Makalah Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bimbingan dan Konseling di Sekolah



Makalah diajukan dalam rangka Penyelesaian tugas Bimbingan dan Konseling



Disusun Oleh : Nanang Fahminuddin



6301413042



UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan karunia dan lindungan-Nya. Begitu besar rasa syukur yang penulis rasakan, karena berkat Ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Bimbingan dan konseling di Sekolah. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Penyusunan makalah ini dilatar belakangi betapa pentingnya program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Oleh, karena itu penulis tertarik untuk membahasnya. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shaleh dan mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan sebagai proses perbaikan untuk karya tulis selanjutnya hingga menjadi lebih baik.



Semarang, 11 Juli 2015



Penulis



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………..…... DAFTAR ISI …………………………………………………………….……….. BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………….…………… 1.2 Rumusan Masalah …………………………………….…………….. 1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………….………… BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 2.1 Pengertian bimbingan dan konseling ……………………...…….…



i ii 1 1 2 2 3 3



2.1.1 Pengertian bimbingan ………………………….……..……..



3



2.1.2 Pengertian konseling ……………………………………..…. 2.2 Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah …………………….... 2.3 Fungsi bimbingan dan konseling di sekolah …………………….... 2.4 Prinsip-prinsip program bimbingan dan konseling di sekolah …... 2.5 Jenis-jenis masalah yang ada di sekolah …………………………. 2.6 Langkah-langkah bimbingan dan konseling di sekolah …………. BAB III PENUTUP ……………………………………………………….. 3.1 Kesimpulan ……………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA



2



4 7 8 11 13 14 17 17



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan



manusia.



Kenyataan



menunjukkan



bahwa



manusia



di



dalam



kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan. Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah guru memiliki perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah. Munculnya persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya fungsi, arah dan tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara terencana. Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru BK itu sendiri.



1.2 Rumusan Masalah



1



Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Apa pengertian dari bimbingan dan konseling? Apa tujuan dari bimbingan konseling disekolah? Apa fungsi bimbingan dan konseling di sekolah? Apa saja prinsip-prinsip program bimbingan dan konseling di sekolah? Apa saja jenis – jenis masalah yang ada di sekolah? Bagaimana langkah – langkah bimbingan dan konseling di sekolah?



1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dari bimbingan dan konseling 2. Untuk mengetahui asas – asas dari bimbingan di sekolah 3. Untuk mengetahui fungsi bimbingan di sekolah 4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip program bimbingan dan konseling di sekolah 5. Untuk mengetahui jenis – jenis masalah di sekolah 6. Untuk mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling di sekola



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian bimbingan dan konseling 2.1.1 Pengertian Bimbingan Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadangkadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja. Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling. Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan. Menurut Rochman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh Soetjopto, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Selanjutnya Bimo Walgito menyarikan beberapa rumusan bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai berikut: Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli itu dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan: a. Suatu proses yang berkesinambungan



3



b. Suatu proses membantu individu, c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan



agar



individu



yang



bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami



keadaan



dirinya



dan



mampu



menyesuaikan



dengan



lingkungannya. Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling. 2.1.2



Pengertian konseling



Secara



etimologis,



istilah



konseling



berasal



dari



bahasa



latin,



yaitu “Consilium”yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” Hallen, mengatakan bahwa istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” yang artinya memberi saran atau nasihat. Lebih lanjut lagi, Rogers, dikutip dari Hallen mengemukakan pengertian Konseling, adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Selanjutnya ada beberapa rumusan pengertian Konseling berdasarkan perkembangan sejumlah rumusan konseling menurut Jones, yang dikutip dari dasar – dasar bimbingan dan konseling sebagai berikut: Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan. Maclean, dikutip dari dasar–dasar bimbingan dan konseling, memberikan defenisi konseling sebagai suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka



4



antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah – masalah yang tidak dapat diatasi sendiri dan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. Sedangkan H. Kestur Partowisastro menyebutkan defenisi konseling dalam dua hal pengertian yaitu : a. Dalam arti luas Konseling adalah segala ikhtiar pengaruh psikologis terhadap sesama manusia. b. Dalam arti sempit Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa facet kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu. Dengan demikian, berdasarkan uraian defenisi di atas dapatlah disimpulkan, defenisi konseling secara sederhana yaitu : “Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada anak (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secaraface to fece, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”. Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi konseling diatas yakni, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan, yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan baik pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh lagi dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan–kebutuhan yang akan datang.



5



Hal - hal pokok yang terkandung dalam masing-masing defenisi di atas mengandung masing-masing rumusan konseling. Menurut pendapat Jones rumusan – rumusan defenisi konseling sebagai berikut : a. Konseling terdiri atas kegiatan : Pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa, untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. b. Bantuan itu diberikan secara langsung kepada siswa. c. Tujuan Konseling agar siswa dapat mencapai perkembangan yang semakin baik, semakin maju. Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling dari Maclean, yakni : a. Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan. b. Dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka. c. Individu yang di konseling adalah adalah individu yang sedang mengalami gangguan atau masalah. d. Terlatih baik dan telah memiliki pengalaman. e. Bertujuan untuk mengatasi suatu masalah / gangguan. Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling menurut Pepeinsky & Pepeinsky, adalah: a. Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang individu. b. Dilakukan dalam suasana professional c. Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya se-optimal mungkin secara mandiri.



2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Tujuan bimbingan dan



konseling



di sekolah adalah



agar



tercapai



perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan



6



potensi



atau



kapasitasnya



dan



agar



individu



dapat



berkembang



sesuai



lingkungannya. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dan kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut: a. Tujuan bimbingan bagi siswa: 1. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada 2. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti 3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan 4. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat 5. Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial. b. Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut: 1. Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa 2. Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan 3.



umum sekolah dan masyarakat Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam



4.



keseluruhan program pendidikan Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-



kebutuhan seluruh siswa c. Tujuan bimbingan bagi sekolah: 1. Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam 2. Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya 3. Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan 4.



personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang



telah



meninggalkan sekolah. d. Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).



7



2.



Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan



3.



keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong



4.



dan rasa kasih sayang. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-



5.



Nya. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan



baik



menanggulangi



berbagai



persoalan



hidup,



dan



dapat



memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. 2.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu



kepala



sekolah



beserta



stafnya



di



dalam



menyelenggarakan



kesejahteraan sekolah. Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. 2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.



8



Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. 3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. 4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching. 5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. 6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli



secara



tepat,



baik



sekolah/madrasah, memilih



dalam



memilih



dan



menyusun



materi



metode dan proses pembelajaran maupun



menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. 7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.



9



8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. 9. Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi



yang



akan



menyebabkan



penurunan



produktifitas



diri.



Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut : 1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya. Sekolah-sekolah kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak. Banyaknya jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi pokok dari bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang mencari dan membutuhkan bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda meskipun ada kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama. 2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak. Melaksanakan bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan yang akan diberikan.



10



3. Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya. 4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya. 2.4 Prinsip-prinsip Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Pelayanan BK secara resmi memang ada di sekolah tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam hal ini, Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (2009), menegaskan bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut. 1. Sasaran layanan: a. Melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial. b. Memerhatikan tahapan perkembangan. c. Memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan. 2. Berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu: a. Menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. b. Timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya. 3. Program pelayanan bimbingan dan konseling: a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengambangan



individu,



sehingga



program



bimbingan



konseling



diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik. b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan. c. Program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu. d. Program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diberikan penilaian hasil layanan. 4. Berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: a. Pelayanan diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri.



11



b. Pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri. c. Permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu. d. Perlu ada kerja sama dengan personal sekolah dan orangtuan dan bila perlu dengan pihak lai yang berwenang dalam permasalahan individu. e. Proses pelayanan bimbingan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan. Dengan demikian, prinsip bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu dan melayani dengan sepenuhnya para perserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari teman-teman sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan mereka dengan tidak dikecualikan sama sekali.



2.5 Jenis-Jenis Masalah Siswa di Sekolah Di sekolah siswa akan menemukan permasalahan – permasalahan yang ada di sekolah, menurut Heru Mugiarso, dkk (2006) terbagi dalam beberapa hal, yaitu : 1. Masalah Emosi Akibat adanya perubahan fisik dan kelenjar, emosi sangat kuat dan susah terkendali dan kadang-kadang tidak irasional. Contohnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya seiring tidak terkontrol. Keadaan tersebut menimbulkan permasalahan pada siswa. 2. Masalah Penyesuaian Diri Dalam hal ini perilaku teman sanagt berpengaruh terhadap perkembangan individu. Seperti sikap, minat dan gaya hidup. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka bergaul dengan lingkungan atau teman-teman yang kurang baik, karena jika mereka tidan menyesuaikan diri dengan baik maka mereka akan terperangkap pergaulan bebas. Dan kebanyakn siswa tidak terlalu memperdulikan akibat dari apa yang menjadi pilihannya, karena kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompoknya jauh lebih penting. 3. Masalah Perilaku Seksual



12



Pada nasa ini siswa menengah mulai tertarik pada lawan jenis dan dikuti oleh keinginan kuat untuk memperoleh keinginan dan perhatian dari lawan jenis akibatnya nafsu seksnya tinggi. Seharusnya mereka mendapatkan pendidikan seks dari orang tua, tapi kenyantaanya mereka mendapatkan informasi dari sumbersumber yang kurang baik. Misalnya adalah perilaku seks bercumbu, masturbasi, bersenggama. Dimana jika hal ini mereka lakukan dengan tidak menggunakan alat pengaman maka akan menimbulkan kehamilan. 4. Masalah perilaku sosial Adanya latar belakang ras, agama, status social, tingkat ekonomi dapat melahirkan kelompok-kelompok yang pemnebtukannya sesuai kesamaan yang mereka miliki. Hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan dan persaingan dalam hal yang kurang sehat. 5. Masalah moral Siswa-siswa yang berada pada tahap remaja masil labil, dan pada umumnya belum bisa membedakan mana yanh baik dan yang buruk untuk dirinya. Hal ini diakibatkan karena tidak menemukan konsep yang benar dalam kehidupan seharihari. 6. Masalah keluarga Hurlock



(1980,233)



mengemukakan



sebab-sebab



umumpertentangan



keluarga pada masa remaja: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang kritis pada remaja dan masalah palang pintu. Masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang, teman bergaul, teman lawan jenis yang ada criteria menurut keluarga.



2.6 Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Di Sekolah Penyusunan program bimbingan konseling (BK) di sekolah disusun harus merajuk kepada program sekolah secara umum. Artinya program BK di sekolah disusun tidak boleh bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. Selain itu,



penyusunan program BK harus sesuai dan berorientasi dengan



kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada



13



peserta didik,



ada



beberapa



tahapan



yang harus



dilaksanakan sebelum



melaksanakan bimbingan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Identidikasi Kasus Sebagai langkah awal ketika akan memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ialah identifikasi masalah yaitu mengamati peserta didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hal lain yang bisa dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada peserta didik, meminta peserta didik untuk menjelaskan masalah yang dihadapi, menanyai pendapat dari teman-teman dekatnya



maupun



melaksanakan



melihat



identifikasi



masa kasus



lalu



dari



peserta



mengumpulkan



data



didik



tersebut.Dalam



konselor



bisa



juga



menggunakan metode observasi yaitu dengan penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian-kejadian yang bisa langsung ditangkap pada waktu kejadian berlangsung. 2. Diagnosa Suatu proses penentuan masalah, yaitu dengan melihat hasil dari identifikasi yang telah dilakukan. Identfikasi sangat erat hubungannya dengan diagnosa karena ketika identifikasinya salah akan berakibat kesalahan juga dalam penentuan masalahnya. 3. Pragnosa Pragnosa merupakan bentuk penentuan penyelesaian dari permasalahan yang telah teridentifikasi. Penentuan opsi penyelesaian hendaknya menitik beratkan pada tingkat kesessuaian dan ketepatan dengan masalah yang ada. 4. Terapi Terapi merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling, proses terapi dilaksanakan secara berkesinambungan serta menghadirkan hal-hal yang sekiranya dapat mempermudah dalam mpelaksanaan terapi. 5. Evaluasi dan Tindak Lanjut Evaluasi merupakan hal yang terakhir dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. Evaluasi melihat seberapa besar pengaruh atau hasil dari terapi yang telah diberikan, evaluasi juga berfungsi untuk melihat sejauh mana tingkat



14



kesesuaian antara permasalahan yang dihadapi dengan penyelesaian yang telah diberikan. Apabila hasilnya positif (sesuai) maka terapi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara terus menerus sampai peserta didik mampu menggali potensi, serta mampu mengembangkan apa yang ia cita-citakan, namun begigu juga sebaliknya ketika hasil dari evaluasi menunjukan ketidak cocokan maka hal yang perlu dilakukan ialah melihat identifikasi apakah benar-banar sudah sesuai dengan prosedur yang standar atau belum. Untuk menyusun suatu program bimbingan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya: 1. Susunlah program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah. Karena dengan program yang relevan dengan kebutuhan ini, akan dapat berfungsi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya ditentukan prioritas penanganan masalah atau kebutuhan yang akan dilayani. 2. Mempertimbangkan sifat-sifat khas sekolah, yaitu: jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah, guru-huru, murid-murid dengan berbagai persoalan dan sika. Lingkungan tempat sekolah juga dapat menentukan sifat masalah dan kebutuhannya, umpamanya sekolah di kota besar, di desa, di lingkungan orang berada atau miskin. 3. Hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk di dalamnya petugas bimbingan yang telah ada sebagai pelaksana program bimbingan, ruangan yang telah tersedia dan dapat dipergunakan dan kemungkinan untuk bisa dikembangkan, dana yang tesedia dengan berbagai peralatan yang akan dipergunakan untuk memperlancar jalannya layanan bimbingan di sekolah. 4. Hendaknya ditentukan program kerja yang terinci dan sistematis dalam program bimbingan di sekolah berdasarkan masalah-masalah yang secara mendesak harus ditangani. Program kerja harus memberi jawaban atas permasalahan atau berbagai kebutuhan yang ada.



15



5. Handaknya ditentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yang merata dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu: kemampuan, minat, kesempatan dan bakat yang dimiliki oleh staf sekolah yang ada. 6. Menentukan organisasi, termasuk di dalamnya ialah kerja dan kerja sama dalam mewujudkan program bimbingan, cara berfungsinya tim atau personalia, berhubungan dengan tugas-tugas lainnya. 7. Hendaknya diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya untuk mengecek seberapa jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakan. Isi atau kegiatan yang diprogramkan, tidak hanya menyangkut bahan yang hendak disajikan tetapi juga metode penyajian maupun kegiatan penunjangnya.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh. Di samping itu, dalam perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga menganggu keberhasilan belajarnya. Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang di hadapi sering kali siswa memerlukan bantuan profesional. Sekolah harus dapat menyediakan layanan profesional yang di maksud berupa layanan bimbingan dan konseling, karena sekolah merupakan lingkungan akan yang penting sesudah keluarga.



Daftar Pustaka



Drs. Anas Slahudin, M.Pd. bimbingan & konseling, Bandung, Pustaka Setia, 2010



16



Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA., MM, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2008 Drs. Tohirin, M..Pd. Bimbingan konseling disekolah dan madrasah, Jakarta, PT Raja Grafindo persada, 2007 http://nopi-nurpatimah.blogspot.com/2011/12/makalah-bimbingan-dan-konselingdi.html http://www.kosmaext2010.com/makalah-bimbingan-konseling-peran-guru-dalampelaksanaan-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar.php Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset. Yogyakarta. Cet. Ke V Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc., Ed. Drs. Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta. Jakarta. Cet. Ke 2 Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Bimbingan dan Konseling Islam, PT. AMZAH, Jakarta, Cet. Ke-1 http://hany-umaroh.blogspot.com/2012/05/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html ( 11-6-2015) Drs. Heru Mugiarso,MPd.,dkk, bimbingan dan konseling,Semarang, Universitas Negeri Semarang Press, 2006 http://nopi-nurpatimah.blogspot.com/2011/12/makalah-bimbingan-dan-konselingdi.html. (11-6-2015)



2