15 0 227 KB
LAPORAN PENDAHULUAN INTOKSIKASI Untuk memenuhi tugas individu Departemen Medical di Ruang 26I RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Oleh: ZAIFULLAH 170070301111054
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN INTOKSIKASI Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Medikal Ruang 26I RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh : ZAIFULLAH NIM. 170070301111054
Telah diperiksa dan disetujui pada : Hari
:
Tanggal :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
(……………....……………..)
(……………………..………..)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM) Departemen : Medikal
Persepti
: Zaifullah
Periode
: 10-15 Juni 2018
NIM
: 170070301111054
Ruang
: R. 26I
Kelompok
: 2A
A. Target yang Ingin Dicapai Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Intoksikasi selama 1 minggu (10-15 Juni 2018 ). 1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan Intoksikasi. 2. Mampu menganalisis data yang didapat pada pasien Intoksikasi. 3. Mampu membuat prioritas masalah pada pasien Intoksikasi. 4. Mampu menentukan tujuan dan criteria hasil dari prioritas masalah pasien dengan Intoksikasi. 5. Mampu membuat rencana intervensi pasien dengan Intoksikasi 6. Mampu mengimplementasikan renpra, yaitu: Memberikan injeksi obat IV/IM/SC Memasang/melepas infus Menghitung balance cairan dan melakukan manajemen cairan Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien Mengambil darah vena Mengajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam Melakukan monitoring kecukupan nutrisi dan kalori 7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan B. Rencana Kegiatan TIK
JenisKegiatan
Waktu
1
Melakukan pengkajian pada klien sesuai dengan
Hari 1-
BHSP
dan
2
data
yang
kasus, meliputi:
Kriteria Hasil
Komunikasi terapeutik
diperoleh
Pengkajian Fisik
dapat
Data Penunjang
mewakili
Menganalisis data dari hasil pengkajian
kondisi klien
Menetapkan
diagnosa
dan
prioritas
masalah
keperawatan
Data dianalisis
Menetapkan tujuan sesuai kriteria hasil
menjadi
Mencariliteraturuntukmembuatintervensikeperawatan
diagnose
Membuatrenpra
keperawatan Diagnosa sesuai dengan kondisi actual klien. Tujuan
dan
criteria
hasil
yang
sesuai
dengan kondisi klien Literatur memberikan informasi intervensi keperawatan yang
tepat
sesuai kondisi klien Renpra disesuaikan dengan tindakan yang
akan
diberikan pada klien 2
Melakukan
Implementasi
dan
evaluasi
secara
Melakukan
berkala
tindakan sesuai dengan prosedur
yang
telah ditetapkan Hari 34
(SOP)
dan
mengevaluasi berdasarakan tujuan
dan
criteria
hasil
yang
telah
ditetapkan
3
Memberikan injeksiobat IV/IM/SC
Melakukan
Memasang/melepas infus
tindakan sesuai
Menghitung
balance
cairan
dan
melakukan
dengan
manajemen cairan Memberikan
penyuluhan
prosedur kepada
pasien
dan
keluarga pasien Mengamb ildarah vena
Hari 36
yang
telah ditetapkan (SOP)
Mengajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam Melakukan monitoring kecukupan nutrisi dan kalori Menyiapkan pasien untuk prosedur pemeriksaan diagnostic 4.
Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan dan
Evaluasi
evaluasi proses keperawatan secara keseluruhan
berdasarakan Hari 5-
tujuan
dan
6
criteria
hasil
yang
telah
ditetapkan
C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan 1. Struktur - Mahasiswa membuat dan mengumpulkan rencana kegiatan mingguan pada hari pertama praktek. - Mahasiswa membuat dan mengumpulkan laporan pendahuluan sesuai kasus yang diberikan pada hari pertama praktek. 2. Proses - Mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien kelolaan pada hari pertama. - Mahasiswa membaca SOP sebelum melakukan tindakan ke pasien. - Mahasiswa meminta pembimbingan pada tindakan-tindakan yang membutuhkan pengawasan. 3. Hasil -
Mahasiswa mampu membuat pengkajian keperawatan pada pasien Intoksikasi
-
Mahasiswa mampu membuat analisa data dan intervensi keperawatan pada pasien Intoksikasi
-
Mahasiswa mampu mengimplemantasikan rencana keperawatan yang telah dibuat pada pasien Intoksikasi
-
Mahasiswa mengetahui obat-obatan pada pasien Intoksikasi
-
Mahasiswa mengetahui algoritma penanganan pada pasien Intoksikasi
-
Mahasiswa mampu membuat catatan perkembangan dan evaluasi pada pasien Intoksikasi Malang, 11 Juni 2018 Mengetahui
Mahasiswa
Pembimbing Klinik R.26 HCU
Zaifullah (
)
INTOKSIKASI 1. DEFINISI
NIM. 170070301111054
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dialirkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular, pernapasan sistem saraf pusat, hati, pencernaan (GI), dan ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013). Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia (Arisman, 2008). 2. KLASIFIKASI Menurut Arisman, 2008 keracunan dibagi menjadi 3 yaitu : a. Keracunan Hidrokarbon b. Keracunan Makanan c. Keracunan Bahan Kimia 3. ETIOLOGI Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. 1.
Keracunan Hidrokarbon Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api (Arisman, 2008).
2.
Keracunan Makanan a.
Keracunan Jamur Keracunan setelah memakan jamur belakangan ini sering terjadi. Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin dimana muskarin merupakan zat alkaloid beracun yang menyebebkan paralisis otot dan bereaksi sangat cepat.
b.
Keracunan Makanan Kaleng Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum, terdapat dalam makanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara tidak sempurna sehingga tercemar kuman tersebut.
c.
Keracunan Jengkol Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada tubuli, ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
d.
Keracunan Ketela Pohon Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam sianida (HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit mengandung lebih dari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.
e.
Keracunan Makanan yang Terkontaminasi Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan Salmonella,
keracunan Clostridium
bahan Botulinum,
makanan E.
ialah
Coli,
Staphilococcus,
Proteus,
Klebsiella,
Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalam makanan cepat memperbanyak
diri
dan
memproduksi
toksin.
Akibat
keracunan
tergantung dari virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas (Arisman, 2008). 3.
Keracunan Bahan Kimia a. Keracunan Arsen Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari peleburan timah, seng, dan logam lainnya (Arisman, 2008). b. Keracunan Asam Basa Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH, NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun untuk memasak seperti cuka bibit (Arisman, 2008). c. Keracunan Insektisida (Pestisida) Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh manusia. Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos. Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak,
maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida tidak mudah karena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama (Prijanto, 2009). 4. MANIFESTASI KLINIS a. Gejala Yang Paling Menonjol Menurut Nurarif & Kusuma 2013, dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC gejala yang paling menonjol pada keracunan meliputi :
Kelainan visus
Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
Gangguan saluran pencernaan
Kerusakan bernafas.
b. Keracunan Hidrokarbon
Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
Iritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
Depresi CNS (Central Nervous System) / SSP (Sistem Saraf Pusat) : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma, kadang-kadang disertai kejang.
Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare (Arisman, 2008). c. Keracunan Makanan Keracunan Jamur Gejala klinik : Rasa mual, Muntah, Sakit perut, Mengeluarkan banyak ludah dan keringat, Miosis, Diplopia, Bradikardi sampai konfusi (Kejang). Keracunan Makanan Kaleng Gejala klinik : Penglihatan kabur, refleks cahaya menurun atau negatif, midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata, Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan (general paralyse). Keracunan Jengkol Gejala klinik : Sakit pinggang, nyeri perut, muntah, hematuria, oliguria sampai anuria dan urin berbau jengkol, dapat terjadi gagal ginjal akut.
Keracunan Ketela Pohon Gejala klinis : Tergantung pada kandungan asam sianida (HCN), kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat, penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak, kejang, lemas, berkeringat, mata menonjol, midriasis, mulut berbusa bercampur darah, warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas (Arisman, 2008). d. Keracunan Bahan Kimia a. Keracunan Arsen Gejala klinis keracunan akut : Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul : Rasa tidak enak dalam perut, bibir terasa terbakar, sukar menelan kemudian disusul sakit pada lambung dengan muntah-muntah dan diare berat, adakalanya terdapat pula : oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus. Gejala klinis keracunan kronis : Otot-otot lemah, gatal-gatal, pigmentasi, keratosis kulit dan edema (Arisman, 2008). b. Keracunan Asam Basa Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena, seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum. Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menyebabkan stiktura (peradangan pada esofagus karena akumulasi jaringan parut) dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan tepat sangatlah penting (Arisman, 2008). c. Keracunan Insektisida Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan / pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine. Adapun 3 gejala keracunan pestisida golongan organofosfat yaitu : 1) Gejala awal Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan penglihatan. 2) Gejala Lanjutan
Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.
3) Gejala Sentral Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma. 4) Kematian, apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan (Prijanto, 2009). Manifestasi Klinis Keracunan Onset (Masa Awitan)
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan < 1 jam
Mual, muntah, rasa yang tak lazim
Garam logam
di mulut, mulut terasa panas 1-2 jam
Mual, muntah, sianosis, sakit
Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas, gemetar, lemah, pingsan. 1-6 jam (rerata 2-4)
Mual, muntah, diare, nyeri perut.
Staphylococcus Aureus dan enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 muntah)
Muntah, kram perut, diare, rasa
Bacillus Cereus.
mual. 6-24 jam
Mual, muntah, diare, rasa haus,
Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma. Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas 12-72 jam
Radang tengorokan, demam, mual,
Streptococcus Pyogene
muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang ruam kulit. 2-5 hari
Radang tengorokan dan hidung,
Corynebacterium diphtheria
eksudat berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar getah bening leher. Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6-12)
Kram perut, diare, diare yang
C. perfringens; B. cereus; S;
disebabkan Clostridium
faecalis; S. faecium
perfringens, kadang-kadang rasa mual dan muntah 12-72 jam (rerata 18-
Kram perut, diare, muntah, demam,
Salmonella spp (termasuk
36)
mengigil, lemah hebat, mual, sakit
S. Arizonae), E. coli
kepala, kadang-kadang diare
enteropatogenik, dan
berdarah dan berlendir, lesi kulit
Enterobakteriacae, V.
yang disebabkan Vibrio vulnificuis.
cholera (01 dan non-01),
Yersinia enterocolitica
vulvinicus, V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut. 3-5 hari
Diare, demam, muntah dengan
Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran nafas 1-6 minggu
Diare lengket (tinja berlemak), sakit
Giardia lamblia
perut, berat badan menurun 1-beberapa minggu
Sakit perut, diare, sembelit, sakit
Entamoeba hystolitica
kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala 3-6 bulan
Sulit tidur, tak ada nafsu makan,
Taenia sanginata dan
berat badan menurun, sakit perut,
taenia solium
kadang gastroenteritis Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis) < 1 jam
Gastroenteritis, cemas, penglihatan
Fosfat organic
kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang. Salvias berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur,
Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti orang asma. 1-6 jam
Rasa baal atau gatal, pusing,
Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis otot. Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, pusing, mulut
Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar, pandangan kabur, paralisis otot. 2 jam-6 hari (12-36 jam)
Rasa mual, muntah, rasa (geli)
Chlorinated hydrocarbon
seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, bingung. Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang, sulit
Clostridium botulinum dan
menelan, berbicara dan bernafas;
toksinnya.
mulut kering, lemah, paralisis
pernafasan. >72 jam
Rasa baal, kaki lemah, paralisis,
Air raksa organic
spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma. Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal) < 1 jam
Sakit kepala, pusing, mual, muntah,
Scombrotoxin (histamine)
rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit. Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan,
Monosodium glutamate
pusing, sakit kepala, mual.
(MSG)
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah. Asam nikotinat Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang) 0,5-2 jam
Rasa seperti digaruk (geli),
Saxitoxin (paralytic shelifish
terbakar, baal, mengantuk, bicara
poisoning: PSP)
inkoheren, paralisis pernafasan. 2-5 menit sampai 3-4
Sensasi panas dan dingin
Brevetoxin (neurotoxic
jam
bergantian, rasa geli; baal disekitar
shelifish poisoning: NSP)
bibir, lidah dan tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah. 30 menit sampai 2-3
Rasa mual, muntah, diare, sakit
Dinophysis toxin, okadaic
jam
perut, mengigil, demam.
acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish poisoning:DSP)
24 jam (gastrointestinal)
Muntah, diare, sakit perut, bingung,
Domoic Acid (Amnestic
sampai 48 jam
hilang ingatan, deisorientasi, kejang
shelifish poisoning: ASP)
(neurologis)
dan koma.
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe) 4-28 hari (rerata 9 hari)
Gastroenteritis, demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah, sulit
Trichinella spiralis
bernafas. 7-28 hari (rerata 14
Lemah yang hebat, sakit kepala,
hari)
sakit kepala, demam, batuk, mual,
Salmonella typhi
muntah, sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah. 10-13 hari
Demam, sakit kepala, nyeri otot,
Toxoplasma gondii
kemerahan. 10-50 hari (rerata 25-
Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu
30)
makan, mual, sakit perut, kuning
Mungkin virus
(ikterus). Bervariasi, bergantung
Demam, mengigil, sakit kepala atau
Bacillus anthracis, brucella
pada tipe penyakit
sendi, lemah-lesu, bengkak
melitensis, B. abortus, B.
dikelenjar getah bening, dan gejala
suis, coxiella bernetti,
yang khas untuk penyakit lain.
francisella tularensis, listeria monocytogenes, M. tuberculosis, mycobacterium sp, pasteurella multocida, streptobacillus moniliformis, campylobacter jejuni, leptospira SSP.
5. PATOFISIOLOGI Terlampir 6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin. 1. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan. Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang mengandung asam jengkol. 3. Pemeriksaan EKG Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi
supraventrikuler,
takikardi
ventrikuler,
fibrilasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg iskemik. 7. PENATALAKSANAAN a) Penatalaksanaan pada pre hospital pada intoksikasi adalah : 1. Pastikan ABC dalam kondisi baik 2. Melindungi jalan nafas, dan memberi bantalan atau ikatan jika perlu 3. Baringkan di tempat yang datar dengan posisi miring kesalah satu sisi tubuh 4. Letakan bantal atau benda lunat lain di bawah kepala 5. Keluarkan benda atau makanan yang ada di dalam mulut 6. Longgarkan baju atau aksesoris yang ketat 7. Beri obat, atau bawa ke UGD terdekat b) Penatalaksanaan pada intra hospital pada intoksikasi adalah : 1. Pengobatan penunjang
Tetap pantau ABCD dalam keadaan baik
Merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil
Semua pakaian ketat dibuka
Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Pantau fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR, dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat
Cairan intra vena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolic dan elektrolit
Berikan obat anti dotum Antropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi pada tempat penumpukan Mula-mula diberikan bolus IV 1 – 2,5 mg Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis) Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit selanjutnya setiap 2-4-6-8 dan 12 jam.
Penatalaksanaan tambahan dalam kasus keracunan adalah sebagai berikut : 1. Penatalaksanaan Kegawatan Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat. 2. Resusitasi Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask. 3. Eliminasi Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage,
pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah
lambung
Keramas
rambut
dikerjakan dan
dalam
memandikan
4
jam
seluruh
setelah
tubuh
keracunan.
dengan
sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan
pipa
endotrakeal
berbalon,untuk
mencegah
aspirasi
pnemonia. 4. Pemberian antidot/penawar Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi keadaan sesuai dengan masalah. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan. a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala
atropinisasi
(
muka
merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis). c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam. d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal. 5. Penilaian Klinis 6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,ialah : a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan,termasuk yang sering dipakai b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang digunakan. c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan toksikologi d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi
autonom
yaitu
pemeriksaan
tekanan
darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus. 7. Dekontaminasi Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang muntah,dan bilas lambung. Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya. Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis. 8. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik dan efektif dalam biaya. 9. Observasi dan konsultasi 10. Rehabilitasi 8. KOMPLIKASI Kejang Koma Henti jantung Henti napas Syok Kematian
9. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Pengkajian Primer
a. Airway Periksa klancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada klien dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun.
b. Breathing Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa gas darah atau spirometri.
c. Circulation Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu. mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler.
d. Disability (evaluasi neurologis) Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS, ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan. Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum. 2. PengkajianSekunder a.
Riwayat Kesehatan riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b.
Pemeriksaan fisik head to toe
c.
Pemeriksaan ADL (Activity Daily Living) 1. Aktifitas dan Istirahat Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise Tanda : Kelemahan,hiporefleksi 2. Sirkulasi Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
3. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus menurun,kerusakan ginjal. Tanda : Perubahan
warna
urin
contoh
kuning
pekat,merah,coklat 4. Makanan Cairan Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak 5. Neurosensori Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram otot/kejang Tanda
:
Gangguan
status
mental,penurunan
lapang
perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan
tingkat
koma,syok. 6. Nyaman / Nyeri Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
kesadaran(azotemia),
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah 7. Pernafasan Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif 8. Keamanan Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia 9. Penyuluhan/pembelajaran Gejala
:
Riwayat
terpapar
toksin(obat,racun),obat
nefrotik
penggunaan berulang B. DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan 2. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah 3. Hipertermi berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh 4. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan 5. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
C. RENCANA KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Hasil 1. Ketidakefektifan Tujuan : a. Pantau tingkat, a. Efek insektisida mendepre pola nafas Mempertahanka irama pernapasan si SSP yang mungkin berhubungan n keefektifan & suara napas dapat mengakibatkan dengan distress pola nafas. serta pola hilangnya kepatenan pernapasan pernapasan aliran udara atau depresi Kriteria hasil : b. Tinggikan pernapasan, pengkajian RR dalam batas kepala tempat yang berulang kali sangat normal, jalan tidur penting karena kadar nafas bersih, c. Dorong untuk toksisitas sputum tidak batuk/ nafas mungkin berubah-ubah ada dalam secara drastis. d. Auskultasi suara b. Menurunkan kemungkinan napas aspirasi, diafragma bagian e. Berikan O2 jika bawah untuk menigkatkan dibutuhkan inflasi paru. f. Kolaborasi c. Memudahkan ekspansi untuk sinar X paru & mobilisasi sekresi dada, Blood Gas untuk mengurangi resiko Analysis atelektasis/pneumonia. d. Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia. e. Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan Diagnosa
f.
Memantau munculnya
kemungkinan komplikasi
sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan. 2. Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
a. b.
c. d.
3. Hipertemi
Tujuan :
a.
Mempertahankan b. pola napas tetap efektif
Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,da n sianosis Berikan kenyamanan dan istirahat Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum Observasi tandatanda vital. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
a. Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi b. Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan c. Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen d. Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun. a. Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya b. Terapi Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas c. Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
a. Kaji tingkat kecemasan pasien b. Jelaskan mekanisme pengobatan c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautions.
Tujuan : a. Kekurangan cairan tidak terjadi b. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil, c. Turgor kulit
Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer. Observasi adanya mual,
dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard a. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa b. Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien c. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki efektif d. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses pengobatan a. Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan. b. Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi
stabil, Membran mukosa d. lembab, Pengeluaran e. urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam f.
g. h.
muntah, perdarahan Pantau tandatanda vital Berikan kembali pemasukan oral secara berangsurangsur. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral Kolaborasi dalam pemberian antiemetic Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).
perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan. c. Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipordemia. d. Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia). e. Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal. f. Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi. g. Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pemasuka n h. Sebagai indikator untuk menentukan volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media. Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. 2007. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC. Arisman. 2008. Keracunan Makanan:Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta Boswick, J. 1997. Perawatan Gawat Darurat. EGC. Jakarta Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnose Definition & Clasification, 2012-2014. Oxford. Wiley-Blackwell Nurarif, H.N & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing. Yogyakarta. Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta