Makalah Abk 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “MASALAH PRIBADI DAN SOSIAL YANG DIHADAPI ANAK BERKEBTUHAN KHUSUS”



Dosen Pengampu: Eklys Cheseda Makaria,M.Pd Dr. Nina Permatasari, S.Psi, M.Pd Disusun Oleh Kelompok 1: Nur Anisa



1910123120014



Normila



1910123120006



Dellania Putri



1910123220024



Maulida Intan Pratiwi



1910123220036



Febiyana Nur Alifa



1910123320003



Muhamad Nasih



1910123210039



KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING BANJARMASIN 2020



KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan sebaik mungkin.Tanpa



pertolongan-Nya



tentu



kami



tidak



akan



sangup



untuk



menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada baginda kita tercintai yaitu Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan kerabat beliau hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini bertujuan untuk Masalah Pribadi Dan Sosial Yang Dihadapi Anak Berkebtuhan Khusus.



Terimakasih kami ucapkan



kepada Dosen kami ibu Eklys Cheseda Makaria,M.Pd Dan Dr. Nina Permatasari, S.Psi, M.Pd dan teman-teman yang telah membantu kami. kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki kesalahan di waktu mendatang. Akhir kata kami ucapkan Terima kasih.



Banjarmasin, 14 Oktober 2020



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................... 1 B. Permasalahan ............................................................... 2 C. Metode Penulisan ………………………………………. 2 D. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 2 E. Manfaat Penulisan ………………………………………. 3 BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 4 A. Pengaruh Sosial …………………………………………....4 B. Sikap ………………………………………………………. 8 BAB III PENUTUP ...............................................................................



10



A. Kesimpulan.............................................................................. 10 B. Saran ....................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................



11



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada berbagai jenjang sekolah memiliki tujuan memberikan layanan edukatif dalam upaya membantu terciptanya perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara komprehensif agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, baik yang terkait dengan masalah pribadi, belajar, sosial, maupun karir. Namun sayangnya tidak semua peserta didik dapat meraih dengan mulus apa yang diharapkan, beberapa permasalahan yang dialami peserta didik akan dapat menghambat perkembangan mereka, terutama bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah sering kali beberapa permasalahan tidak dapat dihindari. Anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajarnya, sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus, serta bimbingan dan konseling yang khusus pula dalam pelayanannya, disesuaikan dengan hambatan atau gangguan yang dialaminya. Pada umumnya, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang memiliki karaktersistik homogen (satu jenis kekususan) misalnya SLBA untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak tunarungu, dll. Dengan mulai dikembangkan pendidikan inklusif, kini ABK dapat belajar bersama-sama dengan anak reguler di sekolah umum. ABK yang dulunya bersekolah di lingkungan homogen kini harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang heterogen ini. Banyak ABK yang mengalami kesulitan ini sehingga mereka sulit bersosialisasi dengan lingkungan. Dampaknya ABK cenderung menarik diri dari lingkungan. Berdasarkan paparan tersebut, diperlukan program khusus agar ABK dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Kondisi semacam itu masih jauh dari harapan komitmen dalam Kovensi Jeneva berupa pelaksanaan Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA). Artinya, sama seperti anak-anak lainnya, ABK juga berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sama. Atas dasar itulah muncul konsep



model pendidikan inklusif. Melalui pendidikan inklusi, difersitas karakter dan kecakapan peserta didik diakomodir dengan cara yang bijak, yaitu dengan memberi ruang kepada semua untukbelajar. Bahkan, dalam pendidikan inklusi, perbedaan dipandang sebagai sumber belajar, ketimbang sebagai masalah (Sutrisno 2012:32).



B. PERMASALAHAN Rumusan permasalahan dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Apa yang di maksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus? 2. Apa yang dimaksud Berkebutuhan Khusus



masalah



pribadi



dan



sosial



Anak



3. Apa saja dan bagaimana jenis-jenis masalah pribadi dan sosialyang di alami Anak Berkebutuhan Khusus? 4. Apa saja layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai untuk permasalahan pribadi dan sosial Anak Berkebutuhan Khusus? C. METODE PENULISAN Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode: 1. Metode



Pustaka,



yaitu



dengan



cara



mempelajari



dan



mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan buku dan informasi di internet. 2. Metode



diskusi,



yaitu



dengan



cara



mengumpulkan



data



berdasarkan hasil diskusi dengan teman kelompok. D. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penyusunan Malakah ini, adalah : 1.



Untuk mengatahui apa yang yang di maksud Anak Berkebutuhan Khusus.



2.



Mengetahui apa yang dimaksud pribadi dan sosial Anak Berkebutuhan Khusus.



3.



Mengetahui bagaimana bentuk jenis-jenis masalah pribadi dan sosial Anak Berkebutuhan Khusus.



4.



Untuk mengetahui bagimana bentuk layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai untuk permasalahan pribadi dan sosial Anak Berkebutuhan Khusus.



E. MANFAAT PENULISAN Manfaat yang kami harapkan dapat diperoleh pembaca makalah ini ialah: 1. Secara teori dapat memahami lebih dalam apa saja bentuk masalah pribadi dan sosial yang dihadapi anak berkebtuhan khusus. 2. Secara praktek dapat mengetahui layanan bimbingan konseling masalah pribadi dan sosial untuk yang dihadapi anak berkebtuhan khusus.



BAB I PEMBAHASAN A. Anak Kebutuhan Khusus Pada umumnya, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang memiliki karaktersistik homogen (satu jenis kekususan) misalnya SLBA untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak tunarungu, dll. Dengan mulai dikembangkan pendidikan inklusif, kini ABK dapat belajar bersama-sama dengan anak reguler di sekolah umum. ABK yang dulunya bersekolah di lingkungan homogen kini harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang heterogen ini. Banyak ABK yang mengalami kesulitan ini sehingga mereka sulit bersosialisasi dengan lingkungan. Dampaknya ABK cenderung menarik diri dari lingkungan. Berdasarkan paparan tersebut, diperlukan program khusus agar ABK dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya melalui layanan bimbingan pribadi sosial. Kondisi semacam itu masih jauh dari harapan komitmen dalam Kovensi Jeneva berupa pelaksanaan Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA). Artinya, sama seperti anak-anak lainnya, ABK juga berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sama. Atas dasar itulah muncul konsep model pendidikan inklusif. Melalui pendidikan inklusi, difersitas karakter dan kecakapan peserta didik diakomodir dengan cara yang bijak, yaitu dengan memberi ruang kepada semua untukbelajar. Bahkan, dalam pendidikan inklusi, perbedaan dipandang sebagai sumber belajar, ketimbang sebagai masalah (Sutrisno 2012:32). Pada berbagai regulasi atau peraturan dan perundangan-undangan di bidang pendidikan, misalnya pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun



2010



tentang



Pengelolaan



dan



Penyelenggaraan



Pendidikan,



Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakan Istimewa, istilah atau sebutan bagi anak yang memiliki hambatan atau gangguan fisik, emosional, mental dan sosial disebut anak yang memiliki “kelainan”. Anak



tersebut memerlukan pendidikan khusus. Anak yang memerlukan pendidikan khusus termasuk juga anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Namun seiring dengan gerakan-gerakan inklusifitas yang humanis maka sebutan anak yang memiliki kelainan disebut “anak berkebutuhan khusus” atau ABK. Berbicara anak berkebutuhan khussu sebenarnya berbicara pula anak berkebutuhan khusus yang sifatnya permanen dan temporer. Jika dikaitkan dengan undang- undang nomor 20 tahun 2003 maka anak berkebutuhan khusus yang sifatnya permanen tersebut adalah anak yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa yang memerlukan pendidikan khusus seperti dijelaskan pada pasal 32 ayat (1) sebagai berikut: “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer adalah anak yang berasal dari daerah yang terpencil atau terkebelakang, anak yang berasal dari masyarakat adat yang terpencil dan/ atau mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi. Anak tersebut memerlukan pendidikan layanan khusus seperti dijelaskan pada pasal 32 ayat (2) sebagai berikut: “pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terkebelakang, masyarakat adat terpencil, dan/ atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Konsep anak berkebutuhan khusus (children with specia needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional children) ketika istilah ini digunakan karena mengacu pada undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian diganti dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sebutan untuk jenis pendidikannya pun berubah yang tadinya “pendidikan luar biasa” pada UU No 2 tahun 1989 menjadi “pendidikan khusus” pada UU No 2- tahun 2003.



Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang sakit, tetapi mereka adalah anak yang memiliki kelainan. Seseorang yang menderita sakit akan ditangani oleh dokter sampai sembuh, tetapi anak berkebutuhan khusus tidak akan kembali normal/sembuh, misalnya anak buta tidak akan dapat melihat, anak tuli tidak akan menjadi dapat mendengar kembali. Usaha medis dan rehabilitas medis merupakan penunjang dalam pembinaan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus (Irdamurni & Rahmiati, 2015). Menurut Ganda Sumekar, (2009:4), anak berkebutuhan khusus sering disebut anak yang abnormal. Kata abnormal teridiri dari kata benda norm yang maknanya ukuran ditambah dengan akhiran al yang menunjukkan kata sifat. Normal berarti sesuai dengan ukuran , adapun awalan ab menunjukan keluar atau penyimpangan. Kata abnormal mempunyai arti keluar atau menyimpang dari yang normal, artinya berbeda dari rata-rata atau kebanyakan orang. 1. Pengertian anak berkebutuhan khusus ditinjau dari segi medis Yang dimaksud dengan medis dalam hal ini adalah bidang kedokteran yang berhubungan dengan upaya penyembuhan. Seperti kita ketahui bahwa anak berkebutuhan khusus disebabkan oleh adanya kelainan/hambatan yang terjadi pada saat dalam kandungan, saat dilahirkan dan setelah dilahirkan. Kecacatan tersebut bervariasi, ada yang disebabkan oleh keracunan atau akibat penyakit yang diderita ibu saat mengandung atau kekurangan oksigen saat dilahirkan. Akibat dari penyakit tersebut ada yang meninggalkan sisa berupa kecacatan, ada yang lahir dengan keadaan cacar (konginetal/bawaan), misal anak lahir tanpa tangan atau kaki. Anak ini tidak diobatai kalau memang tidak sakit, namun anak ini lahir dengan fisik cacat (Ganda Sumekar, 2009).



Usaha medis dan rehabilitasi medis merupakan penunjangg dalam pembinaan pelayanan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, apabila bidang medis tidak terlibat dalam usaha pelayanan, maka keberhasilan dalam mencapai tujuan akan mengalami hambatan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian anak berkebutuhan khusus ditinjau dari segi medis, adalah anak yang berkelainan atau anak cacat yang dalam



pelayanan pendidikannya



memerlukan usaha-usaha



pelayanan medis berupa pengobatan dan penyembuhan menuju keadaan sehat jasmani dan rohani agar dapat mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin. 2. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ditinjau dari Segi Psikologi Ketunaan atau kecacatan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis pada diri anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terjadinya kerusakan pada saru organ pada masnusia maka akan timbul akibat langsung dari kerusakan itu yaitu hilangnya fungsi pengindraan, hilangnya fungsi suatu organ tubuh, maka anak akan mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas alat-alat sensoris atau organ tertentu yang rusak itu merupakan instrumen untuk melakukan berbagai kegiatan. Hambatan-hambatan



yang



dialami



anak



dalam



melakukan



kegiatan menimbulkan reaksi-reaksi emosional. Reaksi emosional yang ditimbulkan



karena



hambatan,



dapat



semakin



menumpuk



dan



intensistasnya meningkat sehingga menjadi suatu emosional yang sifatnya menetap.



Reaksi



emosional



menetap



ini



mempengaruhi



perkembangan kepribadian negatif, seperti rendah diri, kurang percaya diri 3. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ditinjau dari Segi Sosiologi Selain menimbulkan akaibat personal, ketunaan membawa dampak sosial. Dampak sosial tampak pada reaksi dari sikap lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat yang lebih luas terhadap anak berkebutuhan khusus. Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut warga negara yang cacat juga menentukan, sehingga



mengakibatkan reaksi terhadap cara memandang para penyandang cacat. Masyarakat lebih cenderung menilai anak berkebutuhan khusus dari segi negatif, dan lebih menekankan pada kekurangan-kekurangan serta tidak memandang potensi-potensi yang mmasih dimiliki anak berkebutuhan khusus. 4. .Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ditinjau dari Segi Sosiologi Selain menimbulkan akaibat personal, ketunaan membawa dampak sosial. Dampak sosial tampak pada reaksi dari sikap lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat yang lebih luas terhadap anak berkebutuhan khusus. Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut warga negara yang cacat juga menentukan, sehingga mengakibatkan reaksi terhadap cara memandang para penyandang cacat. Masyarakat lebih cenderung menilai anak berkebutuhan khusus dari segi negatif, dan lebih menekankan pada kekurangan-kekurangan serta tidak memandang potensi-potensi yang mmasih dimiliki anak berkebutuhan khusus. 5. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ditinjau dari Segi Didaktik Anak



berkebutuhan



khusus



mempunyai



kemampuan



dan



kecacatan yang berbeda anatar satu dengan lainnya. Yang dibutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus adalah pendekatan secara individual, sehingga dibutuhkan adanya individualisasi pelajaran, artinya bahan yang dipelajari seseorang tidak perlu sama dengan yang dipelajari oleh orang lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. B. Masalah Pribadi Dan Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Santrock (2013) menyatakan penting bagi setiap siswa untuk memiliki relasi yang positif dengan teman sebaya dimasa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Seperti terlibat dalam interaksi yang positif dengan teman sebaya, menyelesaikan konflik, serta memiliki persahabatan. Relasi positif di sekolah dasar inklusi tidak hanya pada sesama siswa berkebutuhan khusus, melainkan



relasi positif dengan semua siswa, baik siswa berkebutuhan khusus maupun siswa reguler. Keterampilan



sosial



merupakan



kemampuan



seseorang



dalam



berinteraksi dan berperilaku yang sesuai dengan situasi tertentu. Combs dan Slaby (dalam Merrell dan Gimpel, 2014) menyatakan keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan yang lain dalam konteks sosial tertentu dengan cara-cara tertentu yang dapat diterima atau dihargai secara sosial dan pada saat yang sama secara pribadi menguntungkan, saling menguntungkan, atau bermanfaat terutama untuk orang lain. Selain itu, Takahashi, dkk. (2015) mendefinisikan keterampilan sosial sebagai penerimaan secara sosial, belajar perilaku-perilaku yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan untuk menghindari respon sosial yang tidak dapat diterima. Menurut Santoso (2013) bimbingan dan konseling pribadi sosial pada dasarnya merupakan layanan bimbingan dan konseling yang merupakan upaya untuk mengembangkan potensi diri, memiliki kepribadian yang dekat dengan Tuhan, mantap dan mandiri Sejalan dengan pendapat tersebut Juntika(2006) menyatakan bahwa bimbingan pribadi



sosial



merupakan



bimbingan



untuk



membantu



individu



dalam



menyelesaikan masalahnya Winkel& Hastusi( 2006) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan layanan yang membantu para individu untuk menghadapi masalah batinnya sendiri. B. Tujuan Bimbingan dan Konseling pribadi Menurut Nursalim dan Suradi(2002( menyatakan tujuan bimbingan pribadi dan sosial, 1. Bidang bimbingan pribadi Pelayanan bimbingan pribadi bertujuan membantu siswa mengenal, menemukan, dan memhembangkan pribadi yang beriman



a) Pemantapan kebiasaan beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa b) Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan kreatif c) Pemahaman dan pengamalan hidup sehat 2. Bidang Bimbingan sosial Bimbingan sosial di sekolah bertujuan membantu siswa memahami diri dan kaitannya dengan hubungan lingkungan dan etika pergaulan yang melandasi Budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. a) Pengembangan berkomunikasi dengan baik b) Pengembangan hubungan yang harmonis antara masyarakat pada umumnya c) Pemahaman dan pengamalan disiplin dan peraturan sekolah Sementara menurut Syamsu Yusuf dan Ahmad Juntika (2006) menyatakan bahwa tujuan layanan pribadi adalah 1. Komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan 2. Sikap toleransi antara umat beragama 3. Pemahaman tentang irama kehidupan 4. Pemahaman dan penerimaan diri 5. Sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain C. Jenis-Jenis Masalah Yang Dihadapi Anak Berkeburuhan Khusus Kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada berbagai jenjang sekolah memiliki tujuan memberikan layanan edukatif dalam upaya membantu terciptanya perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara komprehensif agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, baik yang terkait dengan masalah pribadi, belajar, sosial, maupun karir. Namun sayangnya tidak semua peserta didik dapat meraih dengan mulus apa yang diharapkan, beberapa permasalahan yang dialami peserta didik akan dapat menghambat perkembangan mereka, terutama bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah sering kali beberapa permasalahan tidak dapat dihindari. Anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajarnya, sehingga mereka memerlukan pendidikan



khusus, serta bimbingan dan konseling yang khusus pula dalam pelayanannya, disesuaikan dengan hambatan atau gangguan yang dialaminya. Menusia dilahirkan ke bumi seiring harapan orang tua yang bersinar-sinar dalam rangka meneruskan generasinya. Namun diantaranya ada orang tua yang mimiliki anak yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak memiliki hambatan/ gangguan/ keterlambatan dalam belajar. Anak yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari gejala yang dimanifestasiakan dalam bentuk perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afekti. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain. 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bandingkan dengan kelompok atau teman di dalam kelas. 2. Hasil yang di capai tidak sesuai dengan usaha yang di lakukkan. 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas pembelajaran yang diberikan. 4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar. Permasalahan yang akan muncul, menyertai permasalahanan yang di hadapi siswa tersebut. 1. Masalah Pribadi dan Masalah Penerimaan Diri Setiap anak akan menghadapi berbagai masalah yang berbeda-beda.Dalam keadaan tertentu kadang-kadang anak dihadapakkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya.keadaaan ini tidak terelakan bagi anak berkebutuhan khusus yang secara nyata memiliki hambatan/ gangguan/ kelainan. Seringkali masalah ini timbul karena anak berkebutuhan khusus tidak bisa menyesuaikan diri dalam menghadapi hal yang ada



di



dalam



dirinya



sendiri.



Berkenaan



dengan



anak



berkebutuhan khusus maka masalah yang paling kerusial adalah permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan dengan anakanak lainnya dan peneriaman diri. Siapa yang tidak merasa beban ketika tidak bisa melihat, mendengar, bicara, dll. 2. Masalah Penerimaan Orang Tua ( Masalah Keluarga)



Semua orang tua pasti mengharapkan bahwa anaknya hidup sukses dimasa yang akan datang. Namun bagi sebagian orang tua harapan tersebut pupus ketika anak lahir tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bagi otang tua yang berfikir positif kenyataan ini akan diterima dengan hati yang tulus dan berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengorbatan ( waktu, tenaga, dan biaya dan rasa hatinya) orang tua tersebut akan berupaya untuk menyiapkan masa depan anaknya. Diawali dengan memahami keadaan, konsultasi dengan ahli, mempersiapkan sekolah anak dengan yang khusus, dan mengambangkan bakat dan minat anaknya tesebut. 3. Masalah Sosial dan Peneriman Masyarakat ada kalanya anak berkebutuhan khusus menghadapi masalah dalam hubungan nya dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Selain karena kekurangan dan kondisi lingkungannya. Anak berkebutuhan khusus kadang kesulitan dalam mencari teman bermain, ada yang merasa minder dan terasing dalam kegiatan kelompok atau pekerjaan-pekerjaan kelompok, kesulitan dalam situasi sosial yang baru dan juga permasalahan lainnya yang diakibatkan oleh keterbatasan yang di milikinya. 4. Masalah Belajar Anak berkebutuhan khusus sering merasa kesulitan dalam menghadapi kegiatan pembelajaran. Masalah yang dihadapi berkenaan dengan media atau alat bantu yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus. Permasalahan belajar juga berkenaan dengan memilihan materi yang sesuai dengan anak tesebut. Bimbingan



belajar



perlu



diberikan



kepada



mereka



untuk



memberikan bantuan dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berkenaan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan agar anak bisa menyesuaikan



dengan



baik



dalam



kegiatan



pembelajaran



sehingga anak dapat belajar secara optimal sesuai dengan kemampuannya. 5. Masalah Pendidikan Dan Lanjutan Studi Ketika anak berkebutuhan khusu masuk pada sekolah tertentu apakah itu pada suatu pendidikan khusu (SLB) atau sekolah umum dan kejurusan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif



acapkali



disertai



dengan



berbagai



kesulitan



yang



berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada umumnya. Masalah penyesuain dengan pelajaran dan situasi sekolah yang baru, penyesuain dengan pembelajaran yang baru, penyesuain dengan guru yang baru dan tenaga pendidik lainnya. Masalah lanjutan study sering mencuat kepermukaan manakala pada lingkungan atau wilayah belum tersedia sekolah yang dapat menerima



anak-anak



berkebutuhan



khusus



pada



sutuan



pendidikan yang lebig tinggi di atasnya. 6. Masalah pekerjaan Bagi anak berkebutuhan khusu pendidikan acapkali menjadi masalah ketika berkenaan dengan pemilihan jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan diri anak berkebutuhan khusus tertentu.



Dengan



kebutuhannya,



pendidikan



diharapkan



yang anak



di



sesuaikan



berkebutuhan



dengan khusus



memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang optimal. Manum dengan menumpuknya berbagai permasalahan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus, tidak cukup melalui pendidikan. Anak juga butuh layanan yang mendukung kepada keberhasilan belajar dan layanan yang memandirikan untuk mengcapai perkembangan yang optimal. 7. Masalah Penggunaan Waktu Senggang Waktu senggang atau waktu luang harus diisi dengan kegiatan yang positif. Ketidak mampuan untuk memilih kegiatan yang bermamfaat atau kegiatan produktif bagi anak berkebutuhan



khusus



seringkali menjadi permasalahan bagi semua anak.



Sehubungan hal tersebut maka perlu adanya bimbingan dengan memamfaatkan waktu senggang. Bagi anak berkebutuhan khusu tentunya penting sekali adanya bimbingan yang sedemikian rupa dalam mengatur waktu luang ini. D. Layanan Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Layanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan konseli, dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh konseli itu. Ada empat komponen layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus untuk membantu menyelesaikan masalahmasalah yang sedang dihadapinya, yaitu sebagai berikut: 1. Layanan dasar, adalah pemberian bantuan kepada semua peserta didik/konseli yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua ABK agar memperoleh perkembangan yang optimal, memaksimalkan kesehatan mental, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. 2. Layanan peminatan dan perencanaan individual, merupakan proses pemberian



bantuan



kepada



semua



ABK



dalam



membuat



dan



mengimplementasikan rencana pribadi, sosial, belajar, dan karir. Tujuan utama layanan ini ialah membantu peserta ABK belajar memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri dan mengambil tindakan



secara



proaktif



terhadap



informasi



tersebut.



Pelayanan



peminatan mulai dari pemilihan dan penetapan minat (kelompok mata pelajaran, lintas minat), pendampingan peminatan, pengembangan dan penyaluran minat, evaluasi dan tindak lanjut. 3. Layanan responsive, merupakan bantuan bagi para ABK yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera (immediate needs and concers)". Layanan ini bertujuan untuk membantu



ABK dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini atau peserta didik yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment). Layanan ini lebih bersifat preventif, atau mungkin kuratif . 4. Dukungan system, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional. Tujuannya adalah memberikan dukungan kepada guru bimbingan dan konseling dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas. E. Jenis Layanan Bimbingan Dan Konseling 1. Layanan orientasi Layanan orientasi merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. 2. Layanan informasi Layanan informasi yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi adalah untuk membantu anak berkebutuhan khusus menerima dan memahami informasi sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Ketika memberikan layanan informasi ban disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi anak berkebutuhan khusus. 3. Layanan penempatan dan penyaluran



Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan yang memungkinkan anak berkebutuhan khusus memperoleh penempatan dan penyaluran



yang



tepat.



Layanan



penempatan



berkaitan



dengan



kemampuan, bakat dan minat. Tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah diperolehnya tempat yang sesuai bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan potensi dirinya 4. Layanan bimbingan belajar Layanan bimbingan belajar yaitu layanan yang memungkinkan anak berkebutuhan khusus mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mengatasi hambatan dalam belajarnya. Layanan ini diberikan agar anak berkebutuhan khusus menguasai kemampuan dan kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan khususnya. 5. Layanan konseling perorangan Layanan konseling perorangan yaitu layanan yang memungkinkn anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan langsung secara tatap muka. Layanan ini untuk membantu klien mengentaskan masalah yang dialaminya. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus tertentu memiliki kesulitan dalam berkomunikasi atau dalam kegiatan tatap muka, maka perlu diupayakan dengan memilih strategi dan penyesuaian cara yang sebaik-baiknya dalam berkomunikasi dan dalam melaksanakan konseling perseorangan. 6. Layanan konseling kelompok Layanan konseling kelompok yaitu layanan yang memungkinkan anak berkebutuhan khusus mendapatkan bahan dari narasumbernya melalui



kegiatan



atau



dinamika



kelompok.



Layanan



seperti



ini



memungkinkan anak berkebutuhan khusus memperoleh kesempatan pembahasan dan pengentasan masalah melalui dinamika konseling kelompok. Layanan konsling kelompok membantu pemecahan masalah dan pengembangan pribadi.



7. Layanan konsultasi Layanan konsultasi yaitu layanan yang dilaksanakan oleh konselor terhadap anak yang memungkinkan anak memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanankan dalam menangani permasalahan dan/atau kondisi pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggungjawabkan



anak



yang



berkonsultasi,



misalnya



anak,



siswa/peserta didik atau orangtuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan anak sehingga ia mampu mengahadapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh anak yang berkonsultasi maka direferalkan kepada pihak lain yang lebih ahli. Layanan konsultasi dapat berubah menjadi konseling perorangan jika permasalahan ternyata disebabkan oleh anak yang berkonsultasi. Dan akan berubah menjadi konseling keluarga karena berkaitan dengan pihak keluarga. 8. Layanan mediasi Layanan mediasi dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan atau tidak harmonis. Layanan mediasi ini bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara pihak-pihak atau anak-anak yang berselisih atau ada ketidak cocokan. Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.