Least Cost Theory [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN



TEORI WEBER : INDUSTRIAL LOCATION THEORY



Oleh : Hardianti Fitri Rahmasari



3613100003



Arini Natasya Aisyah



3613100014



Anindita Wilandari



3613100026



Pisces Eria



3613100038



Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2015



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan ata berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa Sehingga makalah kami yang berjudul TEORI WEBER : INDUSTRIAL LOCATION THEORY dapat diselesaikan tepat waktu dengan bantuan berbagai pihak. Ucapan Terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Pengajar Mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg ; Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. Dan Ajeng Nugrahaning Dewanti, ST. MT. MSc. Teori Lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi. Selain itu, Teori Lokasi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lokasi secara geografis, serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala besar) secara komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Untuk itu Alfred Weber mengemukakan teori Least Cost Theory yang kemudia akan dibahas di dalam makalah ini sebagai pemahaman dan pemenuhan tugas mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.



Penulis Surabaya, 5 Maret 2015



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page i



DAFTAR ISI Contents DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iii BAB I..................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang ................................................................................................................... 1



1.2



Tujuan ................................................................................................................................ 2



1.3



Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 2



BAB II ................................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN.................................................................................................................... 3 2.1



Asal Mula Teori Lokasi Industri Weber............................................................................. 3



2.2



Penjelasan Teori Lokasi Industri Weber ............................................................................ 3



2.3



Studi Kasus Teori Lokasi Weber........................................................................................ 8



BAB III ................................................................................................................................ 11 PENUTUP ........................................................................................................................... 11 3.1



Kesimpulan ...................................................................................................................... 11



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12 LAMPIRAN ........................................................................................................................ 13



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1.1 Isotim dan Isodapane dalam teori Weber......................................................5 Gambar 1.1.2 Critical Isodapane dalam tenaga kerja dan area aglomerasi teori weber......6 Gambar 1.1.3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri.......................................7 Gambar 2.3.1 (a) Rute lokasi industri tepung tapioka di Terbanggi Besar menuju Provinsi Lampung dan (b) Rute lokasi industri tepung tapioka di Terbanggi Besar menuju Pelabuhan Panjang.................................................................................................................9



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page iii



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Perkembangan dari suatu kawasan (region) berasa dari satu titik, yaitu pusat kota



yang dalam tahap selanjutnya bersifat menyebar. Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan, terutama dalam kaitannya dengan sektor industri akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang berada di sekitarnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik menuju pasaran (market), maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi juga akan semakin rendah. Hal ini memunculkan banyak teori lokasi untuk menentukan lokasi mana yang tepat. Seperti halnya pada aspek-aspek lain dari geografi manusia, kajian lokasi industri telah bergeser dari tata kerjanya yang deskriptif ke yang ilmiah (deduktif). Berbagai teori dan modelnya telah dirumuskan dengan maksud menjelaskan lokasi-lokasi yang terdapat dalam lapangan (kenyataannya). Teori bertujuan untuk menemukan atau menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik secara ekonomis). Dan kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah memberikan keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya paling rendah. Dan kenyataannnya yang ada di lapangan, sulit ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasikan keinginan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka munculah Teori Lokasi Industri Weber dimana pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimasi biaya. Pembahasan terkait teori lokasi dari Alfred Weber ini akan lebih dijelaskan pada pembahasan dalam makalah ini.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 1



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 1.2



Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami Teori Lokasi Industri yang



dikemukakan Alfred Weber dan penerapannya di dunia maupun di Indonesia serta memberikan kritik dan saran dari teori ini sesuai kemampuan penulis. 1.3



Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:



BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan makalah yang mencakup latar belakang penulisan makalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah. BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisikan tinjauan literature dari berbagai sumber yang akan menjadi dasar dalam pembahasan makalah ini dan penjelasan mengenai Teori Lokasi Industri yang dikemukakan oleh Alfred Weber serta studi kasus penerapannya di Indonesia. BAB IV PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari makalah dan saran yang diberikan penulis.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 2



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 BAB II PEMBAHASAN 2.1



Asal Mula Teori Lokasi Industri Weber Alfred Weber (1929) mempelopori pembentukan teori lokasi khusus untuk kegiatan



industri pengolahan (manufacturing). Teori ini muncul pada masa revolusi industri di Jerman untuk membantu pemerintah dalam menentukan lokasi yang terbaik dan ekonomis bagi pembangunan industri pengolahan besi baja. Sedangkan bahan baku yang diperlukan industri ini adalah biji besi dan batu bara yang terdapat di dua tempat yang berbeda (localized materials), sehingga untuk membawanya ke lokasi pabrik untuk kegiatan produksi akan memerlukan ongkos angkut yang cukup besar. Kemudian, Weber mencoba memberikan analisis pemilihan lokasi yang paling ekonomis (optimal) yang dapat memberikan ongkos angkut yang minimum. Analisis lokasi industri ini dimuat dalam buku Alfred Weber yang terkenal dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul: Theory of the Location of Industries (1929). 2.2



Penjelasan Teori Lokasi Industri Weber Teori Lokasi Industri Weber ini berkaitan dengan least cost location. Teori tersebut



menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal. Teori Lokasi Industri Weber menghitung biaya lokasi industri seminimal mungkin dengan tiga kategori biaya yaitu: 1. Transportasi : lokasi yang dipilih merupakan lokasi dengan kemungkinan biaya terendah dari a. Transportasi bahan baku mentah ke industri b. Transportasi hasil produksi ke pasar 2. Tenaga Kerja : tenaga kerja yang tinggi mengurangi keuntungan, produksi akan jauh lebih efisien biaya apabila tenaga kerja murah tersedia. 3. Agglomerasi : merupakan sebuah kejadian diaman perusahaan yang mempunyai produksi yang sama berkumpul dalam satu cluster yang saling memberikan bantuan dan fasilitas satu sama lain.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 3



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut: a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. Keadaan penduduk yang dimaksud adalah menyangkut jumlah dan kualitasnya. b. Ketersediaan sumber daya bahan mentah. Invetarisasi sumber daya bahan mentah sangat diperlukan dalam industri. c. Upah tenaga kerja. Upah atau gaji bersifat mutlak harus ada dalam industry yakni untuk membayar para tenaga kerja. d. Biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada massa bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke lokasi pabrik. e. Terdapat kompetisi antar industri. Setiap industri pasti melakukan persaingan untuk memperoleh pasar dan keuntungan yang lebih besar. f. Manusia selalu berpikir rasional untuk pengembangan industri. Dengan menggunakan teori di atas, maka dapat dilihat bahwa biaya transportasi akan tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang sama. Di sini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang dan jarak yang ditempuh. Sedangkan berikut ini adalah beberapa asumsi teori Weber : 1. Unit studi terisolasi, homogen, konsumen terpusat di titik tertentu, semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas (persaingan sempurna). 2. Sumber daya alam : air, pasir, lempung, tersedia dimana-mana (ubiquitous). 3. Bahan lainnya seperti mineral dan biji besi tersedia terbatas pada sejumlah tempat (sporadis) 4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi dan mobilitasnya terbatas. Weber dalam teorinya mengemukakan biaya transportasi melalui Isotim dan Isodapane. Isotim adalah garis yang mewakili poin dari biaya transportasi yang sama dari satu sumber bahan baku atau satu pasar atau dapat pula dikatakan garis yang menghubungkan titik-titik dari biaya transportasi yang sama. Isotims berpotongan untuk beberapa



bahan/produk



menghubungkan



titik



memungkinkan persimpangan.



isodapanes Isodapane



yang



bisa



merupakan



ditarik garis-garis



dengan yang



menghubungkan tempat yang memiliki kenaikan biaya transportasi yang sama besarnya Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 4



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 biaya di atas biaya transportasi lokal minimum. Berikut penjelasan terkait konsep Isotim dan Isodapane yang dikemukakan oleh Weber: 1 Yang pertama adalah dari sebuah isotim, yang merupakan garis biaya transportasi yang sama untuk setiap produk atau materi. 2 Yang kedua adalah isodapane, yang merupakan garis biaya transportasi total. Isodapane ini ditemukan dengan menambahkan semua isotims di lokasi. Alasan untuk menggunakan isodapanes adalah untuk secara sistematis memperkenalkan komponen tenaga kerja ke dalam teori locational Weber.



Gambar 2.2.1 Isotim dan Isodapane dalam teori Weber Sumber : PowerPoint Slide oleh Madhusudan Pramanick, Assistant Professor Departement of Geography Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 5



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 Weber berpendapat bahwa lokasi optimal dari suatu perusahaan industri umumnya terletak di dekat pasar atau sumber bahan baku. Suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu dari kedua tempat tersebut terkait dengan biaya pengangkutan/transportasi untuk bahan baku dan hasil produksi yang dapat diminimalkan. Keuntungan aglomerasi dan deglomerasi yang ditimbulkan dari adanya perusahaan pada suatu lokasi akan dapat pula dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dampak aglomerasi atau deglomerasi merupakan kekuatan lokal yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang. Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan, terutama dalam kaitannya dengan sektor industri akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang berada di sekitarnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi.



Gambar 2.2.2 Critical Isodapane dalam tenaga kerja dan area aglomerasi teori weber Sumber : PowerPoint Slide oleh Madhusudan Pramanick, Assistant Professor Departement of Geography



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 6



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep tiga arah yang dikenal dengan teori segitiga lokasi (locational triangle) untuk memperoleh lokasi optimal. Untuk menentukan lokasi industri optimal, Weber membuat segitiga lokasi industri yaitu bahan baku yang berada di dua tempat (R1 dan R2), lokasi industri (P) berada di tengah-tengah antara pasar (M) dan bahan baku (R1 dan R2). Segitiga lokasi (locational triangle) tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar berikut:



(a)



(b)



(c)



Gambar 2.2.3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000 Keterangan : M



= pasar (market)



P = industri (produksi) R1, R2 = bahan baku/mentah (raw material)



Model segitiga lokasi Weber pada gambar 2.2.3 dapat dijelaskan seperti berikut ini: (a) Apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak. (b) Apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri. (c) Apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.



Ketiga segitiga tersebut dapat diterapkan dalam kaitannya dengan menentukan lokasi industri untuk mendapatkan biaya transportasi terendah. Akan tetapi, itupun tergantung jarak tempuh dari masing-masing lokasi pasar, bahan baku, serta industri. Untuk mengetahui apakah lokasi optimum suatu industri lebih dekat denganlokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan Indeks Material (IM). Indeksmaterial didapatkan dengan membagi bobot bahan baku (mentah) dengan bobot barang jadi.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 7



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 Keterangan : -



IM > 1, terjadi saat bobot bahan baku lebih besar dari bobot barang jadi sehingga lokasi optimal berada mendekati sumber bahan baku karena biaya transportasi bahan baku lebih mahal.



-



IM < 1, terjadi saat bobot bahan baku lebih kecil dari bobot barang jadi sehingga lokasi optimal berada mendekati pasar karena biaya transportasi bahan baku lebih murah.



-



IM = 1, menunjukkan bahwalokasinya adalah optimal. Hal tersebut terjadi saat berat bahan baku sama dengan berat barang jadi, sehingga biaya transportasi minimal saat lokasi optimal berada di tengah. Seperti halnya teori-teori terdahulu, Teori Lokasi Industri Weber pun memiliki



kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari teori ini adalah hanya menitikberatkan pada tiga pokok utama, yaitu labour, market, dan bahan baku, sehingga tidak memperhatikan nilai budaya (historical) dari suatu lokasi. Sedangkan kelebihan dari teori ini adalah memfokuskan pada perhitungan biaya transportasi antara bahan baku – labour dan labour – market sedemikian rupa sehingga didapatkan untung/profit yang maksimal. 2.3



Studi Kasus Teori Lokasi Weber Teori Lokasi Weber sangat cocok diterapkan untuk industri berat dan industri primer.



Bahwa kegiatan yang lebih banyak menggunakan bahan baku cenderung untuk mencari lokasi dekat dengan lokasi bahan baku, seperti pabrik alumunium lokasinya harus dekat lokasi tambang dan dekat dengan sumber energi (listrik). Industri primer adalah Industri yang menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari bahan baku masih tampak. Sebagai contoh ialah industri pengasinan ikan dan penggilingan padi. Industri primer ini aktivitasnya lebih banyak menggunakan bahan baku sehingga lokasi industrinya yang tepat dan optimal adalah dekat dengan bahan baku. Pemilihan lokasi tersebut karena untuk menghemat biaya transportasi dan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan untuk industri yang kegiatan produksinya menggunakan bahan baku yang ada dimana-mana seperti air cenderung dekat dengan lokasi pasar. Contoh kegiatan industri lain yang menerapkan teori lokasi Weber adalah industri pengolahan tepung tapioka. Lokasi industri yang ideal agar diperoleh keuntungan yang maksimal adalah pabrik tidak berada jauh dari sentra-sentra produksi bahan baku dari Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 8



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 pembuatan tepung tapioka. Hal tersebut dapat dijumpai di daerah Lampung, tepatnya di daerah Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Di sana bahan baku pembuatan tepung tapioka dapat diperoleh dari penduduk-penduduk yang ada di sekitar pabrik. Dalam hal pemasaran hasil industri ke Propinsi Lampung jaraknya kurang lebih 50 km dari lokasi pabrik dan untuk kegiatan ekspor produk pun jaraknya hanya 60 km dari pabrik yaitu menuju pelabuhan Panjang. Lokasi yang demikian sangat tepat karena ditinjau dari segi biaya transportasi tidak terlalu tinggi, dari segi tenaga kerja pun masih bisa dijangkau, dan keuntungan yang diperoleh maksimum.



(a)



(b)



Gambar 2.3.1 (a) Rute lokasi industri tepung tapioka di Terbanggi Besar menuju Provinsi Lampung dan (b) Rute lokasi industri tepung tapioka di Terbanggi Besar menuju Pelabuhan Panjang Sumber : Citra Satelit 2015 Secara umum, penentuan lokasi industri berdasarkan Teori Weber sangat berkaitan dengan aspek transportasi. Dalam rangka meningkatkan perekonomian kegiatan industri di Provinsi Lampung, khususnya industri tepung tapioka di Terbanggi Besar, Lampung Tengah, terdapat beberapa infrastruktur yang dapat menunjang kegiatan tersebut, yaitu pembangunan Terminal Agribisnis Lampung yang dapat memperpendek mata rantai distribusi hasil industri tepung tapioka, pengembangan Kereta Api Lampung yang menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota di Lampung yang menghubungkan jalur Metro – Terbanggi, Tegineneng – Pringsewu dan Kotabumi – Menggala. Selain infrastruktur-infrastruktur yang telah terbangun tersebut, terdapat beberapa infrastruktur yang akan dibangun dalam rangka menunjang kegiatan industri yang ada di sana, seperti



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 9



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 pembangunan jalan Tol Terbanggi Besar – Bakauheni yang akan menjadi pintu gerbang perhubungan darat antara Pulau Jawa dengan Sumatera agar mobilitas arus barang maupun orang dapat dipercepat dan pembangunan Jembatan Selat Sunda yang akan dapat membantu meningkatkan perekonomian.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 10



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Teori Alfred Weber mengemukakan tentang teori lokasi industri yang memiliki



prinsip “least cost location” yang mana menentukan lokasi industri yang ditempatkan di tempat-tempat dengan resiko biaya yang paling murah ataupun minimal. Konsep ini berupa segitiga lokasi yang menunjukkan bahwa lokasi industri sebaiknya ditempatkan di lokasi dengan total biaya transportasi dan tenaga kerja minimum, yang identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Penentuan lokasi industri optimal ialah dengan melihat letak sumber bahan bakudan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi. Ada tiga variabel penentu, yaitu titik material (bahan baku), titik konsumsi (pasar), dan titik tenaga kerja. Jika muncul kondisi dimana pada proses produksi menimbulkan penyusutan berat barang (weight loosing process), lokasi optimal akan berada pada sumber bahan baku, sedangkan jika muncul kondisi dimana pada proses produksi menimbulkan peningkatan berat barang (weight gainning process), lokasi optimal akan berada di dekat pasar. Selain itu teori ini memiliki kelebihan dalam memperhitungkan biaya transpoortasi sedemikian rupa sehingga didapatkan profit maksimal. Namun, teori ini tetaplah memiliki kekurangan di dalamnya, yaitu tidak memperhatikan nilai budaya (historical) yang ada pada suatu lokasi.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 11



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 DAFTAR PUSTAKA Bimasakti, Sri Maulana. (tanpa tahun). Hukum Industri (HI-19: Wilayah Industri dan Konsep Kawasan Industri). Depok: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas Gunadarma. Daldjoeni, N. (1992). Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alumni. Djojodipuro, Marsudi. (1992). Teori Industri. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pramanick, Madhusudan. (2014). Alfred Weber’s Least Theory of Industrial Location [PowerPoint slides]. http://epaathsala.com/erpnew/Presentation/Geo1.pptx (diakses pada 4 Maret 2015). Rachmawati, Febriyan. (tanpa tahun). Teori Lokasi. https://www.scribd.com/doc/137533074/TEORI-LOKASI (diakses pada 4 Maret 2015). Santoso, Eko Budi, dkk. (2012). DIKTAT Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09-1209). Surabaya: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas. Tamariska, Vania. (2012). Teori Lokasi Industri(Teori Weber dan Losch). https://www.academia.edu/4668789/TEORI_LOKASI_INDUSTRI (diakses pada 4 Maret 2015). Geography: An Integrated Approach oleh David Waugh, penerbit Nelson Thornes tahun 2002, united kingdom http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_Weber http://faculty.washington.edu/krumme/207/02/slide522.html http://www.tuition.com.hk/geography/i.htm#Isodapane



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 12



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 LAMPIRAN Pertayaan 1 Nama : Anak Agung Istri Witari NRP



: 3613100039



“Bagaimana aglomerasi dapat membantu industri di sekitarnya? Jelaskan!”



Jawaban Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah. Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi industri.



Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:



1. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi; 2. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu; 3. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah; 4. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap; 5. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.



Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat dikategorikan menguntungkan, di antaranya adalah:



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 13



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 1. mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya; 2. mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota; 3. memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati; 4. tidak mengganggu rencana tata ruang; 5. dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.



Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri atau sering disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya: lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.



Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara lain : 1. untuk mempercepat pertumbuhan industri, 2. memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, 3. mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan 4. menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.



Pertayaan 2 Nama : Wayan Nanda Khrisna Pratama NRP



: 3613100011



“Jelaskan tentang isotim dan isodapane. Kemudian berikan contohnya?”



Jawaban Isotim adalah garis yang mewakili poin dari biaya transportasi yang sama dari satu sumber bahan baku atau satu pasar atau dapat pula dikatakan garis yang menghubungkan titik-titik dari biaya transportasi yang sama. Isotims berpotongan untuk beberapa bahan /



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 14



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 produk memungkinkan isodapanes yang bisa ditarik dengan menghubungkan titik persimpangan.



Gambar. Isotim Sumber: Dokumen Pribadi Isodapane merupakan garis-garis yang menghubungkan tempat yang memiliki kenaikan biaya transportasi yang biayanya sama besarnya di atas biaya transportasi lokal minimum. Isotim isodapane berkaitan erat dengan teori Weber, dimana untuk lebih mengeksplorasi lokasi perusahaan, Weber juga menciptakan dua konsep : 1.



Yang pertama adalah dari sebuah isotim, yang merupakan garis biaya transportasi



yang sama untuk setiap produk atau materi. 2.



Yang kedua adalah isodapane yang merupakan garis biaya transportasi total.



Isodapane ini ditemukan dengan menambahkan semua isotims di lokasi. Alasan untuk menggunakan isodapanes adalah untuk memperkenalkan komponen tenaga kerja secara sistematis dalam teori locational Weber.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 15



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015



Gambar. Isotim Isodapan. (Isodapan yang diarsir warna biru) Sumber: Dokumen Pribadi



Pertayaan 3 Nama : Virta Safitri NRP



: 3613100025



“apa perbedaan teori Von Thunen dan teori Weber? Apa kelebihan dari teori Weber? Dan apakah jenis transportasi dalam teori Weber diasumsikan sama?” Jawaban 



Perbedaan antara teori Von Thunen dan teori Weber terletak pada variabel penentu dari masing-masing teori. Dalam teori von thunen hanya terdapat dua variabel, yaitu harga lahan dan jarak. Sementaraitu, dalam teori weber terdapat tiga variabel, yaitu biaya transportasi, tenaga kerja, dan aglomerasi atau pemusatan. Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan. Tingkat sewa lahan paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. sedangkan menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 16



Analisis Lokasi Dan Keruangan 2015 Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. 



Kelebihan dari teori Weber ini adalah memfokuskan pada perhitungan biaya transportasi antara bahan baku – labour dan labour – market sedemikian rupa sehingga didapatkan untung/profit yang maksimal. Untuk mengetahui apakah lokasi optimum suatu industri lebih dekat denganlokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan Indeks Material (IM). Indeksmaterial didapatkan dengan membagi bobot bahan baku (mentah) dengan bobot barang jadi.







Ya, jenis transportasi diasumsikan sama dalam teoi Weber. Selain jenis transportasi yang sama, terdapat beberapa asumsi lainnya, yaitu : a. Unit studi terisolasi, homogen, konsumen terpusat di titik tertentu, semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas (persaingan sempurna). b. Sumber daya alam : air, pasir, lempung, tersedia dimana-mana (ubiquitous). c. Bahan lainnya seperti mineral dan biji besi tersedia terbatas pada sejumlah tempat (sporadis) d. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi dan mobilitasnya terbatas.



Alfred Weber : Industrial Location Theory



Page 17