6 0 294 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PLASENTA PREVIA
Disusun Oleh: PUTU EPRILIANI P07120214010 DIV KEPERAWATAN TINGKAT 3 SEMESTER VI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian /seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri).(Yuni Kusmiyati dkk, 2009, Perawatan Ibu Hamil, hal. 158-159. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostrium uteri interernum. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memumngkinkan plasenta yang berimplamentasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa menubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam massa antenatal maupun dalam massa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal ( ilmu kebidanan hal ; 495 ) 2. Penyebab/faktor predisposisi Sumber perdarahannya adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau robekan sinus
marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uteus untuk berkontraksi menghentikan prdarahan itu tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta , makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai. (Sarwono,2005). Penyebab blastokista berimplementasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak menandai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainnya berperen dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikan insiden dua sampai tiga kali. Hipoksemia akibat karbon mono – oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. ( ilmu kebidanan hal ; 496 ) 3. Patofisiologi Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ke – 3 dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua blasis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplementasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar ( effacement ) dan membuka ( dilatation ) ada bagian tampak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi ini akan terjadi perdarahan yang berasal darisirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahn pada plasenta previa betapun pasti akan terjadi ( unavoidable bleeding ). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhentikarena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plaasenta pada mana pendarahan akan berlangsung lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain ( causeess ). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri ( painless ). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau pendarahan berikutnya. Untuk berjaga – jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tatapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atras. Berhubungan tempat pendarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplsenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi kogulopati pada plasenta previa. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya bedah sesar, segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna ( retentio placentae ), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik ( ilmu kebidanan hal ; 496 – 497 )
Pathway
Placenta previa Seksio Cesarea Post Operasi sc
Post Ansestasi Spinal Penurunan saraf ekstermitas Kelumpuhan Cemas
Penurunan saraf otonom
Luka Post Operasi Jaringan terputus
Jaringan terbuka
Merangsa ng area sensorik motorik
Proteksi kurang
Nyeri
Invasi bakteri Resti infeksi
Nifas Uterus
Laktasi
Kontraksi uterus
Adekuat
Progesteron dan esterogen menurun Prolaktin meningkat
Tidak Adekuat
Pengelupas an desidua
Pertumbuhan kelenjar susu terangsang
Atonia uretri Perdarahan
Lochea
Hipovolemi k
Isapan bayi
Anemi
Kekurang an volume cairan
Metabolisme anaerob Asam laktat meningkat
Nekrose
Perubahan psikologis Penambah an anggota baru Kebutuhan meningkat
Oksitosin meningkat
HbO2 menurun
Suplai O2 ke jaringan menurun
Psikologis (Taking in, taking hold, taking go)
Ejeksi ASI
Adekuat ASI keluar Efektif laktasi
Tidak adekuat ASI tidak keluar Inefektif laktasi
Kelelahan
23
4. Klasifikasi Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu : 1.
Marginal placenta previa Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2.
Incomplete / Parsial placenta previa Menyiratkan penutupan tak sempurna
3.
Total / Complete placenta previa Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi
4.
Implantasi rendah / low-lying implantasi Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah tapi jauh dari tulang
Gambar 2. Kalsifikasi Placenta previa 5. Gejala Klinis Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trismester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu
sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada tiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta. Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang. 6. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang a. Ultrasonografi Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
b. Pemeriksaan Dalam Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
c. Pemeriksaan Darah Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
d. Sinar X Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagianbagian tubuh janin.
e. Vaginal Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
7. Penatalaksanaan Medis 1) Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat pemberian terapi ekspektatif : a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. b. Belum ada tanda-tanda in partu. c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal) d. Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontriksi : -
MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
-
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
-
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2
jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang. 2) Terapi aktif (tindakan segera) Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif
tanpa memandang maturitas janin. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
-
Infus
/
tranfusi
telah
terpasang, kamar dan tim operasi telah siap -
Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
-
Janin telah meninggal atau terdapat
anomali
kongenital
mayor
(misal
:
anensefali) -
Perdarahan
dengan
bagian
terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar) Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah : 1. Seksio Cesaria (SC) Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan SC antara lain : -
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
-
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu Lakukan
perawatan
lanjut
pascabedah
termasuk
pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin. Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup. Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk
menekan
placentadan
seringkali
menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal. 1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat meletaknya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok. 2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari terjadi plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miomertium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta aktera terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea tiga kali. 3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun pada waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasanngan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. 4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya. 5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesias untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi. 6. Komplokasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa rawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pascapersalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) 15,9%.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan a.
Pengumpulan data
1) a)
Anamnesa Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll. b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa -
nyeri,
berulang Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/
-
manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
c) -
kecilnya
robekan
pembuluh
darah
dan placenta. Inspeksi Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau
sedikit. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia. d) Palpasi abdomen Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. Sering dijumpai kesalahan letak Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Obstetri Memberikan
imformasi
yang
penting
kehamilan
sebelumnyaagar perawat
menentukan
kemungkinan
masalah
mengenai dapat pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi: -
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
-
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan. Komplikasi pada bayi Rencana menyusui bayi b) Riwayat mensturasi Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan. c)
Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t a u keduanya. Riwayat
kontrasepsi
yang
lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin. d) Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma
pada
dokumentasikan
persalinan
sebelumnya
harus
di
3)
Pemeriksaan fisik a) Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: (1) Rambut dan kulit Terjadi peningkatan
pigmentasi
pada
areola,
-
putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah
(2) (3) (4) (5) (6) (7) -
abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah Mata : pucat, anemis Hidung Gigi dan mulut Leher Buah dada / payudara Peningkatan pigmentasi areola putting susu Bertambahnya ukuran dan noduler Jantung dan paru Volume darah meningkat Peningkatan frekuensi nadi Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik
dan pembulu darah pulmonal. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas. Diafragma meningga. Perubahan pernapasan (8) (9) -
abdomen
menjadi
pernapasan dada. Abdomen Menentukan letak janin Menentukan tinggi fundus uteri Vagina Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick) Hipertropi epithelium (10) System musculoskeletal Persendian tulang pinggul yang mengendur Gaya berjalan yang canggung
b)
Terjadi
pemisahan
otot
rectum
abdominalis
dinamakan dengan diastasis rectal Khusus (1) Tinggi fundus uteri (2) Posisi dan persentasi janin (3) Panggul dan janin lahir
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a) Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan b) Kekurangan volume cairan b.d syok hipovolemik c) Resiko infeksi b.d insisi luka operasi d) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan 3. Rencana Asuhan Keperawatan
NO 1.
DIANGOSA KEPERAWATAN Nyeri Definisi : Sensori
yang
menyenangkan pengalaman
tidak
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
NOC :
NIC :
Pain Level, Pain control, Comfort level
dan Kriteria Hasil : emosional Mampu
Pain Management
Lakukan
peng
nyeri mengontrol
komprehensif
yang muncul secara aktual
nyeri (tahu penyebab
atau potensial kerusakan
termasuk
nyeri,
jaringan
karakteristik,
menggunakan
atau
menggambarkan
adanya
mampu tehnik
frekuensi, kualit
nonfarmakologi untuk
faktor presipitas Observasi
kerusakan (Asosiasi Studi
mengurangi
Nyeri
mencari bantuan) Melaporkan bahwa
Internasional):
serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari
nyeri,
nyeri berkurang dengan
nonverbal
ketidaknyamana Gunakan
ringan sampai berat yang
menggunakan
komunikasi tera
dapat diantisipasi dengan
manajemen nyeri Mampu mengenali
untuk
nyeri (skala, intensitas,
pasien Kaji kultur
akhir
yang
diprediksi durasi
dapat
dan
kurang
dengan dari
frekuensi
6
bulan.
Batasan karakteristik : o Laporan verbal
secara atau
verbal o Fakta
non
dan
nyeri) Menyatakan
tanda
pengalaman
mempengaruhi rasa
nyaman setelah nyeri
nyeri Evaluasi penga
berkurang Tanda vital
nyeri masa lamp Evaluasi be
dalam
rentang normal
pasien
ketidakefektifan
observasi o Posisi antalgic nyeri o Gerakan melindungi o Tingkah
kontrol
laku
mempengaruhi
seperti suhu ru pencahayaan
gerakan
menyeringai) o Terfokus pada diri
kebisingan Kurangi
presipitasi nyeri Pilih dan la
sendiri o Fokus menyempit
penanganan (farmakologi,
(penurunan persepsi
waktu,
kerusakan
proses
menemukan duk Kontrol lingk yang
sayu,
kacau,
berpikir,
lampau Bantu pasien mencari
tampak capek, sulit atau
nyeri
keluarga
berhati-hati o Muka topeng o Gangguan tidur (mata
dan
kesehatan lain t
dari
untuk menghindari
meng
farmakologi dan
personal) Kaji tipe dan s nyeri
penurunan interaksi
dengan
orang lingkungan) o Tingkah
menentukan inte Ajarkan t
dan
teknik
laku
farmakologi Berikan an
distraksi, contoh :
untuk
meng
jalan-jalan,
nyeri Evaluasi
keefe
kontrol nyeri Tingkatkan istira Kolaborasikan d
menemui
orang
lain
dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) o Respon autonom
dokter
keluhan dan tin
(seperti
diaphoresis,
jika
nyeri tidak berha Monitor pener
perubahan tekanan
pasien
darah,
perubahan
nafas,
nadi
manajemen nyer Analgesic
Administration Tentukan
dan
dilatasi pupil) o Perubahan autonomic tonus
dan
ke kaku) o Tingkah
merintih,
menangis, waspada,
nafsu makan dan
dosis, dan frekue Cek riwayat aler Pilih analgesik kombinasi analgesik
panjang/berkeluh dalam
jenis
diperlukan
iritabel,
nafas kesah) o Perubahan
pem
obat Cek instruksi tentang
laku
ekspresif (contoh :
derajat
sebelum
dalam
rentang dari lemah
gelisah,
karakteristik, ku
dalam otot
(mungkin
t
pemberian lebi
satu Tentukan
p
minum o Faktor
analgesik yang
tipe
berhubungan : o Agen injuri (biologi,
kimia,
dan
terg
nyeri Tentukan
be
ana
pilihan,
fisik, psikologis
pemberian, dan
optimal Pilih rute pem secara IV, IM pengobatan
secara teratur Monitor vital
sebelum dan se pemberian
ana
pertama kali Berikan ana
tepat waktu ter
saat nyeri Evaluasi
efek
analgesik, tand
gejala (efek sam 2.
Defisit Volume Cairan Definisi
:
cairan
Penurunan intravaskuler, NOC:
dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan interstisial,
cairan dengan pengeluaran sodium
NIC :
Fluid management Fluid balance Hydration Timbang popok/pe Nutritional Status : Food and jika diperlukan Fluid Intake Pertahankan
Mempertahankan urine output Batasan Karakteristik : -
intake dan output
Kriteria Hasil :
Kelemahan Haus Penurunan
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu
akurat Monitor status
( kelembaban me mukosa, nadi tekanan
ad
turgor -
-
kulit/lidah Membran
tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor
ortostatik
kulit
kering Peningkatan
mukosa lembab, tidak ada
cairan (BUN , H
rasa haus yang berlebihan
osmolalitas urin ) Monitor vital sign Monitor m
nadi,
penurunan tekanan
baik,
membran
sesuai
hitung
volume/tekanan nadi Pengisian vena
-
menurun Perubahan
-
status mental Konsentrasi
-
urine meningkat Temperatur tubuh
-
meningkat Hematokrit
-
meninggi Kehilangan berat
badan
seketika (kecuali
pada
third spacing) Faktor-faktor yang
-
berhubungan: Kehilangan volume
-
cairan
secara aktif Kegagalan mekanisme
dengan
makanan / caira
darah,
penurunan
-
diperlukan Monitor hasil lAb
mukosa/kulit
denyut
-
),
intake
harian Kolaborasi
cairan IV Monitor status nutr Berikan cairan Berikan diuretik
interuksi Berikan cairan IV
suhu ruangan Dorong masukan o Berikan pengg
nesogatrik sesuai o Dorong keluarga
membantu pasien m Tawarkan snack
buah, buah segar ) Kolaborasi dokte tanda
cairan
pem
b
muncul meburuk Atur kemun
tranfusi Persiapan untuk tra
pengaturan
3.
Resiko infeksi Definisi
:
NOC : Peningkatan
resiko
masuknya
organisme patogen Faktor-faktor resiko : -
Immune Status Knowledge :
control Risk control
pengetahuan
gejala infeksi Mendeskripsikan
dan
mempengaruhi
penularan
paparan
infeksi Jumlah leukosit dalam batas
normal Menunjukkan
amnion Agen farmasi (imunosupresan ) Malnutrisi Peningkatan paparan
isolasi Batasi
bila perlu Instruksikan
hidup sehat
pengu
pengunjung
mencuci tangan
penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
lingkungan Ruptur
Bersihkan lingk lain Pertahankan
serta
peningkatan
membran
-
proses
penularan penyakit, factor yang
(K
setelah dipakai
Klien bebas dari tanda dan
jaringan
-
paparan patogen Trauma Kerusakan
Control
Infection infeksi)
Prosedur Infasif Ketidakcukupan
menghindari
-
Infection
Kriteria Hasil :
untuk
-
NIC :
berkunjung setelah
berku
meninggalkan p Gunakan antimikrobia
perilaku
cuci tangan Cuci tangan
sebelum dan se
tindakan kperaw Gunakan baju, tangan
sebaga
pelindung Pertahankan
lingkungan
lingkungan selama
-
patogen Imonusupresi Ketidakadekuat
-
an imum buatan Tidak adekuat
a
pemas
alat Ganti letak IV
dan line centra dressing
pertahanan
dengan
sekunder
umum Gunakan
(penurunan Hb,
-
Leukopenia,
intermiten
penekanan
menurunkan
respon
kandung kencing Tingktkan
nutrisi Berikan
antibiotik bila pe Infection Pro
inflamasi) Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer
(kulit
tidak
utuh,
trauma
jaringan,
(proteksi
te
infeksi) Monitor
tanda
penurunan kerja
gejala infeksi si
silia,
cairan
tubuh
statis,
dan lokal Monitor
granulosit, WBC Monitor kere
terhadap infeksi Batasi pengunju Saring pengu
perubahan sekresi
pH,
perubahan -
pe
peristaltik) Penyakit kronik
terhadap
pe
menular Partahankan aspesis pada
yang beresiko Pertahankan
isolasi k/p Berikan pera kuliat
epidema Inspeksi membran terhadap
pada
kulit
m
keme
panas, drainase Ispeksi kondisi
insisi bedah Dorong mas
nutrisi yang cuk Dorong ma
cairan Dorong istirahat Instruksikan untuk
m
antibiotik sesuai Ajarkan pasien keluarga
tanda
gejala infeksi Ajarkan
menghindari inf Laporkan kecu
infeksi Laporkan positif
4.
Ansietas
NOC :
Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas
dari
ketidaknyamanan
atau
ketakutan yang disertai
tidak spesifik atau tidak perasaan
Anxiety
Anxiety control Coping
keprihatinan
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan
terhadap bahaya. Sinyal
mengontol cemas Vital sign dalam
normal Postur
akan
ancaman datang
yang dan
tubuh,
Gunakan pend
yang menenangk Nyatakan denga harapan
batas
ekspresi
te
pelaku pasien Jelaskan
prosedur dan ap
dan
menunjukkan tehnik untuk
adanya
disebabkan dari antisipasi ini merupakan peringatan
Red
(penurunan kecemasan)
Kriteria Hasil :
respon autonom (sumner diketahui oleh individu);
NIC :
dirasakan
prosedur Temani pasien memberikan keamanan
s
memungkinkan
individu
wajah, bahasa tubuh dan
mengurangi taku Berikan inf
untuk mengambil langkah
tingkat
untuk menyetujui terhadap
menunjukkan berkurangnya
faktual
tindakan
kecemasan
diagnosis,
tin
prognosis Dorong
ke
untuk meneman Lakukan back
rub Dengarkan
penuh perhatian Identifikasi t
kecemasan Bantu
Ditandai dengan
Gelisah Insomnia Resah Ketakutan Sedih Fokus pada diri Kekhawatiran Cemas
aktivitas
me
d
mengenal situas menimbulkan
kecemasan Dorong pasien
mengungkapkan perasaan,
keta
persepsi Instruksikan menggunakan
relaksasi Berikan obat mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA Dochterman, Joanne McCloskey.et al. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition. Missouri : Mosby. Elsevier Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses Definition and Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC Moorhead, Sue.et al. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri : Mosby. Elsevier Nurarif, A H dan Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Jil 2. Ed. Revisi. Media Action Publishing. Yogyakarta. Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006. Jakarta: Prima Medika Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
LEMBAR PENGESAHAN Denpasar,
Maret 2017
Mengetahui, Pembimbing CI
Mahasiswa
(......................................................)
(Putu Epriliani)
NIP.
NIM. P07120214010
Mengetahui, Pembimbing CT
(..................................................................................) NIP.