Lokmin Kelompok L Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memasuki area reformasi yang ditandai dengan perubahanperubahan yang cepat disegala bidang. Munculnya reformasi total karena ketimpangan dari hasil pembangunan dibidang kesehatan antar daerah dan antar golongan, serta derajat kesehatan masih tertinggal di negara tetangga. Ada lima fenomena formasi bidang kesehatan meliputi perubahan pada bidang dinamika kependudukan, temuan substansial iptek kesehatan, tantangan global perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang (Nursalam, 2012). Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan publik yang bergerak di bidang kesehatan. Undang-Undang tentang Rumah Sakit No 44 Tahun 2009 menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalandan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan



adalah pengelolaan



dalam



manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 2009).



1



2



Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian. Kelima fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2012). Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah sakit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan produktif kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan keperawatan kepada pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah – langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien dan keselamatan pasien (patient safety). Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.



3



Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety solutions with joint commission international (2007) juga telah menjelaskan bahwa sasaran keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit (Adji, 2012) adalah : (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komunikasi yang efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan (6)pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal (Tribowo, 2013). Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang sangat tinggi dengan jenis virulen yang mungkin telah resisten terhadap antibiotik. Adapun indikator pencegahan infeksi di suatu rumah sakit adalah salah satunya dengan hand hyigene. Mencuci tangan sangat penting dilakukan oleh semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam merawat pasien karena cuci tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan. Cuci tangan bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala jenis kotoran, mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan dan mencegah perpindahan transmisi kuman antar pasien.



4



Standar asuhan keperawatan sangat mempengaruhi terjadinya infeksi di rumah sakit karena tenaga keperawatan



memiliki kemampuan dalam



menjalankan dan mempraktekan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai. Menurut Darmadi (2009) infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit. Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum dirawat tidak ditemukan tanda – tanda klinis infeksi namun setelah dirawat muncul tanda – tanda infeksi dalam waktu 3x 24 jam. Hal ini terkait dengan kontak langsung dengan pasien, prosedur invasif, terapi yang diberikan dan lamanya perawatan mempengaruhi terjadinya infeksi. Menurut WHO (2010) menyatakan bahwa pencegahan infeksi rumah sakit membutuhkan keterpaduan, pemantauan dan program dari semua tenaga kesehatan meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker dan lain-lain. Oleh karena itu sangat penting dilakukan tindakan mencegah infeksi di suatu rumah sakit karena jika tidak dilakukan tindakan pencegahan infeksi dapat memperpanjang hari rawat dan menimbulkan efek yang dapat merugikan pasien serta akan menmbulkan dampak negatif yang akan di terima oleh rumah sakit, hal ini dapat berupa penurunan mutu rumah sakit, sehingga hal ini akan menyebabkan nilai promosi rumah sakit akan mengalami penurunan. Rumah Sakit dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit umum daerah yang ada di Kota Padang yang memiliki visi dan misi dalam mewujudkan pelayanan yang prima kepada pasien.Syarat untuk terwujudnya pelayanan prima salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen pelayanan yang baik



5



termasuk manajemen keperawatan. Dengan demikian, dibutuhkan adanya manajemen keperawatan untuk mencapai pelayanan yang prima pada pasien karena perawatlah yang lebih lama berinteraksi dengan pasien. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien.Hubungan yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka pelayanan pasien menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. Asuhan keperawatan yang rendah menyebabkan mutu pelayanan keperawatan juga menurun dan akhirnya memicu penurunan tingkat keselamatan pasien di rumah sakit, hal yang demikian akan terus menerus berulang jika tidak segera diatasi. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko (Adji, 2012). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat memprihatikan, dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun



6



pada pasien poliklinik (PERSI 2006). Komitmen, kompeten dan etis keperawatan diperlukan untuk menjaga keselamatan pasien (Can, 2012). Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan tersebut, manajemen ruangan harus menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal. Ada 7 langkah yang sudah menjadi standar untuk menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu : (1)membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien; (2) memimpin dan mendukung staf; (3) mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko; (4) mengembangkan sistem pelaporan; (5) melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien; (6) belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan (7) mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 813April 2019 di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang didapatkan bahwa pemilahan sampah masih belum berjalan secara maksimal, dimana masih banyak sampah medis yang seharusnya masuk dalam sampah infeksius tetapi malah masuk kedalam tempat sampah non infeksius. Seperti masih ditemukannya pembuangan masker dan bekas plabot infus pada tempat sampah non infeksius. Kantong tempat sampah infeksius dan non infeksius warnya sama, sehingga jika petugas mau membuang sampah infeksius ketika selesai melakukan tindakan penempatannya tidak tepat. Saat dilakukan observasi langsung ditemukan 6 orang perawat dan 6 orang keluarga pasien di kelas III laki-laki tidak melakukan cuci tangan 5 momen dan 6 langkah. Dimana perawat sangat jarang ditemukan cuci tangan ketika



7



berpindah dari satu pasien ke pasien lain dengan alasan hanya tersedia satu handrub di depan ruangan pasien, dan handrub tempat tidur pasien hanya tersedia 1 dari 4 tempat tidur di ruang isolasi, 3 dari 5 tempatbtidur di kelas II wanita, 3 dari 7 tempat tidur di kelas III wanita, sedangkan handrub di kelas II pria hanya tersedia 1 dari 5 tempat tidur, dan kelas III pria handrub hanya 1 dari 7 tempat tidur. Diantara yang tersedia terlihat ada yang kosong sehingga susah untuk di jangkau ketika ingin melakukan cuci tangan saat berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain. Banyak keluarga pasien yang belum mengerti tentang cara cuci tangan 5 momen dan 6 langkah, berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang keluarga di ruang kelas III laki-laki didapatkan sebelum masuk ke ruangan rawatan mereka tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan 5 momen dan 6 langkah. Hasil wawancara kepada salah satu perawat pelaksana dikatakan bahwa di ruangan sudah ada penanggung jawab untuk pengelolaan handrub namun tidak berjalan baik. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 8 s/d 13April 2019 dengan metode observasi, wawancara dan kuesioner ditemukan dari 6 orang perawat di ruang Interne terdapat 2 orang perawat tidak menggunakan handscone saat melakukan redressing, 1 orang perawat tidak menggunakan handscone saat melakukan tindakan pemasangan infuse dan 3 orang perawat tidak menjelaskan cara mencuci tangan kepada pasien yang baru masuk. Selain itu dari 8 status yang di observasi tidak ditemukan adanya EWS pada status. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terdapat pada ruangan Interne



8



belum optimalnya penerapan metode pelaksanaan orientasi pasien baru masuk, dan belum ditemukannya EWS pada status pasien. Berdasarkan data tersebut mahasiswa praktek profesi manajemen keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruangan rawat inap penyakit dalam tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dapat mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. B. Tujuan Praktik 1. Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem solving) yang ada di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu : a. Mengidentifikasi



masalah manajemen pelayanan keperawatan



di



Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr.Rasidin Padang. c. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang d. Membuat Planning Of Action (POA) bersama perawat ruangan untuk pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.



9



e. Melaksanakan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama perawat ruangan dalam pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang. f. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai Planning Of Action (POA) terhadap masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan Rawat



Inap



Interne



RSUD



dr.



Rasidin



Padang.



BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM RSUD dr. RASIDIN PADANG



Berdasarkan observasi, kuesioner dan wawancara tanggal 8-12April 2019 didapatkan hasil sebagai berikut : A. Kajian Situasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang 1. Visi RSUD dr Rasidin Padang Terwujudnya pelayanan RS yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan pasien. 2. Misi RSUD dr Rasidin Padang : Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif, berkualitas yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pelayanan publik. 3. Motto RSUD dr Rasidin Padang : Kesembuhan anda adalah kebahagiaan kami 4. Filosofi RSUD dr Rasidin Padang Kami berkeyakinan tidak ada hal yang tidak dapat diperbaiki, pelayanan yang bermutu tinggi dan memuaskan konsumen akan membuahkan keberhasilan oleh karena itu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.



52



53



B. Kajian Situasi di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang 1. Karakteristik Ruangan a.



Visi dan Misi Ruang Rawat Penyakit Dalam Visi dan Misi Ruang Rawat Penyakit Dalam dalam pelaksaanannya pengorganisasian mengacu ke Visi dan Misi Rumah Sakit dan Bidang Keperawatan.



b.



Visi dan Misi Bidang Keperawatan 1) Visi a) Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalui proses keperawatam b) Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. c) Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan d) Terlaksananya



pengembangan



sumber



daya



manusia



keperawatan melalui pendidikan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan baik formal maupun non formal sesuai rencana pengembangan tenaga keperawatan. e) Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam kegiatan pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan. 2) Misi a)



Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan



54



b)



Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika keperawatan dalam memberikan pelayanan prima



c)



Menyelenggarakan



pelayanan



keperawatan



prima



dan



prima



dan



terjangkau seluruh lapisan masyarakat d)



Menyelenggarakan



pelayanan



keperawatan



terjangkau seluruh lapisan masyarakat. c.



Sifat Kekaryawanan Ruangan 1) Fokus Telaah Di dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat penyakit dalam adalah semua jenis diagnosa medis diantaranya masalah kasus interne (penyakit dalam) yaitu jantung, paru, neurologim endokrin, pencernaan. 2) Lingkup Garapan Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang rawat penyakit dalam adalah pemenuhan dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garapan ruang rawat penyakit dalam adalah memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multidisiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah atau gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh manusia.



55



3) Basis Intervensi Basis intervensi ruang rawat inap anak merupakan salah satu bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan yang nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga memerlukan pelayanan yang profesional. 4) Model Layanan Model layanan keperawatan yang diterapkan di ruang rawat penyakit dalam RSUD dr. Rasidin Padang adalah dengan menggunakan metode tim. Tim dalam ruangan ini dibagi menjadi 2 yaitu Tim A (Pasien Perempuan) dan tim B (Pasien Laki-laki). Tim diketuai oleh seorang ketua yim yang telah dipilih oleh kepala ruangan. Pada dinas sore dan malam memiliki satu penanggung jawab saja. Alur overan dimulai di nurse station untuk melaporkan setiap pasien yang menjadi tanggug jawab PP, setelah overan di nurse station perawat melakukan overan ke kamar atau bed pasien untuk menanyakan keluhan kemudian menyampaikan pergantian shift dinas serta memperkenalkan penanggung jawab pada pasien tersebut, setelah selesai overan ke setiap bed pasien kemudian seluruh perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan tentang pasien yang dilihat pada saat overan. Setelah overan berakhir dilanjutkan dengan pre confrence yang dilakukan oleh KATIM dan PP dalam tim masing-masing dimana dilakukan penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil



56



evaluasi dan kondisi klien yang dilaporkan oleh perawat yang bertugas sebelumnya. Namun pre conference dan post coference jarang dilakukan oleh perawat karena keterbatasan waktu. 5) Letak Ruangan Letak ruang rawat penyakit dalam berada di samping Irna Bedah dan Instalasi Gizi RSUD dr. Rasidin Padang dengan rincian sebagai berikut : 1)



Disebelah Timur terdapat lahan kosong



2)



Disebelah Selatan terdapat ruang Bedah/Kebidanan



3)



Disebelah Utara terdapat ruang Gizi



4)



Disebelah Barat terdapat IGD



6) Kapasitas Ruangan Ruang rawat penyakit dalam mempunyai ruangan untuk pasien yaitu : Tabel 2.1 Jumlah Ruangan Rawat dan Bed Pasien di Ruang Rawat Penyakit Dalam No.



Ruang



1. 2. 3 4



Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Isolasi



TIM A 4 5 7 -



TIM B



Jumlah



5 7 4



4 10 14 4 32



Jumlah



Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di ruang rawat penyakit dalam berjumlah 32 bed pasien.



57



2. Analisis terhadap Klien a. Karakteristik Klien Karakteristik klien di ruang rawat penyakit dalam RSUD Dr. Rasidin Padang terdiri atas berbagai jenis diagnosa medis 10 penyakit terbanyak diantaranya bronkopneumonia, PPOK, diabetes millitus, demam berdarah (DHF), hipertensi, CHF, Gastritis, Typoid, Anemia, dan tuberkulosis paru (TB). Dari berbagai masalah ini pasien dapat diberikan pelayanan keperawatan yang professional, bermutu, dan unggulan di Kota Padang sesuai dengan visi ruang rawat penyakit dalam. b. Tingkat ketergantungan Tingkat ketergantungan klien diruang rawat penyakit dalam untuk 6 hari rawatan pada tanggal 8-13 April 2019, dari 138 pasien terdapat 5 pasien dengan minimal care, 128 pasien dengan parsial care, dan 5 total care. 3. Sumber Daya/ Kekuatan Kerja a. Manusia/ketenagaan Jumlah tenaga keperawatan diruang rawat penyakit dalam adalah 17 orang, terdiri dari Ners 5 orang, D III Keperawatan 11 orang, S1 keperawatan 1 orang. Masa kerja 70% > 10-15 tahun.



58



ketenagaan ners



5 11



s1



1



DIII



Masa Kerja 20% 10%



< 5 th > 5 s.d 10 th > 10 s.d 15 th



70%



b. Non manusia 1) Metode Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang rawat inappenyakit dalamadalah metode tim, yaitu kepala ruangan akan memilih ketua tim (tim A dan Tim B), jika katim berhalangan hadir katim tersebut menunjuk salah satu perawat pelaksana untuk menggantikan dirinya. Kepala ruangan memilih perawat pelaksana untuk bertugas pada masing-masing tim kemudian katim dan perawat pelaksana berkolaborasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.



59



2) Money Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat



pelaksana



semua



keuangan



diruangan



dikelola



sepenuhnya oleh administrasi rumah sakit. Sehingga kebutuhan pengembangan ruangan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta permintaan kebutuhan pasien yang sebelumnya diajukan oleh ruangan kepada pihak rumah sakit. 3) Machine Hasil observasi diruang rawat inap penyakit dalam diperoleh data bahwa terdapat fasilitas penunjang seperti troli 3 buah (yaitu troli injeksi 2 buah, 1 troli tempat EKG), dan terdapat 2 tempat obat-obat oral dan obat injeksi pasien, kulkas, TV, dispenser yang mendukung kualitas pelayanan optimal. Rumah sakit telah memberikan beberapa fasilitas penunjang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi misalnya dengan mengadakan peralatanperalatan medis yang canggih seperti USG, rontgen, labolatorium yang merupakan fasilitas penunjang rumah sakit. 4. Lingkungan Kerja a. Lingkungan Fisik Lingkungan ruang rawat penyakit dalam memiliki jendela dan pencahayaan yang baik, terdapat ventilasi. Ruangan rawat penyakit dalam memiliki jara sekitar 50 meter dari ruangan lain, sehingga rung interne jauh dari kebisisngan dari ruang lain. Lingkungan sekitar ruangan lumayan rapi, blangko askep yang teletak pada tempatnya



60



yaitu lemaridan benda-benda yang lain yang rusak dan tidak terpakai diletakkan digudang dan ruangan. b. Lingkungn Non Fisik Lingkungan non fisik di ruangan rawat penyakit dalam dilihat dari sirkulasi udaranya sudah optimal. 5. Kajian Indikator Mutu Ruangan a. BOR (Bed Occupancy Rate = persentase tingkat penggunaan tempat tidur pada satuan waktu tertentu) Menurut Depkes RI (2013), Berdasarkan teori nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Berdasarkan data yang didapatkan dari rekam medis ruang rawat penyakit dalam pada 3 bulan terakhir yaitu : Tabel 2.2 Data Rekam Medis Penyakit Dalam 3 Bulan Terakhir Bulan Januari 2019 Februari 2019 Maret 2019



Jumlah Pasien 121 111 103



Jumlah Hari Rawat 725 676 554



Rumus : (Jumlah hari rawatan di rumah sakit) x 100% (Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode) Berdasarkan data diatas didapatkan BOR di ruang penyakit dalam 3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebanyak 77%, Februari 2019 sebanyak 71%, dan Maret 2019 sebanyak 68%.



61



b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Depkes RI (2007) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes 2010). Rumus : (Jumlah lama dirawat) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) Berdasarkan data ALOS pada 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Januari 2019 sebanyak 7 hari, Februari 2019 sebanyak 5 hari, dan Maret 2019 sebanyak 6 hari. c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efesiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) Berdasarkan dari rekam medis didapatkan TOI diruangan interne pada 3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebesar 2 hari, Februari 2019 sebesar 4 hari, dan Maret sebesar 2 hari.



62



d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Depkes RI (2008) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) Jumlah tempat tidur Berdasarkan data dari rekam medis didapatkan BTO di ruangan interne sebanyak 3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebanyak 4 kali, Februari 20191-2 kali, dan Maret 2019 sebanyak 2-3 kali. 6. Analisis Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen a. Perencanaan 1) Visi dan Misi Berdasarkan hasil observasi tanggal 8 april 2019 didapatkan kepala ruangan mengatakan bahwa visi dan misi ruangan interne mengacu pada visi misi rumah sakit RSUD Dr.Rasidin Padang Analisis :Potensial perencanaan (visi dan misi ) di ruangan interne 2) Kebijakan organisasi ruangan Jajaran manajerial ruangan memiliki akses secara langsung dengan kepala ruangan, setiap kebijakan kepala ruangan yang diturunkan sudah melingkupi permasalahan dan aspek yang memperhatikan kepentingan keperawatan.



63



Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 8-12Aprili 2019 kebijakan organisasi sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya terlihat dari setiap pertukaran shift dinas dilakukan pembagian tugas. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa setiap staff sudah mempunyai uraian tugas yang jelas dan tertulis bagi setiap tenaga keperawatan. Batas dan wewenang tanggung jawab perawat cukup jelas, metode yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah metode tim. Hasil penyebaran kuesioner didapatkan 100% perawat melaksanakan metode penugasan dalam ruangan di rumah sakit sebagaimana mestinya. 100% perawat melakukan pembagian tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Analisis : Potensial penerapan kebijakan pengorganisasian ruangan secara konsisten 3) Perencanaan Strategis Organisasi Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan



tanggal 8



April 2019 didapatkan kepala ruangan terlibat dalam perencanaan strategis ruangan dan juga melibatkan secara langsung perawat pelaksana,



termasuk



pertemuan



bulanan



yang



sudah



terjadwal.Setiap kepala ruangan sudah memiliki rencana tahunan. Dari hasil observasi terdapat rencana strategis ruangan yaitu rencana bulanan dan tahunan dari kepala ruangan.



64



Analisis : Potensial penyusunan dan penerapan rencana strategi ruangan b. Pengorganisasian 1) Struktur Organisasi Dari hasil observasi di ruang rawat penyakit dalam terdapat struktur organisasi yang sudah terpajang, hanya saja untuk struktur pembagian tugas setiap harinya ditulis di buku agenda tulis, dan wawancara dengan kepala ruangan mengatakan struktur ruangan sudah dibagi dan sudah terpajang. Dari hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menjawab ruangan memiliki struktur organisasi, 100% perawat menjawab petugas sudah mempunyai uraian tugas dan kewenangan, 100% perawat menjawab metode penugasan dalam ruangaan di rumah sakit dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Analisis : Potensial pengorganisasian yang berlaku diruangan 2) Pengorganisasian Perawatan Pasien RSUD dr. Rasidin Padang di ruang rawat penyakit dalam belum menerapkan metode asuhan keperawatan yang optimal. Metode yang digunakan saat ini adalah metode tim. Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 8-12April 2019 di ruangan penyakit dalam terdiri dari 1 kepala ruangan dan 2 ketua tim. Metode pemberian asuhan keperawatan menggunakan metode tim hanya untuk dinas pagi. Untuk dinas sore dan malam hanya mengangkat penanggung jawab masing-masing tim, hal ini



65



disebabkan situasi dan kondisi dimana kurangnya ketenagaan untuk dijadikan metode tim saat sore dan malam hari. Hasil wawancara dengan perawat mengatakan metode yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah metode tim dan fungsional, kepala ruangan mengatakan tidak ada dilakukan pengembangan MPKP. Sementara itu hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menggunakan metode tim diruangan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, 100% perawat menjawab pembagian tugas perawat sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien (minimal, parsial, dan total care). Analisis : Belum optimalny ametode penugasan asuhan keperawatan diruangan. 3) Ketenagaan (Staffing) Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan data bahwa perhitungan tenaga keperawatan di ruang rawat Penyakit Dalam berdasarkan jumlah kunjungan pasien. Tabel 2.2 Klasifikasi dan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas



No. 1. 2 3



Pagi 0,17 0,34 0,51



Minimal Siang Malam 0,14 0,07 0,28 0,144 0,42 0,21



Klasifikasi Klien Parsial Pagi Siang Malam 0,27 0,15 0,10 0,54 0,30 0,20 0,81 0,45 0,30



Pagi 0,36 0,72 1,08



Total Siang Malam 0,30 0,20 0,60 0,40 0,90 0,60



66



Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Tanggal 8-12April 2019 Tingkat Jumlah ketergantuangan pasien pasien Minimal 5 Parsial 128 Total 5 Jumlah 138 Perawat yang ada



Pagi



Siang



Malam



5 x 0,17= 0,85 128 x 0,27= 34,56 5 x 0,36 = 1,8 37,21= 37 37



5 x 0,14 = 0,7 128 x 0,15 = 19,2 5 x 0,30 = 1,5 21,4= 21 21



5 x 0,07 = 0,35 128 x 0,10 = 12,8 5 x 0,20 = 1 14,15=14 14



Selanjutnya untuk mengembangan karir staf, jenjang pendidikan tinggi, staf diberikan kesempatan mengikuti seminar atau pelatihan keperawatan (PPGD, BTCLS, BHD) dan jika ingin menambah pendidikan dengan biaya sendiri maka perawat harus melapor ke SDM dulu melalui kepala ruangan. Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat menjawab bahwa beban



kerja



perawat



bertambah



berat



dengan



tingkat



ketergantungan pasien diruangan. Analisis : belum optimalnya peningkatan mutu ketenagaan c. Pengarahan a) Kegiatan Supervisi Berdasarkan hasil kuesioner bahwa 60% perawat mengatakan telah dilakukan supervisi di ruangan, 70% ada pengarahan supervisi dan bimbingan supervisi, dan 80% perawat mengatakan tahu manfaat supervisi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana didapatkan bahwa pernah dilakukan supervisi ruangan. Dari hasil wawancara dengan



67



kepala ruangan mengatakan supervisi dilakukan 1 kali sebulan kepada semua perawat dalam jadwal yang tidak ditentukan. Analisa : belum optimalnya kegiatan supervisi b) Kegiatan overan dan pre confrence Dari hasil observasi didapatkan prosedur overan selama ini telah dilakukan pada setiap pergantian shift. Dari hasil wawancara timbang terima dilakukan 3 shift yaitu pagi ke sore jam 14.00, sore ke malam jam 21.00, malam kepagi jam 08.00. dengan melibatkan karu, katim, perawat pelaksana. Saat overan, tim membahas tentang keadaan pasien diantaranya nama, dokter yang menjaga, keluhan, tindakan yang dilakukan selanjutnya, dan pada saat datang ke pasien, perawat belum sepenuhnya menggunakan komunikasi SBAR. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pre confrence tidak bisa dilaksanakan karena jadwal visit dokter yang terlalu pagi dan pelaksanaan apel pagi setiap hari. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 70% perawat menyatakan tidak ada dilakukan pre confrence, 80% perawat mengatakan tidak semua perawat megikuti pre dan post congfrence setiap hari, dan 70% perawat mengatakan karu ada memberikan pengarahan kepada katim dan perawat pelaksana saat pre confrence. Analisis : Belum optimalnya pelaksanaan pre confrence overan



Belum optimalnya pelaksanaan overan



68



c) Kegiatan Ronde Keperawatan Hasil observasi tidak adanya dilakukan ronde keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada tanggal 8-11April 2019 dan wawancara dengan perawat ruangan dan ketua tim ada melakukan ronde keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD dr. Rasidin Padang. Hasil kuisioner didapatkan 100% perawat menjawab ada melakukan ronde keperawatan di ruangan. Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan mengatakan sudah ada dilakukan ronde. Ronde diadakan setiap bulan namun waktunya belum terjadwal yang dilakukan oleh bidang keperawatan, karu dan perawat yang sedang dinas pada hari itu. Analisis :Potensial peningkatan ronde keperawatan d) Kolaborasi dan koordinasi Hasil wawancara dengan kepala ruangan menyatakan koordinasi dilakukan dalam bentuk rapat bulanan yaitu pada pertengahan bulan kemudian adanya sosialisasi ilmiah yang telah didapatkan



kepada



ruangan,



kepala



ruangan



langsung



memberitahu perawat di ruangan. Dalam acara ini dapat didiskusikan masalah-masalah yang terjadi diruangan dan informasi baru terkait peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Analisis : Potensial peningkatan kolaborasi koordinasi e) Motivasi Kerja Perawat



69



Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa motivasi selalu diberikan dalam hal peningkatan kinerja kepada perawat pelaksana. Penilaian penampilan kerja mempengaruhi motivasi dari atasan dalam bekerja. Dari hasil observari diruangan didapatkan data bahwa motivasi perawat cukup baik yang terlihat dari kehadiran perawat datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Analisis :Potensial peningkatan motivasi kerja perawat d. Pengendalian 1)



Program Pengendalian Mutu Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggan 8 April 2019 didapat kan bahwa program pengendalian mutu yaitu adanya mutu rumah sakit, mutu individu dan mutu ruangan. Kepala ruangan mengatakan bahwa mutu tersebut sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan tugas dan peran yang diberikan. Analisis : Potensial peningkatan kegiatan pengendalian mutu pelayanan keperawatan



2)



Pengembangan Standar (SOP dan SAK) Berdasarkan hasil observasi bahwa SOP dan SAK sudah ada diruangan masing-masing, namun dalam aplikasinya perawat belum sepenuhnya melakukan tindakan sesuai dengan SAK dan SOP.



70



Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk pembuatan standar asuhan keperawatan dilakukan dengan jalan rapat dengan kepala ruangan dan disosialisaikan kepada perawat ruangan melalui rapat bulanan yaitu pada pertengahan bulan. Namun hal ini belum dilaksanakan secara optimal. Hasil



kuesioner



didapatkan



80%



perawat



pelaksana



menyatakan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP dan SAK. Analisis : Belum optimalnya pelaksanaan SPO dan SAK di ruangan 3)



Manajemen Keselamatan Pasien 1.



Identifikasi Pasien Dari hasil observasi yang dilakukan kelompok tanggal 8-13



April 2019 didapatkan data bahwa 2 dari 3 perawat tidak melakukan identifikasi pasien seperti menanyakan nama dan tanggal lahir kemudian menyesuaikannya dengan gelang pasien. Sedangkan untuk ketepatan identitas pasien sebelum memberikan obat, darah, atau produk darah dan sebelum pemberian tindakan atau prosedur tindakan perawat harus melakukan identifikasi pasien terlebih dahulu. Hasil wawancara dengan perawat ruangan didapatkan informasi bahwa selama pemantauan oleh kepala ruangan perawat pelaksana telah melaksanakan identifikasi pasien. Namun diluar



71



pengawasan Karu masih ada perawat pelaksana yang tidak melaksanakan identifikasi pasien secara benar. Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat sudah menerapkan identifikasi pasien dengan benar. Analisis: Belum optimalnya identifikasi pasien 2.



Hand Hygiene Berdasarkan hasil observasi tanggal 8-13 April 2019, terlihat



adanya SOP prosedur cuci tangan dengan 6 langkah serta 5 momen cuci tangan yang sudah tertempel di dinding dekat ruangan pasien. Selain itu juga sudah tersedianya hand rub didekat pintu ruangan masing-masing pasien, serta tersedianya hand wash yang berada di dekat wastafel. Saat dilakukan observasi langsung masih ditemukan bahwa perawat dan keluarga tidak melakukan cuci tangan dalam 5 momen. 5 Moment Cuci Tangan, sebelum kontak dengan pasien masih ada ditemukan perawat yang tidak melakukan cuci tangan. Sebelum melakukan tindakan aseptic perawat telah melakukan cuci tangan. Setelah terkena cairan pasien perawat telah melakukan cuci tangan seperti saat terkena darah pasieni. Setelah kontak dengan pasien tidak semua perawat yang melakukan cuci tangan. Setelah terpapar dengan lingkungan pasien hanya sebagian perawat yang melakukan cuci tangan setelah terpapar dengan lingkungan pasien.



72



Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat ruangan bahwa perawat ruangan telah diberikan sosialisasi dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang mengenai hand hygiene 5 moment. Hasil wawancara dengan 4 dari 5 pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak mengetahui 5 momen dan 6 langkah cuci tangan karena tidak pernah diedukasi oleh perawat. Hasil



kuesioner



didapatkan



100%



perawat



sudah



melaksanakan 6 langkah cuci tangan, 100% perawat mengetahui 5 momen cuci tangan, 40% perawat tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien, 70% perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik, 100% perawat melakukan cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien, 10% perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan pasien, 30% perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien, dan 80% perawat tidak memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga saat pertama kali pasien di rawat. Penerapan



kewaspadaan



universal



merupakan



bagian



pengendalian infeksi yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pimpinan rumah sakit beserta staf administrasi, staf medis, dan non medis, serta para penanggung jasa rumah sakit misalnya pasien dan pengunjung pasien (Nursalam 2011). Kewaspadaan universal diterapkan dipelayanan kesehatan bertujuan untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta



73



mencegah penularan bagi petugas kesehatan dan pasien. Kewaspadaan universal yang dimaksud yaitu penularan infeksi melalui darah, penggunaan sarung tangan, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Studi menunjukan bahwa kepatuhan pada penerapan kewaspadaan standar diantara petugas kesehatan untuk menghindari paparan mikroorganisme masih



rendah



(Mehta, 2010). Kepatuhan



perawat



dalam



menerapkan kewaspadaan universal dalam asuhan keperawatan dirumah sakit mencerminkan kinerja perawat. Analisis :Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan 3.



Pembilahan Sampah Infeksius dan Non Infeksius Dari hasil observasi tanggal 8-12 April 2019,, belum terlihat



adanya SOP prosedur manajemen pembuangan limbah infeksius, non infeksius dan Benda Tajam. Persediaan tempat sampah infeksius, non infeksius dan benda tajam sudah tersedia di ruang tindakan perawat. Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat ruangan didapatkan perawat ruangan mengatakan bahwa mereka telah diberikan sosialisasi dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang mengenai manajemen pengolahan limbah medis. Hasil



kuesioner didapatkan



70% perawat



membuang



handscoon ke tong sampah infeksius, 70% perawat membuang masker ke tong sampah infeksius, 100% perawat membuang jarum suntik bekas ke safety box, 70% perawat membuang



74



alkohol swab ke tong sampah non infeksius 100% perawat membuang kantong kresek ke tong sampah non infeksius, 100% perawat membuang botol infus ke tong sampah non infeksius, 100% perawat membuang giving set ke tong sampah infeksius, 100% perawat membuang kantong darah ke tong sampah infeksius, 100% perawat membuang sisa makanan ke tong sampah non infeksius, 100% perawat membuang pempers pasien ke tong sampah non infeksius, 50% perawat membuang kasa bekas ke tong sampah non infeksius, 80% perawat membuang plester bekas ke tong sampah infeksius,, 100% perawat membuang tissue pasien ke tong sampah non infeksius, dan 100% perawat membuang kantong NGT ke tong sampah infeksius. Menurut Nursalam (2011), kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Unsur kewaspadaan universal meliputi tindakan mencuci tangan, alat pelindung diri (APD), pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum suntik, bekas botol ampul, dan sebagainya), dekontaminasi, sterilisasi, desifeksi, dan pengelolaan limbah (Nursalam 2011). Analisis : Belum optimalnya penerapan pembilahan sampah infeksius



dan



non



infeksius



BAB III ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN A. ANALISA SWOT FAKTOR INTERNAL Kekuatan/Strenght Kelemahan/Weakness Kepuasan pasien (Orientasi)  Perawat tidak pernah  Tampak adanya lembar balik mengajar bagaimana cara penerimaan orientasi pasien cuci tangan baru masuk  Perawat pelaksana tidak menjelaskan secara lengkap orientasi pasien baru  Dari 5 orang perawat tidak ada yang menjelaskan cara cuci tangan pada pasien baru.



FAKTOR EKSTERNAL Kesempatan/Opportunity Ancaman/Threatened tuntutan  Adanya institusi  Adanya



Mercubaktijaya Padang



yang



menggunakan lahan sebagai



tempat



praktek



manajemen



keperawatan 







77



tinggi Belum optimalnya orientasi pada dari masyarakat pasien baru di terhadap pelayanan ruangan seperti keperawatan yang mengajarkan cara mencuci tangan profesional terutama yang



STIKes



Adanya motivasi dari kepala ruangan kepada perawat buntuk mengoptimalkan orientasi pasien baru RSUD Dr. Rasidin



Masalah



dalam



lebih



penerimaan



pasien baru.



padang merupakan rumah sakit umum.



Pelaksanaan pre dan post conference - Hasil kuesioner didapatkan bahwa 30% perawat menyatakan ada dilakukan pre post conference di ruangan - 70% perawat menyatakan menggunakan komunikasi SBAR - 70% perawat menyatakan karu memberikan pengarahan kepada katim dan perawat pelaksana - Sudah menerapkan pre dan post conference tetapi belum optimal serta belum menerapkan sistem SBAR



-



-



-



-



70% perawat menyatakan tidak ada dilakukan pre post conference di ruangan 80% perawat menyatakan tidak semua perawat mengikuti pre dan post confrence 30% perawat menyatakan tidak menggunakan komunikasi SBAR 30% perawat menyatakan karu tidak memberikan pengarahan kepada katim dan perawat pelaksana Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 8-12 april 2019 tidak tampak pelaksanaan pre dan post



78



- Adanya SOP pre dan post conference



-



-



Belum optimalnya Belum adanya pelaksanaan pre kesempatan dalam dan post pelaksanaan pre dan conference post conference Adanya rumah sakit menggunakan SOP yang baku



-



-



Penerapan pasien safety untuk risiko infeksi - Hasil kuesioner didapatkan bahwa 100% perawat mengetahui tentang risiko infeksi - 90% perawat mengetahui golongan risiko infeksi - 60% perawat mengetahui perbedaan perlakuan risiko infeksi - 100% perawat mengetahui double check metoda untuk menurunkan



-



-



conference di ruangan Dari hasil wawancara didapatkan 3 dari 5 perawat pelaksana mengatakan belum terlaksananya pre dan post conference dikarnakan keterbtasan waktu Dari hasil wawancara dengan karu didapatkan data adanya jadwal visite dokter yang terlalu pagi dan pelaksanaan apel pagi setiap hari sehinga kegiatan pre conference di ruangan rawat inap interne tidak terlaksana



10% perawat tidak mengetahui golongan risiko infeksi 40% perawat tidak mengetahui perbedaan risiko infeksi 40% perawat tidak mengetahui setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklnik harus memiliki daftar risiko infeksi 50% perawat tidak mengetahui



79



Adanya penerapan infeksi



standar risiko



Belum optimalnya Adanya RS yang penerapan menggunakan SOP keamanan risiko penerapan pasien infeksi safety untuk kewaspadaan risiko infeksi



-



-



kesalahan terkait risiko infeksi 60% perawat mengetahui setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar risiko infeksi 50% perawat mengetahui setiap tenaga harus mengetahui penanganan khusus untuk risiko infeksi -



Hand hygiene - Hasil observasi didapatkan 60% perawat sudah melaksanakan 6 langkah cuci tangan - 50% perawat sudah melakukan 5 momen cuci tangan - Hasil observasi didapatkan 60% perawat melakukan hand hygine saat sebelum kontak dengan pasien. - Hasil observasi didapatkan 30% perawat telah melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan



-



-



-



-



setiap tenaga harus mengetahui penanganan khusus untuk risiko infeksi 90% perawat belum menerapkan risiko infeksi Hasil observasi tanggal 8-13 April 2019 didapatkan 80% perawat tidak melakukan risiko infeksi Hasil wawancara dengan perawat pelaksana didapatkan risko infeksi Hasil observasi didapatkan 40% perawat belum melaksanakan 6 langkah cuci tangan Hasil observasi didapatkan 50% perawat belum melakukan 5 momen cuci tangan Hasil observasi didapatkan 40% perawat tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien 70% perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan



80



Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai Handcrubs



-



Belum optimalnya Tuntutan pelayanan pelaksanaan hand dari pasien yang hygine di ruangan tinggi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan optimal. Adanya daya saing dari rumah sakit lainnya yang memberikan pelayanan kesehatan



-



-



-



-



-



-



aseptif. Hasil observasi didapatkan 100% perawat melakukan cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien. Hasil kuesioner didapatkan 70% perawat menyatakan melakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien. Hasil kuesioner didapatkan hasil 70% perawat menyatakan telah melakukan cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien Hasil kuesioner didapatkan 20% perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga saat pertama kali pasien di rawat Tersedia handrub di troli tindakan Hasil wawancara dengan 3 orang perawat ruangan bahwa perawat ruangan telah diberikan sosialisasi dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang mengenai hand hygiene 5 moment. Hasil wawancara dengan 2 orang dari 10 orang perawat mengatakan



-



-



-



-



-



-



tindakan aseptik. 30% perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan pasien. 30% perawat tidak mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat tidak memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga saat pertama kali pasien di rawat Hasil wawancara kepada 4 orang pasien dan keluarga mengatakan mereka tidak ada diajarkan oleh perawat cara cuci tangan saat pertama kali dirawat. Tidak semua handrub terisi di tempat tidur pasien Tidak tersedia wastapel untuk cuci tangan di setiap ruangan pasien Tidak tersedia sabun anti septik di setiap ruangan, hanya tersedia



81



-



yang berkualitas. Terjadinya infeksi silang



telah mengajarkan cara cuci tangan kepada pasien dan keluarga saat pertama kali pasien dirawat.



Pemilahan Sampah Infeksius dan Non infeksius - Hasil kuesioner didapatkan 50% perawat mengetahui pemilahan sampah infeksius dan non infeksus - Hasil observasi 70% perawat membuang handscoon ke tong sampah infeksius - 70% perawat membuang masker ke tong sampah infeksius, - 100% perawat membuang jarum suntik bekas ke safety box - 70% perawat membuang alkohol swab ke tong sampah non infeksius - 100% perawat membuang kantong kresek ke tong sampah non infeksius - 100% perawat membuang botol



handrub di depan kamar pasien



-



-



-



Hasil kuesioner didapatkan 50% perawat tidak mengetahui pemilahan sampah infeksius dan non infeksus 30% membuang handscoon ke tong sampah non infeksius 30% membuang masker ke tong sampah non infeksius 30% perawat membuang alkohol swab ke tong sampah infeksius 50% membuang kasa bekas ke tong sampah infeksius 25% perawat membuang plester bekas ke tong sampah non infeksius Hasil observasi tanggal 8-12



82



Rumah sakit sudah menyediakan tempat sampah infeksius dan noninfeksius -



Tuntutan layanan kesehatan dari masyarakat yang terlalu tinggi terutama berkaitan dengan keselamatan pasien. Adanya tuntutan dari RS pencegahan infeksi nosokomial.



Belum optimalnya pelaksanaan pembilahan sampah infeksius dan non infeksius



-



-



-



-



infus ke tong sampah non infeksius. 100% perawat membuang giving set ke tong sampah infeksius. 100% perawat membuang kantong darah ke tong sampah infeksius. 100% perawat membuang sisa makanan ke tong sampah non infeksius 100% perawat membuang pempers pasien ke tong sampah non infeksius 50% perawat membuang kasa bekas ke tong sampah non infeksius 80% perawat membuang plester bekas ke tong sampah infeksius, 100% perawat membuang tissue pasien ke tong sampah non infeksius Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat ruangan mengatakan mereka telah diberikan sosialisasi dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang mengenai manajemen pengolahan limbah



April belum terlihat adanya SOP prosedur manajemen pembuangan limbah infeksius, non infeksius dan Benda Tajam Tidak ada beda warna kantong infeksius dan non infeksius



83



-



medis. Persediaan tempat sampah infeksius, non infeksius dan benda tajam sudah tersedia di ruang tindakan perawat.



84



85



B. DAFTAR MASALAH NO. 1. 2. 3. 4. 5.



MASALAH Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien baru Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference Belum optimalnya penerapan risiko jatuh Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius



86



C.



PRIORITAS MASALAH Penentuan



urutan



masalah



yang



menjadi



prioritas



dilakukan



perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut: 1.



Magnitude (M) Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah



2.



Severity (S) Besarnya kerugian yang ditimbulkan



3.



Manageable (Mn) Bisa dipecahkan



4.



Nursing Consern (Nc) Melibatkan perhatihan dan pertimbangan perawat



5.



Affordability (Af) Ketersediaan sumber daya



Aspek-aspek diatas dapat diukur dengan cara 1.



Magnitude/Prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak ditemukan (prevalensi tinggi)



2.



Saverity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu masalah lebih serius



3.



Manageable/Biasa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar)



4.



Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat



5.



Affordability/ keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah



Dengan rentang nilai1-5 yaitu : 5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup penting, 2 = kurang penting, dan 1 = sangat kurang penting. Dimana yang terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai/skor paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x Af



87



PRIORITAS MASALAH dengan PSBN Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruang Interne RSUD Rasidin Padang Tahun 2019 No.



Masalah



M



S



Mn



Nc



Af



Skor



Masalah Prioritas



1.



Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien baru diruangan Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference Belum optimalnya penerapan risiko jatuh Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius



4



4



3



3



3



432



4



3



3



4



3



3



324



5



4 5



3 4



4 3



4 4



3 5



576 1200



3 1



5



4



3



4



4



960



2



2. 3. 4. 5.



Hasil pembobotan ini adalah hasil sementara yang akan disepakati saat presentasi awal bersama pihak rumah sakit. Metode pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor yang paling besar dan atas dssasar pertimbangan waktu, keterbatasan sumber daya dan kewenangan, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah : 1. 2. 3. 4. 5.



Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius Belum optimalnya penerapan risiko infeksi Belum optimalnya penerapan identitas pasien baru Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference



88



D. PLANNING OF ACTION (POA) Masalah 1 : Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan Kegiatan Waktu Sasaran Rabu/10 April a. PP Hand hygiene 1. Melakukan sosialisasi atau 2019 b. Pasien penyegaran kembali tentang hand dan hygine keluarga 2. Mensosialisasikan cara mencuci tangan 6 benar dan 5 moment cuci tangan dengan penyediaan leaflet sebagai media edukasi perawat kepada pasien dan keluarga 3. Mempraktekkan hand hygine yang efektif 4. Menilai pengetahuan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam melakukan hand hygine.



Penanggung Jawab Abdul Aziz, S. Kep Jonevan prasetya Kencana, S. Kep



Tempat Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUD Rasidin Padang



Indikator Menerapkan cuci tangan 6 langkah dengan 5 moment yang benar



89



Masalah 2 : Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius Kegiatan Waktu Sasaran Pemilahan sampah infeksius dan Rabu/10 April a. PP 2019 b. CS non infeksius 1. Mensosialisasikan pembilahan c. Keluarga sampah infeksius dan non Pasien infeksius dengan penyedian tempat sampah diruang secara perdampingan 2. Menerapkan pengelolahan sampah 3. Menyediakan tempat sampah khusus botol 4. Menilai pengetahuan dan kemampuan perawat dalam menerapkan pengelolahan sampah



Penanggung Jawab Sarda Devi Syareza, S. Kep Zera Inoriani, S. Kep



Tempat Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUD Rasidin Padang



Indikator Adanya pemilihan sampah infeksius dan non infeksius



Masalah 3 : Belum optimalnya penerapan risiko infeksi Kegiatan Waktu Rabu/10 Peningkatan risiko infeksi 1. Melakukan pembersihan pembukaan April lingkungan agar tidak terjadi risiko 2019 infeksi 2. Memodifikasi agar tidak terjadi risiko infeksi 3. Memisahkan yang terkait dengan risiko infeksi



Sasaran a. Ka-Ru b. Ka-Tim



Penanggung Jawab Tempat Puja Lorenza, S. Kep Ruang Akrinaldo, S.Kep Rawat Penyakit Dalam RSUD Rasidin Padang



Indikator Menerapkan tempat dan lingkungan agar terhindar risiko infeksi



90



Masalah 4 : Belum optimalnya penerapan EWS Kegiatan Waktu Senin/10 Pelaksanaan discharge planing yang April 2019 efektif 1. Memberikan edukasi kepada perawat mengenai EWS 2. Berbagi ilmu terkait dengan EWS



a. b.



Sasaran Ka-Ru Ka-Tim



Penanggung Jawab Tempat Puja Lorenza, S. Kep Ruang Fici Elza Putra, S. Rawat Kep Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang







Indikator Terlaksanany a ews pada pasien



91



Masalah 5 : Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference Kegiatan Waktu 21-25 Pre dan post conference 1. Melakukan sosialisasi pre Februari 2019 confrence di ruangan 2. Pengadaan format pre confrence dan post confrence yang baku diruangan sesuai dengan standar keperawatan 3. Membuat jadwal pre confrence dan post confrence diruangan 4. Merencanakan membuat laporan pre dan post confrence 5. Melakukan role play pre dan post confrence diruangan



Sasaran  Ka-Ru  Ka-Tim  PP



Penanggung Jawab Kepala ruangan ,CI, pembimbing akademik dan mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAY A Padang



Tempat Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUD Rasidin Padang



Indikator Menerapkan terlaksananya pre conference