 23 mei 2022 pukul 14:20 – 16:20 WITA. Secara daring melalui via zoom meeting.



Alat dan Bahan Alat Petridish. Petridish digunakan untuk tempat perbanyakan cendawan. Kaca penumpu. Kaca penumpu digunakan untuk penumpu slide glass. Slide glass (gelas objek). Slide glass (gelas objek) digunakan untuk penutup preparat. Cover glass (kaca penutup). Cover glass (kaca penutup) digunakan untuk penutup objek. Jarum ose/ent.



Jarum ose/ent digunakan untuk mengambil biakan dari



cendawan. Lampu spriritus.



Lampu spriritus digunakan untuk memanaskan alat



dimana tujuannya itu untuk menjaga sterilisasi supaya tidak terkontaminasi. Laminar air flow.



Laminar air flow digunakan sebagai temapat untuk



mengisolasi. Bahan Media PDA. Media PDA digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Laktofenol cotton blue.



Laktofenol cotton blue digunakan sebagai



pewarnaan supaya jamur dapat dilihat. Aquades. Aquades digunakan sebagai pelembab media kapas.



10 Kertas saring. Kertas saring digunakan untuk menjaga kelembaban dari cendawan yang akan dibiakkan. Biakan Trichoderma spp.



Biakan Trichoderma spp digunakan sebagai



bahan yang diamati. Biakan Beauveria basiana. Biakan Beauveria basiana digunakan sebagai bahan yang diamati. Biakan Fusarium spp. Biakan Fusarium spp digunakan sebagai bahan yang diamati. Biakan Colletotrichum spp. Biakan Colletotrichum spp digunakan sebagai bahan yang diamati. Biakan pyricularia oryzae. Biakan pyricularia oryzae digunakan sebagai bahan yang diamati. Biakan bakteri Ralstonia solanacearum. Biakan bakteri Ralstonia solanacearum digunakan sebagai bahan yang diamati. Biakan bakteri bacillus subtilis/basillus thuringiensis.



Biakan bakteri



bacillus subtilis/basillus thuringiensis digunakan sebagai bahan yang diamati. Prosedur Kerja Pengamatan Mikroskopik Fungi (Kapang) 1. Dibersihkan gelas objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% sampai bebas lemak, kemudian diteteskan beberapa tetes larutan laktofenol atau laktofenol cotton blue di atas permukaan gelas objek tersebut. 2. Diambil sedikit koloni biakan dengan jarum inokulasi (jarum ose/ent), diletakkan dalam tetesan laktofenol dan diuraikan dengan jarum preparat dengan cara hati-hati, Diusahakan miselium basah terkena laktofenol. 3. Ditutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara dalam preparat, dibersihkan kelebihan laktofenol dengan kertas isap.



11 4. Diamati dengan mikroskop memakai lensa obyektif pembesaran 10X, kemudian dengan pembesaran 40X. Pengamatan untuk melihat morfologi konidia atau spora, digunakan pembesaran 100X. 5. Dicatat dan digambar semua yang diamati seperti: miselium (bercabang atau tidak, berseptum atau tidak, halus atau kasar), konidia, spora, konidiofor. Sterilisasi Alat 1. Disiapkan petridish dan diletakkan di dalam petridish kertas saring, kaca penumpu, slide glass dan cover glass. 2. Disterilkan petridish yang telah dibungkus dengan kertas. 3. Petridish yang sudah steril digunakan untuk membuat media kubus untuk mengamati morfologi fungi. Membuat Media Kubus 1. Dibuka tutup petridish yang steril di laminar air flow (LAF), lalu diletakkan slide glass yang ada dalam petridish pada kaca penumpu. 2. Diteteskan media PDA pada slide glass dan dibiarkan dingin. 3. Diambil fungi yang sudah dibiakkan dengan jarum inokulasi dan diletakkan pada media PDA yang ada pada slide glass. 4. Ditutup media PDA yang ada biakan fungi dengan cover glass. 5. Diteteskan air pada kertas saring yang ada pada petridish untuk memberikan kelembaban. 6. Disimpan pada suhu ruang selama beberapa hari. 7. Dingkat slide glass dan diletakkan pada mikroskop. 8. Diamati morfologi fungi yang tumbuh (hifa, kodiofor dan spora/konidia).



12 Pembuatan Apusan Bakteri 1. Labellah gelas benda yang kering dan bersih. Sterilkan jarum ose dengan memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan. 2. Jika kultur dalam bentuk cair (suspensi), ambillah 1 ose penuh dan letakkan di tengah-tengah gelas benda dan ratakan seluas ± 1 cm2. 3. Jika kultur dalam medium padat, ambillah dengan jarum ose satu bagian kecil kultur dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah diberi aquadest steril/NaCl dan ratakan. 4. Biarkan kering dengan mengangin-anginkan gelas benda. 5. Fiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya. 6. Pulasan bakteri siap diwarnai. Pengecatan Gram pada Sel Bakteri 1. Dibersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel. 2. Dibuat pulasan bakteri di atas gelas objek, keringkan dan fiksasi dengan api (lihat teknik Pembuatan apusan/pulasan bakteri) 3. Diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan diamkan 60 detik. 4. Buanglah sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir. 5. Teteskan larutan iodine (Gram B) dan diamkan selama 60 detik. 6. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir 7. Teteskan larutan peluntur yaitu alkohol (Gram C) diamkan kirakira 30 detik. (hati-hati jangan sampai berlebihan yang mengakibatkan kesalahan hasil). 8. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir 9. Teteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60 detik. 10. Cuci



kembali



dengan



menganginanginkan kertas tisu.



air



mengalir,



keringkan



dengan



cara



di udara dan keringkan sisa airmenggunkana



13 11. Diamati menggunakan mikroskop perbesaran lemah sampai perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak immersi. 12. Digambar bentuk sel (Gambar 8) dan sifat Gramnya.



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil



Hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada beberapa tabel berikut: Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi jamur (Trichoderma spp.) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Hifa yang bersekat







Bentuk spora bulat







Memiliki konidium







Memiliki konidiofor







Peran jamur Trichoderma spp. menguntungkan



15 Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi jamur (Beauveria bassiana) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Hifa yang bersekat







Bentuk spora bulat







Memiliki konidium







Memiliki konidiofor







Peran jamur Beauveria bassiana menguntungkan



16 Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi jamur (Fusarium spp.) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Hifa yang bersekat







Bentuk spora bulat







Memiliki konidium







Memiliki konidiofor







Peran jamur Fusarium spp. merugikan



17 Tabel 4. Hasil pengamatan morfologi jamur (Colletotrichum spp.)



Gambar Makroskopis



Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Hifa yang bersekat







Bentuk spora bulat







Memiliki konidium







Memiliki konidiofor







Peran jamur Colletotrichum spp. merugikan



18 Tabel 5. Hasil pengamatan morfologi jamur (Pyricularia Oryzae) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Hifa yang bersekat







Bentuk spora seperti buah alpukat







Memiliki konidium







Memiliki konidiofor







Peran jamur Pyricularia Oryzae merugikan



19 Tabel 6. Hasil pengamatan morfologi bakteri (Ralstonia solanacearum) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Bentuknya batang







Gram negative







Peran bakteri Ralstonia solanacearum merugikan



20 Tabel 7. Hasil pengamatan morfologi bakteri (Bacillus subtilis) Gambar Makroskopis Gambar Mikroskopis



Keterangan 



Bentuknya batang (Basil)







Gram positif







Peran bakteri Bacillus Subtilis menguntungkan



21 Pembahasan



Fungi atau jamur atau cendawan merupakan kelompok organisme eukariot, kebanyakan multiseluler namun ada yang uniseluler dengan ciri khas yaitu talusnya berupa benang-benang hifa yang membentuk miselium dan memperoleh makanan dengan cara menyerap zat organik secara langsung (bersifat heterotrof). Fungi tersebar luas di alam, kebanyakan hidup bebas di darat dan di air. Dalam praktikum kali ini yang dilakukan yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan spora fungi, engetahui bentuk sel, hifa, miselia, dan spora dari kapang (fungi), mengetahui cara membuat apusan bakteri dan mengetahui teknik pewarnaan Gram bakteri serta mengetahui bentuk sel dan sifat Gram bakteri. Untuk pada bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini diantaranya adalah Trichoderma spp., Beauvaria bassiana, Fusarium spp., Colletotrichum spp., Pyricullaria Oryzae, Ralstonia solanacearum dan Bacillus subtilis. Trichoderma spp. merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk kelas ascomycetes.



Dialam, Trichoderma banyak ditemukan ditanah hutan maupun



tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Melalu uji biokimia diketahui bahwa dibandingkan sukrosa, glukosa merupakan sumber karbon bagi Trichoderma itu sendiri, sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya berasal dari ekstrak khamir dan tripton. Jamur Trichoderma spp memiliki hifa yang bersekat, memiliki bentuk spora bulat, memiliki konidium, memiliki konidiofor. Peran jamur Trichoderma spp. dibidang pertanian menguntungkan karena mampu menekan penyakit di sekitar tanah (kelayuan). Beauvaria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga.



Beauveria bassiana secara



alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.



Pertumbuhan  jamur di



dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Jamur Beauveria bassiana memiliki hifa yang bersekat. Memiliki bentuk spora bulat. Memiliki konidium. Memiliki konidiofor. Peran jamur Beauveria



22 bassiana di bidang pertanian menguntungkan karena dapat menyerang serangga (hama) pada tanaman. Fusarium spp. adalah salah satu genus cendawan berfilamen yang banyak ditemukan pada tanaman dan tanah. Fusarium dapat menginfeksi manusia dan hewan secara aerosol (melalui udara) apabila inang menghirup konidia dari cendawan patogen tersebut. Cara lain penyebaran cendawan ini adalah melalui infeksi nosokomial dari pembuangan limbah air atau tanaman di rumah sakit maupun melalui membran mukosa manusia. Untuk mengobati infeksi Fusarium, dapat digunakan senyawa antifungal berupa voriconazole dan posaconazole. Sementara itu, khusus untuk infeksi yang menyebar, dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang kepada penderita sebagai langkah pengobatannya. Fusarium spp memiliki hifa yang bersekat.



Jamur



Memiliki bentuk spora bulat.



Memiliki konidium. Memiliki konidiofor. Peran jamur Fusarium spp. di bidang pertanian merugikan karena sebagai penyakit hawar pada tanaman. Patogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai persemaian sampai menjelan panen.  Colletotrichum



tanaman.



spp. adalah jamur patogen penyebab penyakit pada



Infeksi jamur Colletotrichum paling banyak terjadi pada musim hujan



pada lahan yang berdrainase buruk. Dimusim kemarau dengan lahan berdrainase baik, infeksi Colletotrichum tidak begitu mengkhawatirkan, namun tidak tertutup kemungkinan serangan bisa terjadi.



Pertumbuhan dan penyebaran jamur



Colletotrichum dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pH. PH berperan penting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim, jika terjadi penyimpangan pH, proses metabolisme Colletotrichum dapat terhenti. Pertumbuhan optimum jamur Colletotrichum pada rentang pH 5-7 dengan suhu antara 24-30ºC dan kelembaban relatif antara 80-92 %. Jamur Colletotrichum spp memiliki hifa yang bersekat. Memiliki bentuk spora bulat. Memiliki konidium. Memiliki konidiofor.



Peran jamur Colletotrichum spp. di bidang pertanian



merugikan karena sebagai penyakit busuk kering (Antraknos) pada cabai.



16 Pyricullaria Oryzae adalah jamur pathogen penyebab penyakit pada tanaman padi.



Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif



menimbulkan gejala



23 blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Jamur Pyricullaria Oryzae memiliki hifa yang bersekat, sporanya berbentuk seperti alpukat, memiliki konodium dan konidiofor serta peran jamur ini dialam pastinya merugikan bagi tanaman. Ralstonia solanacearum adalah bakteri yang dulunya dikenal dengan nama Pseudomonas solanacearum merupakan bakteri patogen tular tanah yang menyebabkan layu pada berbagai jenis tanaman budi daya. R. solanacearum berkembang baik pada lingkungan yang bersuhu 30-35 °C dan berkelembaban tinggi. Patogen ini dapat menyebar melalui tanah dan dapat bertahan hidup pada tanah serta sisa sisa tanaman dalam waktu yang lama. R. solanacearum menginfeksi inangnya melalui akar sejak dilakukan pindah tanam. Selain itu bakteri ini juga bisa menginfeksi tanaman melalui luka yang terdapat pada tanaman yang disebabkan oleh nematoda, siput dan serangga hama lainnya. Gejala serangan gejala awal yang ditunjukkan oleh serangan bakteri ini adalah layu pada daun tanaman.



Daun-daun muda akan layu hingga ke ujung



percabangan pada waktu cuaca panas, kemudian akan terlihat segar pada malam hari ketika cuaca sedang dingin.



Serangan parahnya adalah seluruh bagian



tanaman akan layu dengan cepat dan mengering dengan warna tanaman tetap hijau. Gejala lainnya adalah daun menguning dan tiba-tiba tanaman mati. Gejala ini bisa muncul pada tanaman muda ataupun tanaman yang sudah berbuah. Bakteri ini bentuknya batang, untuk pengecatan diferensial nya bersifat Gram negatif, sedangkan dialam peran bakteri Ralstonia solanacearum merugikan bagi tanaman.



24 Bacillus subtilis merupakan salah satu bakteri antagonis yang banyak digunakan dalam pengendalian patogen tular tanah. Efektivitas Bacillus subtilis dalam pengendalian patogen tular tanah pada tanaman jagung. Bakteri Bacillus subtilis merupakan salah satu jenis bakteri Gram positif dan berbentuk basil (batang) yang dapat membentuk endospora berbentuk oval di bagian sentral. Koloni bakteri pada media agar berbentuk bulat sedang, tepi tidak teratur, permukaan tidak mengkilat dan berwarna kecoklatan. Pada intinya peran bakteri Bacillus Subtilis menguntungkan bagi tanaman.



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan



Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1.



Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik, bias bersifat uniseluler atau multiseluler.



2.



Ciri-ciri jamur adalah tidak memiliki krolofil, tubuhnya teridiri dari hifa dan benang hifa berkumpul membentuk miselium, serta cara hidupnya heterotof.



3.



Perbedaan sifat bakteri Gram positif dan gram negatif tidak mutlak tegas dan spesifik, tetapi masih tergantung pada beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi dalam pengecatan Gram.



4.



Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat. Saran Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Praktikan diharapkan lebih memperhatikan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. 2. Praktikan diharapkan menjaga kesterilan dalam pembiakan.



DAFTAR PUSTAKA



Astari, N. dan Roziaty, E., 2020. Potensi Jamur Konsumsi di Indonesia sebagai Imunomodulator Guna Menjaga Sistem Imun dalam Menghadapi Covid19. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-5. Badalyan, S.M. 2012. Edible Ectomycorrhizal Mushrooms. Springer-Verlag. Berlin. Campbell, N.A. 2009. Biology Ninth Edition. Pearson Education Inc. Benjamin Cummings. San Fransisco. Darwis, W., Desnalianif & R. Supriati. 2011. Inventarisasi Jamur yang Dapat Dikonsumsi dan Beracun yang Terdapat di Hutan dan Sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Konservasi Hayati, 07 (2), 18. Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2 (1), 1-76. Hartati, R.F., 2017. Identifikasi Jamur Trichophytonrubrum Pada Petani yang Terinfeksi Tinea Pedis (Doctoral dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang). Ita. 2010. Biologi. Grasindo. Jakarta. Jahan, N. 2010. Grower’s response to mushroom cultivation technologies disseminated by mushroom development project. Journal of Agriculture & Social Sciences, 6 (1), 96-100. Kurniati, T. H. 2016. Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Lingkungan Tercemar Limbah Minyak dan Potensinya dalam Mendegradasi Hidrokarbon Aromatik Plisiklik (HAP). Program Studi Mikrobiolobi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Medhy. 2013. Pengamatan Morfologi. Jalasutra. Palu. Nasution, F., S.R. Prasetyaningsih & M. Ikhwan. 2018. Identifikasi Jenis dan Habitat Jamur Makroskopis di Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan, 13 (1), 6476. Solomon, E.P., L.R. Berg & D.W. Martin. Brooks/Cole Cengage Learning. USA.



2011.



Biology Ninth Edition.



Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra. Sumarsih. 2003. Mikrobiologi Dasar. Agro Media. Jakarta. Suriani & A. Muis. 2016. Prospek Bacillus subtilis sebagai Agen Pengendali Hayati Patogen Tular Tanah pada Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pert, 35 (1), 37-45 Syamsuri, I. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Tim Pengampu. 2022. Modul Praktikum Biologi Pertanian EKWF-2205. Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Welly, D. 2011. Inventarisasi Jamur yang dapat di Konsumsi dan Beracun yang Terdapat di Hutan dan Sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Ilmiah, 7(2), 1-8. Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. Zongzheng, Y. 2009. Effect of Bacillus subtilis SYS on antifungal activity and plant growth. Int'l. J. Agric. Biol. Engin, 2 (4), 55– 61.



18