Makalah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini “PENDEKATAN DAN TEKNIK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI “



KELOMPOK III 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Yoga Kusuma Eny Wiji Lestari Windy Ratnasari Shela Hario F Riowati Merry Nur Islamiati



121014034 121014002 121014018 121014224 121014007 121014012



Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Program Studi Bimbingan dan Konseling 2015 Kata Pengantar



Dalam rangka memperbanyak referensi studi dalam bidang pendidikan Indonesia, kami mencoba membuat bahan ajar mengenai “Penelitian Pendidikan” yang mana di dalamnya meliputi karakteristik dan prinsip riset Makalah ini merupakan bentuk tugas tertulis kami untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan dengan dosen pengampu Dr Tamsil Muis beserta Ibu Ari Khusumadewi yang selalu membimbing kami untuk terus memperbaiki kesalahan-kesalahan kami selaku mahasiswa. Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah kami beserta rekan-rekan kami tim penyusun makalah yang selalu ada untuk berusaha melakukan perbaikan-perbaikan makalah ini. Kami harap makalah ini bisa menjadi salah satu referensi dalam pendidikan khususnya mengenai penelitian pendidikan yang di dalamnya mencakup karakteristik dan prinsip penelitian pendidikan . Untuk lebih berterima kasih kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pembuatan makalah yang mendatang agar kami mampu menyajikan makalah yang lebih baik dari yang sekarang. Demikian semoga upaya ini bermanfaat, atas kesediannya membaca kami ucapkan terima kasih.



Surabaya, 13 September 2015 Hormat kami



Penulis



BAB II



PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Dalam pendidikan memang selalu ada hal yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan. Hal ini dikarenakan pendidikan memegang kunci utama dalam penentuan tinggi rendahnya mutu sumber daya manusia. Lagi pula, selalu ada perkembangan berarti dalam pendidikan, baik dari segi kurikulum, metode, dan media. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran. Berbagai masalah dalam proses belajar perlu diselaraskan dan distabilkan agar kondisi belajar tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demi mencapai tujuan tersebut, banyak para ahli yang meneliti tentang bagaimana untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karenanya, segala aspek dalam belajar dan mengajar selalu diperbaiki. Tidak halnya dalam bimbingan konseling, demi meningkatkan personalitas siswa, para ahli pun tak lepas mencari sesuatu yang dapat diperbaiki. Mulai dari pendekatan hingga permasalahan siswa tak lepas untuk diperhatikan. Karena semakin kompleksnya permasalahan siswa, bahkan tak hanya dari siswa sekolah menengah, saat ini para ahli mulai memperhatikan tentang kompleksnya permasalahan anak-anak SD bahkan AUD. Dengan berasumsi bahwa usia dini sangat penting karena menjadi pondasi bagaimana anak ketika besar nantinya. Oleh karena itu, agar layanan bimbingan dan konseling dapat tersalurkan pada anak usia dini, maka perlu adanya cara atau pendekatan maupun teknik yang digunakan. Dalam makalah ini, penulis mencoba memaparkan pendekatan dan teknik apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling anak usia dini.



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud pendekatan dan teknik? 2. Apa saja pendekatan yang ada dalam bimbingan dan konseling anak usia dini? 3. Apa saja teknik yang ada dalam bimbingan dan konseling anak usia dini



C. Tujuan 1. Mengetahui apa itu pendekatan dan teknik 2. Mengetahui pendekatan apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling anak usia dini



3. Mengetahui teknik apa saja yang ada dalam bimbingan dan konseling anak usia dini



BAB II PEMBAHASAN Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar “dekat” dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya, atau ada juga dalam beberapa referensi mengatakan jika Bimbingan dan Konseling adalah suatu layanan pemberian bantuan yang diberikan pada individu agar dapat menuntaskan tugas perkembangannya. Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain sebagainya. Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling. A. Pendekatan Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini 1. Pendekatan Krisis Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan



penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya. Bahkan mungkin guru atau pembimbing segera memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan membicarakan penyelesaian masalah yang telah dilakukannya. 2. Pendekatan Remedial Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahankelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan remedial untuk contoh kasus diatas, akan mengambil tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak dapat memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Misalnya guru atau pembimbing meminta anak yang telah melempar temannya dengan batu untuk meminta maaf atas perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali. Keterampilan berdamai yang diajarkan guru atau pembimbing kepada anak merupakan keterampilan yang belum dimiliki kedua anak tersebut dan merupakan kelemahan yang dapat memunculkan krisis terhadap keduanya. 3. Pendekatan Preventif Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut.Masalah-masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupa perkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu maka masalah dapat dihindari sebaik-baiknya. Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu. Dalam contoh kasus di atas, guru yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anak untuk mendengarkan cerita guru atau pembimbing yang memuat pesan untuk menjaga atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain dan belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain.



4. Pendekatan Perkembangan Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan di atas. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan anak didik, dengan kata lain bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan anak didik untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak dan di dalam kehidupan. Pendekatan perkembangan dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan anak, kebutuhan dan minat, serta membantu anak mempelajari keterampilan hidup (Myrick, 1993, dalam Muro & Kottman, 1995 : 5). Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial dan konseling. Di dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan anak didik akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan (guidance curriculum). Pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak didik dengan lingkungannya. Pemikiran ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan, yaitu : 1. Perkembangan adalah tujuan bimbingan; ini berarti bahwa petugas bimbingan atau guru perlu memiliki kerangka berpikir dan keterampilan yang memadai untuk memahami perkembangan anak didik sebagai dasar perumusan tujuan dan isi bimbingan. 2. Interaksi yang sehat merupakan iklim lingkungan perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru. Ini berarti bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangkan lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem pelaksanaan bimbingan.



Dalam pendekatan perkembangan tercakup juga pendekatan-pendekatan lain. Pembimbing yang melaksanakan pendekatan perkembangan sangat mungkin melakukan intervensi krisis, remedial, mengembangkan program pencegahan dan menggunakan kurikulum bimbingan (guidance curriculum) yang komprehensif (Baker, 1992; Myrick, 1993 dalam Muro & Kottman, 1995 : 5). Upaya bantuan yang diberikan terarah kepada pengembangan seluruh aspek perkembangan yang mencakup akademik (intelektual), sosial-pribadi, dan karir. (Reynolds, 1993 dalam Muro & Kottman, 1995:5). Dalam pendekatan perkembangan, perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada anak didik, dirumuskan secara komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi pengembangan program bimbingan. Esensi strategi untuk membantu mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan, terletak pada pengembangan lingkungan belajar, yaitu lingkungan yang memungkinkan anak didik memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. (Sunaryo Kartadinata, dkk, 1998 ) Di dalam lingkungan belajar dikembangkan peluang, harapan, pemahaman,persepsi yang memungkinkan anak memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka, atau mungkin mendorongnya untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang di dalam lingkungan belajar. Di dalam konsep bimbingan perkembangan, lingkungan belajar dirumuskan ke dalam konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia. 5. Pendekatan Tradisional 1. Fokus perhatiannya pertama-tama ditujukan kepada siswa-siswa yang mengalami krisis. 2. "Problem Oriented", dengan pendekatan secara klinik, diagnostik dan pemberian "treatment". 3. Memusatkan diri pada siswa-siswa yang mengalami mengalami kelainan sehingga kegiatannya hanya terbatas kepada sebagian kecil dari keseluruhan siswa 4. Mengumpulkan data tentang siswa, mengadakan scoring dan memasukkan ke dalam record. 5. Dalam konseling, konselor lebih banyak waktunya untuk "one to one relationship" terhadap siswa yang mengalami problem. 6. Hubungan dengan guru, Pembimbing sering juga mengadakan konsultasi dengan guru, tetapi jarang bersama-sama guru menghadapi konsultasi siswa-siswa untuk meningkatkan suasana belajar yang "favourable" dan kelancaran proses belajar.



7. Pembimbing sering juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, akan tetapi pokok pembicaraan hanya berkisar pada anak yang mengalami problem saja, tidak meliputi keseluruhan siswa di sekolah tersebut. 6. Pendekatan Developmental 1. Fokus perhatiannya ditunjukkan kepada seluruh siswa, seluruh tingkat umur, dan seluruh aspek pertumbuhan siswa. 2. Development-Oriented membimbing siswa dalam proses perkembangannya dan dalam total educative process. 3. Memusatkan diri kepada anak-anak yang normal dan kepada usaha-usaha penciptaan suasana belajar yang efektif, sehat dan segar. 4. Pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas



testing



program



dan



pengadministrasian data. JIka ia menyelenggarakan tes, bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keseluruhan siswa yang lebih luas. Kegiatan tes individual ditangani oleh psikolog atau oleh stafnya. 5. Pembimbing juga bukan lagi record keeper. Kegiatan tersebut ditangani stafnya, yakni untuk menjaga agar pembimbing tidak terlibat dalam hal-hal yang rutin, supaya dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menyeluruh dan lebih fundamental. 6. Dalam kegiatan konseling, lebih banyak digunakan group counseling dengan sasaran supaya siswa-siswa secara bersama-sama dapat saling meningkatkan self acceptance, self direction, dan self development. 7. Hubungan dengan guru, guru merupakan penanggungjawab utama terhadap siswa dalam kelasnya, sedang pembimbing sifatnya semata-mata hanya membantu. Bila terdapat kesulitan, guru sendiri yang menghadapi siswa. Bila dipandang perlu, guru dapat berkonsultasi pada pembimbing, atau jika perlu pembimbing berhadapan dengan siswa, biasanya dilakukan bersama guru. 8. Guru memiliki record tentang siswa-siswanya, paling tidak dengan anecdotal record. Guru mengumpulkan data tentang siswa dan menyimpannya. 9. Pertemuan dengan orang tua siswa tidak semata-mata membahas anak krisis, tetapi terutama untuk mendiskusikan peningkatan situasi belajar, hubungan saling membantu antara sekolah dengan rumah, antara sekolah dengan masyarakat, dan sebagainya. 7. Pendekatan Neotradisional



Pendekatan neotradisioanal merupakan masa transisi antara pendekatan tradisional dan pendekatan developmental. Meskipun dalam programnya sudah dicantumkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya developmental, tetapi karena konsep kerjanya masih tradisional maka pembimbing sering banyak terlibat dalam kegiatankegiatan konseling individual, testing dan sebagainya, sehingga terlupakan penciptaan climate yang efektif sehat dan segar. B.Teknik Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk PAUD tidaklah sama seperti kita melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah – sekolahs eperti SMA dan SMP karena anak-anak usia dini masihlahs angat butuh perhatian yang lebih dari anak–anak dewasa. Oleh karena itulah harus memperhatikan teknik pendekatan yang digunakan. Secara umum teknik yang digunakan untuk bimbingsn dan konseling anak usia dini antara lain sebagai berikut: 1. Aktif Apa yang di maksud aktif disini adalah guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga anak aktif bertanya, mempertanyakan dan menggemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu proses aktif dari anak dalam membangun pengetahuannya, bukannya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Anak usia dini lebih cepat lelah jika duduk diam di bandingkan kalau sedang berlari, melompat, atau sedang bersepeda. Maka dengan belajar yang aktif, motoric halus dan motoric kasar mereka akan berkembang dengan baik. Melalui belajar aktif segala potens ianak dapat berkembang secara optimal dan memberikan peluang anak untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan dan semua itu tidak pernah luput dari pengawasan kita. Misalnya:  Guru membiarkan anak- anak bertanya sebanyak apapun walaupun terkadang 



pertanyaan mereka menjengkelkan dan tak masuk akal. Membawa anak–anak belajar diluar ruangan sesuai dengan pelajaran yang kita berikan dan biarkan mereka berkreasi sesuka hati mereka dan tetap pengawasan guru.



2. Kreatif



Kreatif artinya memiliki daya cipta , memiliki kemampuan untuk berkreasi. Peran aktif anak dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan kepentingan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan–kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak. 3. Efektif Pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi anak sehingga dapat membekali anak dengan berbagai kemampuan setelah proses pembelajaran berlangsung kemampuan yang diperoleh anak tidak hanya berupa pengetahuan yang besifat verbalisme. Namun diharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna artinya tidak dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri anak sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) karna bermain dan bereksplorasi dapat membangun perkembangan otak , berbahasa, bernalar dan bersosialisasi. 4. Menyenangkan Perlu



tercipta suasana



pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak



memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar hingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian tingginya perhataian anak terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Kondisi yang menyenangkan , aman dann yaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otakberpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban menurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berfikir efektik,reatik dan agresif. Misalnya: 



Para guru menciptakan suasana yang menyenakan bagi anak- anak







Para guru memberikan pujian bagi anak – anak yang dapat menjawab pertanyaan dari guru