14 0 191 KB
A. Anatomi Fisiologi
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus besar) lebih besar
dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon pars aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa. B. Pengertian Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011). Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011). C. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu : 1. Secara mekanis a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang). b. Karsinoma. c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus). d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati). e. Polip (perubahan pada mukosa hidung). f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran). 2. Fungsional (non mekanik) a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak). b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional. d. Ketidak seimbangan elektrolit. e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011). Etiologi yang lain yaitu a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis. c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya. D. Manifestasi Klinis 1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. E. Klasifikasi 1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama. 2.
Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran serabut saraf(Reeves, 2011).
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital. 2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri. 3. Pemeriksaan rectal. 4. Laboratorium : leukosit, HB. 5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus. 6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. 7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus. 8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2011).
G. Patifisiologi Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan
distensi
maka
tekanan
intralumen
meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan
pembedahan
atau
jika
terjadi
stranggulasi
akan
menyebabkan kematian. Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen . H. Pathways
Obstruksi usus
Akumulasi gas cairan didalam lumen sebelah proksimal dari letak absorpsi
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekotrik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik
Syok hipovolemik
Kehilangan H2O dan elektrolit
Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
Distensi
Tekanan infralumen
Peradangan
hipotalamus Peningkatan suhu tubuh Mediator Nyeri Anoreksia
Mual, muntah
Nyeri akut Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
I. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis. c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung. e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko. f. Kolostomi
lingkaran
untuk
mengalihkan
aliran
feses
dan
mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. 2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : a. Terapi Na + K + komponen darah. b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan. c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler. d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan. e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ). f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves, 2011).
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Fokus Pengakajian, meliputi : 1. Identitas klien 2. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit. b. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien. c. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular. 4. Pola- pola fungsi kesehatan a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. b. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah. c. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi. d. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan. e. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
f. Pola
sensori
dan
kognitif.
Kurangnya
pengetahuan
akan
menyebabkan collic abdomen yang berulang. g. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual. h. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya. i. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya. j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan. 5.
Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya. b. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak. c. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya. d. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar. e. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah. f. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen injury biologi (penyakit kolik abdomen) 2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah 3. Gangguan
kebutuhan
istirahat
peradanagn pada abdomen
dan
tidur
berhubungan
dengan
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Ketidakseimbangan nutrisi
NOC:
kurang dari kebutuhan
a. Nutritional status:
tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk
Intervensi NIC: ▪ Kaji adanya alergi makanan
Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan
nutrisi
yang
memasukkan atau mencerna
c. Weight Control
nutrisi oleh karena faktor
Setelah dilakukan tindakan
biologis, psikologis atau
keperawatan selama….nutrisi
mengandung
ekonomi.
kurang teratasi dengan
untuk mencegah konstipasi
DS:
indikator:
dibutuhkan pasien ▪ Yakinkan diet yang dimakan tinggi
serat
▪ Ajarkan pasien bagaimana
- Nyeri abdomen
❖ Albumin serum
membuat catatan makanan
- Muntah
❖ Pre albumin serum
harian.
- Kejang perut
❖ Hematokrit
- Rasa penuh tiba-tiba setelah ❖ Hemoglobin makan DO: - Diare - Rontok rambut yang berlebih
❖ Total
iron
capacity Jumlah limfosit
▪ Monitor adanya penurunan BB dan gula darah binding ▪ Monitor lingkungan selama makan ▪ Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Kurang nafsu makan
▪ Monitor turgor kulit
- Bising usus berlebih
▪ Monitor kekeringan, rambut
- Konjungtiva pucat
kusam, total protein, Hb dan
- Denyut nadi lemah
kadar Ht ▪ Monitor mual dan muntah ▪ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva ▪ Monitor intake nuntrisi ▪ Informasikan pada klien dan keluarga
tentang
manfaat
nutrisi ▪ Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.