LP SC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN IBU POSTPARTUM DENGAN SC Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas Dosen Pembimbing : Wiwin RR., S.ST., S.Pd., M.Kes.



Disusun oleh : 1. Muhammad Ridwan B P



(P1337420517074)



2. Febrian Cahyo Prabawa



(P1337420517075)



Kelas : ANTASENA 2



PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdullilah tepat pada waktunya yang membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN IBU POSTPARTUM DENGAN SC” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Semoga mkalah sederhyana ini mudah dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadara bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran Dari Bsemua pihak yang bersifat membangun selalu kamin harapkan demi kesempurnaan makalah ini. akhir kata , kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita Amiin.



Magelang, 29 Agustus 2018



penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR…………………………………………………………………3 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..3 BAB 1………………………………………………………………………………….4 PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4 A. Latar Belakang….…………………………..……………………………………4 B. Tujuan……``………………………………………………………….………….4 BAB II…………………………………………………………………………............5 ISI……………………………………………………………………………...……....5 A. Konsep Dasar SC………………………………...………………………………5 1. Pengertian………………………………………………………………………5 2. Etiologi…………………………………………………………………………5 3. Patofisiologi……………………………………………………………………7 4. Pathway……………………………………………...…………………………8 5. Manifestasi Klinis………………………………….………………………….8 6. Komplikasi……………………………………………………………………..9 7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………..……………………9 8. Penatalaksanaan Medis……………………………………….………………10 B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada SC.………………………………………..15 1. Pengkajian Fokus……………………………………….……………….……15 2. Diagnosa Keperawatan………………………………………….……………15 3. Perencanaan Keperawatan………………………..….….……………………17 4. Fokus Evaluasi………………………………………………..………………17 BAB III………………………………………………………….……………………18 PENUTUP……………………………………………………………………………18 A. Kesimpulan……………………………………………………….…………….18 B. Saran…………………………………………………………………………….18 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….……………..19



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesaria ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri atas usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklampsia (Hutabalian , 2011). Berdasarkan data yang ada penyebab langsung kematian pada ibu terdiri dari perdarahan (35%), eklampsi (20%), infeksi (7%) sedangkan untuk penyebab yang tidak diketahui (33%) (PWS KIA Tahun 2007). Dalam keadaan normal 8–10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD (Sarwono, 2008). Makin dikenalnya bedah caesar dan bergesernya pandangan masyarakat akan metode tersebut, juga diikuti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesaria. Di Indonesia sendiri, secara garis besar jumlah dari persalinan caesar di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20–25% dari total persalinan, sedangkan untuk rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30–80% dari total persalinan (Rosyid, 2009). B. Tujuan Agar penulis mampu memahami konsep dasar SC serta mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan SC.



4



BAB II ISI



A. KONSEP DASAR SC 1. Pengertian Sectio caesaria ialah sautu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan sayarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Sarwono, 2009) Section caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahm. Manjoer, 2005) Section caesaria adalah suatu cara melairkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Mochtar. R, 1998) 2. Etiologi



Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan section cesaria adalah rupture uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan insikasi dari janin adalah fetal sitress dan janin besar melebihi 400 gram. Beberapa penyebab section caesaria sebagai berikut : a. CPD (Cjepalo Pelvic Disporpotion) Ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. b. PEB (Pre-Eklampsi Berat) Pre-eklampsi dan eklamps merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah



5



c.



d.



e.



f.



pedarahan dan infeksi pre-eklampsi dan eklapmsi merupakan penyebab kematian maternal dan erinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. KPD (Ketuban Pecah Dini) Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban peah dini ialah hamil aterm diatas 37 minggu sedangkan dibawah 36 minggu. Bayi kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara cesar.Hal ini karena kelairan kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kkelahirian satu bayi. Faktor hambatan jalan lahir Adanya gangguan pad jalan lahir , misalnya jalan lahir yang tidak dapat memungkinkan adanya permukaan, adanya tumor dan ibu sulit bernapas. Kelainan letak janin Kelainan pada letak kepala - Letak kepala tengadah - Presentasi muka - Presentasi dahi Kelainan pada letak sungsang



Jenis-Jenis Caesaria - Sectio Cesaria Transperitonealis profunda Section cesaria transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus, insisi pada bawah Rahim, bisa dengan teknik melintang/memanjang. Keunggulan pada pembedahan ini: a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak b. Bahaya peritonitis tidak banyak c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri di kemudian hari tidak besar. - Sectio cacaria klasik/ sectio cacaria corporal Jenis ini dibuat kepala korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan hanya diselenggarakan apabila adahalangan untuk melakukan section cacaria transperitonalis profunda. Insisi ini memanjang pada segmen atas uteri. - Sectio cacaria ekstra peritoneal Jenis ini dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya interaksi perporal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. - Section cesaria hysteractomi Setelah section cesaria, dilanjutkan dengan hysteractomi dengan indikasi : a. Atonia uteri



6



b. Plasenta accrete c. Mioma uteri d. Infeksi intra uteri berat 3. Patofisiologis SC adalah tindakan untuk melahirkan bayi dengan bera diatas 500 gram dengan sayatan pada dinidng uterus yang masih utuh.Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa, dll. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotic dan perawatan luka dengan prinsip steril.Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebleum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnue yang tidak dapat diatasi dengan mudah.Akibatnya janin bisa mati. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan ketentuan peristaltic usus. Kemudian diserap untuk metabolisme peristaltic juga menurun.Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.Selain itu mortilitas yang menurun juga berakibat padaperubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Manjoer & Prawirohardjo, 2006)



7



4. Pathways



5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis section caesaria menurut Doengoes (2005), antara lain : a. Nyeri akibat ada luka pembedahan b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus



8



d. Aliran lokhea sedang dan bebas berkuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak) e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml f. Emosi labil/ perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru g. Biasanya terpasang kateter urinarius h. Auskultasi bisin usus tidak terdengar/ samar i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah 6. Komplikasi Yang sering terjadi pada ibu SC adalah a. Infeksi puerperial : kenaikan sushu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi :  Ringan  Sedang  Berat b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang cabang arteri uterine ikut terbuka/ terkena atonia uteri c. Komplikasi-komplikasi lainnya, luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi. d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri 7. Pemeriksaan Penunjang a. Elektroensefalogram (EEG) Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang b. Pemindaian CT Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan c. Magneti resonance imaging (MRI) Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT. d. Pemindaian positron emission tomography (PET) Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolic atau aliran darah dalam otak. e. Uji laboratorium - Fungsi lumbal Menganalisis cairan serebrovaskuler - Hitumg darah lengkap Mengevaluasi trombosit dan hematokrit - Panel elektrolit 9



-



Skrining toksisk dari serum dan urin AGD Kadar kalsium darah Kadar natrium darah Kadar magnesium darah



8. Penatalaksanaan Medis a. Perawatan awal § Letakan pasien dalam posisi pemulihan § Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar § Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi § Transfusi jika diperlukan § Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah b. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. c. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : § Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi § Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar § Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. § Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler) § Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi. d. Fungsi gastrointestinal



10



§ Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair § Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul § Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat § Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik



e. Perawatan fungsi kandung kemih § Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam § Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih § Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih. § Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas § Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. f. Pembalutan dan perawatan luka § Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut § Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan § Ganti pembalut dengan cara steril § Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih § Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC g. Jika masih terdapat perdarahan § Lakukan masase uterus § Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin h. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam :



11



§ Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam § Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam § Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam i. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan § Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting § Supositoria



= ketopropen sup 2x/ 24 jam



§ Oral



= tramadol tiap 6 jam atau paracetamol



§ Injeksi perlu



= penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila



j. Obat-obatan lain § Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C k. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan § Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi § Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma. § Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang. § Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis. § Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi § Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat. § Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen § pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.



12



§ Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi. § Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan § Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.Pemberian oksitosin sesuai indikasi.Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole.



13



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SECTIO CAESARIA 1. Pengkajian Fokus a. Pola Managemen dan Persepsi Pengobatan - Keluhan dan seberapa mengerti klien dengan kondisinya ? - Apa yang sudah dilakukan oleh klien untuk mengatasinya ? b. Pola Nutrisi Metabolik - Bagaimana pola makan pada klien SC ? c. Pola Aktivitas Latihan - Bagaimana pola aktivitas klien ? - Apakah klien melakukan aktivitas dibantu/ sendiri ? d. Pola Eliminasi - Bagaimana BAB & BAK klien ? e. Pola Istirahat Tidur - Bagaimana pola tidur klien selama sakit ? f. Pola Hubungan Peran - Bagaimana peran klien memahami tentang SC yang telah dilakukan ? g. Pola Persepsi - Apakah klien mempunyai semangat untuk cepat pulih kembali ? h. Pola Kognitif dan Konsep Diri - Apakah klien memahami tentang SC yang telah dilakukan ? i. Pola Reproduksi Seksualitas - Bagaimana keadaan alat reproduksi klien ? - Berapa anak yang dimiliki klien ? j. Pola Koping Stress - Bagaimana repson klien terhadap kondisinya ? k. Pola Keyakinan Nilai - Apakah klien mempunyai keyakinan bahwa ia akan cepat sembuh dan bisa pulang ke rumah ? - Apakah klien selalu berdoa untuk kesembuhannya ?



2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri Akut (NANDA 00132, hal 469) Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringa actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dipresiksi. Berhubungan dengan : - Agens cedera fisik (post section caesaria) Batasan Karakteristik :



14



-



Ekspresi wajah nyeri Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri Mengekspresikan perilaku



b. Hambatan Mobilitas Fisik (NANDA 00085, hal 232) Definisi :keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Berhubungan dengan : - Ansietas - Intoleransi aktivitas - Nyeri Batasan Karakteristik : - Kesulitan membolak-balik posisi - Keterbatasan rentang gerak - Penurunan waktu reaksi c. Risiko Infeksi (NANDA 00004, hal 405) Definisi : Rentang mengalami invasi multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor Risiko : - Prosedur invasive - Gangguan integritas kulit d. Ansietas (NANDA 00146, hal 343) Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Berhubungan dengan : - Ancaman kematian - Ancaman status terkini - Stressor Batasan karakteristik : Perilaku - Gelisah - Insomnia Afektif -



Berfokus pada diri sendiri Kesedihan yang mendalam Ketakutan



15



Fisiologis -



Gemetar Peningkatan keringat



3. Perencanaan Keperawatan a. Nyeri Akut - Lakukan pengkajian nyeri yang meiputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, beratnya nyeri dan faktor pencetus - Ajarkan teknik relaksasi ditraksi - Dukung pasien istirahat/ tidur yang adekuat untuk menurunkan nyeri - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian obat analgetik b. Hambatan Mobilitas Fisik - Monitor tanda-tanda vital - Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang sudah dirancang - Dorong latihan ROM aktif dan pasif - Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi c. Risiko Infeksi - Monitor tanda-tana vital - Bantu pasien melakukan latihan kaki, miring kanan dan kiri - Dukung pasien dalam pemberian ASI - Berikan obat-obatan seperti antibiotic d. Ansietas - Pahami situasi krisis yang terjadi dari prespektif klien - Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis - Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat - Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi 4. Fokus Evaluasi a. Memapu menjelaskan tentang konsep section caesaria pada ppersalinan serta pendekatan asuhan keperawatan b. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien degan ketuban pecah dini



16



BAB III PENUTUP



Kesimpulan. Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi.Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.



Saran. Dalam menangani kasus seperti ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari penyakit tersebut.



17



DAFTAR PUSTAKA



Ambarwati, E.R. Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Nuha Medika Manuaba, Ida Bagus Gde, 2002. Konsep Obstetri & Ginekologi Sosial Indoneisa Jakarta : EGC Manjoer, 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.Jakarta :EGC Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam. Nurshing Outcome Classification (NOC) edisi keenam. Saifuddin, A. B. 2008. Buku Acuan National Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Varney’s. H. 1997. Varney’s Midwifery.Sudbury Massachusettt, USA. Jones and Barlett Pubishers Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketika. Jakarta : YBP-SP Wiknjosastro, h. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakrta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo



18