Makalah Asbabun Nuzul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASBABUN NUZUL AL-QUR”AN



MAKALAH



Disusun Oleh : NUR AFNI 80300219003



PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019



i



i



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................ii



BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................... 2 B. Rumusan Masalah...............................................................................4 C. Tujuan Penulisan……………………………………………………..4 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 5 A.Pengertian Asbabun Nuzul.................................................................. 5 B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul ………………….. 10 a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul....................................................10 b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul……………………………………………....................11 c. Dilihat dari Sudut Pandang Latar Belakang ……………………..13 C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul……………………….. 13 D. Manfaat dan HikmahMengetahui Asbabun-Nuzul………………... . 16 BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20 A. Kesimpulan...................................................................................... 20 B. Saran................................................................................................ 21 KEPUSTAKAAN............................................................................................. 22



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacammacam cara nabi menerimanya. Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta beritaberita yang akan datang. Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka dan terkadang Pada masa Rasulullah ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan maksud meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci tentang urusan-urusan agama, sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat alQur’an untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul itu. Hal yang seperti itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an.



2



Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera kembali berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang “Asbabun Nuzul”. Adapun ilmu yang mempelajari tentang al-qur’an disebut dengan ilmu ‘Ulumul Quran. Sedangkan ‘Ulumul Qur’an itu sendiri masih terbagi lagi menjadi beberapa aspek disiplin ilmu dan salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Asbabunnuzul. Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam. Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat menyadari betapa penting al-Qur’an bagi umat muslim, jadi al-Qur’an bukan saja cuma di baca dan di pahami maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui penyebab mengapa ayatayat dalm al-Qur’an diturunkan oleh Allah atau sering disebut Asbabun Nuzul. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang asbab an-nuzul yaitu peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an berkenaan dengan terjadinya peristiwa tersebut, baik berupa kejadian ataupun suatu pertanyaan yang diajukan kepada Rasullullah. Dalam pembahasan asbab-an nuzul ini juga membahas berbagai macam yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul ini yang meliputi pengertian Asbabun Nuzul, macam-macam dan pembagiann Asbabun Nuzul, redaksi Asbabun Nuzul , berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat dan manfaat mempelajari Asbabun Nuzul.



3



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ? 2. Sebutkan macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul ? 3. Apa yang dimaksud redaksi Asbabun Nuzul ? 4. Apa yang dimaksud berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat ? 5. Apa saja manfaat mempelajari Asbabun Nuzul ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah atau karya tulis ini adalah sebagaimana berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul. 2. Untuk mengetahui macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul. 3. Untuk mengetahui redaksi Asbabun Nuzul. 4. Untuk mengetahui ayat yang turun mengenai satu orang. 5. Untuk mengetahui turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir.



4



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Asbab An-Nuzul Kata asbāb al-nuzūl berasal dari dua kata, yaitu ‫ أسباب‬dan ‫النزول‬. Menurut alMunawwir, kata ‫ أسباب‬adalah bentuk plural dari kata ‫ السبب‬yang berarti sebab, alasan, dan illat. Sedangkan kata ‫ النزول‬berasal dari kata ‫ نزل‬yang berarti turun. Definisi asbāb al-nuzūl dari segi etimologis berarti sebab atau alasan turunnya ayat-ayat al-Quran. Ungkapan asbāb al-nuzūl khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an.1 Sedangkan secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,di antaranya: 1. Menurut M. Hasbi al-Shiddieqy, asbāb al-nuzūl ialah sesuatu yang dengan sebabnyalah turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya, pada masa terjadinya peristiwa itu. 2. Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran,yang dimaksud dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi mengiringi



ayat-ayat



itu



diturunkan



untuk



membicarakan



peristiwa



tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya. 3. Menurut Manna Al-Qahtan asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang menyebabkan ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa tersebut,baik berupa pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu. 4. Menurut As-Shabuni “Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan 1



Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia, 2007). H. 60



5



dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. 5. Suhbhi al-Shalih mendefinisikan asbāb al-nuzūl sebagai sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut. Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu. 1. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam. a. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk anatara segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khazraj. Perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: “senjata,senjata”. Peristiwa tersebuat menyebabkan turunnya beberapa ayat, diantaranya:                Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orangorang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupkan cara terbaik untuk menjauhkan orang dari perselisihan dan merangsang orang untuk kepada sikap kasih sayang, persatuan, dan kesepakatan,



6



b. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang mengimani salat sedang mabuk sehingga tersalah membaca surah AlKafirun. Ia baca         Dengan tanpa “” Pada “”. Peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat:                                                    Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi. c. Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian (muwafaqat) Umar bin Al-Khattab dengan ketentun-ketentuan ayat –ayat Al-Quran.



Dalam



seajarah



ada



beberapa



harapan



Umar



yang



dikemukakannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan Umar tersebut. Sebagian Ulama menulisnya secara khusus. Sebagai contoh, Imam Al-



7



Bukhari dan lainnya meriwaytakan dari Anas ra. Bahwa Umar berkata : “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal: Aku katakan kepada Rasul, bagaimana sekiranya kita jadikan Makam Ibrahim tenpat salat. Aku katakan kepada Rasul , sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada mereka itu orang yang baik-baik dan oran yang jahat, maka bagaimana sekiranya Engkau perintahkan kepada mereka agar bertabir, maka turunlah ayat hijab .(Q.S. Al-Ahzab:53).; dan istri-istri Rasul mengerumuninya pada kecemburuaan. Aku katakan kepada mereka:                   Terjemahnya: Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. 2. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan dapat dikelompokkan kepada tiga macam, yaitu: a. Pertama pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu, seperti ayat            Terjemahnya: mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".



Dzulkarnain.



b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu, seperti ayat:                



8



Terjemahnya: dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".



c. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti ayat:       Terjemahnya: (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Kata-kata ini mereka ucapkan adalah sebagai ejekan saja, bukan karena mereka percaya akan hari berbangkit.2 B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul 1. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun Nuzul Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat



asbabun



Nuzul,



(kemungkinan/possible).



yaitu



Redaksi



sarih sarih



(jelas/visionable) artinya



riwayat



dan yang



muhtamilah sudah



jelas



menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila perawi menggunakan: 



“Sebab turun ayat ini adalah ...”







“Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”







“Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”



2



Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i Ulumul Quran I (Bandung : Pustaka Setia, 1997). H. 90-94



9



Contoh riwayat asbabun nuzul yag menggunakan redaksi sarih ialah sebuah riwayat yang disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Apabila seorang suami mendatang istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling.” Maka turunlah ayat:         Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan: 



“Ayat ini turun berkenaan dengan ...”







“Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ...”



Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah ikut dalam perang badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw. tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma masingmasing dari situ. Orang ansar berkata: “ biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi saw. bersabda: “airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)3 3



Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 122.



10



                    2. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul a. Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-Wahid) Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut: Dari sisi redaksi: 



Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat asbabun nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.







Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih; cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak menggunakan redaksi sarih.







Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.4



Dari sisi kualitas: 



Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.



4



Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.70.



11







Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun Nuzul berkualitas sama-sama shahih.







Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama tidak shahih.5



b. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid) Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir AthThabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.6 3. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu: a. pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut. b. Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi saw.7 C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan



5



Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 72-74. Rosihon Anwar, Ulum Alquran. hal. 76. 7 Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 106. 6



12



periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql ash-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat Al-Quran.8 Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul untuk itu, dalam kitab Asbab An-Nuzulnya, Al-Wahidy menyatakan : “Pembicaraan asbab an-Nuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.” Para ulama salaf sangat keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi pribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan redaksi berita (matan). Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sikap kekritisan mereka tidak dikenakan terhadap materi Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Mereka berasumsi bahwa apa yang dikatakan sahabat nabi, yang tidak masuk dalam lapangan penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya sendiri.9 Dalam hal ini Ibnu Sirin berkata “ Aku bertanya kepada ‘Ubaidah tentang satu ayat dari al-Qur’an, maka beliau berkata “ Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar, orang-orang yang mengetahui dalam hal apa ayat-ayat al-Qur’an diturunkan Allah telah pada meninggal “, Maksudnya bahwa memahami asbab an-nuzul tidak bisa semata-mata dengan logika, tetapi hanya dengan mengetahui riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya. Disini kita juga menangkap sikap kehati-hatian generasi salaf dalam 8 9



Az-Zarqany, op. Cit., hlm. 113-114; Ash-Shabuny, op. Cit., hlm. 23; Shalih, op. Cit., hlm. 135. Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. hal. 52.



13



menerima rawayat hadist, hususnya yang berkaitan dengan asbab an-nuzul, agar terhindar dari riwayat yang palsu. Cara mengetahui Asbab an-nuzul melalui periwayatan yang sahih tersebut terkadang dapat dilihat dai ungkapan perawi yang mengatakan, “sabab nuzul al-ayah kadza” (sebab turunnya ayat demikian). Ada kalanya asbab an-nuzul tidak diungkap dengan kata sabab (sebab), tetapi diungkapkan dengan kalimat “fa nazalat” (lalu turun ayat). Misalnya perawi mengatakan “su’ila an-nabiy salla Allah ‘alaihi wa sallam ‘an kadza, fa nazalat….. (Nabi SAW ditanya tentang suatu hal, lalu turun ayat…)”. Selain itu, terkadang perawi mengungkapkan asbab an-nuzul dengan pernyataan, “nuzilat hazihil ayah fi kadza (ayat ini diturunkan dengan kasus demikian), Menurut jumhur ulama tafsir, apabila ungkapan perawi demikian, maka itu merupakan peryataan yang tegas dan dapat diprcaya sebagai asbab an-nuzul satu atau beberapa ayat al-Qur’an. Akan tetapi Ibnu Taymiyah, fakih dan mifassir Mazhab Hanbali, berpendapat bahwa ungkapan “nuzilat hadzihi ayah fi kadza” terkadang menyatakan sebab turunya ayat, namun terkadang juga menunjukkan kandungan ayat yang diturunkan tanpaasbab an-nuzul. Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul ayat-ayat AlQuran adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan turunnya ayatayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul harus diakukan dengan mencari dan mempelajari perkataan-perkataan sahabat yang mengungkapkan proses turunnya ayat-ayat Al-Quran itu,atau riwayat-riwayat yang bermuara minimal para sahabat. Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan atau perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, maka



14



kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan mereka itu, tidak menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah, maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena tidak sampai pada Rasulullah. Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut tentang ajaran keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang, atau berbagai peristiwa yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati lemah, hadis-hadis tersebut dapat digunakan, sebagai bahan referensi untuk memahami pesan-pesan ayat Al-Quran. Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum disimpulkan oleh para ulama ada empat yaitu: 1. Diungkapkan dengan kata-kata sebab 2. Diungkapkan dengan kata fa ( maka ) 3. Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ... 4. Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur ceritanya menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul . D. Manfaat dan Hikmah Mengetahui Asbabun-Nuzul Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah, diantaranya: 1. Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada umat.



15



2. Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum. 3. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab. 4. Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya. 5. Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.10 Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu sabab nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa dipetik dari mengetahui sabab nuzul, di antaranya: 1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan hukum, 2. Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: “ bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan 3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu bersifat umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.11



10 11



Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran. Hal. 114. Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal.



204.



16



Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul memiliki kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan hakikat penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (faktual-kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan utnuk mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi pun menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu: 1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah swt. menerangkan hukum-hukum yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul; 2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari redaksi ayat secara literal mengisyaratkan pembatasan itu; 3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman teks; 4. Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat tatkala ditemukan pengkhusus; 5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan; 6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke dalam hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;



17



7. Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang mendengarkan ayat Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.12 Manfaat mengetahui Asbab an Nuzul menurut ulama lainnya, diantaranya adalah: 1. Ibnu Al- Daqiq, mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan metode yang utama dalammemahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an 2. Ibnu Taimiyah, mengetahui asbabun nuzul membantu dalam memahami ayat Al-Qur’an, karena mengetahui sebab juga mengetahui musabab. 3. Al-Wahidi, tidak mungkin seorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa mengetahui sejarah turunnya dan latar belakang masalahnya.



12



Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran. hal. 213.



18



BAB II PENUTUP Kesimpulan: Kata Asbabun-Nuzul (‫ )أسباب النزول‬terdiri atas kata asbab (‫ )أسباب‬dan an-nuzul ( ‫)النزول‬. Asbab adalah kata jamak (plural) dari kata mufrad (tunggal) sabab,yang secara etimologis berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motifasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan. Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat membantu dalam memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak kekeliruannya. Kebanyakan ulama untuk menjadikan pedoman hukum lebih sepakat pada “umum lafadh” daripada “khusus sebab”, karena mempunyai tiga macam dalil yaitu: pertama, lafadh syar’I saja yang menjadikan hujjah dan dalil. Kedua, kaidah tersebut ditanggungkan kepada makna selama tidak ada pemalingannya dari makna tersebut. Ketiga, para sahabat dan mujtahid kebanyakan tanpa memerlukan qias atau mencari dalil apabila berhujjah dengan lafadh yang umum dari sebab yang khusus. Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa asbabun nuzul tidak bisa dipisahkan dengan kajiana al-Qur’an, terutama untuk mengambil kesimpulan dari



19



ayat-ayat hukum. Dan dapatlah kita ketahui bahwasannya al Quran mengandung banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an sebagai mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah salah satu kitab Allah yang paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui beberapa cara yang mana dalam penurunan AlQuran itu sendiri diberikan secara berangsur-angsur atau bertahap. Saran Sebagai



kalamullah



sudah



sepantasnya



lah



kita



mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran tersebut dengan sebaik mungkin,



salah satu wujud bahwa kita mencintai al Quran



dengan cara banyak membaca Al-Quran serta mengamalkan nilai yang ada di dalamnya. Maka untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa yang terkandung dalam al Quran sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad. Penulis berharap, semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita dapat mengamil hikmah dari pelajaran asbabun nuzul ini, dan semoga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. ‘Amin Yaa Rabbal ‘Alamiiin…



20



DAFTAR PUSTAKA



Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998. al-Qaththan, Manna Khalil.. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa. 2011. Anshori. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali Press. 2013. Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2007. Shaleh, Qamruddin dkk, Asbabun Nuzul, Diponegoro, Bandung, 1992. Syadali, Ahmad dan Rofi’i, Ahmad. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka Setia:1997 Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996. Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu. Surabaya. 1982.



21