Latar Belakang Pendidikan Kejuruan Jepang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rico
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN KEJURUAN



UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Landasan Pendidikan Kejuruan yang dibina oleh Bapak Sugandi



oleh Defris Hanindya Rico Andhika Putra Riza Dwi Ahmadi



180551855025 180551855019 180551855017



UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN November 2018



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju dari berbagai negara di penjuru dunia. Berbagai aspek telah dibuktikan bahwa negara jepang adalah negara maju. Misalnya dilihat dari aspek teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Tentu aspek-aspek kemajuan yang dimiliki oleh Negara Jepang salah satunya memberikan dampak positif pada kualitas pendidikan di Negara Jepang. Sehingga pendidikan memberikan andil yang besar untuk memajukan sebuah bangsa dan berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidikan yang ada di negara Jepang terbagi atas dua periode yaitu periode sebelum Perang Dunia II dan periode setelah Perang Dunia II dimana kedua periode tersebut memiliki butir-butir perbedaan mengenai kebijakan yang diterapkan dalam pendidikan Jepang. Sebelum Perang Dunia ke II diberlakukan kebijakan pendidikan yang terangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan atau yang disebut dengan Imperial Rescript on Education. Dimana pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis nilai yang luas dan kekal, serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh dalam pribadi setiap kaisar. Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung mengarah pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan estetika. Nilai-nilai positif dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan yang ada di negara tersebut. Dimana setiap individu harus mampu menjalin hubungan yang harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orangorang di sekelilingnya, kesetiaan, dan kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan jiwa seni. Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946, kebijakan pendidikan Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia,



kebebasan hati nurani, jaminan setiap individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan akademik dimana setiap individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya. Di Negara Jepang sekolah kujuruan yang pendidikannya diperuntukan untuk menjadi ahli tehnik, dan pendidikan yang dengan secara praktis mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang secara kursus kejuruan ke-teknik-an yaitu sekolah kejuruan yang mengajarkan seperti desain baju Jepang dan barat, pembukuan, perhitungan dengan sipoa, maintenance/perlengkapan mobil, ahli masak dan ahli gizi, salon kecantikan, perawatan kecantikan, komputer, percakapan bahasa Inggris, Industri dan lain sebagainya. Sekolah Kejuruan : Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun dengan tujuan menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman. Maret 1947, Peraturan Pendidikan Nasional Jepang (School Education Law) menentapkan susunan pendidikan dasar pendidikan yang keseluruhannya terdiri atas 6-3-3-4. Yang artinya tahap-tahap pendidikan Jepang terdiri atas empat tahapan yang memiliki tujuan, visi, misi, yang khusus pada setiap jenjang tahapannya. Sekolah kejuruan adalah lembaga pendidikan tinggi seperti universitas dan perguruan tinggi 2 tahun. Di sekolah kejuruan ini pengetahuan dan keterampilan teknis dipelajari untuk menjadi tenaga pekerja. Banyak sekolah kejuruan dengan program 2 tahun. Tetapi tergantung pada pengetahuan dan keterampilan teknis, karena ada program 1, 2, 3 atau 4 tahun. Lulusan dari program 2 atau 3 tahun memiliki gelar sebagai “Profesional/ Diploma”. Lulusan dari program 4 tahun memiliki gelar sebagai “Profesional Tinggi”. “Profesional” dibolehkan transfer ke Universitas tahun ketiga dan “Profesional Tinggi” dibolehkan memasuki sekolah pasca sarjana. Pendidikan Kejuruan diberikan di sekolah kejuruan dan universitas. Sekolah kejuruan menyediakan kurikulum yang mendapatkan kualifikasi profesional atau



mencarikan pekerjaan profesional. Pelatihan kerja juga diberikan ketika di sekolah kejuruan. Di sekolah kejuruan, orang yang bekerja juga memiliki tempat untuk mempelajari lagi dengan bertujuan umtuk kemajuan karir. Sebaliknya, kebanyakan universitas memberikan pendidikan umum dalam banyak departemen seperti fakultas seni liberal. Di sini tidak difokuskan untuk pendidikan kejuruan. Tetapi untuk saat ini, bisa didapatkan pendidikan kejuruan untuk membantu murid-murid mendapatkan pekarjaan sesuai bidangnya. Contoh nya adalah langkah-langkah kualifikasi dan pelatihan kerja. Dan sekolah tinggi atau perguruan tinggi teknologi, diberikan pendidikan kejuruan. Ada SMA profesional untuk belajar pertanian, perdagangan, pengolahan informasi dan kesejahteraan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan latar belakang yang dikaji dari beberapa sumber kajian empirik dan teoritik, ataupun dari penelitian sebelumnya yang relevan. Maka penulis merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah pendidikan kejuruan di Jepang? 2. Bagaimana sistem pendidikan kejuruan di Jepang?



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Sejarah Pendidikan Kejuruan di Jepang 1. Pendirian Pendidikan Teknik Kejuruan sebagai Mata Kuliah yang Dibutuhkan Dukungan nasional untuk pendidikan kejuruan di Jepang memiliki sejarah panjang. Dalam pidatonya kepada Diet ( legislatif nasional yang populer ) pada tahun 1894, Menteri Pendidikan berkata “Jelas bahwa persaingan di dunia pada dasarnya adalah industri, daripada militer. Ilmu kami telah berhasil, tetapi bukan pelatihan teknis kami di tingkat yang lebih rendah. Kondisi ini seperti tentara dengan banyak jenderal yang baik, tetapi tidak cukup tamtama. (Passin, 1982, hal. 97) Acuannya pada militer dibuat dalam konteks Perang Tiongkok-Jepang . Belakangan tahun itu, Undang-undang Pendidikan Nasional nasional pertama disahkan. Pada 1899, pertanian, perikanan, kehutanan, dan program percobaan indus didirikan di tingkat menengah bawah. Hingga 1958, pendidikan kejuruan ditawarkan di sekolah menengah bawah. Sejak tahun 1958, pendidikan vokasi telah ditawarkan baik di sekolah menengah komprehensif maupun di sekolah menengah kejuruan. Meskipun konsep sekolah menengah yang komprehensif adalah tujuan dari reformasi pendidikan Pendudukan Amerika, itu ne ver menjadi pola dominan di Jepang. Sekitar separuh dari sekolah menengah atas Jepang hanya menyediakan program akademik , dengan sisanya hampir sama sekali dibagi antara sekolah-sekolah komprehensif dan kejuruan (Departemen Pendidikan AS, 1987). Dengan kata lain , sebagian besar sekolah menengah atas Jepang menawarkan program akademik yang mempersiapkan siswa untuk pendidikan tinggi, dan tidak menawarkan kursus kejuruan . Oleh karena itu sebagian besar siswa Jepang yang ikut kursus kejuruan melakukannya di sekolah-sekolah kejuruan. Selama tahun ajaran 1990 , sekitar 26% siswa sekolah menengah atas terdaftar di kelas pendidikan kejuruan.



Selama Era Perekonomian Ekonomi sekitar setengah dari lulusan sekolah menengah pertama mulai bekerja segera setelah lulus. Pada saat itu, pendidikan kejuruan adalah mata pelajaran wajib di sekolah menengah bawah untuk semua anak laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari kursus yang berkaitan dengan pertanian, industri, bisnis, dan ekonomi rumah tangga. Kurikulum bervariasi dari sekolah ke sekolah tergantung pada lokasi sekolah. Salah satu tujuan utama dari pendidikan kejuruan adalah pendidikan karir melalui pengalaman belajar. 2. Pengantar Pendidikan Teknologi Setelah peluncuran satelit Soviet "Sputnik," Jepang, seperti banyak negara lain di seluruh dunia, berhasil meningkatkan program pendidikan sains dan teknologi mereka. Salah satu program yang diadopsi oleh pemerintah Jepang pada akhir tahun 1957 adalah pengenalan pendidikan teknologi, gijutsu ka, sebagai mata pelajaran wajib di semua sekolah menengah pertama yang dimulai tahun 1958. Dengan diperkenalkannya pendidikan teknologi di sekolah menengah bawah, kejuruan pendidikan dipindahkan ke tingkat menengah atas sebagai kursus elektif. Pada tahun 1958, tujuan utama pendidikan teknologi di sekolah menengah bawah adalah: 1) untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar melalui pengalaman kreatif / produktif, untuk memahami teknologi modern, dan menumbuhkan sikap dasar untuk berlatih; 2) melalui pengalaman desain dan realisasi, untuk menumbuhkan keterampilan untuk presentasi, penciptaan, dan sikap rasional untuk pemecahan masalah; dan 3) melalui pengalaman di bidang manufaktur / operasi mesin / perangkat, untuk memahami hubungan antara teknologi dan kehidupan dan untuk mendorong sikap untuk meningkatkan teknologi dan kehidupan sehari-hari. Bidang konten utama termasuk desain dan gambar; pekerjaan kayu dan pekerjaan logam; mesin; listrik; dan kultivasi. Sebanyak 105 jam di masing-masing tiga kelas sekolah menengah atas dialokasikan untuk pendidikan teknologi.



Pada tahun 1960, pemerintah Jepang mulai menggandakan jumlah sekolah menengah teknis. Selama era ini, perguruan tinggi teknis lima tahun untuk lulusan sekolah menengah pertama didirikan oleh Departemen Pendidikan. Untuk menanggapi kekurangan guru teknis terampil, mendirikan perguruan tinggi untuk guru teknik selama 3 tahun. Perguruan tinggi ini melekat pada Fakultas Teknologi di universitas nasional Jepang. Pada tahun 1960-an, perguruan tinggi ini mendaftarkan sekitar 900 siswa setiap tahun. Kebijakankebijakan ini semuanya terkait dengan “Penggandaan Program Pendapatan Nasional” Jepang. Pada awal era ini, Kementerian Pendidikan mengirim spesialis kurikulum dalam pendidikan teknis ke AS untuk mengumpulkan informasi tentang mata pelajaran yang berhubungan dengan teknis (Suzuki dan Murata, 1990 ). B. Sistem Pendidikan Kejuruan di Jepang 1. Dalam sistem pendidikan kejuruan di jepang dibagi menjadi 2 kelompok setelah lulus di jenjang pendidikan menengah atas yaitu: a) Sekolah Diploma Sekolah Diploma atau Junior College di Jepang disebut Tanki Daigaku atau disingkat TANDAI. Masa studinya umumnya berlangsung selama 2 tahun, tetapi untuk bidang-bidang seperti Teknologi Kesehatan, Ilmu Keperawatan biasanya berlangsung selama 3 tahun. Berbeda dengan pendidikan di Perguruan Tinggi yang lebih menekankan pada pendidikan yang bersifat teoritis maka di Tanki Daigaku lebih menekankan pada keahlian yang bermanfaat dan dapat diterapkan langsung sesuai bidang yang dipelajari. Sekitar sepertiga dari program ini diperuntukan bagi perempuan dan lebih dari setengahnya



mengajarkan



bidang-bidang



seperti



social



humaniora,



kesejahteraan keluarga dan kependidikan. Berbeda dengan di Indonesia di Jepang lulusan Diploma tidak bisa langsung melanjutkan ke jenjang S1, apabila ingin masuk Perguruan Tinggi (S1) harus masuk dari awal. b) Sekolah Kejuruan



Sekolah Tinggi Kejuruan atau Profesional Training College di Jepang disebut Senmon Gakkou. Senmon Gakkou merupakan lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan meningkatkan taraf pendidikan, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Sekolah ini ditujukan untuk lulusan SMA, lulusan Perguruan Tinggi atau mereka yang sudah lama bekerja di perusahaan kemudian ingin menjadi wirausaha dengan keahlian/keterampilan khusus yang dimiliki. Senmon Gakkou biasanya meliputi bidang kesehatan, teknik, kebudayaan, pengetahuan umum, kependidikan, perdagangan, kesejahteraan social, kerumah tangaan, pertanian dan sebagainya. Di Senmon Gakkou dapat memperoleh sertifikasi di banyak bidang seperti diantaranya, animator, sutradara film, game creator, interior design, arsitek, system engineer, montir mobil, perawat, ahli gizi, koki, penata rambut, interpreter, staff hotel, pramugari, guru TK, perancang busana dan lain-lain. Masa belajar biasanya antara 2 – 4 tahun. Salah satu ciri khas senmon gakkou adalah mempunyai berbagai program yang sesuai dengan keahlian



dan



sertifikat



yang diinginkan.



Semua



Senmon



Gakkou



menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar, untuk masuk ke sekolah ini diharuskan mempunyai kemampuan bahasa Jepang setingkat N2. pelatihan kejuruan, perguruan tinggi pelatihan khusus di bawah yurisdiksi MOE, serta fasilitas pengembangan sumber daya manusia dan perguruan tinggi politeknik di bawah yurisdiksi Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan. Fasilitas pengembangan sumber daya manusia publik yang dijalankan oleh pemerintah prefektur dan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan menyediakan kursus satu sampai dua tahun untuk lulusan sekolah menengah.



2. Metode Pengajaran Pendidikan Teknologi Dari awal pendidikan teknologi di Jepang, metodologi pengajaran utama adalah pengalaman, berdasarkan metode proyek. Kelas pendidikan teknologi di Jepang biasanya diatur dalam kelas ceramah dan praktik. Kelas praktik



(kerja laboratorium) biasanya memiliki lebih sedikit siswa daripada kelas ceramah. Ukuran kelas rata-rata di Jepang adalah sekitar 40 siswa. Baru-baru ini, jenis kegiatan proyek baru telah diperkenalkan yang berupaya mengintegrasikan bidang teknis dan konten kuliah yang berbeda. 3. Dukungan untuk Pendidikan Teknologi Undang-undang Promosi Pendidikan Kejuruan diberlakukan pada tahun 1951. Sebagai hasilnya, pemerintah nasional, melalui Kementerian Pendidikan, berkewajiban untuk mempromosikan pendidikan teknis kejuruan dan mendorong pemerintah daerah untuk mendukung fasilitas pendidikan teknis kejuruan. Setelah pengembangan masing-masing Kurikulum Standar, Kementerian Pendidikan mengumumkan teknologi pendidikan dan standar peralatan pendidikan teknis kejuruan. Pemerintah nasional memberikan subsidi kepada sekolah menengah atas yang berjumlah sekitar sepertiga dari anggaran untuk fasilitas dan peralatan pendidikan teknis kejuruan. Sebagaimana diizinkan oleh Undang-Undang Tunjangan Pendidikan Vokasional tahun 1957, guru-guru kejuruan menengah atas di sekolah-sekolah negeri dan umum menerima tunjangan bulanan khusus sebesar 10% dari gaji bulanan mereka. 4. Pelatihan Guru Awal dan dalam Pekerjaan Pelatihan guru awal untuk pendidikan teknologi dan pendidikan teknis kejuruan terutama terjadi di Fakultas Teknik atau departemen pendidikan teknis universitas nasional. Karena perubahan teknologi yang cepat, seringkali diperlukan pendidikan teknologi dan guru pendidikan teknis kejuruan untuk dilatih kembali. Setelah setiap revisi kurikulum utama (biasanya siklus tenyear), Kementerian Pendidikan merencanakan dan mengimplementasikan program pelatihan in-service. Contoh yang baik adalah upaya utama dalam pelayanan untuk menyiapkan sekitar 16.000 guru pendidikan teknologi Jepang untuk mengajarkan kursus baru tentang literasi komputer. Pada tahap pertama dari program in-service, sekitar 160 guru teknologi menerima dua minggu pelatihan dalam-waktu penuh waktu. Selama periode tiga tahun, total 480



"guru memimpin" menerima pelatihan serupa. Selain pelatihan intensif selama dua minggu, para guru ini memikul tanggung jawab pribadi untuk belajar sendiri tentang komputer. Setiap guru yang baru dilatih kembali ke distrik mereka dan mulai melatih guru teknologi lainnya di kabupaten mereka. Pelatihan dalam jabatan di tingkat kabupaten berlanjut selama empat tahun (1988 hingga 1992) memberikan pelatihan dalam jabatan kepada semua guru pendidikan teknologi di Jepang (Stern dan Matsuda, 1988).



C. Tantangan Menghadapi Pendidikan Teknologi di Jepang Berikut ini adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi pendidikan teknologi di Jepang. Seberapa baik Jepang mampu memenuhi tantangan ini akan menentukan sifat dan efektivitas pendidikan teknologi di masa depan antara lain : 1) SDM



Manusia sebagai sumber dari segala sumber yang berdaya tetap merupakan kunci utama kemampuan memenangkan persaingan pasar bebas. Persoalan yang dihadapi mutu SDM saat ini masih tergolong cukup rendah, tingkat pengangguran cukup tinggi karenanya pendidikan kejuruan dan training merupakan alternatif tepat dilaksanakan. 2) Manajemen



Struktur ketenaga kerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana kebutuhan tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Dalam hal ini agar keefektifan dan sifat Pendidikan teknologi dimasa depan kian baik, manajemen waktu harus terus diperhatikan.



Daftar Rujukan High School in Japan. (online), http://factsanddetails.com/japan/cat23/sub150/entry2804.html, diakses 4 November 2018.



Kementerian Pendidikan Jepang. (online), http://j-study.org/id/2-0-3/1330-2, diakses 4 November 2018. Passin, H. (1982). Society and education in Japan. Tokyo: Kodansha. Putra, G. 2017. (online), https://gilangputra15.wordpress.com/2017/02/07/sistem pendidikan-jepang/, diakses 4 November 2018. Riyana, C. 2008. studi perbandingan kurikulum cina jepang, dan korea. makalah studi perbandingan kurikulum. Pasca sarjana: Universitas Pendidikan Indonesia Sudira,P. 2017. (online http://blog.uny.ac.id/putupanji/2009/03/17/pendidikanvokasi-suatu-pilihan/, diakses 4 November 2018. Suzuki, H. & Murata, S. (1990). Gijutsu kyoiku no rekishi to tenbo [History and perspectives on technology education]. Tokyo: Nichibun.