LP Pre, Intra Dan Post Operasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN “PRE, INTRA DAN POST OPERASI”



DI SUSUN OLEH: ARVELLA FATHARANI (1035221008)



PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA TAHUN AJARAN 2023



1. Tindakan Operasi Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan dengan menggunakan prosedur invasive, dengan tahapan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang ditangani. Pembukaan bagian tubuh yang dilakukan tindakan pembedahan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah yang ditangani tampak, maka akan dilakukan perbaikan dengan penutupan serta panjahitan luka (Sjamsuhidayat & Jong, 2017). Pembedahan dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cacat atau cedera, serta mengobati kondisi yang tidak mungkin disembuhkan dengan tidakan atau obat-obatan sederhana (Potter, P.A, Perry, 2016). Fase Pre Operasi a. Definisi dan Tujuan Perawatan Pre Operasi Pre Operasi merupakan fase dimana ketika ada keputusan untuk dilakukan pembedahan dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi (Ad riana & Jemiati, 2017). Pada tahap awal keperawatan perioperative merupakan keperawatan pre operatif, yang merupakan tahap dimana akan menentukan kesuksesan pada tahap berikutnya dan jika pada tahap ini terjadi keselahan akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Tujuan perawatan pre operasi : 1) Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberikan penyuluhan tentang tindakan anastesi. 2) Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien. 3) Mengetahui akibat tindakan anastesi. 4) Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul. b. Pengkajian Pre Operasi a. Pengkajian umum meliputi: identitas pasien dan persetujuan operasi (informed consent). b. Riwayat kesehatan meliputi: penyakit yang pernah diderita (lama appendikcitis dan jumlah sakit appendicitis ), riwayat alergi, skala nyeri c. Psikososial meliputi: kecemasan, citra diri, pengetahuan, persepsi, dan pemahaman terhadap appendicitis d. Pemeriksaan fisik meliputi: tingkat kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe (terutama pada bagian abdoment) e. Pengkajian diagnostik meliputi: pemeriksaan labarotorium



c. Persiapan Fisik Pre Operasi Persiapan fisik per operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain : 1) Status kesehatan fisik secara umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi identitas pasien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, statu kardiovaskular, pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik. 2) Status nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan, untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami komplikasi paska operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama, salah satunya demam dan penyembuhan luka yang lama sehingga mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. 3) Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal 135-145 mmol/l), kadar kalium serum (normal 3,5-5 mmol/l), dan kadar kreatinin serum (normal 0,70-1,50 mg/dl). 4) Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan adalah pasien dipuasakan, lamanya puasa berkisar antara 7-8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 wib). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindari terjadinya infeksi pasca



pembedahan. Khusus pasien CITO, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT. 5) Pencukuran daerah operasi Pencukuran daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. 6) Personal hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. 7) Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain itu untuk pengosonan isi bladder tindakan katerisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan. d. Pendidikan Kesehatan Pre Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain : 1) Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri pasca operasi dan dapat membantu pasie relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. 2) Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi pasien terutama pasien yang mengalami operasi dengan anastesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi anastesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret.



e. Diagnosa Keperawatan 1) Defisit pengetahuan b.d prosedur / tindakan pembedahan 2) Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan (PPNI 2016) f. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Defisit pengetahuan b.d prosedur / tindakan pembedahan



Ansietas kekhawatiran mengalami kegagalan



Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Hasil Setelah dilakukan Edukasi kesehatan tindakan keperawatan 24 Observasi jam diharapakan tingkat 1) Identifikasi kesiapan dan pengetahuan meningkat kemampuan menerima dengan kriteria hasil : informasi 1) Perilaku sesuai 2) Identifikasi faktor-faktor anjuran yang dapat meningkatkan meningkat dan menurunkan motivasi 2) Pertanyaan perilaku hidup bersih dan tentang masalah sehat yang dihadapi Terapeutik menurun 1) Sediakan materi dan media 3) Persepsi yang pendidikan kesehatan keliru terhadap 2) Jadwalkan pendidikan masalah menurun kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat b.d Setelah dilakukan Reduksi ansietas tindakan keperawatan 24 Observasi jam diharapkan tingkat 1) Identifikasi saat tingkat ansietas menurun dengan ansietas berubah kriteria hasil : 2) Identifikasi kemampuan 1) Pola tidur mengambil keputusan membaik 3) Monitor tanda-tanda ansietas 2) Verbalisasi (verbal dan nonverbal) khawatir akibat Terapeutik kondisi yang 1) Cipatakan suasana dihadapi menurun terapeutik untuk 3) Perilaku gelisah menumbuhkan kepercayaan menurun 2) Temani pasien untuk 4) Perilaku tegang mengurangi kecemasan menurun 3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu



kecemasan Edukasi 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis 3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien 4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 5) Latih teknik relaksasi Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu (PPNI 2018a) (PPNI 2018b) 2. Fase Intra Operasi a. Definisi Fase intra operasi dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan di ruang pemulihan (Recovery Room) atau istilah lainnya adala Post Anesthesia Care Unit (PACU). Pada fase ini ruang lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan intravena catheter, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.. Tim intra operasi : 1) Ahli bedah Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi. 2) Asisten pembedahan Asisten bius, risiden atau perawat, dibawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi. 3) Anasethesologist atau perawat anasthesi Perawat anasthesi memberikan obat-obatan anasthesi dan obat-obatan lain untuk mempertahankan status fisik pasien selama pembedahan. 4) Circulating nurse Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan. Set up ruangan operasi



a) Menjaga kebutuhan alat. b) Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan. c) Posisi pasien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping. d) Memenuhi kebutuhan pasien, memberi dukungan mental, orientasi pasien. Selama pembedahan a) Mengkoordinasikan aktivitas. b) Mengimplementasikan NCP. c) Membantu anasthesi. d) Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter dan lain-lain. 5) Surgical technologist atau nurse scrub Bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan. b. Penyiapan Kamar Keamanan pasien diatur dengan adanya ikat pasien dan penguci meja operasi. Dua faktor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : 1) Lay out pembedahan Ruang harus terletak di luar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiologgy, bagian logistik). Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit, umumnya : a) Kamar terima. b) Ruang untuk peralatan bersih dan kotor. c) Ruang linen bersih. d) Ruang ganti. e) Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat. f) Scrub area. Ruang operasi terdiri dari : a) Stretcher atau meja operasi. b) Lampu operasi. c) Anesthesia station. d) Meja dan standar instrumen. e) Peralatan suction..



f) Sistem komunikasi. 2) Kebersihan dan kesehatan tim pembedahan Sumber utama kontaminasi bakteri → tim pembedahan yang hygiene ↓ dan kesehatan ↓(kulit, rambut, saluran pernafasan). Pencegahan kontaminasi : a) Cuci tangan. b) Memakai handscoon. c) Mandi. d) Perhiasan (-). 3) Pakaian bedah Terdiri : kap, masker, gaun, tutup sepatu, baju ok. Tujuan : menurunkan kontaminasi. 4) Surgical scrub Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh : a) Ahli bedah. b) Semua asisten. c) Scrub nurse. →sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril. Alat-alat : a) Sikat cuci tangan reuable / disposible. b) Anti microbial : betadine. c) Pembersih kuku. Waktu : 5-10 menit → dikeringkan dengan handuk steril. c. Ansthesia Anasthesia (bahasa yunani) → negatif sensation. Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran. Tujuan anasthesia adalah untuk memblok transmisi implus syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot. Pemilihan anasthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan faktor pasien. Perawat perlu mengenal ciri farmakologis terhadap obat anasthesia yang digunakan dan efek terhadap pasien selama dan sesudah pembedahan. 1) Anastesi umum Keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak. Misal : bedah kepala, leher, pasien yang tidak kooperatif. Stadium anastesi : a) Stadium I : Relaksasi Mulai pasien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap.



b) Stadium II : Excitement Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregular dan pergerakan anggota badan tidak teratur. c) Stadium III : Anastesi pembedahan Ditandai



dengan



relaksasi



rahang,



respirasi



teratur,



penurunan



pendengaran dan sensasi nyeri. d) Stadium IV : Bahaya Apnoe, cardiopulmonary arrest, dan kematian. 2) Anastesi lokal atau regional Anastesi lokal atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf menuju dari lokasi khusus. Luas anastesi tergantung : a) Letak aplikasi. b) Volume total anastesi. c) Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat. Penggunaan regional anastesi : a) Kontraindikasi general anastesi. b) Pasien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anastesi. c) Pilihan pasien. Komplikasi : a) Over dosis. b) Teknik pemberian yang salah. c) Sensitifitas pasien terhadap anastesi. Tanda : a) Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio : gelisah, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, mual, muntah, dan peningkatan tekanan darah, nadi dan respirasi. b) Komplikasi local : edema, peradangan, abses, nercrosis, ganggren. d. Pengkajian Di ruang penerimaan perawat sirkulasi : a) Memvalidasi identitas pasien. b) Memvalidasi inform consent. Chart review : a) Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan.



b) Mengkaji dan merencanakan kebutuhan pasien selama dan sesudah operasi. Perawat menanyakan : a) Riwayat alergi, reaksi sebelumnya terhadap anasthesia atau tranfusi darah. b) Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. c) Check pengobatan sebelumnya, therapy, anticoagulasi. d) Check adanya gigi palsu, kontak lens, perhiasan, wigs dan dilepas. e) Kateterisasi. e. Diagnosa Keperawatan 1) Risiko infeksi b.d prosedur invasif, pembedahan. 2) Risiko hipotermi b.d berada diruangan yang dingin. 3) Risiko cedera b.d gangguan persepsi sensori karena anstesi. f. Intervensi Keperawatan Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Keperawatan Hasil Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi prosedur invasif, keperawatan 24 jam Observasi pembedahan diharapkan tingkat infeksi 1) Monitor tanda gejala infeksi menurun dengan kriteria lokal dan sistemik hasil : Terapeutik 1) Demam menurun 1) Batasi jumlah pengunjung 2) Kemerahan 2) Berikan perawatan kulit menurun pada daerah edema 3) Nyeri menurun 3) Cuci tangan sebelum dan 4) Bengkak menurun sesudah konyak dengan 5) Kadar sel darah pasien dan lingkungan putih membaik pasien Edukasi 1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2) Ajarkan cara memeriksa luka 3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu Risiko hipotermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi berada diruangan keperawatan 24 jam Observasi yang dingin diharapkan termoregulasi 1) Monitor suhu tubuh membaik dengan kriteria 2) Identifikasi penyebab hasil : hipotermi 1) Mengigil menurun 3) Monitor tanda dan gejala 2) Pucat menurun akibat hipotermi 3) Suhu tubuh Terapeutik



membaik 4) Suhu membaik



Risiko cedera b.d gangguan persepsi sensori karena anastesi



kulit



Setelah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam diharapakan tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil : 1) Kejadian cedera menurun 2) Luka/lecet menurun 3) Tekanan darah membaik 4) Frekuensi nadi membaik 5) Frekuensi napas membaik 6) Perdarahan menurun



1) Sediakan lingkungan yang hangat 2) Ganti pakaian atau linen yang basah Edukasi 1) Anjurkan makan / minum hangat Pencegahan cedera Observasi 1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera 2) Identfikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera Terapeutik 1) Sediakan pencahayaan yang memadai 2) Pastikan bel muah di jangkau 3) Pastikan barang-baran pribadi mudah di jangkau 4) Gunakan pengamanan tempat tidur 5) Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan 6) Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien Edukasi 1) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga



3. Fase Post Operasi a. Definisi Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Stadium ketiga dan terakhir dari preoperasi adalah bila pasien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR atau PACU. Selama periode post operasi, pasien dirawat oleh perawat di ruang PAR (post anesthesia recovery) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan. b. Pengkajian



Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi dan pengkjian pasien, perawat mereview catatan pasien yang berhubungan dengan riwayat pasien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi. Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik 1) Sistem pernafasan Ketika pasien dimasukan ke PACU, perawat ssegera mengkaji pasien : a) Potensi jalan nafas →meletakan tangan di atas mulut atau hidung. b) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola dan kedalaman), RR < 10x/menit → depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal →gangguan kardiovaskular atau rata-rata metabolisme yang meningkat. c) Auskultasi paru →keadekuatan expansi paru, kesimetrisan. d) Inspeksi : pergerakan dindin dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal → efek anastesi yang berlebihan, obstruksi. 2) Sistem kardiovaskuler a) Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung di kaji tiap 15 menit (4x), 30 menit (4x), 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil. b) Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung →depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi. c) Nadi meningkat →shock, nyeri, hipotermi. d) Kaji sirkulasi perifer (kualitas, denyut, warna, temperatur). 3) Sistem persarafan a) Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran →semua pasien dengan anastesi umum. b) Kaji dengan bedah kepala dan leher →respon pupil, kekuatan otot. Anastesi umum →depresi fungsi motor. 4) Sistem perkemihan a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setiap 6-8jam post anastesi, inhalasi, IV, spinal. Anastesi, infus IV, manipulasi operasi → retensio urine. b) Dower catheter →kaji warna, jumlah urine, output urine