LP Colik Abdomen KMB1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.W DENGAN DIAGNOSA COLIC ABDOMEN DI RUANG (WIJAYA KUSUMA) DI RSUD BEKASI



Disusun Oleh: Siti Hosimah 3720210067



PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA



2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolik abdomen  adalah  rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi  di dalam organ perut. Faktor penyebab kolik abdomen adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik abdomen  adalah kram pada abdomen,  distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada abdomen. Akhir- akhir ini, peningkatan kolik abdomen meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak pada kesehatan tubuh (Bare, 2011). Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012 ±7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan penderita kolik abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk. Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri viseral dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatik)  Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain (Barbara, 2011). Penatalaksanaan kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologi yang di dalamnya terdapat aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. Pada akhirnya, penanganan pasien kolik abdomen secara umum adalah dengan menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau tidak (Crown, 2011). Pencegahan kolik abdomen yang dilakukan pada pasien adalah mengurangi dan menghindari makanan yang pedas, bersifat asam, makanan instan, dan jenis sayuran tertentu misalnya kol dan sawi, serta menghindari melakukan aktivitas yang berat (Suyetno, 2011) B. Tujuan Masalah 1. Menjelaskan konsep teori kolik abdomen. 2. Mnejelaskan konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan kolik abdomen C. Manfaat  Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Kolik Abdomen, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan bisa menjadi acuan serta pedoman bagi dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit nantinya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Anatomi Fisiologi



Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari



usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon pars aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa. B. Pengertian Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011). Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011). C. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu : 1.      Secara mekanis a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang). b. Karsinoma. c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus). d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati). e. Polip (perubahan pada mukosa hidung). f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran). 2.      Fungsional (non mekanik) a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak). b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas). c. Enteritis regional. d. Ketidak seimbangan elektrolit. e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).



3. Etiologi yang lain yaitu



a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis. b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis. c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu. d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal. f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional. g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya. D. Manifestasi Klinis 1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Mekanika obstruksi parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.



E. Klasifikasi



1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama. 2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran serabut saraf(Reeves, 2011).



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital. 2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri. 3. Pemeriksaan rectal. 4. Laboratorium : leukosit, HB. 5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus. 6.  Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. 7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus. 8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2011). G. Patofisiologi Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase



lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen .



H. Pathways Obstruksi usus



Akumulasi gas cairan didalam lumen sebelah proksimal dari letak absorpsi



Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum



Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekotrik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik



Syok hipovolemik



Kehilangan H2O dan elektrolit



Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur



hipotalamus



Tekanan infralumen



Peradangan



Peningkatan suhu tubuh



Mediator Nyeri Anoreksia Nyeri akut



Distensi



Mual, muntah



Ketidakseimbangan Nutrisi G. Penatalaksanaan kurang dari kebutuhan tubuh 1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.



c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung. e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko. f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. 2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : a. Terapi Na + K + komponen darah. b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan. c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler. d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan. e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ). f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves, 2011).



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Fokus Pengakajian, meliputi :



1. Identitas klien 2. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit. b. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien. c. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular. 4. Pola- pola fungsi kesehatan a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri. b. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah. c. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi. d. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan. e. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien. f. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang. g. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual. h. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya. i. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya. j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.



5.



Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.



b. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak. c. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya. d. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar. e. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah. f. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen injury biologi (penyakit kolik abdomen) 2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah 3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peradanagn pada abdomen



C. Intervensi Diagnosa Keperawatan



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS: - Nyeri abdomen - Muntah - Kejang perut - Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: - Diare - Rontok rambut yang berlebih - Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - Denyut nadi lemah



Tujuan dan Kriteria Hasil



NOC: a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator: ❖ Albumin serum ❖ Pre albumin serum ❖ Hematokrit ❖ Hemoglobin ❖ Total iron binding capacity Jumlah limfosit



Intervensi



NIC: ▪ Kaji adanya alergi makanan ▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien ▪ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi ▪ Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. ▪ Monitor adanya penurunan BB dan gula darah ▪ Monitor lingkungan selama makan ▪ Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan ▪ Monitor turgor kulit ▪ Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht ▪ Monitor mual dan muntah ▪ Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva ▪ Monitor intake nuntrisi ▪ Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi ▪ Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. ▪ Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan ▪ Kelola pemberan anti emetik:..... ▪ Anjurkan banyak minum ▪ Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval



Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan



NOC : ❖ Pain Level, ❖ pain control, ❖ comfort level Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien Batasan karateristik: tidak mengalami nyeri, dengan DS: kriteria hasil: - Laporan secara verbal ●Mampu mengontrol nyeri (tahu DO: penyebab nyeri, mampu - Posisi untuk menahan nyeri menggunakan tehnik - Tingkah laku berhati-hati nonfarmakologi untuk - Gangguan tidur (mata sayu, mengurangi nyeri, mencari tampak capek, sulit atau bantuan) gerakan kacau, menyeringai) ●Melaporkan bahwa nyeri - Terfokus pada diri sendiri berkurang dengan - Fokus menyempit (penurunan menggunakan manajemen nyeri persepsi waktu, kerusakan ●Mampu mengenali nyeri (skala, proses berpikir, penurunan intensitas, frekuensi dan tanda interaksi dengan orang dan nyeri) lingkungan) ●Menyatakan rasa nyaman - Tingkah laku distraksi, contoh setelah nyeri berkurang : jalan-jalan, menemui orang ●Tanda vital dalam rentang lain dan/atau aktivitas, normal aktivitas berulang-ulang) ●Tidak mengalami gangguan - Respon autonom (seperti tidur diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum Gangguan pola tidur Definisi : Gangguan kualitas



NOC -



Anxiety reduction



NIC : ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ▪ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan ▪ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi ▪ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... ▪ Tingkatkan istirahat ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali



NIC 1 Sleep Enhancement



dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal Batasan Karakteristik :          Perubahan pola tidur normal          Penurunan kemampuan berfungsi          Ketidakpuasan tidur          Menyatakan sering terjaga          Meyatakan tidak mengalami kesulitan tidur          Menyatakan tidak merasa cukup istirahat Faktor Yang Berhubungan          Kelembaban lingkungan sekitar          Suhu lingkungan sekitar          Tanggung jawab memberi asuhan          Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap          Gangguan(mis.,untuk tujuan terapeutik, pemantauan, pemeriksaan laboratorium)          Kurang kontrol tidur          Kurang privasi, Pencahayaan          Bising, Bau gas          Restrain fisik, Teman tidur          Tidak familier dengan prabot tidur



-



Comfort level Pain level Rest : Extent and pattern - Sleep : extent ang pattern Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur, dengan kriteria hasil: ●jumlah jam tidur dalam batas normal 6 – 8jam/hari ●pola tidur, kualitas dalam batas normal ●perasaan segar sesudah tidur atau istirahat ●Tanda vital dalam rentang normal ●Tidak mengalami gangguan tidur



-



-



-



Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca) Ciptakan lingkungan yang nyaman Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien Instruksikan untuk memonitor tidur pasien Monitor makan dan minum dengan waktu tidur Monitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap hati dan jam



DAFTAR PUSTAKA



1. Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,  Jakarta, 2011. 2. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007. 3. Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan. 4. R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007. 5. Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC 6. Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika  7. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.  8. Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI Jakarta. 9. Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC 10. Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC