Makalah Audit - Sampling Audit Dan Piutang Usaha [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SAMPLING AUDIT DAN PIUTANG USAHA Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Audit II. Dosen Pengampu : Marsyaf, SE, Ak, M.Ak



Kelompok 2 : Hidayatul Rahman



43216010160



Syauqi Iqbal Islam



43216010218



Marcel Armi



43216010264



Aulia Yuliandri Fammi



43217010001



Asyifah Ramadhanti



43217010052



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2019/2020



Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sampling Audit dan Piutang Usaha ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sampling Audit dan Piutang Usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marsyaf, SE, Ak, M.Ak selaku dosen mata kuliah Auditing II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Jakarta, 18 September 2019



Penulis



i



Daftar Isi



Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1 A. Latar Belakang..................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2 C. Tujuan ................................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3 A. Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif antar Transaksi .................................................................................................................... 3 1.



Sampel Representatif .................................................................................. 3



2. Sampling Statistik vs Sampling Nonstatistik dan Pemilihan Sample Probabilistik vs Nonprobabilistik ........................................................................... 4 3.



Metode Pemilihan Sample Probabilistik ..................................................... 5



4.



Metode Pemilihan Sample Nonprobabilistik............................................... 8



5.



Sampling Untuk Tingkat Pengecualian ........................................................ 9



6.



Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik ......................................................... 10



7.



Distribusi Sampling .................................................................................... 13



8.



Aplikasi Sampling Atribut........................................................................... 14



9.



Istilah-Istilah Penting Sampling ................................................................. 15



B. Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha. ...................................................................................................................... 16 1.



Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo.................... 16



2.



Konfirmasi Piutang Usaha.......................................................................... 18



BAB III PENUTUP .................................................................................................22 A. Kesimpulan........................................................................................................ 22 Daftar Pustaka .....................................................................................................23



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam



materi



pemerikasaan



akuntansi



ini,



setelah



materi



pengujian



pengendalian dan pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah auditor memutuskan prosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi mana yang dipilih sebagai sampel. Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan , seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representative apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan. Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah. Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti. Selanjutnya akan dibahas pula mengenai pengujian dalam siklus penjualan dan penagihan : Piutang Usaha. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari 1



penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar dari kegiatan usaha notmal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak di bangun dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan dari sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat di tagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disjikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidaj dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.



B. Rumusan Masalah 1. Apa konsep sampling representative ? 2. Bagaimana cara membedakan sampling statistic dan nonstatistik? 3. Bagaimana cara membedakan sample probabilistic dan nonprobabilistik? 4. Bagaimana memilih sample representative ? 5. Apa definisi sampling audit untuk tingkat pengecualian ? 6. Bagaimana



menggunakan



sampling



nonstatistik



dalam



pengujian



pengendalian dan pengujian substantive antar transaksi ? 7. Bagaimana metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo dengan menggunakan model risiko audit ? 8. Bagaimana merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk akun-akun dalam siklus penjualana dan penagihan? 9. Bagaimana merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha? 10. Bagaimana memperoleh dan mengevaluasi konfirmasi piutang usaha ? 11. Bagaimana merancang prosedur audit untuk audit piutang usaha dengan menggunakan neraca lajur perencanaan bukti sebagai pedoman?



C. Tujuan Isi makalah ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah diatas.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif antar Transaksi



1. Sampel Representatif Standar audit mendefinisikan sampling sebagai Pemilihan dan evaluasi yang lebih kecil dari 100% populasi menyangkut relevansi audit seperti yang diharapkan auditor ketika memilih item-item sample yang representative dengan populasi sehingga memberikan dasar yang layak bagi pembuatan kesimpulan tentang populasi. Ketika memilih sample dari populasi auditor berusaha untuk memperoleh sample yang representative. Sample representative (representative sample) adalah sample yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Ini berarti bahwa item-item yang dijadikan sample serupa dengan item-item yang tidak dijadikan sample. Risiko Sampling (sampling risk)



adalah resiko bahwa auditor mencapai



kesimpulan yang salah karena sample populasi tidak representative. Resiko sampling adalah bagian dari sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Resiko Nonsampling (nonsampling risk) adalah resiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sample. Dua penyebab resiko nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.



3



2. Sampling Statistik vs Sampling Nonstatistik dan Pemilihan Sample Probabilistik vs Nonprobabilistik



Sebelum membahas metode pemilihan sample untuk memperoleh sample representative, sangatlah penting untuk membedakan sample statistic dan nonstatistik, serta antara pemilihan sample probabilistic dan nonprobabilistik. Metode sampling dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu sampling statistic dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap : 



Perencanaan sample







Pemilihan sample dan pelaksanaan pengujian







Pengevaluasian hasil



Tujuan dari perencanaan sample adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan resiko sampling yang diinginkan dan menimalkan kesalahan nonsampling. Pemilihan sample melibatkan keputusan bagaimana sample dipilih dari populasi. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya setelah item sample dipilih. Pengevaluasian adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit. Sampling Statistik (statistic sampling) berbeda dari sampling nonstatistik dalam hal bahwa, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan sampling dan dalam mengevaluasi hasil. Dalam



Sampling



Nonstatistik



(nonstatistical



sampling)



auditor



tidak



mengkuantifikasi risiko sampling. Namun, sampling nonstatistik yang dirancang dengan baik mempertimbangkan faktor-faktor yang sama seperti pada sample statistic yang dirancang dengan baik dapat memberikan hasil yang efektif seperti yang diberikan sample statistic yang dirancang dengan baik.



4



Pemilihan sample probabilistik (probabilistic sample selection), audit memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukan kedalam sample. Pemilihan Sample Nonprobabilistik (nonprobabilistic sample selection), auditor memilih item sample dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan metode probabilistic. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode sample nonprobabilistik. Metode pemilihan sample probabilistic termasuk berikut ini: 



Pemilihan sample acak sederhana.







Pemilihan sample sistematis.







Pemilihan sample probabilitas yang proporsional dengan ukuran sample.



Metode pemilihan sample nonprobabilitas termasuk berikut ini: 



Pemilihan sample sembarangan.







Pemilihan sample blok.



3. Metode Pemilihan Sample Probabilistik



Sampling statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai item atau pos sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih mana dari empat metode pemilihan yang akan digunakan. Dalam sampel acak (random sample) sederhana, setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel . Auditor menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi. Sebagai contoh, katakanlah auditor ingin mengambil sampel pengeluaran kas klien untuk tahun tersebut. Mereka mungkin memilih sampel acak 5



sederhana sebanyak 60 item dari jurnal pengeluaran kas, menerapkan prosedur audit yang sesuai terhadap 60 item yang dipilih, dan menarik kesimpulan mengenai semua transaksi pengeluaran kas yang dicatat. Jika auditor memperoleh sampel acak sederhana, mereka harus menggunakan metode yang akan memastikan bahwa semua item dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Anggaplah auditor memutuskan untuk memilih sampel dari total 12.000 transaksi pengeluaran kas selama tahun tersebut. Sampel acak sederhana dari satu transaksi semacam itu akan membuat masing-masing dari 12.000 transaksi tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Auditor akan memilih satu angka acak antara 1 dan 12.000. Asumsikan bahwa angka tersebut adalah 3.895. Auditor hanya akan memilih dan menguji transaksi pengeluaran kas yang ke-3.895. Untuk sampel acak sebanyak 100, setiap item populasi juga memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagian besar auditor sering kali menghasilkan angka acak dengan meng gunakan salah satu dari tiga teknik pemilihan sampel dengan komputer: spreadsheet elektronik, generator angka acak, dan perangkat lunak audit tergeneralisasi. Gambar 3.1 menunjukkan pemilihan acak faktur penjualan bagi audit Hillsburg Hardware Co. dengan menggunakan program spreadsheet elektronik. Dalam contoh tersebut, auditor menginginkan 50 sampel item dari populasi faktur penjualan yang memiliki nomor 3689 hingga 9452. Program tersebut hanya memerlukan parameter input untuk menghasilkan sampel yang akan dipilih auditor Program tersebut juga memiliki fleksibilitas yang besar, dan mampu menghasilkan tanggal acak atau rentang dari serangkaian nomor (seperti nomor halaman dan barang atau nomor cek untuk berbagai rekening bank), serta menyediakan output dalam urutan yang disortir atau dipilih.



6



Table 3.1 Dalam pemilihan sampel sistematis (systematic sample selection), yang juga disebut sampling sistematis, auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang dinginkan. Dalam suatu populasi faktur penjualan yang berkisar dari 652 hingga 3.151, dengan ukuran sampling yang diinginkan sebesar 125, intervalnya adalah 20 [(3.151 651)/125]. Pertama auditor akan memilih angka acak antara 0 hingga 19 (ukuran interval) untuk menentukan titik awal sampel. Jika angka yang dipilih secara acak adalah 9, item pertama dalam sampel akan menjadi nomor faktur 661 (652+9). Sementara 124 item yang tersisa adalah 681 (661 + 20), 701 (681 + 20), dan seterusnya hingga item 3.141. Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang menekankan item-item populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu: 7



a. Mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini disebut sebagai sampling dengan probabilitas yang proporsional dengan ukuran (PPS), dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik unit moneter. b. Membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar dan mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik variable.



4. Metode Pemilihan Sample Nonprobabilistik



Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel probabilistik. Karena metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit ditentukan. Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik lainnya yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Karena pelatihan auditor dan bias yang tidak sengaja, item populasi tertentu akan lebih besar kemungkinannya untuk dimasukkan dalam sampel ketimbang yang lainnya. Dalam Pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Sebagai contoh. asumsikan sampel blok adalah berupa urutan transaksi penjualan sebanyak 100 dari jurnal penjualan untuk minggu ketiga bulan Maret. Auditor dapat memilih total



8



sampel sebanyak 100 dengan mengambil 5 blok dari 20 pos, 10 blok dari 10. 50 blok dari 2 atau satu blok dari 100. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan, probabilitas memperoleh sampel nonrepresentatif sangatlah besar, dengan mempertimbangk kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi, dan sifat musiman dari sejumlah bisnis. Sebagai contoh, dalam contoh sebelumnya, sampling 10 blok dari 10 dalam minggu ketiga bulan Maret sangatlah tidak tepat keti.nbang memilih 10 blok dari 10 dalam 10 bulan yang berbeda.



5. Sampling Untuk Tingkat Pengecualian



Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan apakah pengendalian berjalan secara efektif dan apakah tingkat kesalahan moneter berada di bawah batas yang dapat ditoleransi. Untuk melakukannya, auditor mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).Sebagai contoh, jika auditor menentukan bahwa tingkat pengecualian untuk verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3 persen, maka rata-rata 3 dari setiap 100 faktur tidak diverifikasi secara Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi: layak. Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi: 



Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien.







Salah saji moneter dalam populasi data transaksi







Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo akun.



9



6. Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik



Pertama auditor menentukan apakah akan menerapkan sampling nonstatistik terhadap atribut-atribut tersebut apabila sampling dapat diterapkan. Seperti dibahas sebelumnya, ada tiga fase dalam penerapan sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Auditor harus (1) merencanakan sampel; (2) memilih sampel dan menjalankan prosedur audit: aan (3) mengevaluasi hasil demi menyimpulkan tentang akseptabilitas populasi. Ketiga fase tersebut melibatkan 14 langkah yang ditetapkan dengan baik. Auditor harus mengikuti langkah-langkah tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar. Kita akan menggunakan contoh audit Hillsburg Hardware Co. untuk mengilustrasikan langkah-langkah dalam pembahasan berikut. Merencanakan Sampel 1) Menyatakan tujuan pengujian audit. 2) Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. 3) Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. 4) Mendefinisikan populasi. 5) Mendefinisikan unit sampling. 6) Menetapkan tingkat pengecualian yang dapai ditoleransi. 7) Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi 8) Mengestimasi tingkat pengecualian populasi. 9) Menentukan ukuran sampel awal. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit 10) Memilih sampel 11) Melaksanakan prosedur audit. Mengevaluasi Hasil 12) Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. 10



13) Menganalisis pengecualian. 14) Memutuskan akseptabilitas populasi.



a. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi sebagai: 1) Menguji keefektifan operasi pengendalian. Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter. Biasanya, tujuan pengujian tersebut dalam siklus pernjualan dan penagihan adalah menguji keefektifan pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta untuk menentukan apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas mengandung salah saji moneter. 2) Memutuskan Apakah Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program Sampling Audit Dapat audit dan memilih prosedur audit di mana ilustrasi, asumsikan sebagian program audit berikut: 3) Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa (prosedur analitis). 4) Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas (pengujian pengendalian). 5) Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat 



persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian).







keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian).







pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian).



6) Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing-masing ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian).



11



7) Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman terkait (pengujian substantif atas transaksi). Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis di mana sampling tidak layak diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit. Sampling audit dapat digunakan untuk ketiga prosedur lainnya. Sampling audit umumnya menerapkan pengendalian manual. b. Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendefinisikan dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi pengecualian. Kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian. c. Mendefinisikan Populasi Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi seperti yang telah didefinisikan. Auditor harus menguji populasi menyangkut kelengkapan dan rinciannya sebelum suatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel. Auditor mungkin saja hanya menggeneralisasi populasi yang telah dijadikan sampel. Sebagai contoh, ketika melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, biasanya auditor mendefinisikan populasi sebagai faktur penjualan yang tercatat selama tahun tersebut. Jika auditor hanya mengambil sampel dari transaksi selama satu bulan, tidaklah valid menarik kesimpulan mengenai Semua faktur untuk satu tahun. Auditor harus mendefinisikan populasi dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan pengujian audit. Dalam beberapa kasus, auditor mungkin harus mendefinisikan populasi secara terpisah untuk berbagai prosedur audit yang berbeda. 12



d. Mendefinisikan Unit Sampling Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman. Sebagai contoh, jika auditor ingin menguji keterjadian penjualan, unit sampling yang sesuai adalah faktur penjualan yang dicatat dalam jurnal penjualan Jika tujuannya adalah untuk menentukan apakah kuantitas barang yang diuraikan pada pesanan pelanggan telah dikirimkan dan ditagih dengan benar, auditor dapat mendefinisikan unit sampling sebagai pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, atau salinan faktur penjualan, karena arah pengujian audit bukan merupakan masalah bagi prosedur audit ini. e. Melaksanakan Prosedur Audit Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan mempertahankan catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan. Jika prosedur audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk setiap atribut. Untuk mendokumentasikan pengujian dan menyediakan intormasi demi keperluan review, umumnya auditor menyertakan skedul hasil. Beberapa auditor lebih suka menyertakan listing skedul semua item dalam sampel: sementara yang lainnya lebih suka membatasi pendokumentasian untuk mengidentifikasi pengecualian.



7. Distribusi Sampling



Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu Distribusi sampling memungkiakan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilinya setiap 13



sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, di mana memiliki satu dari dua nilai yang mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.



8. Aplikasi Sampling Atribut a. Merencanakan Sampling 1) Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. 2) Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. 3) Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. 4) Mendefinisikan populasi. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik 5) Mendefinisikan unit sampling. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. 6) Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. 7) Menetapkan ARO. Konsep penetapan risiko ini sama baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik. 8) Mengestimasi tingkat pengecualian populasi. 9) Menentukan ukuran sampel awal.



Ada empat factor yang menentukan



ukuran sampel awal baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik. 10) Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistik dan nonstatistik terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistic. 11) Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatstik. 12) Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan ARO tertentu, yang sekali 14



lagi menggunakan program computer khusus atau table yang dikembangkan dari rumus statistik. 13) Menganalisis pengecualian. Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik. 14) Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas populasi pada intinya sama baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik 9. Istilah-Istilah Penting Sampling 



Risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi (acceptable risk of overreliance = ARO) resiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima pengendalian sebagai efektif atau tingkat salah saji moneter sebagai dapat ditoleransi apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi







Tingkat pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception rate = CUER) Batas atas tingkat pengecualian populasi yang mungkin tingkat pengecualian tertinggi dalam populasi dengan ARO tertentu.







Atribut (attribute) Karakteristik yang sedang di uji dalam populasi







Estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated population exception rate = EPER) Tingkat pengecualian yang diharapkan akan ditemukan auditor dalam populasi sebelum pengujian dimulai.







Tingkat pengecualian (exception rate) Presentase item pada suatu populasi yang memasukan pengecualian dalam pengendalian yang di tuliskan atas kebenaran moneter. 15







Distribusi sampling (sampling distribution) Distribusi frekuensi hasil semua sampel yang mungkin dalam ukuran tertentu yang dapat diperoleh dari populasi yang mengandung beberapa parameter khusus.







Pemilihan sampel blok (block sample selection) Metode pemilihan sampel nonprobabilistik dimana setiap item dipilih dalam urutan yang terukur.



B. Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha.



1. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha : Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait,dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum. a) Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan file induk terkait dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum. b) Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada. c) Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. d) Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat. e) Klasifikasi. Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar. f) Pisah Batas. Pisah batas piutang sudah benar. g) Nilai Realisasi. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. 16



h) Hak. Klien memiliki hak atas piutang usaha.



a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I) Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.



b. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I) Dalam



melakukan



tugasnya,



auditor



pertama-tama



akan



memutuskan



pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.



c. Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I) Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal : 



Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.







Pengendalian terhadap pisah batas.







Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.



17



d. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II) Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.



e. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III) Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.



2. Konfirmasi Piutang Usaha



Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Standar auditing A.S. menunjukkan bahwa auditor harus menggunakan konfirmasi eksternal untuk piutang usaha yang materiaml. Konfirmasi mungkin tidak tepat dalam situasi berikut ini : 



Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responsnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat



18



diandalkan. Dalam industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respons terhadap konfirmasi sangatlah rendah. 



Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian adalah rendah yang mencukupi. Jikaklien memiliki pengendalian internal yang efektif dan risiko inheren yang rendah untuk siklus penjualan dan penagihan, auditor sering kali bisa memenuhi persyaratan bukti dengan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis.



a. Konfirmasi Positif (possitive confirmation) adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. 



Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form) adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimaannya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.







Konfirmasi faktur (invoice confirmation) adalah jenis konfirmasi positif lainnya di mana setiap faktur akan dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.



b. Konfirmasi Negatif (negative confirmation) juga ditunjukkan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.



Penentuan jenis konfirmasi mana yang akan digunakan berada di tangan auditor, dan harus berdasarkan fakta dalam audit. Standar auditing menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi negatif hanya dapat diterima jika seluruh situasi berikut tersedia : 1) Auditor telah menilai risiko salah saji yang material sebagai rendah serta telah memperoleh bukti yang tepat dan mencukupi tentang efektivitas perancangan serta pengoperasian pengendalian yang relevan atas asersi yang sedang diuji dengan prosedur konfirmasi.



19



2) Populasi item-item yang terkena prosedur konfirmasi negatif terdiri dari sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau pos-pos lainnya yang bernilai kecil dan homogen. 3) Auditor memperkirakan tingkat pengecualian yang rendah. 4) Auditor yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi negatif akan memberikan pertimbangan yang masuk akal. Sebagai contoh, jika tingkat respons terhadap konfirmasi positif pada tahun-tahun sebelumnya sangat tinggi atau jika ada tingkat respons yang tinggi dalam audit atas klien yang serupa, penerima mungkin akan memberikan pertimbangan konfirmasi negatif yang masuk akal. Konfirmasi negatif sering kali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industri lainnya di mana piutang berasal dari masyarakat umum. Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Hal ini akan memungkinkan auditor untuk menguji secara langsung saldo piutang usaha pada laporan keuangan tanpa harus membuat kesimpulan apa pun mengenai transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. c. Keputusan Sampling Ukuran Sampel Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan mencakup halhal berikut : 



Materialitas kinerja







Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelumnya, dan salah saji yang diharapkan)







Risiko pengendalian







Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian substantifatas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian yang terinci lainnya)







Jenis konfirmasi (negatif yang biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar) 20



Auditor harus melaksanakan prosedur demi menverifikasi alamat surat atau alamat email yang dipakai dalam konfirmasi. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan pelaksanaan prosedur tambahan apabila alamatnya adalah kotak pos atau alamat email tidak sesuai dengan alamat situs Web pelanggan. Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Sebagai contoh, nonrespons terhadap konfirmasi positif tidak meyediakan bukti audit. Demikian juga, untuk konfirmasi negatif auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa penerima menerima permintaan konfirmasi dan memverifikasi informasi yang diminta. Akan tetapi, konfirmasi negatif menyediakan sejumlah bukti untuk asersi ekstensi atau keberadaan. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumentasi berikut untuk memverifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir piutang usaha : Penerimaan Kas Selanjutnya Bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi meliputi pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha. Salinan Faktur Penjualan Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual. Dokumen Pengiriman Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas. Korespondensi



dengan



Klien



Biasanya,



auditor



tidak



perlu



ereview



korespondensi sebagai bagian dari prosedur alternatif, tetapi korespondensi dapat digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragunakan yang tidak terungkap oleh cara lainnya.



21



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan



Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya sampling audit



adalah agar



sampel yang diperoleh



representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi. Sampel haruslah mengandung stabilitas yang berarti apabila jumlah sampel ditambah hasilnya tidak berubah. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan pitang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri karena sifatnya yang berbeda.



22



Daftar Pustaka



Arens, Alvin A. , Randal J. Elder dan Mark S. Beasly. 2014. Auditing Jasa & Assurance. Edisi kelimabelas. Jakarta: Erlangga.



23