20 0 524 KB
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROINTESTINAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Dosen pembimbing : Trina Kurniawati M.Kep Pembimbing klinik : Ns. Noor Faizah, S.Kep
LAILI HIKMAWATI (202102040014)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN 2021
A. Definisi Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung danusus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair . Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit ( jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat juga terjadi cairan atau dehidrasi. B.
Etiologi Faktor penyebab gastroenteritis adalah: a. Faktor infeksi 1.
Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut: a). Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya. b). Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis) c). Infeksi parasit :
cacing
(
ascaris, tricuris,oxyuris,
srongyloidis,protozoa, jamur). 2.
infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
b. faktor malabsorbsi: 1.
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
2.
Malabsorbsi lemak
3.
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar). C. Klasifikasi Terdapat beberapa pembagian Gastroenteritis akut , Berdasarkan lamanya Gastroenteritis akut antara lain Gastroenteritis akut akut dan Gastroenteritis akut kronik, Gastroenteritis akut yaitu Gastroenteritis akut yang berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan Gastroenteritis akut kronik, yaitu Gastroenteritis akut yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah. (selama masa Gastroenteritis akut tersebut. D.
Patofisiologi Gastroenteritis akut dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme antara lain : 1.
Gastroenteritis akut sekretorik, Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada Gastroenteritis akut ini yaitu secara klinis ditemukan Gastroenteritis akut dengan volume tinja yang banyak sekali. Gastroenteritis akut tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2.
Gastroenteritis akut osmotik Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3.
Malabsorpsi
asam empedu dan lemak. Gastroenteritis akut tipe ini
didapatkan pada gangguan pembentukan/ atau produksi micelleempedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati. 4.
Efek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme
transport aktif Na+ K+ATP di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. 5.
Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
E.
Pathway
F.
Manifestasi Klinis Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa Gastroenteritis akut , kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan Gastroenteritis akut cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
G.
Pemeriksaan Penunjang 1.
Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan penunjang yaitu antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, Biakan dan resistensi feses (colok dubur)) dan foto x-ray abdomen.
2.
Pasien dengan diare karena virus biasanya mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis.
3.
Pasien dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasi ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih. Neutropenia dapat timbul pada samnellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja di lakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
4.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 12 tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya di periksa tinja untuk pengukuran toksin slostridium difficile.
5.
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu di pertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut perristen. Pada sebagian besar, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal.
H.
Komplikasi Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari gastroenteritis akan terjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. 2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. 3. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran tetapi susu yang encer ini diberikan terlalu lama serta karena adanya peningkatan peristaltik usus, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik. 4. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi syok hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan kesadaran menurun, perdarahan otak dan klien akan
meninggal bila tidak segera diatasi. I.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi diperlukan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi tirah baring, mengurangi stres, diet air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti puding dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jsm dan kemudian makananmakanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.
J.
Diagnosa Keperawatan 1. D.0023 Hipovolemia bd kehilangan cairan aktif 2. D.0130 Hipertermia bd dehidrasi 3. D.0037 Risiko ketidakseimbangan elektrolit bd diare 4. D.0032 Risiko defisit Nutrisi bd ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 5. D.0139 Risiko gangguan integritas kulit/jaringan bd kekurangan volume cairan
K.
Fokus Intervensi Dx
D.0023
Tujuan
Hipovolemia
Intervensi
bd L.03028 Status Cairan
I.03116 Manajemen
kehilangan cairan aktif
Setelah diberikan tindakan Hipovolemia
Gejala dan Tanda Mayor
keperawatan selama 3x24 Observasi
Subjektif
jam diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala
(tidak tersedia)
membaik, dengan kriteria
hipovolemia (mis. frekuensi
Objektif
hasil :
nadi meningkat, nadi teraba
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Nadi teraba lemah
1. Kekuatan
nadi
meningkat
lemah,
tekanan
menurun,
tekanan
darah nadi
3. Tekanan darah menurun
2. Turgor kulit meningkat
menyempit,turgor
4. Tekanan Nadi menyempit
3. Output urin meningkat
menurun,
5. Turgor kulit menyempit
4. Frekuensi nadi membaik
mukosa
6. Membran mukosa kering
5. Membran
urine menurun, hematokrit
7. Voluem urin menurun
mukosa
membaik
8. Hemtokrit meningkat
6. Kadar Hb membaik
Gejala dan Tanda Minor
7. Kadar Ht membaik
Subjektif
8. Intake cairan membaik
1. Merasa lemah
9. Suhu tubuh membaik
2. Mengeluh haus
kulit
membrane kering,
volume
meningkat, haus dan lemah) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi modified
Objektif
trendelenburg
1. Pengisian vena menurun
3. Berikan asupan cairan oral
2. Status mental berubah 3. Suhu tubuh meningkat 4. Konsentrasi
urin
meningkat 3. Berat badan turun tiba-tiba
Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan perubahan
menghindari posisi
mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi
pemberian
cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL) 2. Kolaborasi
pemberian
cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) 3. Kolaborasi
pemberian
cairan koloid (mis. albumin, plasmanate) 4. D.0130
Hipertermia
bd L.14134 Termoregulasi
Kolaborasi pemberian
produk darah I.15506 Manajemen
dehidrasi
Setelah diberikan tindakan Hipertermia
Gejala dan Tanda Mayor
keperawatan selama 3x24 Observasi
Subjektif
jam
(tidak tersedia)
termoregulasi
Objektif
dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Kulit merah 2. Kejang
diharapkan membaik,
perifer
menurun 3. Kutis
memorata
2. Monitor suhu tubuh 4. Monitor haluaran urine 1. Sediakan lingkungan yang
sianolik
menurun
3. Takikardi
6. Suhu tubuh membaik
4. Takipnea
7. Suhu kulit membaik
5. Kulit terasa hangat
penggunaan incubator)
Terapeutik
4. Pucat menurun kuku
hipertermi (mis. dehidrasi
3. Monitor kadar elektrolit
menurun 5. Dasar
penyebab
terpapar lingkungan panas
1. Menggigil menurun 2. Vasokontriksi
1. Identifkasi
dingin 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian 3. Basahi
dan
kipasi
permukaan tubuh 4. Berikan cairan oral 5. Ganti linen setiap hari atau
lebih
sering
jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
eksternal
(mis.
selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila) 7. Hindari
pemberian
antipiretik atau aspirin 8. Batasi oksigen, jika perlu Edukasi 1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1. Kolaborasi
cairan
dan
elektrolit intravena, jika D.0037
Risiko L.03021 Keseimbangan
ketidakseimbangan elektrolit bd elektrolit diare
perlu I.03122 Pemantauan elektrolit Observasi
Setelah diberikan tindakan
1. Identifkasi
kemungkinan
keperawatan selama 3x24
penyebab
jam
ketidakseimbangan
diharapkan
keseimbangan
elektrolit
meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Serum
natrium kalium klorida
3. Monitor
mual,
muntah
4. Monitor
kehilangan
5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
kalsium
meningkat 5. Serum
eletrolit
cairan, jika perlu
meningkat 4. Serum
kadar
dan diare
meningkat 3. Serum
2. Monitor serum
meningkat 2. Serum
elektrolit
Kelemahan otot, interval QT
magnesium
meningkat 6. Serum fosfor meningkat
(mis. memanjang,
gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST,
gelombang
U,
kelelahan,
parestesia,
penurunan
refleks,
anoreksia,
konstipasi,
motilitas usus menurun, pusing,
depresi
pernapasan) 6. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis. Peka rangsang, gelisah, mual, munta,
takikardia
mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung
mengarah
asistol) 7. Monitor tanda dan gejala hipontremia
(mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit
kepala,
membrane
mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran) 8. Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis. Haus, demam,
mual,
gelisah,
peka
muntah, rangsang,
membrane mukosa kering, takikardia,
hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme otot wajah], tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang) 10.Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. Nyeri tulang,
haus,
anoreksia,
letargi,
kelemahan
segmen
QT
otot,
memendek,
gelombang
T
lebar,
kompleks
QRS
lebar,
interval PR memanjang) 11. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis.
Depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek,
Trousseau,
tanda konfusi,
disritmia) 12. Monitor tanda dan gejala hipomagnesia
(mis.
Kelemahan
otot,
hiporefleks,
bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma, depresi) Terapeutik 1. Atur
interval
waktu
pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2. Dokumentasikan
hasil
pemantauan Edukasi 1. Jelaskan
tujuan
dan
prosedur pemantauan 2. Informasikan D.0032 Risiko defisit Nutrisi bd L.03031 Status nutrisi bayi
hasil
pemantauan, jika perlu I.03119 Manajemen nutrisi
ketidakmampuan mengabsorbsi Setelah diberikan tindakan Observasi nutrien
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status nutrisi jam diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi bayi
membaik,
dengan
kriteria hasil :
dan
intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang
1. Berat badan meningkat 2. Panjang
disukai
badan 4. Identifikasi
meningkat 3. Membran
mukosa 5. Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang
4. Bayi cengeng menurun 5. Pucat menurun 6. Kesulitan
kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
kuning menurun
nasogastric 6. Monitor asupan makanan
makan 7. Monitor berat badan
menurun
8. Monitor hasil pemeriksaan
7. Pola makan membaik 8. Tebal
alergi
lipatan
laboratorium
kulit
membaik 9. Proses
tumbuh Terapeutik
kembang membaik 10. Lapisan membaik
lemak
1. Lakukan
oral
hygiene
sebelum makan, jika perlu 2. Fasilitasi pedoman
menentukan diet
(mis.
Piramida makanan) 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan serat
makan
untuk
tinggi
mencegah
konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan
suplemen
makanan, jika perlu 7. Hentikan makan
pemberian melalui
nasigastrik
jika
selang asupan
oral dapat ditoleransi Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 2. Ajarkan
diet
yang
diprogramkan Kolaborasi 1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda
nyeri,
antiemetik), jika perlu 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, D.0139 integritas
Risiko
jika perlu gangguan L.14125 Integritas kulit dan I.11353 Perawatan integritas
kulit/jaringan
kekurangan volume cairan
bd jaringan
kulit
Setelah diberikan tindakan Observasi keperawatan selama 3x24 jam
Identifikasi
penyebab
integritas
gangguan integritas kulit
jaringan
(mis. Perubahan sirkulasi,
meningkat, dengan kriteria
perubahan status nutrisi,
kulit
diharapkan
1.
dan
hasil : 1. Kerusakan
peneurunan kelembaban, jaringan
menurun
suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Kerusakan lapisan kulit Terapeutik menurun 3. Kemerahan menurun
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
4. Hematoma menurun
2. Lakukan pemijatan pada
5. Suhu kulit membaik
area penonjolan tulang, jika perlu 3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare 4. Gunakan
produk
berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering 5. Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan
hipoalergik
pada
kulit sensitif 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering Edukasi 1. Anjurkan pelembab
menggunakan (mis.
Lotin,
serum) 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi 4. Anjurkan
meningkat
asupan buah dan saur 5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu ektrime 6. Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat
berada
diluar
rumah 7. Anjurkan
mandi
menggunakan secukupnya A. PATHWAYS
DAFTAR PUSTAKA Depkes. RI.. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. Depkes RI. 2009 Buku saku pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit. WHO. 2009. Jakarta. Ernawati. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Diare Pada Pasien Jalanan Di semarang. Karya Tulis Ilmiah.
dan sabun
Universitas Diponegoro Semarang. Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta Liwang F, T. C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ke 4. Jakarta : Media Octa, D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana,R., 2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Pasien Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : CV Budi Utama. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI