LP TTN Pada Bayi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBOM Disusun untuk memenuhi PRAKTEK ANAK RUANG BAYI



Disusun oleh Moh Kharis Noval PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK TAHUN AKADEMIK 2019/2020



1



LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan



Nama Mahasiswa. :Moh. Kharis Noval NIM.



: 201914401028



Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada : Hari.



:



Tanggal :



Mahasiswa



Moh Kharis Noval



Mengetahui Kepala ruangan.



2



Pembimbing ruangan



BAB 1 PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newbom (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (60 x/menit) sementara yang terjadi pada bayi waktu lahir umunya cukup bulan dan biasanya ingat serta dapat sembuh sendiri dengan perawatan yang baik. (Stuart and Sunden, 2001). B. ETIOLOOGI Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory distress syndrome tipe Il yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN Iebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya: 1. Lahir secara secar 2. Lahir dani ibu dengan diabetes 3. Lahir dari ibu dengan asma 4. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari panu-paru untuk keluar. Penubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru- paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali. C. PATOFISIOLOGI



3



Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di pan-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.



4



D. TANDA DAN GEJALA 1. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit 2. Napas cuping hidung (nasal flare) 3. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal) 4. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis) 5. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya E. PENATALAKSANAAN Bayi dengan TTN diawasi dengan cemat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan intensif bayi banı lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap.menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula damh bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat. F. KOMPLIKASI Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti 1. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal). 2. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).



5



G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum terbentuknya zat surfaktan dalam tubuh. 2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi. 4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh. H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat surfaktan dalam tubuh. Tujuan: Kriteria hasil: a. Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara nafas yang bersih b. Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada suara nafas abnormal) c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal Intervensi: a. Posisikan pasien semi powler Rasional: Posisi semi powler dapat memaksimalkan ventilasi b. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan Rasional: Suara napas tambahan dapat menjadi sebagai tanda jalan napas yang tidak adekuat c. Monitor respirasi dan status O2,TTV Rasional: Pada sepsis terjadinya gangguan respirasi dan status 02 sering ditemukan yang menyebabkan TTV tidak dalam rentan normal d. Berikan pelembab udara kasa basah Nacl lembab Rasional: Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism e. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural draiage Rasional: Untuk mengeluarkan sekret pada saluran napas untuk menciptakan jalan napas yang paten



6



2. Resiko tinggi gangguan temoregulasi: hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal. Kriteria hasil: a. Suhu 37 °C b. Bayi tidak kedinginan Intervensi dan Rasional: a. Tempatkan bayi pada tempat yang hangat Rasional: Mencegah terjadinya hipotermi b. Atur suhu incubator Rasional: Menjaga kestabilan suhu tubuh c. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam Rasional: Memonitor perkembangan sResiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi Tujuan: Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi Kriteria hasil: a. Klien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat dan metabolismetubuh.



b. Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera. Intervensi a. Berikan cairan IV dengan kandungan glukosa sesuai kebutuhan neonatus. b. Mengidentifikasi factor yang menyebabkan sulit menelan. c. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih cairan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi. 4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh. Kriteria hasil: a. Suhu dalam batas normal b. Perkembangan status klien membaik selama masa terapi Intervensi dan Rasional: a. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi 7



Rasional: Isolasi/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien imunosupresi dan mengurangi risiki kemungkinan infeksi b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril. Rasional: Menugrangi kontaminasi silang c. Dorong sering menggati posisi, napas dalam/batuk Rasional: Bersihan paru yang baik mencegah pneumonia d. Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan Rasioanal: Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism e. Lakukan inspeksi terhadap luka/ sisi alat invasif setiap hari Rasional: Mencatat tanda-tanda inflamasi atau infeksi lokal, perubahan pada karakter drainase luka atau sputum dan urine. Mencegah infeksi yang berkelanjutan f. Gunakan teknik steril setiap waktu pada saat penggantian balutan ataupun suction atau pemberian perawatan Rasiona: Mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nasokomial g. Pantau kecenderungan suhu, jika demam berikan kompres hangat Rasional: Demam (38,5oC 40 oC) disebabkan oleh efck-efck dari endotoksin pada hipotalamus dan endorfin yang melepaskan pirogen. Hipotermia (