Loneliness and Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LONELINESS PADA LANSIA DIMASA PANDEMI COVID-19



DISUSUN OLEH



NAMA : NIM :



PEMBIMBING



PROGRAM STUDI TAHUN AJARAN 2021



BAB 1 LATAR BELAKANG



Pandemi COVID-19 telah menyebabkan implementasi yang belum pernah terjadi sebelumnya “ social distancing ” adalah strategi penting untuk membatasi penyebaran virus. Selain prosedur karantina dan isolasi bagi mereka yang telah terpapar atau terinfeksi COVID-19, social distancing telah diberlakukan untuk mengurangi penularan COVID-19. Risiko infeksi COVID-19 lebih besar untuk orang dewasa yang lebih tua di atas usia 60 tahun yang berada pada risiko tinggi untuk mengalami penyakit yang lebih parah, resiko rawat inap, dan masuk unit perawatan intensif, dan beresiko kematian. Menurut Centre for Evidence Based Medicine, case fatality rate (CFR) sekitar 4% untuk pasien berusia di atas 60 tahun, 8% untuk pasien di atas usia 70 tahun, dan sekitar 15% untuk pasien di atas usia 80. Angka ini lebih tinggi dibandingkan mereka yang berusia di bawah 45 tahun. (Hwang,2020) Namun, terkait dengan karantina dan social distancing pada pandemic COVID-19, orang dewasa yang lebih tua, yang telah mengalami rasa isolasi sosial dan kesepian yang akut dan parah akan meningkatkan konsekuensi kesehatan mental dan fisik yang berpotensi menjadi serius. Hal ini mungkin sangat tidak proporsional jika dibandingkan sebelum adanya social distancing yang ada selama pandemic COVID-19. Orang dewasa yang lebih tua juga lebih rentan terhadap isolasi sosial dan kesepian karena mereka secara fungsional sangat bergantung pada anggota keluarga atau pelayanan masyarakat. Meskipun social distancing diperlukan untuk mencegah penyebaran COVID-19, penting untuk diingat bahwa social distancing tidak boleh disamakan dengan pemutusan hubungan sosial. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan sifat kesepian dan social distancing di antara para lansia, pengaruhnya terhadap kesehatan mereka, dan cara untuk mengatasi kesepian dan isolasi sosial selama pandemi COVID-19.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Lansia 2.1.2 Definisi Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Berdasarkan data World Population Ageing, pada tahun 2019 terdapat lebih dari 703 juta jumlah lansia secara global. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 9,60 persen atau sekitar 25,64 juta orang. Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Menua secara normal dari sistem saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf. Menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Prasetyo,2020) 2.1.3 Teori penuaan Beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu: 1. Teori biologi a. Teori genetik dan mutasi (somatik mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. b. Teori radikal bebas Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. c. Teori autoimun Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan regulasi sistem imun. Sel normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibodi yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atrofi tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini



menua terjadi karena berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi. d. Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai. e. Teori telomere Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi. f. Teori apoptosis Teori ini disebut juga teori bunuh diri sel jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkungan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karena stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh. (Pathath,2017) 2. Teori kejiwaan sosial a. Aktifitas atau kegiatan (activity theory) Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan sosial b. Keperibadian lanjut (continuity theory) Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya. c. Teori pembebasan (disengagement theory) Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. (Pathath,2017) 3. Teori lingkungan a. Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan. b. Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar X dan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA. c. Polution theory: Udara, air, dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dapat mempercepat proses penuaan.



d. Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan. (Pathath,2017) 2.1.4 Perubahan lansia a. Sel: Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. b. Sistem persyarafan: Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan. c. Sistem penglihatan: Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun. d. Sistem pendengaran: Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. e. Sistem kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg. f. Sistem pengaturan temperatur tubuh: Pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. g. Sistem respirasi: Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.



h. Sistem gastrointestinal: Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun. i. Sistem genitourinaria: Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder. j. Sistem endokrin: Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron. k. Sistem kulit: Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis. l. Sistem muskuloskeletal: Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor. m.Perubahan psikososial: Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresi. (Prasetyo,2020) 2.2 Loneliness 2.2.2 Definisi Kesepian (Loneliness) didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara keinginan dan kehidupan sosial yang nyata, dan dikaitkan dengan penurunan status kesehatan dan kualitas hidup. Prevalensi Loneliness kronis di Spanyol diperkirakan 4,4% untuk individu berusia