12 0 316 KB
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI (P2. IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MAKROSKOPI, MIKROSKOPI DAN MIKROKIMIA) Tanggal Praktikum : 19 Maret 2021
Dosen Pengampu : apt. Devi Nisa Hidayati, M.Sc Disusun Oleh Golongan, kelompok/kelas (2I/A) Salsabila Anggun Kinureksa
(20105011054)
Alviena Meisya Syahrani
(20105011055)
Laura Naftalena Navita Putri
(20105011056)
Fadhila Zahra
(20105011057)
Laila Nur Hikmah
(20105011058)
David Wahyu Panjalu
(20105011059)
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2021
A. Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, dengan menggunakan panca indera dan mikroskop maka mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi suatu simplisia secara makroskopi, mikroskopi dan mikrokimia. B. Dasar Teori Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan. Diantara jenis-jenis tumbuhan tersebut ada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Orangorang dulu meyakini bahwa tumbuhan tersebut memiliki khasiat obat karena penyakit dan naluri untuk mempertahankan hidup. Walaupun dalam bentuk yang sederhana, namun khasiatnya tidak diragukan lagi (Agromedia, 2008). Identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopis dan komposisi sediaan simplisia penting untuk dilakukan. Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi serta kandungan kimia dari suatu simplisia. Hal itu disebabkan karena dengan diketahuinya kandungan simplisia, sehingga dapat dianalisis kandungan zat serta dapat mempelajari kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia (Gunawan & Mulyadi, 2004). Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji. Setiap ciri morfologi diamati dan disesuaikan dengan persyaratan dalam Monografi Materia Medika Indonesia. (Nuria, dkk., 2021) Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran yang disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal atau membujur atau dapat pula berupa serbuk. Uji mikroskopik mengamati unsurunsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik masing-masing simplisia. Metode mikroskopik merupakan cara utama untuk mengenali simplisia berbentuk sayatan atau serbuk yaitu dengan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali atau lebih. (Nuria, dkk., 2021)
Pemeriksaan mikroskopik meliputi anatomi simplisia yang memiliki karakteristik tersendiri
dan merupakan pemeriksaan spesifik penyusun suatu simplisia ataupun heksel.
Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus dipahami bahwa masing-masing jaringan tumbuhan berbeda bentuknya. Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis, korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas pengangkutnya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada kelas tumbuhan seperti monokotil yang memiliki tipe berkas pengangkut terpusat (konsentris) dan pada dikotil terbesar (kolateral). Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar dan rimpang berupa periderm dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idioblas seringkali menunjukkan ciri spesifik suatu tumbuhan. (Soegiharjo, 2013) Mikrokimia adalah salah satu cabang dalam mikroteknik yang digunakan dalam pengamatan bahan yang terkandung dalam suatu jaringan tanaman. (Margen, 1982) Metode mikrokimia menggunakan pereaksi antara lain adalah air untuk melihat serbuk amilum pada radix, semen dan fructus, kloralhidrat untuk melihat serbuk-serbuk pada umumnya dan reagen zat warna seperti aqua-iod untuk melihat amilum, NaOH/KOH untuk melihat lignum dan FeCl3 untuk melihat tannin. (Nuria, dkk., 2021) Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau kemerahan atau berwarna ungu. Umbinya berawal dari cabang samping yang masuk ke dalam tanah, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan karbohidrat sehingga bentuknya membengkak. Umbi ini dapat mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang yang baru. (Aini, 2012) Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan tumbuhan yang mudah hidup di dataran rendah maupun tinggi. Tanaman ini dapat hidup tanpa perlakuan khusus. Daun salam biasanya digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan. Harmanto (2007) menyatakan bahwa daun salam tingginya mencapai 25 m. Daunnya yang rimbun, berbentuk lonjong/bulat telur, berujung runcing bila diremas mengeluarkan bau harum. Daun salam mengandung zat-zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat antibakteri. Zat tannin yang terkandung bersifat menciutkan (astringen). Daun salam juga bermanfaat untuk mengatasi diare, diabetes, kudis atau
gatal dan lambung lemah. Pada penelitian Sudirman (2014) efektivitas antimikroba yang ditunjukkan ekstrak daun salam memiliki zat aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri berupa tannin, flavonoid dan minyak atsiri, yang mana ketiga zat tersebut merupaka komposisi kimia yang terkandung dalam ekstrak daun salam. Macam-macam pereaksi untuk identifikasi mikrokimia adalah : Aquadest, Iodium, Kloralhidrat, Sudan III, dan FeCl3.
Aquadest merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquadest berwarna bening, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquadest biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor. (Petrucci, 2008)
Iodium digunakan untuk identifikasi fragmen-fragmen yang mengandung amylum.
Kloralhidrat digunakan untuk melaritkan isi sel, sehingga mempermudah pengamatan.
Sudan III digunakan untuk identifikasi fragmen-fragmen yang mengandung suberin seperti sel gabus. Buku Pharmazeutische Biologi hal.89, Materia Indonesia Jilid 1-6
FeCl3 digunakan untuk pemeriksaan polifenol dengan mengamati warna larutan hasil reaksi. Pada pemeriksaan polifenol deteksi dilakukan dengan menggunakan pereaksi semprot FeCl3 digunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol, tetapi tidak dapat digunakan untuk membedakan macam-macam golongannya. (Robinson, 1995)
C. Alat dan bahan -
Alat
Mikroskop cahaya
Objek glass
Cover glass
Pipet tetes
Sendok sungu
Lampu spiritus
Korek api
-
Bahan
Serbuk simplisia umbi kentang dan daun salam
Aquadest
KOH/NaOH
Kloralhidrat
FeCL3 3%
Sudan III
D. Cara Kerja 1. Simplisia Umbi Kentang Pengamatan makroskopi siapkan bahan simplisia kentang berupa serbuk Serbuk kentang diambil sedikit dengan menggunakan sendok Letakkan serbuk kentang pada objek glass Teteskan aquadest 1atau 2 tetes Tutup objek glass dengan cover glass lihat hasil pengamatan pada mikroskopi 10×10
Pengamatan mikrokimia Siapkan bahan simplisia berupa serbuk kentang Serbuk kentang diambil sedikit dengan menggunakan sendok Letakkan serbuk kentang pada objek glass Tambahkan larutan iodium kalium iodida (IKI) 1 sampai 2 tetes Tutup objek glass tersebut dengan cover glass Lihat hasil pengamatan pada mikroskop
2. Simplisia Daun Salam Pengamatan makroskopi Simplisia daun salam dihaluskan terlebih dahulu hingga menjadi serbuk daun salam ↓ Diambil sedikit serbuk daun salam, dan ditaruh diatas objek glass ↓ Ditambahkan pereaksi kloralhidrat 1-2 tetes (Karena kita tidakakan mengamati amilumnya sehingga pereaksi yang kita gunakan adalah kloralhidrat) ↓ Kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass
↓ Diamati hasilnya dibawah mikroskop
Pengamatan mikroskopi dan mikrokimiawi Diambil sedikit serbuk daun salamdari simplisia daun salamyang telah dihaluskan, dan ditaruh diatas objek glass ↓ Ditambahkan pereaksi FeCL 3 sebanyak 1-2 tetes ↓ Kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass ↓ Ditambahkan dengan pereaksi sudan III sebanyak 1-2 tetes, sebelum ditutup dengan cover glass, dilakukan pemanasan terlebih dahulu diatas api spiritus ↓ Diamati hasilnya dibawah mikroskop
E. HASIL PERCOBAAN Bahan
Uji Makroskopi
Uji Mikroskopi
Uji Mikrokimiawi
Umbi Kentang Tanaman Asal: Solanum tuberosum L. Keluarga: Solanaceae Kentang
berbentuk
bulat
berwarna
dan
coklat. Berdasarkan
Berdasarkan mikroskopi, fragmen
uji
dari
uji Berdasarkan hasil uji hasil mikrokimiawi, fragmen serbuk yang dihasilkan dari
simplisia kentang yang serbuk simplisia kentang
makroskopi
kentang, ditambahkan
dengan Nampak berubah warna
yaitu berbentuk serbuk aquadest pada skala 20 setelah
ditambahkan
halus, bubuk putih atau x 10 sesuai teori yaitu, larutan iodium. Hal ini hamper
putih
berderit.
yang sebagian
besar
butir menandakan
tunggal, bentuk bulat kentang telur
tidak
atau
hamper
bahwa mengandung
beraturan amilum. bulat,
sering kali agak pipih, hilus berupa titik pada ujung
yang
lamella
konsentrik
jelas, butir sedikit,
sempit,
majemuk
umumnya
2
atau 3 majemuk.
Daun Salam Tanaman Asal: Syzygium Polyanthum Walp. Keluarga: Myrtaceae Berdasarkan
uji Berdasarkan daun mikroskopi,
makroskopi salam,
uji hasil
daun
tunggal fragmen dari serbuk bertangkai pendek, daun salam yang kering, helai daun ditambah kloralhidrat berbentuk memanjang, coklat permukaan
jorong pada skala 20 x 10 berwarna terdapat sel idioblas hasil uji kehijauan, berbentuk bulat berisi Dari bawah hablur kalsium oksalat, mikrokimiawi, fragmen
berwarna hijau, ujung serbuk berwarna coklat. yang dan
pangkal
meruncing.
daun Serbuk
dihasilkan
dari
serbuk
simplisia
daun
salam
nampak
hijau
daun salam berwarna
kehitaman
setelah
hijau
ditambakan
FeCL3,
sedangkan
setelah
ditambahkan Sudan III fragmen berwarna jingga pada pengamatan 20 x 10
F. PEMBAHASAN Praktikum Farmakognosi ini, dilakukan beberapa percobaan, yaitu identifikasi simplisia secara, pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan mikrokimia. Simplisia yang digunakan pada praktikum ini adalah umbi kentang dan daun salam. Yang pertama yaitu uji mikroskopik simplisia umbi kentang, uji ini dilakukan dengan cara menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen spesifik masing-masing simplisia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber karbohidrat yang disimpan dalam bentuk polisakarida seperti pati atau amilum. Amilum dapat diisolasi dengan mengesktrak ubi dengan air. Selanjutnya endapan yang diperoleh diekstrak dengan etanol. Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan bagian 80% bagian yang tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asam mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hamper kuantitatif (Gunawan, 2004). Berdasarkan hasil uji mikroskopik, hasil fragmen dari serbuk simplisia kentang yang ditambahkan dengan aquadest pada skala 20 x 10 sesuai dengan teori yaitu Sebagian besar butir tunggal, berbentuk bulat telur tidak beraturan atau hampir bulat, sering kali agak pipih, hilus berupa titik pada ujung yang sempit, lamela konsentrik jelas, butir majemuk sedikit, pada umumnya 2 atau 3 majemuk.
Pengujian makroskopik pada kentang yaitu berbentuk bulat dan berwarna coklat. Berdasarkan hasil uji makroskopik kentang, yaitu berbentuk serbuk halus bubuk putih atau hampir putih yang menderit. Hasil pengamatan mikrokimia, zat yang digunakan adalah kalium iodide yang diteteskan pada bahan simplisia sebanyak 1-2 tetes, menghasilkan fragmen dari amilum yang diamati sebelumnya. Berdasarkan hasil uji mikrokimiawi yaitu, fragmen yang dihasilkan menunjukkan warna hijau sedikit kecoklatan. Daun salam
merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia, tumbuhan salam
merupakan tumbuhan yang banyak ditanam untuk menghasilkan daunnya. Simplisia daun salam (syzygium polianthi folium) digunakan untuk diambil ekstraknya untuk sediaan obat yang akan dibuat, khasiat dari simplisia ini adalah sebagai astringen , karena kandungan kimia yang dimiliki daun salam merupakan minyak atsiri (sitral dan euglenol), tannin, dan flavonoid. Berdasarkan uji makroskopi daun salam, yaitu memiliki daun tunggal betangkai pendek, dan kering. Helai daun berbentuk jorong memanjang, berwarna coklat kehijauan, permukaan bawah berwarna hijau, ujung dan pangkal daun meruncing, serbuk daun salam berwarna hijau. Berdasarkan uji mikroskopi, hasil fragmen dari serbuk daun salam yang ditambahkan dengan kloralhidrat pada skala 20 x 10 terdapat sel idoblas berbentuk bulat berisi hablur kalsium oksalat, serbuk berwarna coklat. Berdasarkan dari hasil uji mikrokimiawi, fragmen yang dihasilkan dari serbuk simplisia daun salam Nampak hijau kehitaman setelah ditambahkan FeCL3, sedangkan setelah ditambahkan sudan III fragmen berwarna jingga pada pengamatan 20 x 10.
G. Kesimpulan Dalam praktikum Farmakognosi percobaan kedua ini dilakukan 3 macam uji kualitatif, yaitu uji makroskopik, mikroskopik dan mikrokimiawi. Seperti yang telah dijelaskan di pembahasan, uji makroskopik adalah mengamati sifat fisik dari suatu simplisia seperti bentuknya dan warnanya serta permukaannya. Dalam uji mikroskopik, simplisia yang telah diserbuk kemudian diletakkan object glass yang kemudian ditetesi aquadest. Lalu dilakukan pengamatan dengan mikroskop berskala 20x10 untuk melihat bentuk fragmen dari suatu simplisia. Kemudian yang terakhir, yaitu uji mikrokimiawi. Seperti namanya, Uji mikrokimiawi bertujuan untuk mengamati zat-zat kimia yang terkandung dalam simplisia melalui terjadinya reaksi perubahan warna setelah dilihat di bawah mikroskop berskala 20x10. H. Daftar Pustaka
Dapus : Gunawan, D. M.2004.Ilmu Obat Alam.Jakarta: Swadaya
Agromedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Penebar Swadaya, Jakarta
Aini, K.H., 2012, Produksi Tepung Kentang, UPI-Jakarta
Buku Pharmazeutische Biologi hal.89, Materia Indonesia Jilid 1-6
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Gunawan, D dan S. Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta
Harmanto dan Subroto, 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, Bandung : Elekmedia
Margen, S., 1982, Dasar-Dasar Kimia Organik, Jakarta : Depdikbud
Nuria, M.C., Andini, D., 2021, Buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi, Universitas Wahid Hasyim, Semarang
Petrucci, Ralph H, 2008, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3, Jakarta : Erlangga
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, hal 191, ITB Press, Bandung
Soegiharjo, C.J., 2013, Farmakognosi, Citra Aji Parama, Yogyakarta