Makalah Askeb 5 - SP (PWS KIA) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEMESTER PENDEK ASKEB V PWS KIA DI KOMUNITAS Dosen Pembimbing : Wulan Diana ,SST



Disusun oleh kelompok :11 1. 2. 3. 4.



Barir Mukayanah Munipa Siti Masluhah Nur Faidah



(1030011) (1030066) (1030097) (1030124)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA DIII KEBIDANAN SURABAYA 2013



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan hidahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,yang senantiasa membingbing kita dari zaman jahiliyah menuju ke zaman yang terang benerang ini. Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Dokumentasi kebidanan sekaligus bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswi khususnya D3 kebidanan yang diharapkan nantinya dapat menguasai ilmu secara akademik dan intelektual. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.Namun penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan wawasan yang kita miliki untuk itu kritik dan saran yang edukatif dan konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.



Surabaya,11 Maret 2013



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG I.2 TUJUAN BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian 2.2 Prinsip Pengelolaan Program KIA 2.3 Konsep PWS KIA 2.4 Tujuan PWS KIA 2.5 Indikator PWS KIA 2.6 Pemantauan PWS KIA 2.7 Penilaian PWS KIA BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup. Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam. 1.2 TUJUAN 1. Umum Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus. 2. Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus. b. Mahasiswa mampu Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.



c. Mahasuswa mampu menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif. d. Mahasiswa mampu merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. e. Mahasiswa mampu membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber daya.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 PENGERTIAN Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut



2.2 Prinsip Pengelolaan Program KIA Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :



1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan. 2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan. 3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah. 5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. 6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. 7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan. 9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar. 2.3 KONSEP PWS KIA 1. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam PWS KIA adalah data sasaran dan data pelayanan yang bersumber dari : Register kohort ibu, kohort bayi, kohort anak balita dan kohort KB. Data Sasaran meliputi : Jumlah seluruh ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, anak balita dan PUS. Data pelayanan adalah : Jumlah K1, K4, Linakes, Kunjungan Nifas, Pelayanan Neonatal, Ibu hamil/bersalin/nifas dengan komplikasi, neonatal komplikasi kasus komplikasi ditangani, pelayanan bayi, pelayanan balita, balita sakit dan peserta KB aktif. Data dimaksud bisa didapat melalui proyeksi maupun berdasarkan pendataan sasaran langsung. 2. Pencatatan Data - Data sasaran Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan. Dengan dibantu Kader, Dukun dan Aparat Desa, bidan membuat peta wilayah kerja yang mencakup denah jalan, rumah, kelompok sasaran dll, serta setiap waktu memperbaharui peta tersebut dengan data baru, seperti adanya ibu hamil, neonatus dan balita yang baru.



Data sasaran diperoleh bidan di desa dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.



Selain itu data sasaran juga dapat diperoleh



dengan



mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas lainnya -



yang ada di wilayah kerjanya. Data Pelayanan Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu Ibu, Kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB dan Buku KIA.



3. Pengolahan Data Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk Narasi, Tabulasi, Grafik dan Peta, disesuaikan dengan kebutuhan.



Misalnya, untuk



memantau perkembangan



program KIA dan keperluan advokasi dibuat grafik-grafik berdasarkan indikator KIA, sedangkan Narasi dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah. 4. Analisa Data Analisa adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang sesuai dan relevan dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam alternatif variasi. -



Analisa Sederhana Analisa sederhana dapat dilakukan dengan membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisa sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan. Analisa sederhana ini dapat dilakukan mulai dari tingkat Desa, Puskesmas dan Kabupaten. Contoh analisa sederhana Matrik ini dapat dipergunakan untuk analisis indikator ibu hamil, persalinan, neonatal, bayi maupun program imunisasi Analisis dari grafik cakupan K1 pada pemantauan Bulan Juni 2008 dapat digambarkan seperti di bawah ini :



Desa



Cakupan terhadap target



Kelurahan A B C D E



Diatas + + +



Di Bawah



Terhadap Cakupan Bulan



Status



Lalu Turun



Desa/Kel



Naik +



Tetap +



+ + +



+ +



Baik Baik Kurang Cukup Jelek



Dari matrik di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan des/kelurahan, yaitu : 1)



Status Baik Adalah desa/kelurahan dengan cakupan di atas target yang ditetapkan untuk bulan Juni, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi target tahun yang ditentukan.



2)



Status Kurang Adalah desa dan kelurahan dengan cakupan di atas target bulan Juni 2008, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulanan lalu. Desa/Kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan C, yang perlu mendapat perhatian karena cakupan bulan ini. Jika cakupan terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai target tahun yang ditentukan.



3)



Status Cukup Adalah desa/kelurahan dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih dari pada cakupan bulanan. Jika keadaan ini dapat terlaksana, maka



desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan. 4)



Status Jelek Adalah desa/kelurahan dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target



-



tahunan yang ditentukan. Analisa Lanjut (Tabulasi Silang) Analisa ini dilakukan dengan cara membandingkan variabel tertentu dengan variabel terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel yang dimaksud. Contoh analisis indikator kesehatan ibu :    



K1 dibandingkan K4 K4 dibandingkan dengan PN PN dibandingkan dengan KF dan KN Jumlah Ibu hamil Anemia dibandingkan dengan K1 dan K4.



Contoh : Desa/Kelurahan A B



Cak K1 70 % 80 %



Cak K4 60 % 70 %



Cak Pn 50 % 55 %



Keterangan DO K4 DO PN



Apabila DO K1-K4 lebih dari 10% berarti wilayah tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan investigasi lebih lanjut. DO tersebut dapat disebabkan ibu yang kontak pertama (K1) dengan tenaga kesehatan usia kehamilannya sudah berumur lebih dari 3 bulan. Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih intensif. 2.4 Tujuan PWS KIA Tujuan umum :



Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap wilayah kerja. Tujuan Khusus : 1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort 2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur (bulanan) dan terus menerus. 3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA. 4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang ditetapkan. 5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan. 6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan. 7. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya. 8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA. 2.5 Indikator PWS KIA Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang diuraikan dalam BAB II. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai sasaran kabupaten).



1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah : X 10 0 -



Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga



-



kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :



1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007). Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka : Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.



2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4) Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi



standar



pelayanan



dan



menepati



waktu



yang



ditetapkan),



yang



menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang dipergunakan adalah : Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar X 10 0 oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Rumus yang digunakan sebagai berikut :



Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah X 10 0 -



kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun



Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus : 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka : Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7. Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang. 4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi



standar



pelayanan



dan



menepati



waktu



yang



ditetapkan),



yang



menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh



X 10 0 - tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu - Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun - Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin. 5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam X 100 -



setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah



perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka : Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2. Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.



6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap). Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal X 1 0 0 sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Rumus yang dipergunakan : Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat



X 1 0 0 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun 8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK) Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator



ini



mengukur



kemampuan



manajemen



program



KIA dalam



menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi. Rumus yang dipergunakan : Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu X 100 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah



kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu X 1 0 0 wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 15 x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan) Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar



X 1 0 0 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan). Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja X 1 0 0 pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun 12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah :



Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di X 1 0 0 Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS 13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate) Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Rumus yang dipergunakan: Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada X 10 0 kurun waktu tertentu



Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 2.6 Pemantauan PWS KIA Pemantauan adalah proses pengamatan seseorang atau objek yang bergerak dalam kurun waktu tertentu dari lokasi tertentu. Pemantauan dilakukan dalam rangka a.



Mengidentifikasi kasus/masalah secara individu selama masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi dan balita. Masalah yang ditelusuri meliputi :



-



Perkembangan kesehatan setiap ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi dan anak balita



-



Kesiapan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi setiap ibu hamil



-



Faktor risiko dan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi baru lahir dan anak balita.



-



Menilai kualitas pelayanan yang diberikan



-



Kematian ibu dan bayi



b.



Membangun perencanaan berdasarkan masalah yang spesifik. Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita dengan tujuan Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan. Jenis Register Kohort



a)



Register Kohort Ibu Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi



b)



Register Kohort Bayi Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal



c)



Register Kohort Balita



Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun



2.7 Penilaian PWS KIA Data dari tingkat Puskesmas dikumpulkan dan kemudian diolah. Hasilnya dimasukkan ke dalam format 1 seperti terlihat di bawah ini. Format 1 merupakan rekapitulasi cakupan ( indicator PWS KIA) dari tiap desa, yang juga berfungsi sebagai laporan untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati II. Laporan ini dikirimkan setiap bulan, selambat – lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.Dinas kesehatan Dati II membuat rekapitulasi laporan Puskesmas ( Format 1) dengan menggunakan Format 2, untuk dikirimkan ke provinsi selambat – lambatnya tanggal 25 bulan berikutnya. Selanjutnya, provinsi membuat rekapitulasi laporan Kabupaten dalam Format 3, untuk dikirimkan ke Pusat. Laporan ini dikirimkan ke Pusat setiap Triwulan, paling lambat satu bulan setelah triwulan tersebut berakhir.



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.



Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut



DAFTAR PUSTAKA



Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta. Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta. Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.



Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan