LP KF4 - Elisa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STASE NIFAS & MENYUSUI



Disusun Oleh : ELISA 225491517060



UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN 2022



A. Identifikasi Teori Nifas 1.



Pengertian Nifas Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta



dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020). Menurut Kemenkes R.I (2018) masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah persalinan selesai berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa dimana keluarnya darah dari jalan lahir setelah melahirkan, yang lamanya berkisar 40-60 hari. Masa ini dialami wanita dari beberapa jam setelah melahirkan bayi dan plasenta, hingga kirakira 6 minggu setelah melahirkan dan alat-alat kandungan kembali normal seperti keadaan sebelum hamil. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Menurut Indriyani (2013), Masa nifas adalah masa pemulihan dari setelah persalinan dan selesai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan prahamil yang lamanya berkisar sekitar 6-8 minggu. Waktu pemulihan yang diperlukan pada masa nifas untuk bisa sehat sempurna bisa memakan waktu berminggu-minggu, 8 bulanan, hingga tahunan, terutama jika saat hamil atau persalinan mengalami komplikasi. 2.



Tahapan Masa Nifas Menurut Wulandari (2020) ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita



selama masa nifas, yaitu sebagai berikut : a.



Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan



b.



Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu



c.



Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa berminggu-minggu, bulan dan tahun. Menurut Kemenkes R.I tahun 2018 pembagian tahapan nifas di bagi



menjadi: a.



Immediate postpartum, Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, fase ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pada fase ini bidan perlu melakukan pemantauan secara rutin yang meliputi kontraksi uterus, pengeluaran lochea, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.



b.



Early postpartum (>24 jam – 1 minggu), pada fase ini bidan memastikan involusi uteri berjalan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapat asupan makanan dan cairan yang cukup sehingga dapat menyusui dengan baik.



c.



Late postpartum, Bidan melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling pemeriksaan KB.



d.



Remote puerperium, fase ini merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.



3.



Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum



Menurut Sutanto (2019) : a.



Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua) 1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya. 2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain. 3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya. 4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan. 5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal. 6) Nafsu



makan



ibu



biasanya



bertambah



sehingga



membutuhkan



peningkatan nutrisi. 7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.



b.



Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10) 1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues). 2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung jawab akan bayinya. 3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh. 4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok. 5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. 6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya. 6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya. 7) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.



c.



Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas) 1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga. 2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi



4.



Perubahan Fisiologis Masa Nifas Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan



kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain Risa & Rika (2014) : a.



Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).



b.



Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya: 1) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. 2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. 3) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14. 4) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.



c.



Perubahan Vagina



Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. d.



Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.



e.



Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.



f.



Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.



g.



Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.



h.



Perubahan Sistem Kardiovaskuler



Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum. i.



Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain: 1) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium. 2) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum. 3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum. 4) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.



5.



Kebutuhan Masa Post Partum



a.



Nutrisi dan Cairan



Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai berikut: 1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari 2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin 3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas) 4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan 5) Kapsul Vit. A 200.000 unit b.



Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini: 1) Ibu merasa lebih sehat 2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik. 3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya. 4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri



c.



Eliminasi Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum: Berkurangnya tekanan intra abdominal. 1) Otot-otot perut masih lemah. 2) Edema dan uretra 3) Dinding kandung kemih kurang sensiti!



4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.



d.



Kebersihan diri Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum 2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air dari depan ke belakang 3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari 4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin 5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut (Elisabeth Siwi Walyani, 2017).



6.



Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas



a.



Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)



b.



Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.



c.



Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan



d.



Pembengkakan pada wajah dan tangan



e.



Deman muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang memerah panas dan/atau sakit.



f.



Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan



g.



Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.



h.



Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.



i.



Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng & Hartati, 2018).



B. Perawatan Ibu Nifas/Safety Care Postpartum 1.



Tujuan Perawatan Nifas Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang



dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019) a.



Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.



b.



Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.



c.



Melaksanakan skrining secara komprehensif Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.



d.



Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.



Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui). e.



Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara 1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering 2) Menggunakan BH yang menyokong payudara. 3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting susu yang tidak lecet. 4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.



2.



Kunjungan Masa Nifas Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada



masa nifas yaitu: a.



Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, pemberian kapsul Vitamin A, minum tablet tambah darah setiap hari, pelayanan KB pasca persalinan.



b.



Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dari pelayanan KB pasca persalinan.



c.



Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8 sampai ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 2.



d.



Kunjungan nifas keempat (KF 4) Pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai



hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3 yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah seriap hari, dan KB Persalinan. Asuhan yang diberikan pada masa nifas menurut (Kemenkes R.I, 2020), yaitu: a.



Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.



b.



Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.



c.



Pemeriksaan lochea dan perdarahan.



d.



Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.



e.



Pemeriksaan kontraksi rahim, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih.



f.



Pemeriksaan payudara anjuran pemberian ASI Ekslusif.



g.



Pemberian kapsul Vitamin A.



h.



Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan dan Konseling.



3.



Komplementer Masa Nifas Setelah proses persalinan, ibu memasuki masa nifas yang lamanya lebih



kurang 40 hari. Selama masa ini, tubuh menjalani proses pemulihan seperti kembalinya ukuran rahim seperti semula, keluarnya cairan dari vagina serta kelelahan setelah proses persalinan yang panjang. Beberapa ibu mungkin juga mengalami stres dan emosi yang naik turun (postpartum depression) berkaitan dengan perubahan hormon setelah melahirkan. Selama masa nifas terdapat beberapa terapi komplementer seperti pemijatan, aromaterapi, dan herbal. a. Pemijatan selama masa nifas Pemijatan setelah melahirkan dapat memberikan beberapa manfaat dan efektif membantu pemulihan ibu dalam masa nifas. Beberapa manfaat tersebut antara lain meredakan beberapa titik kelelaan pada tubuh, melepaskan



ketegangan



otot,



memperbaiki



peredaran



darah,



dan



meningkatkan pergerakan sendi serta peremajaan tubuh. Jika ibu menjalani operasi ceasar, sebaiknya tunggu hingga luka bekas operasi sembuh. Pemijatan biasanya dilakukan dari telapak kaki, paha, bagian pantat,



punggung, sampai panggul. Tujuannya untuk menghindari kelelahan fisik pada bagain-bagian tersebut baik karena melahirkan maupun menyusui. Tambahan minyak pijat dapat memberikan perasaan rileks b.



Manfaat pijat pada masa nifas 1) Proses persalinan dapat meregangkan tubuh ibu, terutama bagian perut, punggung, dan panggul. Pemijatan lembut, selain meredakan beberapa titik nyeri dan melepaskan tegangan pada otot, juga dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen ke dalam otot. Selain itu dapat meredakan nyeri atau pegal-pegal pada tubuh. 2) Gerakan meremas, mengusap, dan tekanan saat pijat dapat membantu pengencangan bagian perut dan membantu pemulihan tubuh. 3) Membantu pelepasa hormon endorfin di otak ynag merupakan mereda nyeri alami. 4) Membantu melepaskan hormon oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI dan memudahkan proses menyusui. Pijatan pad payudara akan membantu membuka saluran kelenjar susu yang tersumbat, sehingga mengurangi resiko radang kelenjar pada payudara (mastitis).



c.



Tahap-Tahap Pemijatan pada Masa Nifas 1) Teknik pemijatan yang digunakan harus sederhana dan menyenangkan. Pemijatan menggunakan telapak tangan dengan gerakan terarah, dimulai dari arah belakang ke arah depan, dan kemudian memutar dengan searah jarum jam. 2) Pemijatan dimulai dari punggung bagian bawah dan atas kemudian ke arah bahu, dan diulangi beberapa kali. 3) Pada pemijatan bagian kaki dan paha, cara yang sama di atas dapat digunakan. Bagian ini merupakan salah satu yang membutuhkan perhatian ekstra karena biasanya paling tegang dan kaku. 4) Pada bagian akhir pemijatan dilakukan pengurutan (pengusapan) menggunakan minyak esensial secara menyeluruh untuk memberi kenyamanan. 5) Pemijatan pada bagian wajah dengan lembut dan menyeluruh juga bisa ditambahkan agar ibu lebih rileks dan wajahnya menjadi segar.



C. Hasil Penelitian Terkait Nifas Judul riset, Peneliti dan tahun Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kunjungan Nifas Pada Masa Pandemi Covid19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh



Link Jurnal



Metode penelitian



Rekomendasi penelitian



http:// www.jurnal.uui. ac.id/ index.php/ JHTM/article/ view/1953



Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu nifas yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kopelma Darussalam sebanyak 38 orang, sampel penelitian ini diambil secara total populasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan pengumpulan data secara membagikan kuesioner yang telah dilaksanakan tanggal 11 sampai dengan 16 Desember 2021. Analisis data secara univariat dan bivariat.



Hasil penelitian diperoleh variabel pengetahuan (p value=0.001, OR=6.000) dan sikap (p value=0.0001, OR=62.000). Kesimpulan ada pengaruh pengetahuan dan sikap ibu terhadap kunjungan nifas pada masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh. Saran diharapkan pada petugas kesehatan dan ibu nifas agar dapat tetap melakukan kunjungan nifas dengan mematuhi protokol kesehatan.



http:// jkp.poltekkesmataram.ac.id/ index.php/ home/article/ view/193



Desain penelitian yang digunakan Quasi Eksperimen dengan rancangan one group pre and post test design. Sampling yang digunakan proportional random sampling. Jumlah responden penelitian sebanyak 30 responden.



Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test diperoleh p value = 0,000 atau p < α=0,05 yang berarti H0 ditolak H1 diterima atau ada pengaruh yang signifikan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum Primipara di wilayah kerja Puskesmas se - Kota Mataram. Kesimpulan. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum



Faradilla Safitri, Fauziah Andika, Nuzulul Rahmi, Asmaul Husna 2022



Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum Primipara Ridawati Sulaeman, Putu Lina, Mas'adah Mas'adah, Dewi Purnamawati 2019



primipara. Diharapkan sebagai masukan ilmu untuk dapat diterapkan menjadi bagian dari intervensi pijat oksitosin bagi petugas kesehatan maupun masyarakat untuk pengeluaran ASI. Pengaruh Pijat Oketani Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Postpartum



http:// ejournal.stikesab durahman.ac.id/ index.php/jkab/ article/view/129



Dengan menggunakan metode studi literatur maka dilakukan analisis terhadap hasil penelusuran jurnal (e-journal) dan artikel dengan tinjauan teori yang ada (e-book) jurnal yang telah di review yaitu sebanyak 6 jurnal 5 dari nasional 1 dari internasional.



Penelitian ini mengungkapkan bahwa pijat oketani merupakan salah satu cara untuk menstimulasi otot pektoralis payudara yang menjadikan payudara elastis dan lentur sehingga produksi ASI menjadi lebih banyak. Pijat oketani paling efektif dilakukan 25 kali perhari dengan intensitas pijat oketani secara rutin selama 3 hari karena pada tiga hari pertama postpartum ASI belum keluar disebabkan kurangnya rangsangan hormon prolactin dan oksitosin. pijat oketani lebih efektif meningkatkan produksi ASI jika dibandingkan dengan pijat marmet dan pijat oksitosin dilihat dari rata ASI yang diperoleh paling banyak ialah hasil dari pijat oketani. Hasil penelitian ini merekomendasikan pijat oketani sebagai salah satu cara untuk meningkat produksi ASI.



http:// jurnal.umsb.ac.i d/index.php/ menarailmu/ article/view/ 1624



Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain kuasi eksperimen post test dengan menggunakan kelompok perlakuan. Sampel



Hasil yang didapatkan p= 0,000 yang berate adanya pengaruh pijat punggung yang dilakukan suami terhadap percepatan pengeluaran ASI. Pada kelompok kasus percepatan pengeluaran ASI hari I dan hari II



Tiara Fatrin 2021



Pengaruh Pijat Punggung Yang Dilakukan Oleh Suami Terhadap Percepatan Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum Hari I Dan Ke II Di



Puskesmas Sebrang Padang Rina Julianti, Yulia Susanti 2019



Pengaruh Pijat Postpartum Terhadap Involusio Uteri Dan Pengeluaran Lochia Rubra S Sriwidyastuti 2021



https:// jurnal.umpp.ac.i d/index.php/ jik/article/ view/543



pada penelitian ini adalah ibu post partum hari I dan II di Puskesmas Sebrang Padang sebanyak 20 responden. Analisa data menggunakan uji Mann-Whitney Test.



sebesar 30% dan 70% sedangkan pada kelompok kontrol percepatan pengeluaran ASI hari I dan II adalah tidak ada dan 30%. Jadi dapat disimpulkan pengaruh pijat punggung yang dilakukan suami dengan percepatan pengeluaran ASI pada ibu post partum hari I dan II, sehingga diperlukan sosialisasi, pletihan, dukungan serta program manajemen laktasi dalam kunjungan masa nifas tentang pijat punggung yang seharusnya bisa dibantu oleh suami untuk mempercepat pengeluaran ASI.



Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan post test only design with control group. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai tanggal 11 januari - 11 maret 2019 di 3 puskesmas wilayah kabupaten bone. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling, sampelnya sebanyak 40 orang diantaranya 20 kelompok intervensi (pijat postpartum) dan 20 kelompok kontrol. Data di analisis menggunakan Uji Independent T test dan Uji Mann



Hasil penelitianini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pijat postpartum terhadap involusio uteri yang diperoleh nilai p = 0,000 (a