LP Ca BULI 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CA BULI



A. Definisi Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah mengadakan infiltratif tidak jarang menunjukkan adanya gejala iritasi dari buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan juga biasa dengan keluhan retensi oleh bekuan darah (Purnomo, 2011).



B. Anatomi Fisiologi Vesica Urinaria 1. Lokasi dan Deskripsi (Snell 2011) Vesica urinaria terletak tepat di belakang os pubis di dalam rongga pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500 ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis; waktu terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrica (Gambar 1). Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas pintu atas panggul; kemudian bila rongga pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis untuk menempati posisi seperti orang dewasa.



1



Gambar 2. A) Vesica urinaria tampak lateral. B) Bagian dalam vesica urinaria laki-laki tampak depan. (Snell, 2011)



2. Bentuk dan Permukaan (Snell 2011) Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid (Gambar 2), mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum. Apex vesica urinaria mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphisis pubis. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus dengan ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus). Basis atau facies poterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra (Gambar 2). Pada laki-laki, kedua duktus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies 2



posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis. Pada perempuan, uterus dan vagina terletak berhadapan dengan facies posterior. Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon



sigmeideum. Sepanjang pinggir leteral permukaan ini, peritoneum



melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentukya menjadi lonjong, permukaan superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitalis abdominalis. Peritonium yang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen, sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen. Facies inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubis. Dan os pubis. Lebih ke posterior, di atas berbatasan dengan musculus obturator internus dan di bagian bawah dengan musculus levator ani. Collum vesicae terletak di inferior dan pada laki-laki terletak pada permukaan atas prostat. Di sini, serabut otot polos dinding vasicae urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat. Collum



vesicae



dipertahankan



pada



tempatnya



oleh



ligamentum



puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan dari fascia pelvis. Pada perempuan karena tidak terdapat prostat, collum vesicae terletak langsung pada facies superior diaphragmatis urogenitalis. Bila vesicae urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relatif tetap, tetapi facies permukaan superiornya naik ke atas, masuk ke dalam rongga abdomen seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. 3. Permukaan Interior (Snell 2011) Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesicae urinariae dinamakan trigonum 3



vesicae. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya. Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara dari ureter dan sudut inferiornya merupakan orificium urethrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan ini membuat fungsinya seperti katup, yang mencegah aliran balik urin ke ren pada waktu vesica urinaria terisi. Trigonum vesicae di atas dibatasi oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ereter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica, uvula vesicae merupakan tonjolan kecil terletak tepat dibelakang orificum urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostate yang ada di bawahnya. 4. Tunica Muscularis Vesica Urinaria (Snell 2011) Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapis yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae. 5. Ligamentum-ligamentum Vesica Urinaria (Snell 2011) Collum vesicae dipertahankan dalam posisinya pada lakilaki oleh ligamentum puboprostaticum dan pada perempuan oleh ligamentum pubovesicale. Ligamenta ini dibentuk dari fascia pelvica. 6. Batas-batas Vesicae (Snell 2011) Pada Laki-laki (Gambar 3): a. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen. b. Ke posterior: vesica rectovesicalis peritonei, ductus deferens, vesicula seminalis,



fascia rectovesicalis, dan rectum.



4



c. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan dibawah musculus levator ani d. Kesuperior : cavitas peritonealis, lengkung ileum, dan



colon sigmoideum.



e. Ke inferior: prostata Pada Perempuan (Gambar 4) Karena tidak ada prostata, vesica urinaria terletak rendah di dalam pelvis perempuan dibandingkan dengan pelvis laki-laki, dan collum vesicae terletak langsung di atas diaphragm urogenitale. Batas-batas antara vesica urinaria dengan uterus dengan vagina : a. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding anterior abdomen. b. Ke posterior: dipisahkan dari rectum oleh vagina. c. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan dibawah musculus levator ani. d. Ke superior: excavatio uterovesicalis dan corpus uteri. e. Ke inferior: diaphragma urogenital. 7. Pendarahan (Snell 2011) a. Arteri: arteri vesicalis superior dan inferior, cabang-cabang arteria iliaca interna. b. Vena: vena-vena membentuk plexus venosus vesicalis, dibawah berhubungan dengan plexus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna 8. Aliran Limfe (Snell 2011) Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi. 9. Persarafan (Snell 2011) Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut posganglionik simpatik berasal dari ganglion lumbale pertama dan kedua dan berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici dari nervus sacralis 5



kedua, ketiga, keempat, berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat ini serabut- serabut tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua. Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae. * Fisiologi Miksi Kapasitas maksimum vesica urinaria orang dewasa adalah sekitar 500 ml. Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks berkemih mulai bila volume urin mencapai kurang lebih 300 ml. Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan ke susunan saraf pusat, dan orang itu mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian impuls naik ke atas melalui nervi splanchnici pelvici dan masuk ke segmen sacralis kedua, ketiga, keempat medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik yang membentuk plexus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis pertama dan kedua medula spinalis (Snell, 2011). Impuls eferen parasimpatik meninggalkan medula spinalis dari segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat lalu berjalan melalui serabut-serabut preganglionik parasimpatik dengan perantaraan nervi splanchnici pelvici dan plexus hypogastricus inferior ke dinding vesica urinaria, tempat nervus tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Melalui lintasan saraf ini, otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae) berkontraksi dan musculus sphincter vesicae 6



dibuat relaksasi, impuls eferen juga berjalan ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (S2, 3, dan 4) dan menyebabkan relaksasi. Bila urin masuk ke urethrae, impuls aferen tambahan berjalan ke medula spinalis dari urethra dan memperkuat refleks. Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot-otot abdomen yang menaikkan tekanan intraabdominalis dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan dari luar pada dinding vesica urinaria (Snell 2011). Pada anak kecil miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila vesica urinaria mengalami peregangan. Pada orang dewasa,refleks regangan sederhana ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut-serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju menuju segmen sacralis kedua, ketiga, dan keempat medula spinalis. Kontraksi musculus sphincter urethrae yang menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan aktivitas ini dibantu oleh musculus sphincter vesicae yang menekan leher vesica urinaria. Pengendalian miksi secara volunter normalnya berkembang pada tahun kedua dan ketiga kehidupan (Snell 2011).



C. Etiologi Dan Faktor Resiko Proses penyakit dari kanker kandung kemih memiliki beberapa kemungkinan penyebab. Diperkirakan terdapat korelasi yang sangat kuat antara merokok dengan kejadian kanker kandung kemih. Paparan industri terhadap zat-zat dan kondisi tertentu juga dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Periode laten dari paparan industri dapat terjadi hingga 20 – 45 tahun. Percobaan untuk menghubungkan konsumsi kopi dan kanker kandung kemih menghasilkan penemuan yang berlawanan. Kontroversi lain menghubungkan pemanis buatan dengan kejadian kanker kandung kemih meskipun penelitian terbaru tidak menemukan peningkatan secara signifikan. Sebagian ahli percaya bahwa klien yang mengalami kekambuhan



7



kanker kandung kemih harus menghindari pemanis buatan karena dapat memicu agen penyebab kanker. Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor etiologi termasuk interaksi antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama pemicu kanker kandung kemih ( Rouissi, et al. 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus pada pria dan 35% pada wanita (Rouissi, et al. 2011). Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Rouissi, et al. 2011). Sebagai tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi pada perokok daripada non perokok (Rouissi. et al. 2011). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam perkembangan karsinogenesis kanker. Bagaimana pun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu akan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar kanker kandung kemih. Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010) adalah: 1. Merokok Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih . Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek. 2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, 8



karet, kimia, logam, tekstil, dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga muncul pada pinata rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk. 3. Riwayat kanker kandung kemih Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama. 4. Pengobatan kanker tertentu Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi hadradiasi diabdomen atau panggul akan memiliki resiko 5. Arsenik Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Di beberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan tinggi pada air minum. 6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih. 7. Infeksi Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S. haematobium juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada karsinoma sel skuamosa.Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini. Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut Wein, AJ (2012) yaitu :



9



1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih a. Merokok b. Paparan industri c. Paparan zat kimia d. Paparan cyclophosphamide 2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih: a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma haematobium b. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahuntahun c. Penggunaan kateter selama bertahuntahun d. Divertikula kandung kemih 3. Pada adenokarsinoma kandung kemih: a. Sisa dari tindakan urachal b. Neurogenic bladder c. Metastasis dari malignansi primer d. Ekstropi kandung kemih



D. Patofisiologi Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2010).Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog. Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel,. 10



2010). Karsinoma kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi kelamina propia, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker pada kebanyakan pasien (Ching & Hansel,. 2010).



E. Manifestasi Klinis Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut : (National Cancer Institute 2010) a. Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah gelap). b. Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih. c. Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya. d. Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil. e. Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih. f. Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.



F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011) a. Urinalisis Pemeriksaan ini meliputi: 1) Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine. 2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan gula dalam urine. 3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan lain di dalam urine. Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel darah merah secara signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran kemih dan didapatkannya 11



leukositoria (>5/lpb) menunjukkan adanya proses inflamasi pada saluran kemih. b. Pemeriksaan Darah 1) Darah rutin Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, lajuendap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. 2) Faal ginjal Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin. Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan, pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya. Pemeriksaan klirens kreatinin untuk menguji rerata laju filtrasi glomerulus atau glomurular filtration rate (GFR). 3) Faal Hepar Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum 4) β - Human Chorionic Gonadotropin β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan metastase tumor kandung kemih (Nursalam & Batticaca 2009) 5) Cell survey antigen study Pemeriksaan



laboratorium



untuk



mencari



sel



antigen



terhadap



kanker,bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam & Batticaca 2009).



c. Kultur urine Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.



12



d. Histopatologi Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis yang diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat diferensiasi suatu keganasan. e. Sitologi Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai negative palsu tinggi). Sample urine sebaiknya diambil setelah pasien melakukan aktivitas (loncat-loncat atau lari di tempat) dengan harapan lebih banyak sel urotelium yang terlepas di urine. Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam lima kelas mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik, disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami perubahan morfologi menjadi sel ganas.



C. Pemeriksaan Radiologi 1. USG Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin 2011) 2. Foto Polos Abdomen: BOF, BNO, KUB Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo 2011).



13



3. Sitoskopi Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (meruapakan suat alat yang mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat langsung). Sitoskop juga memungkinkan ahli urologi untuk mendapatkan spesimen urine dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal (Muttaqin, 2011).



14



G. Fathway (Monahan, et al, 2010) Buli-Buli Pekerja di pabrik Kimia, Laboratorium,perokok yang mengandung aromatic,ISK,kopi pemanis buatan,obat-obatan CA Buli-Buli



Olserasi



Infeksi Sekunder: merasa panas dan tubuh lemah,kecing bercampur darah



Metastase invasi pada bladder Retensio Urine



Oklusi Ureter/ Pelvis Renal Refluks



Hidronefrosisi:nyeri supra pubis,nyeri pinggang



Nyeri



Ginjal Membesar



Penatalaksanaan



CHEMOTHERAPY



OPERASI Diskontinuitas Jaringan



Tidak Adekuat Therapy



Nyeri



Efek Samping Chemotherapy Imun Menurun Resiko Infeksi



15



Nyeri



G. Penatalaksanaan 1. Tindakan konservatif Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan



cairan



yang



mengalir.



Tindakan



ini



dilakukan



untuk



memepertahankan kepatenan kandung kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus dalam kandung kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi kandung kemih dan untuk memasukkan obat untuk pengobatan kandung kemih lokal. Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat untuk mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi (pengeluaran urine yang lambat dan menyakitkan). (Baughman, 2010) 2. Tindakan invasive minimal Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi atau diversi urine baik secara sementara ataupun permanen. Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut dengan "reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan superfisial dari dinding kandung kemih. Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan dengan melewatkan instrumen melalui uretra, yang menghindari memotong melalui perut. Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan. Atau laser energi tinggi dapat digunakan. Dan cytoscope digunakan untuk melihat bagian dalam kandung kemih selama prosedur. 16



3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal kanker kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak menyebar ke area lain dari tubuh. Prosedur pembedahan kanker kandung kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini bisa digunakan untuk menghapus baik seluruh atau sebagian dari kandung kemih. Kadangkadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di perut. Hal ini juga mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi laparoskopi, juga disebut operasi lubang kunci, dapat mengurangi rasa sakit dan mempersingkat waktu pemulihan. (Cancer Treatment Cancer of America 2013). Ada dua jenis cystectomi : 1. Cystectomi parsial: Jika kanker telah menyerang lapisan otot dinding kandung kemih, tetapi tidak besar dan terpusat di satu daerah kandung kemih, maka dimungkinkan untuk mengobati kanker dengan menghapus hanya sebagian dari kandung kemih. Dengan prosedur ini, bagian dari kandung kemih di mana ada kanker dihapus, dan lubang di dinding kandung kemih kemudian ditutup. 2. Cystectomi radikal: Jika kanker lebih besar dalam ukuran atau di lebih dari satu daerah kandung kemih, maka seluruh kandung kemih mungkin perlu dihapus . Dengan cystectomi radikal, kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat dihapus, bersama dengan prostat ( untuk pria ), dan bagi perempuan, ovarium, tuba falopi, rahim, dan sebagian kecil dari vagina. Jenis operasi kanker kandung kemih merupakan prosedur yang luas, tetapi dapat membantu memastikan bahwa semua sel kanker dikeluarkan dari tubuh dan mengurangi kemungkinan penyakit berulang. 3. Diversi Urine (NKUDIC, 2013) 4. Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth, 2013) 17



5. Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America, 2013)



H. Komplikasi Komplikasi dari kanker kandung kemih bisa merupakan akibat dari pengobatan (missal: operasi) dan bisa merupakan akibat dari terganggunya mekanisme tubuh akibat kanker itu sendiri. Kompilikasi akibat dari kanker meliputi: (Medlineplus 2014) 1. Retensi urin akut Striktur uretra dapat secara total menghalangi aliran urin, menyebabkan retensi urin akut. Retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai dengan keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas maksimal. 2. Hydronephrosis Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjalyang disebabkan oleh terhalangnya aliran urin. 3. Masalah seksual (NHS N.D.) a. Disfungsi ereksi, terjadi pada pria setelah radikal sistektomi dan dapat diobati dengan inhibitor phosphodiesterase tipe 5. b. Penyempitan



vagina, akibat



radiotherapy



dan cystectomy



yang



menyebabkan vagina memendek dan menyempit. Hal ini menyebabkan rasa sakit saat penetrasi dan sulit, 4. Infeksi Bisa terjadi akibat penatalaksanaan divers urin, dimana terdapat lubang stoma yang rentan terhadap kuman yang dapat menyebabkan infeksi. selain itu perawatan yang kurang tepat setelah pembedahan juga dapat beresiko terjadinya infeksi



18



5. Sedangkan komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit. Penyebaran dapat terjadi secara limfogen menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis serta penyebaran secara hematogen paling sering terjadi di hepar, paru dan tulang.



I. Prognosnosis 1. Tumor superficial : ketahanan hidup 5 tahun 75 %. 2. Tumor infasif : ketahanan hidup 5 tahun 10 %. 3. Tumor terfiksasi dan metastasis : median ketahanan hidup 1 tahun. 4. Tindak lanjut jangka panjang dibutuhkan selama hidup (Grace & Borley, 2006).



J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Doengoes (2004) focus pengkajian meliputi : a. Gejala Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung,



GJK,



edema



pulmononal,



penyakit vascular perifer atau Statis vascular (peningkatan resiko pembentu kan thrombus). b. Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang ; stimulasi simpatis. c. Makanan / Cairan Gejala : insufisiensi pancreas /DM, (Predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis) malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi). d. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis / batuk, merokok. e. Keamanan Gejala : alergi / sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan, f. Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik, penundaan



19



penyembuhan), Munculnya kanker / terapi. g. kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant / reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat



transfusi



darah/ reaksi transfusi. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. h. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik



glokosid,



antidisritmia,



bronchodilator,



diuretic,



dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan



alkohol



(risiko



akan



kerusakan ginjal, yang



mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi). K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Nyeri akut b. Resiko infeksi



20