LP - Syinthia Purnama A - 202311101127 - KARSINOMA SALURAN CERNA (Revisi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KARSINOMA SALURAN CERNA



disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah



Oleh: Syinthia Purnama Asyura, S.Kep NIM 202311101127



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Definisi Karsinoma saluran cerna atau yang biasa disebut dengan kanker yang tumbuh disepanjang saluran cerna mulai dari mulut sampai saluran cerna yaitu dubur. Kanker saluran cerna dibagi menjadi beberapa bagian yaitu esopagus, lambung, pankreas, usus besar. Kanker saluran cerna banyak tumbuh disaluran paling akhir yaitu dua organ termasuk hati dan pankreas. Kanker saluran cerna menimbulkan penyumbatan saluran makanan. Pembahasan berikut meruapakan pembahasan terkait dengan kanker kolorektal atau kanker kolon. Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian kecil akhir dari usus besar sebelum anus) (Kemenkes RI, 2016). Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum (Sayuti dan Nouva, 2019). 1.2 Anatomi Fisiologis



Gambar 1. Anatomi Usus Besar



Saluran cerna terdiri atas kolon, sekum, apendiks, dan rektum yang keseluruhannya memiliki Panjang kurang lebih 5 kaki. Usus besar memiliki fungsi menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mucus, serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah dilakukan di usus halus maka isi yang dialirkan ke kolon hanya residu pencernaan yang tidak dicerna. Kolon menerima 700 sampai 1000 ml cairan usus halus namun hanya 120 sampai 200 ml yang dikeluarkan sebagai feses pada setiap harinya. Kolon yang membentuk sebagian usus besar tidak bergulung seperti usus halus dan terdiri dari tiga bagian besar yaitu kolon asendens, kolon transversum dan kolon desenden. 1.3 Epidemiologi Kanker kolorektal yang merupakan salah satu kanker paling umum diseluruh dunia dengan antara 1 hingga 2 juta kasus baru terdiagnosis pada setiap tahunnya sehingga menjadikan kanker kolorektal sebagai kanker nomer tiga dan nomer 4 penyebab kematian dengan jumalah 700.00 lematian per tahun. Berdasarkan jenis kelamin, kanker kolorektal meruapak kanker nomer 2 pada wanita (9,2%) dan ketiga pada pria (10%). Insiden kanker kolorektal telah mengalami peningkatan lebih dari 200.000 kasus per tahun dari 1990 hingga 2012. Sebagian kasus kanker kolorektal terdeteksi di negara-negara barat (55%), tetapi kecenderungan ini berubah beberapa tahun terakhir. Meski begitu hanya 33% dari kematian yang disebabkan oleh kanker kolorektal di negara-negara barat pada tahun 2010 berkat perbaikan dari sistem kesehatannya dan program skriningnya. Prediksi untuk tahun 2016 yang lalu yaitu terdapat 134.490 kasus baru kanker kolorektal dan 49.190 mengalami kamatian karena kanker kolorektal (Mármol dkk., 2017). Menurut American Cancer Society, karsinoma kolon merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab kematian ketiga terbanyak pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat. Berdasarkan survei GLOBOCAN 2018, insiden kanker kolon diseluruh dunia menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus 1.849.518 (10,2%)



dari semua diagnosis kanker dan menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian yaitu sebanyak 881.000 ditahun 2018. Di Indonesia pada tahun 2018, kanker kolorektal menduduki posisi keempat dengan jumlah kasus 30.017 (8,6%) dari total seluruh kasus kanker di Indonesia (Padang dan Rotty, 2020). 1.4 Etiologi Etiologi kanker kolon bersifat multifaktoral yaitu berupa faktor genetik (mutasi gen) dimana mutasi yang sering ditemukan adalah mutasi pada adenomatous polyposis coli (APC) dan faktor lingkungan yang terdiri dari diet dan kondisi inflamasi pada kolon. Tidak ada penyebab tunggal dari kanker kolorektal. Kanker kolon diawali sebagai polip (pertumbuhan abnormal) yang berkembang menjadi pertumbuhan bersifat kanker. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma colon yaitu : a. Usia (berusia ditas 50 tahun) Menurut ACA (2017), risiko karsinoma kalon berbanding lurus dengan bertambahnya usia sesorang. Proporsi usia dibawah 50 tahun meningkat dari 6% pada tahun 1990 menjadi 11% pada tahun 2013, usia diatas 40 tahun sebanyak 72%. Kanker kolorektal lebih mungkin terjadi pada orang yang berusia diatas 50 tahun. b. Riwayat keluarga Hampir 30% penderita karsinoma kolon memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. 5% disebabkan karena kelainan genetik. Individu dengan riwayat keluarga karsinoma kolon memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki keluarga dengan penyakit ini. riwayat kanker kolorektal dalam keluarga dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini, terutama jika anggota keluarag atau kerabat menderita kanker pada usia muda. c. Riwayat penyakit kanker pribadi



Penyintas kanker kolorektal dapat mengalami kanker kolorektal untuk kedua kalinya. Wanita dengan riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara juga berisiko lebih tinggi terkan kanker kolorektal. d. Mengkonsumsi alkohol Konsumsi alkohol sedang dan berat (1 cm. Teknik ini jika digunakan bersamasama sigmoidoskopi. Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilkaukan dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total, enema barium dengan kontras ganda, CT colonography (Pneumocolon CT) (Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering, Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus). Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes. d. Kolonoskopi Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskop, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara



yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi. 1.9 Penatalaksanaan Medis Terapi primer untuk pengobatan karsinoma kolon adalah dengan pembedahan. Kemoterapi digunakan sebagai terapi tambahan untuk menjaga tumor tidak tumbuh lagi. Kemoterapi digunakan untuk menghilangkan atau menekan pertumbuhan tumor yang ada di hepar. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan sendiri-sendiri atau bersamaan. Terapi kombinasi dapat meningkatkan survival pasien kanker kolon. a. Pembedahan Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Tiga dari empat pasien menjalani operasi karsinoma kolon dan 60% menjalani pengobatan. Intervensi operasi tergantung dari jenis kanker, lokas, stadium dan keadaan umum pasien. Kontraindikasi operasi apabila kondisi fisik umum tidak baik. Jenis operasi yang sering dilakukan adalah operasi radikal, paliatif, dan operasi untuk mengurangi gejala. Tindakan operasi radikal dilakukan dengan prinsip jarak dari tumor minimal 5-10cm bersama-sama lesi , masenterium dan kelenjar limfe regional dilakukan reseksi untuk mencegah penyebaran sel kanker. Tindakan operasi untuk mengurangi gejala dalam bentuk operasi pemintasan dan operasi fistulasi (penghubungan) kolon dilakukan untuk mengatasi ileus, ligasi (pengikatan) arteri iliaka interna yang dapat mengurangi perdarahan kanker rektum. Operasi karsinoma kolon kadang diperlukan tindakan pembentukan kolostomi. Prosedur kolostomi dilakukan dengan membuat lubang dinding perut atau abdomen yang berfungi sebagai tempat untuk mengeluarkan feses.



b. Kemoterapi Kanker kolorektal telah banyak resisten pada hampir sebagian kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas kemoterapi. Kemoterapi digunakan untuk menurunkan metastase dan mengontrol manifestasi



karsinoma kolon.



Pada umumnya digunanakan sebagian terapi adjuvan intra dan paska operasi serta dapat digunakan pada pasien dengan stadium lanjut. Obat-obtan yang sering dipakai adalah fluorourasil (5FU, FT-207, UFT, dll), nitrosourea (CCNU, MeCCNU), dan sekarang xeloda, oksaliplatin, irinoteka, avastin dll. Obat ini secara klinis terbukti berefek terapeutik tertentu terhadap kanker kolorektal stadium lanjut. Formula kombinasi dan tambahan mempunyai efektifitas 46-57% dapat menghambat aktifasi tiroksinkinase yang berefek pada anti tumor c. Radioterapi Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker. Radiasi eksternal (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Radiasi internal (brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Terapi ini digunakan sebelum tindakan operasi yang berguna untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga tumor dapat direseksi. Tujuan dari radioterapi pre, paska, atau intra operasi radikal karsinoma kolorektal bertujuan untuk memperkuat kontrol lokal, mengurangi angka rekuensi lokal dan meningkatkan survival.



BAB 2. CLINICAL PATHWAY Karsinoma Kolon



Ukuran massa dalam lumen Menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya Obstruksi usus halus



Mual atau muntah



Distensi abdomen



Konstipasi



Bunyi usus Nyeri abdomen Feses berbentuk pipih



Nyeri Akut



Nafsu Makan



Defisit Nutrisi



Keletihan



Disfungsi Motilitas Gastrointestinal



BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN



1.1 Pengkajian Keperawatan 1.1.1



Identitas klien Berisi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, suku, alamat, tanggal MRS.



1.1.2



Riwayat kesehatan 1. Diagnosa Medik 2. Keluhan utama Keluhan yang saat pengkajian diinformasikan oleh klien. 3. Riwayat kesehatan sekarang Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala penyakit muncul dna tindakan apa saja yang telah diambil untuk penanganan 4. Riwayat penyakit dahulu Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala penyakit muncul dan tindakan apa saja yang telah diambil untuk penanganan 5. Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga yang memiliki penyakit yang berpotensi menurunkan ke generasi selanjutnya yang berhubungan dengan otak.



1.1.3



Pemeriksaan Fisik Berisi keadaan klien dan tingkat kesadaran klien, keadaan kondisi kepala dan anggota tubuh lainnya.



1.1.4



Pola kebiasaan sehari-hari 1. Pola nutrisi



Berisikan antropometeri, biomedical sign, clinical sign dan diet pattern pada klien. 2. Pola eliminasi Diisi dengan data pola BAK dan BAB selama satu hari berapa intake dan outputnya. 3. Pola aktivitas dan latian Aktifitas kemandirian dan tingkat kebutuhan klien daily living selama masa sebelum MRS dan pada waktu MRS, yang kemudian diikuti dengan status pernafasan, fungsi kardiovaskuler dan terapi oksigen yang diberikan. 4. Pola istirahat dan tidur Gangguan pola tidur dikarenakan nyeri dan pusing pada kepala. 5. Pola persepsi diri Yang berisikan gambaran diri, identitas diri, dan harga diri klien yang menggangu dan tidak stabil akibat penyakit dan keluhankeluhan klien. 6. Pola seksualitas dan reproduksi Klien dengan leukimia akan mengalami gangguan hasrat seksual karena tingkat pengalaman pengobatan. 7. Pola manajemen koping-stress Umumnya akan mengalami depresi akibat keterbatasan dan keluhan yang dideritanya. 1.2 Diagnosa Keperawatan Beberapa diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan karsinoma kolorektal adalah sebagai berikut : 1. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal 2. Nyeri Akut 3. Defisit Nutrisi 4. Konstipasi 5. Keletihan



1.3 Intervensi Keperawatan No. 1



Diagnosa



Tujuan (SLKI)



Intervensi (SIKI)



Disfungsi



Setelah



dilakukan



Motilitas



tindakan



keperawatan (1.03119)



Gastrointest



selama 1x24 jam motilitas Observasi : 1. Identifikasi status gastrointestinal membaik nutrisi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi 1. Nyeri menurun dan intoleransi makanan 2. Mual menurun 3. Identifikasi 3. Muntah menurun makanan yang disukai



inal (D.0021)



Manajemen Nutrisi



Terapeutik : 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet Edukasi : 1. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu 2.



Nyeri Akut



Setelah dilakukan tindakan



(D.0019)



keperawatan selama 1x24 jam kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil :



Manajemen nyeri (I.08238) Observasi : 1. Identifikasi



1. Mengenali nyeri yang terjadi 2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Melaporkan nyeri yang terkontrol



lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik : 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat, guided imaginary)



2. Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi : 1. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



1.4 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien diberi intervensi berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP yaitu : a. S (Subjektif) : bagaimana respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan b. O (Objektif)



: data pasien yang diperoleh dari perawat setelah dilakukan



tindakan keperawatan c. A (Analisis)



: masalah keperawatan pada pasien, apakah sudah teratasi,



belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru d. P (Planning) : rencana intervensi dihentikan , dilanjutkan, ditambah, atau dimodifikasi



DAFTAR PUSTAKA



Kemenkes RI. 2016. Panduan penatalaksanaan kanker kolorektal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 76. Mármol, I., C. Sánchez-de-Diego, A. P. Dieste, E. Cerrada, dan M. J. R. Yoldi. 2017. Colorectal carcinoma: a general overview and future perspectives in colorectal cancer. International Journal of Molecular Sciences. 18(1) Padang, M. S. dan L. Rotty. 2020. Adenokarsinoma kolon: laporan kasus. E-CliniC. 8(2):229–236. Sayuti, M. dan N. Nouva. 2019. Kanker kolorektal. AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh. 5(2):76. Smeltzer, S. C. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.