LP - Ilma Fitrianti - Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR DAN ASKEP WAHAM



Oleh : ILMA FITRIANTI 2014901091



CI Lapangan



Pembimbing Akademik



(Ns. Rahmta Syukri, M.Kep)



(Ns. Widya Francisca, M.Kep)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS FORT DE KOCK TAHUN 2021



LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR DAN ASKEP WAHAM



A. Konsep Dasar Waham 1.



Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009). Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010). Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan bagian



pasien dari



gangguan orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010). Klasifikasi



Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu : Jenis Waham Waham kebesaran



Waham agama



Waham curiga



Waham somatik



Waham nihlistik



Pengertian Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulangulang tetapai tidak sesuai dengan kenyataan. Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang penyakit, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.



Perilaku klien “Saya ini pejabat di kementrian semarang!” “Saya punya perusahaan paling besar lho “.



“ Saya adalah tuhan yang bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk”. “ Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri dengan kesuksesan saya”.



“ Saya menderita kanker”. Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker pada tubuhnya. “ ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya”



Tanda dan Gejala: Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : a.



Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).



b.



Fungsi



persepsi



Depersonalisasi dan halusinasi. c.



Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.



d.



Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.



e.



Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.



f.



Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.



Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan. 2.



Rentang respon Respon adaptif



    



Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sosial Hubungan sosial



Respon maladaptif



 Pikiran kadang menyimpang illusi  Reaksi emosional berlebihan dan kurang  Perilaku tidak sesuai  Menarik diri



    



Gangguan proses pikir: Waham Halusinasi Kerusakan emosi Perilaku tidak sesuai Ketidakteraturan isolasi sosial



(sumber : Keliat, 2009). Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham 3.



Faktor penyebab a.



Faktor predisposisi 1) Biologi Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut : a)



Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.



b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini : (1) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan (2) Ketidakseimbangan



antara



dopamin



dan



neurotransmitter lain (3) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak



yang



diadopsi



telah



diupayakan



untuk



mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak



identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi. 2) Psikologi Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional). 3) Sosial budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011). b.



Faktor Presipitasi 1) Biologi Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif termasuk: a)



Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi



b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2) Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang



berinteraksi



dengan



stressor



lingkungan



untuk



menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3) Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa



terdapat



pada



respon



neurobiologik



yang



maladaptif



berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011). Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : a.



Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.



b.



Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).



c.



Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.



d.



Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.



e. 4.



Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.



Proses terjadinya Dalam Yosep (2009), ada 6 fase terjadinya waham yakni : a.



Fase lack of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis sehingga seseorang terdorong untuk melakukan kompensasi yang salah agar keinginan untuk memenuhi kebutuhannya terpenuhi.



b.



Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yag tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.



c.



Fase control internal external Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan



tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya. Lingkungan sekitar



klien



mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. 5.



Mekanisme koping Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi : a.



Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari



6.



b.



Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.



c.



Menarik diri



Penatalaksanaan Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Mesikpun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. a.



Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawtan diberikan agar klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yangkurang



baik akibat waham yang dialami. Terapi yang diberikan dianjurkan meliputi kegiatan-kegiatan permainan ataupun latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari : 1) Terapi aktivitas a)



Terapi musik Terapi



difokuskan



untuk



mengoptimalkan



fungsi



mendengar dan menikmati jenis music yang disukai klien sembari relaksasi, memainkan alat musik, dan bernyanyi. b) Terapi seni Focus pada pengekspresian perasaan klien melalui berbagai kegiatan seni seperti menggambar/melukis, seni rupa, dan lain-lain c)



Terapi menari Focus pada pengekspresian perasaan melalui bahasa tubuh.



d) Terapi relaksasi Klien belajar dan mempraktikkan teknik relaksasi dalam kelompok. Adapun gunanya untuk membuat klien lebih tenang, lebih fresh, dan meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan. 2) Terapi sosial (sosialisasi) Klien belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan klien lain sesuai dengan realita. 3) Terapi kelompok (group therapy) a)



Kelompok terapeutik (therapeutic group).



b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy). (Keliat, 2004). 4)



Terapi lingkungan Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana dalam keluarga (home like atmosphere).



b.



Farmakoterapi Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut



Townsend



(1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : 1) Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain : a)



Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.



b) Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. c)



Haloperidol Untuk



keadaan



ansietas,



ketegangan,



psikosomatik,



psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.



2) Anti Parkinson a)



Triheksipenydil parkinsonisme,



(Artane), dan



untuk



untuk



semua



menghilangkan



bentuk reaksi



ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari b) Difehidamin, dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari 3) Anti Depresan a)



Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.



b) Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari. 4) Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: a)



Fenobarbital : 16-320 mg/hari



b) Meprobamat : 200-2400 mg/hari c) c.



Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari



Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu



kehidupan



konstruktif.



Bila



klien



mulai



ragu-ragu



dengan



wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. d.



Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien



7.



Prinsip tindakan keperawatan a.



Otonomi (menghormati hak pasien)



b.



Non malficience (tidak merugikan pasien)



c.



Beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien)



d.



Justice (bersikap adil kepada semua pasien)



e.



Veracity (jujur kepada pasien dan keluarga)



f.



Fidelity (selalu menepati janji kepada pasien dan keluarga)



g.



Confidentiality (mampu menjaga rahasia pasien)



B. Asuhan Keperawatan teoritis 1.



Pengkajian a.



Identitas Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak



dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Faktor predisposisi 1) Biologi Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut : c)



Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.



d) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini : (1) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan (2) Ketidakseimbangan



antara



dopamin



dan



neurotransmitter lain (3) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak



yang



diadopsi



telah



diupayakan



untuk



mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian



genetik terakhir memfokuskan pada



pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi. 2) Psikologi Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya



rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional). 3) Sosial budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011). c.



Faktor Presipitasi 1) Biologi Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif termasuk: c)



Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi



d) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2) Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang



berinteraksi



dengan



stressor



lingkungan



untuk



menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3) Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat



pada



respon



neurobiologik



yang



maladaptif



berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011). c.



Fisik Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan



d. Psikososial 1) Genogram Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah



yang



terkait



dengan



komunikasi,



pengambilan



keputusan dan polaasuh. 2) Konsep diri a)



Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.



b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki- laki/perempuan. c)



Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.



d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e)



Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.



e.



Hubungan sosial cHubungan sosial dengan orang lain yang



terdekat



dalam



kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat. f.



Spiritual Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.



g.



Status mental 1) Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat



konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. 2) Proses pikir. Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncatloncat dari satu topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada



tujuan (flight ofideas)



kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang sama (persevere) Masalah keperawatan: Gangguan Proses Pikir. 3) Isi Pikir Contoh isi pikir klien saat diwawancara : a)



Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan : waham kebesaran.



b) Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah keperawatan : waham somatik.. h.



Mekanisme Koping Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi : Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari, projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi dan menarik diri.



i.



Masalah psikososial Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.



j.



Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.



2.



Daftar Masalah Menurut Damaiyanti (2012) Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham adalah:



3.



a.



Gangguan proses pikir: waham,



b.



Kerusakan komunikasi verbal



c.



Harga diri rendah kronik.



Pohon Masalah Pohon masalah Waham (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011): Perilaku kekerasan Waham (Core Problem) Menarik diri: Isolasi Sosial (Cause) Harga diri rendah



4.



Kemungkinan Diagnosa Keperawatan a.



Waham



b.



Harga diri rendah



c.



Menarik diri: Isolasi Sosial



d.



Perilaku kekerasan



5.



Rencana Keperawatan a.



SP Klien Diagnosa Waham



Tujuan Intervensi TUK : 1) SP 1: Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi  Klien dapat membina hubungan dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan saling percaya; mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan a) Membina hubungan saling percaya cara memenuhi kebutuhan; b) Identifikasi tanda dan gejala waham mempraktekkan pemenuhan c) Bantu orientasi realita: pangggil nama, orientasi kebutuhan yang tidak terpenuhi waktu, orang dan tempat/lingkungan d) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi e) Bantu klien memenuhi kebutuhan realitas f) Masukan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan TUK: 2) SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya  Klien mampu mengidentifikasi a) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan dan kemampuan positif mempraktekkannya beri pujian. b) Diskusikan kemampuan yang dimiliki c) Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian d) Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan e) Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih TUK: 3) SP 3 : Mengajarkan dan melatih cara minum obat  Klien dapat minum obat dengan yang benar a) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien, benar



kegiatan yang dilakukan pasien dan beri pujian b) Jelaskan tentang obat yang diminum (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas munum obat) dan tanyakan manfaat yang dirasakan pasien. c) Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih serta obat.. TUK: 4) SP 4 : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya  Klien dapat mengidentifikasi a) Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kemampuan positif dan mempraktekkannya kegiatan yang telah dilatih dan minum obat, beri pujian. b) Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya c) Disukusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih yang akan dilatih, kemudian latih d) Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan minum obat



b.



SP Keluarga 1) SP 1 a)



Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien



b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya c)



Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah



2) SP 2 d) Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial e)



Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial



3) SP 3 a)



Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing)



b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang 6.



Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Damaiyanti, 2012). Selain itu, salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan dengan verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat juga harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak mata, mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan sebagainya. Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi terapeutik terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2019).



7.



Evaluasi Keperawatan Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung yang penting. Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir. S : Respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan A: analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masihada. P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Direja. A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Purba, dkk. (2018). Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa. Medan : USU Press. Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Keliat, dkk.(2009). Modul IC-CMHN. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indnesia. Kusumawati, F & Hartono.Y. (2010).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba. Yusuf, A., Fitryasari, R., & Tristiana, D. (2019). Kesehatan Jiwa : Pendekatan Holistik dalam Asuhan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Mitra Wacana Media.