5 0 1 MB
LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DENGAN INOVASI PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL ( MPKP ) DENGAN METODE TUGAS PERAWAT PENANGGUNG JAWAB PASIEN ( PPJP ) DI RUANG PERAWATAN LANTAI 7 SURGICAL WORD RS PREMIER JATINEGARA Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktek Profesi Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan
DISUSUN OLEH : 1. Dian Purnamawati 2. Lin Wahyuni 3. Gokman Situmorang 4. Nurhadi Prayitno 5. Miftha Khoirina 6. Dyan Laela 7. Dwi Wahyuningsih 8. Euis Dahlia Alawiyah 9. Esther Sariduma 10. Murdian Andeska 11. Bagus Aji Pangestu 12. Christopher Armando WH. 13. Hanny Widyastuti
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, tiada Tuhan selain ALLAH yang telah mengizinkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada tara karena atas berkat rahmatnya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Manajemen Keperawatan di Ruang Perawatan lantai 7 RS Premier Jatinegara. Laporan ini dibuat untuk memenuhi kriteria tugas akhir mata ajar Manajemen Keperawatan pada program Profesi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA. Kelompok menyadari masih banyak kekurangan pada penyusunan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. dr. Sri Wuryati Handayani, selaku Direktur Rumah Sakit Premier Jatinegara 2. Taryudi Sarta, CIC., SKM., MM., selaku Manager Keperawatan Rumah Sakit Premier Jatinegara 3. Ns. Siti Jubaedah, S.kep., M.Kep., selaku assisten manager keperawatan Rumah Sakit Premier Jatinegara dan pembing klinik Manajemen Keperawatan 4. Ns. Dwi Hartati, S.Kep. selaku kepala ruangan perawatan lantai 7 Rumah Sakit Premier Jatinegara 5. Maryati S.Sos., MARS., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 6. Wasijati, S.Kp., Msi, M.Kep., selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA 7. Ns. Ratna Sari D., M.Kep., Sp.KMB., selaku Koordinator Profesi Ners 8. Devi Trianingsih, S.Kep, M.Kep, selaku Koordinator Manajemen Keperawatan 9. Muhammad Ali, SKM, M.Kep selaku Dosen Pembimbing Manajemen Keperawatan
10. Perawat Ruang Perawatan lantai 7 surgical ward atas kerjasamanya, sehingga laporan ini dapat selesai sesuai dengan waktunya. 11. Teman-teman Program Profesi S1 keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA. 12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini. Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak sekali kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan penyusunan dimasa mendatang. penulis Jakarta, 21/08/2020
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang RS Premier Jatinegara adalah sebuah rumah sakit swasta yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi dokter dan masyarakat yang membutuhkan. Beroperasi sejak 25 Maret 1989, RS Premier Jatinegara merupakan salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta yang memiliki keunggulan termasuk didalamnya komitmen terhadap mutu, kemudahan akses, kualitas pelayanan, kelengkapan spesialistik dan alat penunjang medis. Cakupan layanan Kesehatan yang diberikan oleh RS Premier Jatinegara berbasis pada layanan satu atap dimana konsultasi dokter, Tindakan operatif, layanan rawat inap, hingga pasca rawat inap dapat dilakukan di RS Premier Jatinegara. Prestasi yang telah diraih oleh RS Premier Jatinegara sejak awal berdiri hingga sekarang merupakan realisasi komitmen RS Premier Jatinegara terhadap mutu layanan Kesehatan. Hal ini akan terus dijalankan untuk tercapainya visi dan misi perusahaan melalui nilai pelayanan yang dianut yaitu Handal, Cepat, Tepat, Ramah, Proaktif dan Konsisten. Dalam menjamin kelanjutan mutu pelayanan RS Premier Jatinegara konsiten untuk selalu mengikuti akreditasi baik Nasional maupun internasional. RS Premier Jatinegara merupakan rumah sakit pertama di jakarta yang terkreditasi internasional JCI, selain itu RS Premier Jatinegara juga sudah terakreditasi Paripurna dari SNARS-Edisi 1, sudah ISO, terakreditasi halal dari MUI dan berkas rekam medis sudah menggunakan ( Elektronic Medical Record ) EMR yang teritegrasi keseluruh pemberi layanan kesehatan. 1. Kondisi awal Awal beroperasi 25 Maret 1989, kapasitas tempat tidur 100 tempat tidur. Tahun 1991 RS Premier Jatinegara molai mengembangkan alat angiography, ESWL dan menambah kapasitas tempat tidur menjadi 245 tempat tidur. RS Premier Jatinegara terus berkembang dan saat ini jumlah tempat tidur menjadi menjadi 280 tempat tidur.
2. Kondisi saat ini : a. Gedung rawat jalan ( Klinik Spesialis ) 9 lantai ( Farmasi, Laboratorium, rehab medik, Premier Executive Clinik, klinik spesialis ). b. Gedung rawat inap 9 lantai, dengan kapasitas 280 tempat tidur yang terdiri dari IGD, ruang perawatan intensive, PICU/NICU, semi intensive, stroke unit, ruang kemotherapi, hemodialisa, kamar perawatan premier room, suite room, deluxe room, perawatan kelas ,II dan III. c. Ruang Skrining ( skrining awal, pendaftaran dan administrasi, ruang konsultasi dokter umum, ruang konsultasi dokter spesialis, ruang laboratorium, ruang radiologi, ruang PCR swab, tempat PCR swab drive true, ruang tunggu umum, ruang tunggu yang terkonfirmasi positif ). d. Gedung parkir 9 lantai ( Musola, Loker Karyawan dan Koprasi Karyawan) e. Gedung utility 5 lantai 3. Jenis Pelayanan a. Rawat Inap 1) Pelayanan rawat inap memberikan pelayanan seluruh pasien dari neonatus sampai dengan lansia (kebidanan dan penyakit kandungan, anak, umum, perina) 2) Rumah sakit menyiapkan kelas perawatan
sesuai dengan
kebutuhan/ pilihan pasien terdiri dari: Intensif, Semi intensif, Premier Room, Suite Room, MVIP, Deluxe Room, Perawatan Kelas II, Kelas III. 3) Pelayanan rawat inap khusus pada pasien menular dengan menggunakan ruang isolasi dan ruang isolasi tekanan negative (negative pressure).
b. Rawat Jalan 1) Pelayanan rawat jalan (poliklinik) diberikan sesuai dengan jadwal praktik dokter baik hari kerja maupun hari minggu. 2) Pelayanan Premier Executive Clinik 3) Pelayanan poliklinik umum diberikan oleh dokter umum dan harus terpisah dengan pelayanan instalasi gawat darurat, kecuali di luar jam kerja. 4) Pelayanan medical check up Untuk dewasa, anak, visa Inggris, Visa Australia, Visa Selandia Baru, Visa Korea Selatan. 5) Pelayanan konsultasi dokter spesialis, sub spesialis, penunjang / pemeriksaan diagnostik dan psikologi antara lain: a)
Konsultasi kebidanan dan penyakit kandungan
b)
Konsultasi kesehatan anak
c)
Konsultasi penyakir dalam ( Endokrin & metabolik, GastroHepetologi, Nefrologi, hematologi)
d)
Konsultasi mata
e)
Konsultasi THT ( Telinga Hidung Tenggorok )
f)
Konsultasi bedah (bedah umum, bedah onkologi, bedah syaraf, bedah anak, bedah orthopedi dewasa dan anak, bedah mulut, bedah digestif, bedah plastik, bedah urologi, bedah jantung, bedah vaskuler )
g)
Konsultasi gigi umum & gigi spesialistik
h)
Konsultasi anestesi
i)
Konsultasi paru
j)
Konsultasi saraf
k)
Konsultasi jantung dan pembuluh darah
l)
Konsultasi penyakit kulit dan kelamin
m) Konsultasi fisik dan rehabilitasi medik n)
Konsultasi urologi
o)
Konsultasi psikologi
p)
Pelayanan radiologi
q)
Pelayanan pathologi anatomi
r)
Hemodialisa
4. PELAYANAN DIGITAL a. Digital Klinik b. Tele Emergensi 5. VISI Menjadi penyelenggara pelayanan Kesehatan terkemuka di Asia dengan memberikan layanan yang berkualitas dan berkualitas kepada seluruh stakeholders. 6. MISI Memberikan pelayanan Kesehatan bermutu dan memuaskan pelanggan serta mencapai kinerja yang diinginkan 7. FALSAFAH People caring for people B. Tujuan 1. Umum Meningkatkan Mutu Pelayanan di Ruang Perawatan lantai 7 surgical ward RS Premier Jatinegara. 2. Tujuan Khusus a. Perawat di ruang perawatan lantai 7 surgical ward mampu melakukan
asuhan
keperawatan
dengan
penugasan
Perawat
Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) b. Perawat konsisten dalam melakukan pendokumentasian serah terima secara lengkap. c. Perawat konsisten dalam pendokumentasian keperawatan secara lengkap dan tidak menggunakan singkatan.
C. Manfaat 1. Bagi Rumah Sakit Premier Jatinegara Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam hal peningkatan mutu pelayanan keperawatan di RS Premier Jatinegara. Khususnya dalam penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan Penugasan Perawata Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). 2. Bagi Ruang Perawatan lantai 7 Surgical Ward Diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan kebijakan dan pengembangan strategis Asuhan Keperawatan yang akan diterapka di lantai 7 Surgical Ward yaitu penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan Penugasan Perawata Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). 3. Bagi Keperawatan Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang pentingnya mampertahankan mutu pelayanan dan terus berupaya untuk meningkatkan asuhan keperawatan secara professional melalui penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan Penugasan Perawata Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). D. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang diperoleh secara observasi dan wawancara terhadap sebagian perawat di Lantai 7 Surgical Ward didapatkan masalah tentang belum berjalan secara maksimal penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). Selain itu juga ditemukan beberapa hal yang perlu adanya TOT tentang
pendokumentasian keperawatan secara lengkap dan tidak
menggunakan singkatan, serta kelengkapan pendokumentasian serah terima antar unit. Dari ketiga masalah tersebut akan kita lakukan skoring untuk menentukan priporitas masalah yang ada.
BAB II TINJUAN TEORI
A. Konsep Manajemen Keperawatan 1. Definisi Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Pelayanan yang diberikan berbentuk pelayanan biopsikososial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Berdasarkan pengertian ini, keperawatan termasuk ke dalam organisasi pelayanan kesehatan yang tentunya senantiasa terlibat dalam penerapan manajemnen dalam pencapaian tujuan keperawatan. (Raymond Simamora, 2013). Menurut John F.MEE (dalam buku Nina Rahmayanty, 2010 : 14) Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagian maksimal bagi pimpinan maupun pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumbersumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Menurut Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor),
dan
manajemen
9
bawah
(kepala
ruang
perawatan).
Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Dengan demikian, manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan keperawatan melalui staf keperawatan
pengobatan,
dan
rasa
aman
kepada
psien/keluarga/masyarakat (Gilles, 1999 dalam Raymond Simmamora, 2013). Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Untuk memberikan pelayanan keperawtaan yang sebaik-baiknya kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akandigunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Raymond Simmamora, 2013). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu
metode
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Gambar 1.1 Hubungan proses keperawatan dan fungsi manajemen Pengkajian dan diagnosis keperawatan
Planning
Staffing Perencanaan Organizing Implementasi Directing Evaluasi
Controlling
10
2. Prinsip Manajemen Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut: a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin, dan bidang studi h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin k. Manajemen keperawatan memotivasi l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. 3. Fungsi Manajemen Keperawatan Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning),
pengorganisasian
(organizing),
personalia
(staffing),
pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai
proses
manajemen 11
yang
terdiri
dari
perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). a. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2000). Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan. Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang.
12
Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010). b. Pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai
tujuan
(Muninjaya,
2004). Huber
(2000)
menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009). Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis
dan
Huston
pengorganisasian
(2010)
hubungan
menyatakan
ditetapkan,
bahwa
prosedur
pada
diuraikan,
perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan
lingkungan
yang
meransang
dalam
praktik
keperawatan. Menurut Swanburg (2000) Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah: 1) Prinsip rantai komando
13
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana. 2) Prinsip kesatuan komando Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana
mepunyai
satu
pemimpin
dan
satu
rencana.
Keperawatan primer dan manajemen kasus mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini. 3) Prinsip rentang Kontrol Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak mengkoordinasikan. Prinsip spesialisasi Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang membentuk departement. c. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
14
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan. Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010). d. Pengarahan keperawatan di ruang rawat inap Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).
15
e. Pengendalian keperawatan di ruang rawat inap Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan
dan
tindakan
diambil
untuk
mengoreksi
ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah: 1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur 2) Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi 3) Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
B. Konsep Medel praktek keperawatan professional ( MPKP ) 1. Pengertian Manajemen Keperawatan Manajemen adalah diartikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat. Agar manajemen yang dilakukan mengarah pada kegiatan keperawatan secara efisien dan efektif, manajemen perlu dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, serta pengendalian, dan pengawasan (Simamora, 2013). 16
2.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur
pemberian
asuhan
keperawatan
termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). 3. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan. 4. Karakteristik MPKP a. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. b. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi masingmasing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan. c. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil
17
observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry, 1997). Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat atas
asuhan keperawatan
yang diberikan.
Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. 2 CCM diharapkan akan menjadi peran Ners spesialis pada masa yang akan datang. 5. Langkah-langkah Dalam MPKP a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011). 1) Pembentukan Tim Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2011). 2)
Rancangan Penilaian Mutu Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
3)
Presentasi MPKP Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
18
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) : i.
Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
ii.
Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan
menghitung
jumlah
klien
berdasarkan
derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2011). c) Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011): i.
Kepala ruang rawat
ii.
Clinical care manager
iii.
Perawat primer
iv.
Perawat asosiate
d) Pengembangan
Standar
Rencana
Asuhan
Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan keperawatan yang
19
diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar rencana asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan (Sitorus, 2011). e)
Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) : i.
Format pengkajian awal keperawatan
ii.
Format implementasi tindakan keperawatan
iii.
Format kardex
iv.
Format catatan perkembangan
v.
Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
vi.
Format laporan pergantian shif
vii.
Resume perawatan
f) Identifikasi Fasilitas Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) : i.
Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
ii.
Papan MPKP Papan MPKP berisi daftar nama-nama
klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang merawat klien. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkahlangkah berikut ini (Sitorus, 2011): 1) Pelatihan tentang MPKP Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
20
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi. Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam 4 sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya
dilakukan
di
tempat
tersendiri
sehingga
dapat
mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011). 3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan porawat asosiate (PA). Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011). 4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana asuhan keperawatan Standar rencana asuhan keperawatan merupakan
acuan
bagi
tim
dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011). 5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga. Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011). 6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim. PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat
lebih
mempelajari
kasus
yang
ditanganinya
secara
mendalam. (Sitorus, 2011). 7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP dan PA. Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala.
Agar
terdapat
21
kesinambungan
bimbingan,
diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011). 8)
Memberi
bimbingan
kepada
tim
tentang
dokumentasi
keperawatan. Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting. c. Tahap Evaluasi Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalahmasalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011) : 1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang. 2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan dokumentasi. 3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat). 4) enilaian rata-rata lama hari rawat. d. Tahap Lanjut MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan
keperawatan.
Agar
implementasi
MPKP
memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011). 1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan
22
sehingga mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula) Sitorus, 2011). 2)
MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi ners spesialis (Sitorus, 2011).
3)
MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat
meningkatkan
asuhan
keperawatan
sekaligus
mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus, 2011). 6.
Tingkatan MPKP Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu: a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan
riset
serta
memanfaatkan
hasil-hasil
riset
dalam
memberikan asuhan keperawatan. b. Model Praktek Keperawatan Profesional II. Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
23
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. c. Model Praktek Keperawatan Profesional I Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan. Metode pemberian asuhan keperawatan yang 6 digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
24
BAB III ANALISA DATA A. Profil RS Premier Jatinegara RS Premier Jatinegara adalah sebuah rumah sakit swasta yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi dokter dan masyarakat yang membutuhkan. Beroperasi sejak 25 Maret 1989, RS Premier Jatinegara merupakan salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta yang memiliki keunggulan termasuk didalamnya komitmen terhadap mutu, kemudahan akses, kualitas pelayanan, kelengkapan spesialistik dan alat penunjang medis. Cakupan layanan Kesehatan yang diberikan oleh RS Premier Jatinegara berbasis pada layanan satu atap dimana konsultasi dokter, Tindakan operatif, layanan rawat inap, hingga pasca rawat inap dapat dilakukan di RS Premier Jatinegara. Prestasi yang telah diraih oleh RS Premier Jatinegara sejak awal berdiri hingga sekarang merupakan realisasi komitmen RS Premier Jatinegara terhadap mutu layanan Kesehatan. Hal ini akan terus dijalankan untuk tercapainya visi dan misi perusahaan melalui nilai pelayanan yang dianut yaitu Handal, Cepat, Tepat, Ramah, Proaktif dan Konsisten. Dalam menjamin kelanjutan mutu pelayanan RS Premier Jatinegara konsiten untuk selalu mengikuti akreditasi baik Nasional maupun internasional. RS Premier Jatinegara merupakan rumah sakit pertama di jakarta yang terkreditasi internasional JCI, selain itu RS Premier Jatinegara juga sudah terakreditasi Paripurna dari SNARS-Edisi 1, sudah ISO, terakreditasi halal dari MUI dan berkas rekam medis sudah menggunakan ( Elektronic Medical Record ) EMR yang teritegrasi keseluruh pemberi layanan kesehatan.
25
a. Struktur Organisasi
B. Analisa Situasi Ruangan 1. Deskriptif Ruangan Nama RS
: RS Premier Jatinegara
Nama Ruangan
: Lantai 7 Surgical Ward
Jenis type/ kelas
: Premier room, suite room, MVIP, Deluxe room, Kelas II, Kelas III.
Kapasitas Ruangan
: 43 tempat tidur ( Premier Room 1 tempat tidur, Suite Room 5 tempat tidur, Mini VIP 3 tempat tidur, Deluxe Room, 8 tempat tidur, Kelas II, 9 tempat tidur, Kelas III, 14 tempat tidur).
Jumlah Pasien
: 30 pasien per hari (pada triwulan 2)
Jenis Penyakit
: Kasus bedah
Jumlah Perawat
: 21 Perawat ( S1 : 11, D3 10)
2. Sarana dan Prasarana Ruang perawatan Lantai 7 Surgical Ward memiliki fasilitas yang terdiri dari ruangan rawat inap dengan kelas Premier room 1 tempat tidur, suite room 5 tempat tidur, mini VIP 3 tempat tidur, Deluxe 8 tempat tidur,
26
Kelas II, 9 tempat tidur, Kelas III, 14 Tempat tidur. Jadi tempat tidur di ruangan Lantai 7 Surgical Ward sebanyak 43 Tempat Tidur. Fasilitas Ruang Perawatan umum memiliki fasilitas yang cukup lengkap dalam menunjang perawat melakukan fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Kelengkapan setiap alat dilakukan pengecekan setiap shift, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun sekali atau sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Kelengkapan alat disesuaikan dengan kebutuhan diruangan. Ruang perawatan Lantai 7 Surgical Ward merupakan salah satu ruang perawatan di RS Premier Jatinegara yang dikhususkan bagi pasien bedah. Kondisi ruangan baik, ruangan dibersihkan oleh petugas cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Semua perawat ruangan mampu menggunakan fasilitas dengan baik. 3. Serah Terima Antar Shift (Operan) Serah terima antar shift dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00) dan shift malam (21.00-07.00). Operan didampingi oleh kepala ruangan, yang dipimpin oleh Penanggung Jawab Shift dan diikuti oleh seluruh perawat pelaksana. Ketika operan berlangsung, semua perawat pelaksana mencatat setiap perkembangan kondisi klien menggunakan formulir handover dan tercatat Electronic Medical Record. Penyampaian operan disampaikan dengan jelas. Pada saat keliling operan, selalu ada interaksi dengan klien dengan menanyakan keluhan klien saat ini. Pelaporan kondisi pasien via telepon ke dokter menggunakan teknik SBAR dan dikonfirmasi di Electronic Medical Record oleh DPJP paling lambat 1x24 jam. 4. Perencanaan pulang (Discharge Planning) Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Sebelum pasien pulang perawat akan menyiapkan beberapa hal diantaranya, obat pulang, resume medis, resume
27
keperawatan, kartu kontrol, hasil penunjang, masker, selain itu perawat memberikan edukasi perawatan di rumah dan diit pasien. 5. Dokumentasi Sistem pendokumentasian di rumah sakit RS Premier Jatinegara sudah berbasis Electronic Medical Record dari seluruh departemen yang ada sehingga semua sudah terintegrasi. 6. Mutu pelayanan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ruangan sudah mempersiapkan SOP, POA dan kode etik keperawatan (Autonomy, Beneficence, Non Mal Efficiency, Veracity, Justice, Fidelity/Caring, Accountability) sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien. C. Gambaran Ruang Perawatan Umum 1. Man a. Struktur Organisasi Kepala Ruangan PPJP
Pelaksana
PPJP
Pelaksana
PPJP
Pelaksana
b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan metode douglas: No 1
Tingkat ketergantungan Minimal Care (1-2 jam/ 24jam) - Dapat melakukan kebersihan diri sendiri seperti mandi,makan dan ganti pakaian
28
- Pengawasan dalam ambulasi dan gerakan - Obsevasi tanda-tanda vital - Pengobatan minimal, status psikologi stabil - Persiapan prosedur pengobatan Partial Care (3-4 jam/24jam)
2
- Dibantu
dalam
kebersihan
diri,
makan,
minum,
ambulasi. - Observasi tanda vital tiap 4 jam - Pengobatan lebih dari satu kali - Pakai folley kateter - Pasang infus intake-output dicatat - Pengobatan perlu prosedur Total Care (5-6 jam/24 jam)
3 -
Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
-
Observasi tanda vital tiap 2 jam
-
Pemakaian selang NGT
-
Terapi intravena
-
Pemakaian suction
-
Kondisi gelisah /disorientasi/ tidak sadar
Lantai 7 ruang Surgical Ward merupakan ruang perawatan bedah dengan rata-rata hari rawat selama 3.5 hari. Dalam pelaksanan asuhan keperawatan ruangan sudah mempersiapkan SOP
untuk
acuan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien. c. Ketenagaan dan staffing Ruang perawatan Lantai 7 ruang Surgical Ward memiliki perawat sebanyak 21 perawat terdiri dari 11 perawat sudah S1 dan 10 perawat masih D3 keperawatan. Pembagian jam kerja dengan 3 shift, pagi hari dipimpin oleh Kepala Ruangan sedangkan pada sore, malam dan hari libur oleh Penanggung jawab shift.
29
Kepala ruangan dan CI ruangan bekerja dari jam 07.00 WIB sampai 16.00 WIB di hari Senin-Jum’at. Tugas kepala ruangan yaitu sebagai supervisor dan bertanggung jawab atas Lantai 7 ruang Surgical Ward, serta mendampingi dokter saat visit, hasil pemeriksaan yang dilakukan pasien, dan sebagai administrasi untuk pasien yang datang dan pulang. Tugas pokok kepala tim yaitu membagi tugas kepada para anggotanya, ketika di luar jam kerja kepala tim akan menghandle tugas kepala ruangan untuk mendampingi dokter saat visit serta mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang dilakukan pasien. Kebutuhan tenaga keperawatan 1) Metode Gillies Prinsip perhitungan rumus gillies: Waktu perawatan langsung a) Self care
= 2 jam
b) Partial care
= 3 jam
c) Total care
= 4-6 jam
d) Intensive care
= 8 jam
Rata-rata kebutuhan perawatan langsung adalah 4 jam Waktu perawatan tak langsung = 38 menit/pasien/hari. Waktu pendidikan kesehatan = 15 menit/pasien/hari. - Rasio perawatan ahli : terampil = 55% : 45% - Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47% : 36% : 17% 2) Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan perpasien pada ruang pre dan post op sebesar 3.5 jam (24 jam). 3) Hari efektif perawatan dalam 1 tahun a) Jumlah hari minggu
52 hari
b) Libur nasional
15 hari
c) Cuti tahunan
12 hari
Total
79 hari
30
d) Jumlah hari efektif dalam 1 tahun 365-79 = 286 hari e) Jumlah hari efektif perminggu : 286/7 = 40.8 = 41 4) Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun a) Jam kerja perawat dalam 1 tahun (41 minggu) x 40 jam = 1.640 jam/thn. b) Jumlah hari libur di ruang perawatan umum Total : 79 hari c) Jam kerja efektif /tahun 365-libur/cuti 365-69 = 286 hari 5) Kebutuhan tenaga perawat a) Jumlah perawat 21 perawat b) Jumlah tempat tidur : 43 bed Rumus tenaga keperawatan A x B x 365 (365 – hari libur) x jam kerja = 4 x (62,7%x43) x 365 286 x 7 = 4 x 26,96 x 365 2002 = 39.361,6 2002 = 19,66 +1,45 = 21,11 perawat Jadi kebutuhan perawatan yang harus tersedia di Lantai 7 ruang Surgical Ward sebanyak 21 perawat. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pershift : -
Dinas pagi
: 21 x 47 % = 9,87 perawat.
-
Dinas siang
: 21 x 36% = 7,56 perawat.
31
-
Dinas malam : 21 x 17% = 3,57 perawat.
6) Perhitungan BOR, AVLOS, a) BOR di ruang perawatan umum BOR
=
Jumlah pasien yang di rawat di RS X 100% Jumlah tempat tidur
BOR =
30x 100% 43
= 69,76% Berdasarkan perhitungan BOR didapatakan sebanyak 69,76% 2. Material a. Lokasi ruangan Jumlah kamar di ruang perawatan umum terdiri dari : 1) Premier Room
: 1 tempat tidur
2) Suite Room
: 5 tempat tidur
3) Mini VIP
: 3 tempat tidur
4) Deluxe Room
: 8 tempat tidur
5) Kelas II
: 9 tempat tidur
6) Kelas III
: 14 tempat tidur
b. Fasilitas ruang perawatan umum untuk pasien, sebagai berikut: 1) Premier Room 2) Suite Room 3) Mini VIP 4) Deluxe Room
: kapasitas 2 orang, dengan fasilitas tempat
tidur, AC, lemari, TV, kursi pasien, meja dan kamar mandi 5) Kamar kelas 2: kapasitas 3 pasien, dengan fasilitas tempat tidur, AC, lemari, TV, kursi pasien, meja, dan kamar mandi
32
6) Kamar kelas 3: kapasitas 7 pasien, dengan fasilitas tempat tidur, AC, lemari, kursi dan meja, . c. Fasilitas untuk petugas kesehatan Nurse station, ruang kepala ruangan, kamar perawat, dirty utility, kulkas, kamar mandi, kamar linen, komputer, telepon, tensimeter, temperatur, wastafel, kursi, meja, lemari obat, trolly emergensi, trolley infus, trolley GV, alat-alat kesehatan. 3. Metode Metode penugasan di Lantai 7 ruang Surgical Ward adalah Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP). 4. Money (pembiayaan) Pembiayaan pasien yang dirawat di ruang perawatan Lantai 7 ruang Surgical Ward berasal dari biaya pribadi (umum) dan asuransi.
D. SWOT analisis a. Strength (kekuatan) 1. Kepala ruangan di ruang Lantai 7 ruang Surgical Ward sudah menerapkan sesuai SOP dengan baik. 2. Adanya jenjang karir untuk pegawai yang
disesuaikan dengan
pendidikan dan pengalaman kerja. 3. Adanya kriteria khusus untuk perawat yang bekerja di rumah sakit Premier Jatinegara khususnya di ruang Lantai 7 ruang Surgical Ward dengan pembuatan log book dan pelatihan ulang seperti keterampilan BHD yang dilakukan setiap tahunnya. 4. Perawat yang memiliki pendidikan S1 keperawatan masih sebesar 52.38% yaitu 11 orang dari total 21 perawat.
33
b. Weakness (kelemahan) 1. Belum ada pelatihan tentang Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP). 2. Belum
maksimalnya
sosialisasi
dan
pendampingan
tentang
penerapan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP). 3. Rata-rata perawat masih nyaman dengan pembagian tugas secara tim karena sudah dijalankan dalam waktu lama dan menganggap Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP) hal yang Baru. c.
Oportunity (peluang) 1.
Dengan metode Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP) yang diterapkan masing-masing PN dan perawat pelaksana dapat mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien serta menilai kebutuhan pasien secara berkesinambungan.
2.
Dengan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) pasien akan mendapatkan pelayanan secara holistic dan koprehensif.
3.
RS Premier Jatinegara menerima pasien dari semua kalangan dan dari semua jenis pembayaran
4.
RS Premier Jatinegara terletak di posisi yang strategis, sehingga memudahkan akses untuk ke rumah sakit
5.
Alat penunjang medis yang digunakan adalah alat penunjang modern
d. Threat (ancaman) 1. Adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal dan lebih profesional
34
2. Banyaknya rumah sakit lain yang menawarkan faslilitas lebih unggul dalam mementingkan mutu pelayanan rumah sakit 3. Banyak rumah sakit lain dengan peralatan yang lebih canggih 4. Masyarakat semakin kritis dalam menilai dan mengkritisi rumah sakit E. Analisa Data Data Penunjang Data Penghambat Penerapan Model Perawat Lantai 7 ruang Belum Paraktek Keperawatan Surgical
Ward
Profesional ( MPKP ) diberikan
pelatiahan
Masalah optimalnya
Belum penerapan Model Paraktek dan Keperawatan
dengan
metode pendampingan
penugasan
Perawat konsisten terkait penerapan penugasan
Penanggung
Profesional
secara ( MPKP ) dengan metode Perawat
Jawab Model Paraktek Keperawatan Penanggung Jawab Pasien (
Pasien ( PPJP ) belum Profesional ( MPKP ) dengan PPJP berjalan sesuai harapan
( PPJP ) temuan Perawat
pendokumentasian
dalam
upaya
metode penugasan Perawat peningkatan mutu layanan Penanggung
Ada
)
Jawab
tidak
dalam
Pasien di lantai 7 surgical ward
konsisten Kurangnya
disiplinya
melakukan perawat dalam melakukan
serahterima tidak diisi pendokumentasian
pendokumentasian
secara lengkap.
serahterima secara lengkap.
serahterima secara lengkap.
Masih
Perawat
tidak
dalam
dalam
pendokumentasian melakukan
pendokumentasian
keperawatan secara lengkap pendokumentasian asuhan
ditemukan
keperawatan masih
yang
mengguankan
dan
tidak
konsisten Kurang disiplinya dalam
menggunakan keperawatan untuk tidak
singkatan.
menggunakan singkatan.
singkatan Skoring No 1
Masalah Ada
MG SV MN temuan 3 3 3
pendokumentasian serahterima
tidak
diisi
35
melakukan
Nf 4
AF 3
Skor 324
secara lengkap.
2
Penerapan Model Paraktek Keperawatan
3
4
3
4
4
576
2
2
3
3
3
108
Profesional
( MPKP ) dengan metode penugasan
Perawat
Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) belum berjalan 3
sesuai harapan Masih ditemukan dalam pendokumentasian keperawatan yang masih mengguankan singkatan
Keterangan: 1. Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi. 2. Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan. 3.
Manageability (Mn), menyelesaikan masalah masalah.
4. Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan. 5. Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya. Rentang Nilai: 1. Nilai 1 = sangat kurang sesuai 2. Nilai 2 = kurang sesuai 3. Nilai 3 = cukup sesuai 4. Nilai 4 = sesuai 5. Nilai 5 = sangat sesuai
36
yaitu
kemampuan
Keterangan :
Magnitude (Mg): 3 (Cukup Sesuai) Pembenaran: Menurut kami perawat kurang konsisten dalam Penerapan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP )
Severity (Sv): 4 ( Sesuai) Pembenaran: Masalah yang serius akan ditimbulkan jika ketidak kepatuhan perawatan tidak segera diatasi yaitu Penerapan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) tidak berjalan sesuai harapan sehingga bisa megurangi produktifitas perawat, dan pencapaian mutu pelayanan bisa tidak tercapai. Manageability (Mn): 3 (Cukup sesuai) Pembenaran: Kemampuan menyelesaikan masalah cukup tinggi, ini dibuktikan dengan saat diberikan masukan dan saran serta diberikan contoh bagaimana menjalankan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) dengan alat ukur penilaian pre dan post test nilanya mengalami peningkatan. Nursing Concern (Nc): 4 (Sesuai) Pembenaran: Perawat harus fokus dan segera memperbaiki diri karena Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) bisa membuat perawat dalam memberikan pelayanan secara paripurna.
Affordabilility (Af): 4 (Sesuai) Pembenaran: Ketersediaan SOP dan pendampingan akan terus dilakukan oleh departemen keperawatan dalam menunjang Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP )
37
RENCANA KERJA (PLANNING OF ACTION) TOT KOMUNIKASI EFEKTIF NO
1
MASALAH
TUJUAN
Penerapan
TUM :
Model
Penerapan Model
Paraktek
RENCANA KEGIATAN
WAKT
AN
U
TEMPAT
Perawat
Tanggal
Ruang
wawancara Penerapan Model
di ruang
25-29
Ruang
Paraktek
Paraktek Keperawatan Profesional
Surgical
Agustus
Surgical
Keperawatan
Keperawatan
( MPKP ) dengan metode penugasan
Ward
2020
Ward lantai
Profesional
Profesional
Perawat Penanggung Jawab Pasien
lantai 7
( MPKP )
( MPKP ) dengan
( PPJP ) di ruang perawatan lantai 7
RS
dengan
metode penugasan
Surgical Ward
Premier
metode
Perawat
penugasan
Penanggung
Penerapan Model Paraktek
Perawat
Jawab Pasien
Keperawatan Profesional ( MPKP )
Penanggung
( PPJP ) berjalan
dengan metode penugasan Perawat
Jawab Pasien
sesuai harapan RS.
Penanggung Jawab Pasien ( PPJP )
( PPJP )
TUK :
di ruang perawatan lantai 7 Surgical
belum
1. Menumbuhkan
Ward
berjalan sesuai
sikap
1. Melakukan observasi dan
SASAR
2. Melakukan pemaparan tentang
7
Jatinegara
3. Mendemonstrasikan gambaran
38
SUMBER
PENANG
DANA
GUNG
Mahasiswa
JAWAB Mahasiswa
harapan
profesional
Penerapan Model Paraktek
bagi perawat
Keperawatan Profesional ( MPKP )
ruang
dengan metode penugasan Perawat
perawatan
Penanggung Jawab Pasien ( PPJP )
lantai 7
di ruang perawatan lantai 7 Surgical
Surgical Ward
Ward
2. Meningkatkan
4. Melakukan
observasi
terhadap
kualitas
kegiatan Penerapan Model Paraktek
pelayanan
Keperawatan Profesional ( MPKP )
terhadap
dengan metode penugasan Perawat
pasien
Penanggung Jawab Pasien ( PPJP )
3. Perawat
di ruang perawatan lantai 7 Surgical
mampu
Ward selama 5 hari (dari tanggal 25-
memberikan
29 Agustus 2020).
asuhan
5. Melakukan evaluasi setelah
keperawatan
dilakukan pendampingan dan TOT
secara
selama 5 hari dengan pre dan post
paripurna
test.
39
BAB IV HASIL INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI A. Hasil Intervensi Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari tgl 25-29 Agustus 2020, perawat belum sepenuhnya menerapkan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ), dari keenam perawat yang di jadikan percontohan masih belum maksimal dalam menerapkan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ), hal ini disebabkan karena belum diikutkan pelatihan secara husus dan kami mahasiswa juga hanya melakukan pendampingan 3-4 jam disetiap shifnya. Dari rencana kegiatan tersebut, pada awal minggu pertama kami melakukan obervasi dan wawancara terhadap perawat di ruang Surgical Ward lantai 7 dan didapatkan permasalahan masih ada perawat yang belum menerapkan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). Berdasarkan dari masalah yang ditemukan, kami membuat rencana intervensi keperawatan yaitu melakukan kegiatan Training Of Trainer tentang melakukan pemaparan bagaimana menerapkan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ),dan melakukan pendokumentasian kegiatan selama 5 hari observasi. Hasil Implementasi 1
Selasa, 25 agustus 2020 Telah dilakukan diskusi dengan Kepala Ruangan (KARU) untuk menyampaikan
permasalahan yang ada, dan menetapkan skala
proiritas permasalahan masalah tentang masih adanya staf yang tidak
40
menerapkan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP). 2
Rabu , 26 agustus 2020 Telah dilakukan penyampaian hasil observasi, wawancara dan analisa data kami serta menyampaikan permasalahan yang didapat. Selain itu diusulkan alternatif pemecahan masalah untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan
loka karya mini tentang Model Paraktek
Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). Kemudian dilanjutkan dengan melakukan kegiatan Training Of Trainer tentang penerapan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). 3
Kamis, 27 agustus 2020 Telah
dilakukan
peningkatan
dan
menyatukan
persepsi
dan
pemahanan pelaksanaan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). meliputi : a. Melakukan kegiatan Training Of Trainer tentang pengertian Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). b. Menyebutkan adanya Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ). 4
Jumat, 28 agustus 2020 Melakukan observasi
dan Mensosialisasikan
terkait SOP Model
Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ).
41
5
sabtu, 29 agustus 2020 Melakukan observasi kepada perawat yang menjadi percontohan dan menanyakan kedala yang diahadapi dalam penerapan MPKP dengan Penugasan PPJP.
6
Minggu, 30 agustus 2020 Melakukan evaluasi secara keseluruhan dan melakukan penilaian post test dan merekapa hasil observasi.
B. Evaluasi Kegiatan Minggu, 30 agustus 2020 Dari evaluasi yang kami lakukan melalui observasi kepada perawat dapat disimpulkan angka kepatuhan pelaksanaan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) mencapai 90% dan penilaian pre dan pos test perawat yang jidikan percontohan mengalami peningkatan pengetahuan secara signifikan terkait MPKP dengan penugasan PPJP.
42
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelaksanaan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) di Rumah Sakit bisa dijadikan sebuah metode yang bisa meningkatkan mutu dan dan menjaga keselamatan pasien karena asuhan keperawtan diberikan secara paripurna. Peningkatan Mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit masuk dalam penilaian Akreditasi JCI dan Akreditasi (SNARSKARS). Berdasarkan masalah yang ditemukan kelompok melakukanpenilaian pengetahuan dengan melakukan pre test kemudian dilanjutkan intervensi dan implementasi yaitu melakukan kegiatan Training Of Trainer tentang tentang pengertian Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ), Menyebutkan adanya Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ). dan Mensosialisasikan
terkait SOP Model Paraktek Keperawatan
Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). Tahap akhir yang dilakukan mahasiswa adalah melakukan evaluai, evaluasi yang dilakukan ada dua hal yaitu evaluasi pengetahuan perawat dengan pre dan post test serta evaluasi kepatuhan dengan menggunakan lembar observasi. Dari hasil pre dan pos test perawat mengalami peningkatan sangat siknifikan terkait pengetahuan MPKP dengan penugasan PPJP, diperoleh rata-rata nilai pre test 65 dan rata-rata nilai post test 89. Sedangkan dari observasi tingkat kepatuhan perawat Primer/PPJP 85%, Kepatuhan Perawat pelaksana/Asisiate 90% sedangkan Kepala ruangan tingkat kepatuhanya 100%.
43
Kesimpulan yang diambil oleh mahasiswa dalam 5 hari melakukan pendampingan kepada perawat ruangan dengan melihat hasil penilaian yang ada sudah sangat baik. Tapi bisa saja karena semua perawat sudah mengetahui dilakukan penilaian sehingga mereka melakukan semua tugasnya dengan baik, supaya bisa mendapatkan nilai yang benar-benar valid harus dicarikan cara atau metode pengawasan yang lebih evektif lagi. B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit a. Melakukan resosialisasi dan meningkatkan pengetahuan perawat tentang Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) yang sesuai dengan standar yang ada . b. Memberikan motivasi dalam bentuk reward kepada perawat dalam penerapan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). c. Memberikan punishment secara konsisten kepada perawat yang tidak melakukan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ) dengan benar. d. Menyarankan kepada komite mutu RS Premier Jatinegara untuk lebih meningkatkan supervisi yang konsisten dan melengkapi fasilitas sesuai dengan standar sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
perawat
dalam
menerapkan
Model
Paraktek
Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). 2. Bagi Keperawatan e. Tim akreditasi RS melakukan monitoring evaluasi dan perbaikan terhadap
pelaksanaan
SOP
44
penerapan
Model
Paraktek
Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ). f. Mengadakan pertemuan rutin sehingga bidang keperawatan mengetahui keinginan untuk harapan pribadi dari seorang perawat dalam pelaksanaan Model Paraktek Keperawatan Profesional ( MPKP ) dengan metode penugasan Perawat Penanggung Jawab Pasien ( PPJP ).
45
DOKUMENTASI KEGIATAN Bimbingan Awal dengan bu Devi dan bu Jubet 10/08/2020
Persiapan Lokmin dengan Bu Devi 20/08/2020
46
LOKMIN, dengan Pak Ali 21/08/2020
POA dan TOT dengan Pak Ali 25/08/2020
47
Persiapan Seminar dengan Bu Devi 26/08/2020
Seminar dengan bu Devi 28/08/2020
48
Pre dan pos Test
49
FOTO TOT dan Sosialisasi MPKP
50
DAFTAR PUSTAKA Longlois, et al (2004). Theaching at the bed side. Regional pripary care of education. Anonim, (2009). Some Thoughts on bedside teaching. The American Journal of medicine, 122 (3), 203-204. Published by Elsevier Inc. Linda. (2008). Aplikasi Metode Bedside Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotor Mahasiswa Keperawatan dalam Menerapkan Tindakan Keperawatan Medikal Bedah. Dibuka pada Website Http://Www. Laporan Penelitian Pendidikan.Com. Nursalam, 2007. Managemen Keperawatan dan Aplikasinya, penerbit Salemba Medika. Jakarta Nursalam, 2007. Managemen Keperawatan, Aplikasi dan Praktik Keperawatan Profesional, Edisi 2, Salemba Medika. Jakarta Afandi
M.
(2008)
Bedside
Teaching
and
Clinical
Tutoril.
http://www.mohaffandi.wordpress. Com. Cholifah, N., & Hartinah, D. (2015). Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam kebidanan dan keperawatan. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 6(2), 39-51.
51