LP Selulitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH SISTEM INTEGUMEN : SELULITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAMBAS DI RUANG PENYAKIT DALAM



Di susun oleh : IRWAN 201133033



PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK TAHUN AKADEMIK 2020/2021



VISI DAN MISI



PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK VISI "Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional Tahun 2020"



MISI 1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis  Kompetensi. 2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian. 3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna. 4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel. 5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.



LEMBAR PENGESAHAN Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure). Telah disetujui pada : Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa,



IRWAN NIM. 201133033



Mengetahui, Clinical Teacher



Ns. Gusti Barlia, S.Kep NIP. 197510181998031004



Clinical Instructure



Ns. Sabila S.Kep NIP. 19870419 201101 2 013



BAB I KONSEP DASAR 1. Defenisi Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan. Tempat yang paling sering terkena adalah ekstermitas, tetapi selulitis juga dapat terjadi di kepala, kulit kepala, dan leher. Organisme penyebab selulitis adalah Staphyolococcus aureus, Streptococus grup A, dan Streptococcus pneumonia. Infeksi infasif di sebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B yang sekarang jarang di jumpai karena imunisasi pada masa anak. Pada masa anak yang masih kecil sering kali di laporkan adanya riwayat trauma atau infeksi saluran pernapasan atas atau sinusitis. Tempat infeksi di tandai dengan pembengkakan dengan batas tidak tegas di sertai nyeri tekan dan hangat. Infeksi dapat meluas ke jaringan yang lebih dalam atau menyebar secara sistemik (Cecily, 2009). Selulitis adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri streptococus atau stapilococus atau bakteri lainnya pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan subkutan. Infeksi ini sangat umum terjadi, sebagian besar kasus selulitis mudah untuk sembuh jika di rawat lebih awal, semakin lama mendapat perawatan, semakin kecil kerusakan pada kulit (Padila, 2012). Selulitis merupakan inflamasi kulit (dermis) dan jaringan ikat yang berada di bawahnya disebabkan oleh infeksi. Selulitis biasanya terjadi pada wajah atau ekstermitas karena robekan pada kulit atau karena trauma. Anak sering memiliki riwayat impetigo, folikulitis, otitis media baru-baru ini, atau sinusitis. Infeksi dapat terjadi pada atau dekat luka yang terbuka, gigitan hewan, area infusi intravena atau bahkan di area yang memiliki riwayat trauma baru-baru ini tidak jelas. Selulitis juga dapat di sebabkan oleh abses (Axton, 2013). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Selulitis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh streptococus atau stapilococus atau bakteri lainnya pada lapisan dalam kulit, dermis dan jaringan subkutan.



2. Etiologi A. Invasi bakteri dan jamur, (Padila, 2012) : 1) Di sebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus 2) Pada bayi yang terkena penyakit ini di sebabkan oleh Streptococcus grup 3) Infeksi dari jamur, Aeromonas hydrophila 4) S. Pneumoniae ( Pneumococcus) B. Penyebab lain : 1) Luka di kulit 2) Gigitan serangga 3) Riwayat penyakit pembuluh darah perifer 4) Diabetes mellitus 5) Obesitas 6) Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid 3. Klasifikasi A. Selulitis preseptal B. Selulitis orbita C. Abses subperiosteal D. Abses orbita E. Thrombosis sinus kavernosus 4. Tanda dan Gejala Gejala awal Selulitis di awal dapat berupa : Kemerahan pada daerah yang terkena Selulitis, merasakan nyeri tekan, kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, adanya lepuhan kecil berisi cairan (vesikel), adanya lepuhan besar berisi cairan (bula), ada pula pus, kebanyakan pasien Selulitis juga merasakan demam karena proses inflamasi yang terjadi, dan juga menggigil, malaise, sakit kepala, tekanan darah pasien rendah, juga bisa timbul abses (Padila, 2012).



5. Komplikasi Komplikasi Selulitis yang dapat terjadi pada pasien : Komplikasi dapat berupa gangguan sistemik salah satunya yaitu septicemia, osteomyelitis juga dapat terjadi, artritis septik, meningitis, hilangnya ketajaman pengelihatan, hingga potensi abses otak . 6. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu berupa pemeriksaan darah yang akan didapatkan hasil leukositosis, membiarkan sekret fistel dan uji resistensinya, kultur darah dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telang memang di duga, BUN level dan juga creatinin level (Padila, 2012). 7. Penatalaksaan Medis Penatalaksanaan pada penyakit Selulitis menurut Cecily, 2010 : Anakanak dengan Selulitis dapat di obati dengan antibiotik oral sebagai pasien rawat jalan jika gejalanya terlokalisasi tanpa demam. Bila ada gejala sistemik, anak itu harus di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena (IV). Kompres hangat diberikan di daerah yang terkena Selulitis. Lokasi ini di tinggikan dan di imobilisasi bila mungkin. Asetaminofen di berikan seperlunya untuk mengatasi demam dan nyeri. Selama 24 jam sampai 36 jam pertama setelah pemberian antibiotik, umunya Selulitis akan tampak membaik. Pemberian antibiotik dapat di ganti dari IV menjadi oral bila gejala kemerahan, hangat, dan pembengkakan telah berkurang secara nyata. Total lamanya pemberian antibiotik kira-kira 10 sampai 14 hari. Insisi dan drainase dapat di lakukan jika daerah itu menjadi supuratif.



BAB II WOC (WEB OF CAUTION)



BAB III PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. A. Identitas B. Pengumpulan Data Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain: 1) Data objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. 2) Data subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual. 3) Focus dalam data a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang b. Pola koping sebelumnya dan sekarang c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan e. Resiko untuk masalah potensial f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien C. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1) Riwayat Penyakit Sebelumnya



2) Riwayat Penyakit Keluarga 3) Riwayat Pengobatan D. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a. Kesadaran b. Tanda – tanda vital 2) Body System a. Sistem pernapasan b. Sistem kardiovaskuler c. Sistem Persyarafan d. Sitem Perkemihan e. Sistem Pencernaan f. Sistem integument Pemeriksaan pada siku, kulit, kepala, celah gluteus, jari-jari tangan, jari-jari



kaki, punggung kuku, tungkai atas



dan bawah.



Pemeriksaan ini mencakup : 1) Warna : pucat, eritema, ikterus, cokelat muda. 2) Suhu 3) Kelembaban/kekeringan 4) Tekstur kulit : kasar atau halus 5) Lesi : primer ( bercak, plak, tumor, bulla, bintul, pustula, kista); (sisik, kerak, parut, keloid); dan vaskuler (ptekie, ekimosis) 6) Kondisi rambut : warna, tekstur, distribusi, kerontokan rambut 7) Kondisi kuku : konfigurasi, warna, konsistensi, (clubbing, paronikia) 8) Turgor kulit : adanya edema atau tidak g. Sistem muskuluskeletal h. Sistem endokrin i. Sistem reproduksi j. Sistem penglihatan



2. Masalah Keperawatan A. Nyeri akut D.0077 berhubungan dengan peningkatan permeabilitas jaringan B. Hipertermi D.0130 berhubungan dengan proses penyakit C. Gangguan intergritas kulit D.0129 berhubungan dengan eritema pada kulit 3. Perencanaan dan intervensi Nyeri dengan jaringan



akut



SDKI D.0077



peningkatan



SIKI berhubungan Tingkat nyeri L.08066



SLKI Manajemen Nyeri (I. 08238)



permeabilitas Setelah dilakukan tindakan



1. Observasi



keperawatan , diharapkan masalah



 Observasi tanda-tanda vital



nyeri dan kenyamanan: nyeri akut



 Identifikasi lokasi, karakteristik,



dapat teratasi dengan kriteria hasil:



durasi, frekuensi, kualitas, dan



 Keluhan nyeri menurun



intensitas nyeri.



 Meringis menurun



 Identifikasi skala nyeri



 Sikap protektif menurun



 Identifikasi respons nyeri non



 Gelisah menurun  Kesulitan tidur menurun  Pola napas membaik  Tekanan darah membaik



verbal  Monitor



efek



penggunaan analgesic 2. Terapeutik



samping



 Perilaku membaik



 Berikan teknik nonfarmakologis  Kontrol



lingkungan



yang



memperat rasa nyeri  Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Edukasi  Jelaskan



strategi



meredakan



nyeri  Anjurkan



teknik



nonfarmakologis (teknik napas dalam) 4. Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Hipertermi



D.0130



dengan proses penyakit



berhubungan Termogulasi L.14134 Setelah



dilakukan



Manajemen Hipertermi I.15506 tindakan 1.



keperawatan diharapkan suhu tubuh



Observasi  Identifkasi penyebab hipertermi



tetap berada pada rentang normal



(mis.



dengan kriteria hasil :



lingkungan



dehidrasi



terpapar



panas



penggunaan



1. Menggigil menurun



incubator)  Monitor suhu tubuh



2. Suhu tubuh membaik 3. Suhu kulit membaik



2.



Terapeutik  Sediakan lingkungan yang dingin  Longgarkan atau lepaskan pakaian  Basahi dan kipasi permukaan tubuh  Berikan cairan oral  Ganti linen setiap hari atau lebih sering



jika



mengalami



hiperhidrosis (keringat berlebih) 3.



Edukasi  Anjurkan tirah baring



4.



Kolaborasi  Kolaborasi cairan dan elektrolit



Gangguan intergritas kulit D.0129 Integritas



kulit



dan



berhubungan dengan eritema pada L.14125 kulit



Setelah dilakukan tindakan



intravena, jika perlu jaringan Perawatan integritas kulit (I.11353) 1. Observasi  Indentifikasi



penyebabguan



keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil:  Kerusakan jaringan menurun  Kerusakan lapisan kulit menurun



integritas kulit 2. Terapeutik  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring  Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang  Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare  Gunakan



prodk



berbahan



petroleum atau minyak pada kulit kering  Gunakan



produk



berbahan



ringan /alami dan hipoalergik pada kulit sensitive  Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering 3. Edukasi  Anjurkan



menggunakan



pelembab  Anjurkan



minum



aie



yang



cukup  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur  Anjurkan menghindari terpapar suhu ektremen  Anjurkan menggunsakn tabir surya SPF miniml 30 menit saat berada diluar ruangan  Anjurkan mandi menggunaan sabun secukupnya



4. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Pasien Selulitis merupakan penyakit infeksi yang terjadi di kulit, baik itu dermis maupun jaringan subkutan. Gejala klinis yang muncul dapat berupa gejala akut dan gejala sistemik. Gejala akut yaitu eritema, nyeri, edema, inflamasi supurasi pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan gejala sistemik berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri local. Dalam mengatasi selulitis, selain pengobatan menggunakan antibiotik, juga diperlukan pengobatan komplementer dari bahan tanaman yang sedikit memiliki efek samping. Adapun salah satu tanaman yang berpotensi yaitu Serai. Serai (Cymbopogon citratus) termasuk ke dalam keluarga rerumputan (Poaceae), nama lainnya yaitu Lemongrass karena memiliki aroma seperti jeruk lemon. Serai mengandung minyak esensial seperti α-sitral (geranial) dan β-sitral (neral) telah diisolasi, dikarakterisasi dan dianalisis dari daunnya. Senyawa ini adalah antibakteri aktif. Dalam pengobatan tradisional, tanaman tersebut telah digunakan untuk memerangi infeksi bakteri seperti salah satunya selulitis. Selain itu, kandungan lain pada Serai yaitu CcI, polifenol, tanin, dan flavonoidnya,



terutama



luteolin,



cassiaoccidentalin,



carlinoside



dan



cynaroside, bermanfaat sebagai efek antiinflamasi topikal. Polifenol ini bisa menjadi bahan aktif sebagai agen antiinflamasi yang efektif untuk pengobatan patologi terkait peradangan pada kulit. Citral yang diekstraksi dari Serai dapat menghambat mediator inflamasi dan berfungsi sebagai aditif dalam krim dan salep untuk mengobati peradangan topikal. Citral juga telah dilaporkan dapat menekan tumor necrosis factor (TNF)-α yang diinduksi neutrofil pada konsentrasi 0,1% (Cassia, 2013). Selain itu, Citral dapat menghambat induksi nitric oxide synthase (iNOS), produksi nitric oxide (NO) dan jalur lain yang diinduksi lipopolisakarida (LPS), dan menghambat peradangan jaringan secara oral dan topikal (8090%). (Meidania & Pratiwi, 2020)



DAFTAR PUSTAKA Axton, Sharon.2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Meidania, N., & Pratiwi, J. N. (2020). Potensi Daun Serai sebagai Terapi Komplementer pada Selulitis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(2), 163–170. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.90 Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Penerbit Buku Nuhamedika Pearce, Evelyn C. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Susanto, Made. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jogjakarta : Penerbit Buku Nuhamedika Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id