Makalah Bimbingan Perawatan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIMBINGAN PERAWATAN ANAK PRASEKOLAH DALAM ASPEK PERKEMBANGANNYA Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Perawatan Anak Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M. Pd.



Disusun oleh : Kelompok 5 Azzahra Nabila



1701412



Linda Hoerunnisa



1700831



Alifianisa Nur S



1700702



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Sholawat beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Ucapan terimakasih kepada para penulis terdahulu yang telah memberikan kami bahan-bahan untuk menyusun makalah ini, juga kepada Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M.Pd. selaku dosen pembimbing kami yang tidak pernah lelah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Perkembangan anak usia Prasekolah“ ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Perawatan Anak. Meskipun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi para penyusun umumnya bagi pembaca semua. Saran serta tegur sapa yang membangun dari pembaca semua kami harapkan dan nantikan, karena itu bernilai bagi kami selaku penusun makalah ini.



Bandung, 06 Agustus 2018



Penyusun



ii



Daftar Isi



Judul………………………………………………………………………………..i KATA PENGANTAR .............................................................................................ii Daftar Isi.................................................................................................................. iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 1 B.



Rumusan Masalah ........................................................................................ 2



C.



Tujuan .......................................................................................................... 2



D. Manfaat ........................................................................................................ 2 E.



Sistematika Penulisan .................................................................................. 3



BAB II ..................................................................................................................... 4 KAJIAN TEORI PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH ........................... 4 A. Pengertian Anak Prasekolah dan Perkembangan ......................................... 4 B.



Masa-masa Perkembangan ........................................................................... 5



C.



Prinsip-prinsip Perkembangan ..................................................................... 6



BAB III ................................................................................................................... 8 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8 A. Perkembangan Fisik Anak Prasekolah ......................................................... 8 B.



Perkembangan Sosial Emosional Anak Prasekolah ................................... 10



C.



Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah ................................................... 12



D. Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah ................................................. 14 E.



Perkembangan Moral Anak Prasekolah ..................................................... 18



BAB IV ................................................................................................................. 20 KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ....................................... 20 A. Kesimpulan ................................................................................................ 20 B.



Implikasi ..................................................................................................... 20



C.



Rekomendasi .............................................................................................. 21



Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak prasekolah adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Perkembangan anak prasekolah tidak sama dengan pertumbuhannya. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Pada perkembangan anak normal prasekolah, anak sudah mempunyai kemampuan untuk dapat berjalan dengan baik dan sudah mulai dapat mengkomunikasikan keinginannya, pikirannya dengan menggunakan bahasa lisan. Membantu proses pengembangan anak prasekolah harus melalui berbagai aspek perkembangan yang perlu diawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak, karena perkembangan anak prasekolah berbeda dengan perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik tersendiri dan anak memiliki dunianya sendiri. Untuk mendidik anak prasekolah, perlu dibekali pemahaman tentang dunia anak dan bagaimana proses perkembangannya. Dengan pemahaman ini diharapkan para pendidik anak memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menentukan proses pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya. Melalui suatu proses bimbingan dan perawatan terhadap perkembangan anak prasekolah, diharapkan orangtua atau pembimbing dapat menjadikan anak tidak hanya siap untuk memasuki sekolah, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, sosial, dan emosi, moral dan kebahasaannya sesuai dengan tingkat usianya,



1



maka dengan itu, penyusun akan membahas mengenai berbagai aspek perkembangan anak prasekolah. B. Rumusan Masalah Sehubung dengan penjelasan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut : 1.



Bagaimana perkembangan fisik pada masa anak usia prasekolah?



2.



Bagaimana perkembangan sosial emosional pada masa anak usia prasekolah?



3.



Bagaimana perkembangan bahasa pada masa anak usia prasekolah?



4.



Bagaimana perkembangan kognitif pada masa anak usia prasekolah?



5.



Bagaimana perkembangan moral anak pada masa anak usia prasekolah?



C. Tujuan Adapun tujuan dari hasil rumusan masalah diatas, sebagai berikut : 1. Dapat mendeskripsikan perkembangan fisik anak pada masa prasekolah. 2. Dapat mendeskripsikan perkembangan sosial emosional anak pada masa prasekolah. 3. Dapat mendeskripsikan perkembangan bahasa anak pada masa prasekolah. 4. Dapat mendeskripsikan perkembangan kognitif anak pada masa prasekolah. 5. Dapat mendeskripsikan perkembangan moral anak anak pada masa prasekolah. D. Manfaat Manfaat makalah ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengentahuan sebagai masukan yang dapat dijadikan bahan kajian untuk mahasiswa, guru, dosen, orang tua dan pembimbing anak yang sedang memperlajari ilmu Bimbingan Perawatan Anak khususnya mengenai perkembangan anak prasekolah. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari makalah ini adalah sebagia berikut:



2



a. Bagi penulis, makalah ini bermanfaat untuk menambah pengalaman serta ilmu pengetahuan mengenai perkembangan anak prasekolah b. Mampu memberikan gambaran bagi orangtua atau pendidik bagaimana upaya agar mereka dapat mengetahui perkembangan anak usia prasekolah. E. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan pada makalah ini yaitu sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Berisi mengenai Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan 2. Bab II Kajian Teori Berisi tentang teori yang mendukung penulisan makalah ini. Teori tersebut mengenai Pengertian Anak Prasekolah dan Perkembangan, Masa-masa Perkembangan, Prinsip-prinsip Perkembangan dan Tugas Perkembangan. 3. Bab III Pembahasan Pada pembahasan ini berisi mengenai uraian Bimbingan Perawatan Anak dalam Aspek-aspek Perkembangan Anak Prasekolah 4. Bab IV Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi Bab ini merupakan bab akhir pada makalah ini. Pada bab ini membahas simpulan, implikasi dan rekomendasi makalah ini.



3



BAB II KAJIAN TEORI PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH A. Pengertian Anak Prasekolah dan Perkembangan Menurut Biechler dan Snowman (1993), sebagaimana dikutip oleh Soemiarti Patmonodewo, mengatakan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan – 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan sebagai berikut : 1. Perubahan bersifat sistematis Perubahan dalam perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. 2. Perubahan bersifat progresif Perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitaif. 3. Perubahan bersifat berkesinambungan Berkesinambungan ditunjukan dengan adanya perubahan yang berlangsung secar beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau karena unsur kebetulan.



4



B. Masa-masa Perkembangan Charlotte Buhler, seorang ahli psikologi, dalam bukunya Practische Kinder Psichologie, 1949, mengemukakan masa perkembangan anak dan pemuuda sebagai berikut: 1. Masa pertama, usia sampai 1 tahun Masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. Peristiwa yang penting pada masa ini, yaitu belajar berjalan dan berbicara. 2. Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun Dunia luar semakin anak kuasai yang dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa dan pertumbuhan kemauannya. Bila ia berusia 3 tahun, ia akan mengalami krisis pertama atau trotzalter 1 yang menurut Oswald Kroh disebut juga masa menentang. 3. Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun Keinginan bermain berkembang semakin bekerja. Rasa tanggung jawab dan rasa sosialnya semakin tinggi. Pandangan terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima secar objektif. 4. Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun Keinginan maju dan memahami kenyataan mencapai puncaknya. Pada masa ini, mereka mengalami masa krisis dalam proses perkembangannya. Anak juga mulai timbul kritik terhadap diri sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan tenaga sendiri, disertai berbagai pertentangan yang timbul dengan dunia lingkungan dan sebagainya. 5. Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun Masa ini dilalui dengan dua peristiwa penting yaitu awal pubertas dan akhir pubertas. Masa awal pubertas, anak memiliki kemampuan dan kesadaran anak terus meningkat yang mempengaruhi sifat-sifat dan tingkah lakunya. Pada awal pubertas ini anak selalu merasa gelisah karena sedang mengalami sturm und drang (ingin memberontak, gemar mengkritik, suka menentang dsb.). Masa akhir pubertas, anak mulai mencapai perpaduan, keseimbangan anatar dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan dan anak membentuk pribadi, menerima norma budaya dan kehidupan.



5



C. Prinsip-prinsip Perkembangan 1. Development is Lifelong Perkembangan adalah proses perubahan sepanjang hidup. Setiap periode dari rentang kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya dan apa yang terjadi saat ini akan pula mempengaruhi apa yang akan terjadi kemudian. 2. Development is Multidimensional Perkembangan berlangsung dalam banyak dimensi (multidimensional). Maksudnya, perkembangan terjadi pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial. 3. Development is Multidirectional Perkembangan berlangsung dalam lebih dari satu arah (multidirectional). Sejalan dengan meningkatnya kemampuan di satu area, seseorang mungkin akan mengalami penurunan dalam area yang lain dalam waktu yang bersamaan. Anak-anak kebanyakan tumbuh dalam satu arah, yaitu ke arah peningkatan, baik dalam ukuran maupun kemampuan. Remaja, secara khusus, mengalami peningkatan dalam kemampuan fisik, tetapi kecakapannya dalam belajar bahasa mengalami penurunan. Beberapa kemampuan, seperti perbendaharaan kata, secara khusus berlanjut meningkat sepanjang masa dewasa; hal yang lain, seperti kemampuan memecahkan masalah yang asing bagi seseorang, mungkin menurun. Akan tetapi, beberapa hal, seperti keahlian, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Manusia belajar untuk memaksimalkan hal-hal yang dapat ditingkatkan dan meminimalkan penurunan dengan cara belajar mengelola atau mengompensasi hal-hal tersebut. 4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan budaya. Keseimbangan di antara kedua pengaruh tersebut berubah sepanjang waktu. Pengaruh biologis, seperti ketajaman sensoris dan memori, menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, dukungan budaya, seperti penemuan kacamata dan buku agenda, dapat mengompensasi penurunan yang terjadi.



6



5. Development Involves Changing Resource Allocations Seseorang dapat mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energi, talenta, uang, dan dukungan sosial dalam cara yang beragam. Pada masa anak-anak dan dewasa muda, sumber-sumber tersebut digunakan untuk pertumbuhan. Orang-orang lanjut usia menggunakan sumber yang ada untuk menghadapi kehilangan atau penurunan. Pada usia tengah baya, alokasi antara ketiga fungsi tersebut terlihat lebih seimbang. 6. Development Shows Plasticity Banyak kemampuan dapat ditingkatkan melalui latihan. Misalnya, anakanak yang mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis, dapat dilatih dengan mengikuti program remedial. Namun, beberapa kemampuan tetap memiliki keterbatasan sekalipun telah dimodifikasi. 7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context Manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan budayanya.



7



BAB III PEMBAHASAN A. Perkembangan Fisik Anak Prasekolah Fisik atau tubuh manusia merupakan sitem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan, semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mmengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : 1. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. 2. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. 3. Kelenjar endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja, perasaan senang berkembang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis. 4. Stuktur fisik atau tubuh, yang melipti tinggi, berat dan proporsi. Awal dari perkembangan pribadi seseorang asasnya bersifat biologis. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dan konstitusi stuktur dan kondisi tahan dengan masalah body-image, self-concept, self esteem dan rasa harga dirinya. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan ekspolarasiterhabat lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orangtuanya. Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (2-6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antarra anak usia bayi dan prasekolah. Perbedaannya terletak pada penamplan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam poal-pola seperti; menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara santai, dan mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai kaki.



8



Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi. Ada dua macam tipe perkembanagn fisik anak prasekolah, yaitu : 1. Perkembangan Motorik Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Perkembangan motorik itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu motorik kasar seperti memanjat, berlali, melopat dan motorik halus seperti menggambar, mewarnai, meronce, melipat. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitasnya. Anak cenderung menunjukkan gerakan gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena ini, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak nanti di sekolah dasar. Seiring dengan perkembangan fisik ini, bagi anak usia prasekolah tepat sekali untuk dilatih hal-hal berikut: a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar. b. Keterampilan berolahraga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga. c. Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat, dan berlari. d. Berbaris-baris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban. e. Gerakan-gerakan ibadah shalat. 2. Pertumbuhan Fisik Pada anak-anak, perkembangan fisik mengikuti suatu pola tertentu, meliputi : a. Otot besar berkembang sebelum otot yang lebih kecil. Otot dibagian pusat tubuh, lengan dan kaki berkembang lebih dulu sebelum otot yang terletak di jari dan tangan. Anak-anak belajar untuk menguasai kegiatan yang



9



menggunakan motorik kasar lebih dulu sebelum dapat menguasai gerakan yang menggunakan fungsi motorik halus b. Bagian tengah tubuh berkembang sebelum area lainnya. Otot-otot yang bertempat dibagian tengah tubuh menjadi semakin kuat dan berkembang lebih awal daripada otot-otot yang berada di kaki dan tangan. c. Perkembangan mulai dari atas ke bawah dan sebaliknya. Inilah sebabnya seorang bayi lebih dulu belajar untuk mengangkat kepalanya sebelum ia bisa belajar berjalan, karena perkembangan otot pada anak terjadi mulai dari kepala lebih dulu. B. Perkembangan Sosial Emosional Anak Prasekolah Endang Purwanti dan Nur Widodo, berpendapat bahwa “Perkembangan sosial adalah proses untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, berupaya diterima lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan pola perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.” Untuk menjadi manusia yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses yang terpisah tetapi berjalan secara seiring yaitu: a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. b. Untuk hidup bermasyarakat maka anak harus mengetahui standar perilaku bagi anggota kelompok. c. Berperilaku sesuai dengan standar dan pola perilaku yang dapat diterima. Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan pada tahap ini adalah: a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak



10



diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku. George Morisson (2012: 221) mengemukakan, perkembangan sosial emosi yang positif memudahkan anak untuk bergaul dengan sesamanya dan belajar dengan lebih baik, juga dalam aktifitas lainnya di lingkungan sosial. Pada saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang aman, kekehidupan baru yang tidak dialami anak pada saat mereka berada di lingkungan keluarga. Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara teman sebaya, guru dan orang dewasa di sekitarnya. Sosial emosional anak usia prasekolah merupakan suatu proses belajar anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada dan anak lebih mampu untuk mengendalikan perasaan-perasaannya yang sesuai dengan kemampuan mengidentifikasikan dan mengungkapkan perasaan tersebut. Sosial emosional anak berlangsung secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling. Tidak setiap anak berhasil melewati tugas perkembangan sosial emosional pada usia dini, sehingga berbagai kendala dapat saja terjadi. Proses pembelajaran sosial emosional pada anak selain mendengarkan dan melakukan nasihat orangtua atau guru, juga dengan mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya pada diri orangtua atau guru. Mengingat anak dapat belajar denga memperhatikan cara orang dewasa bertindak dan berperilaku maka orang tua atau guru dapat mengajarkan sesuatu dengan memberikan contoh keteladanan. Conny, R. Semsubjekwan (2000:149) mengemukakan, sosial emosional anak usia prasekolah mempunyai beberapa aspek yang sangat esensial yang perlu dikembangkan, aspek tersebut meliputi perkembangan emosi dan hubungan pertemanan, perkembangan identitas diri, perkembangan kesadaran identitas jenis kelamin, serta perkembangan moral. Rita Eka Izzaty berpendapat bahwa ada beberapa aspek dalam sosial emosional anak. Aspek-aspek tersebut adalah elemen-elemen sosial dalam bermain, otonomi dan inisiatif yang berkembang perasaan tentang diri, hubungan



11



teman sebaya, konflik sosial, perilaku prososial, ketakutan-ketakutan anak dan pemahaman gender. C. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata, dan bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda. Vygotsky (1978: 80) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seiring dengan



perkembangan



kognitif,



malahan



saling



melengkapi,



keduanya



berkembangan dalam satu lingkup sosial. Jean Piaget (Santrock, 1995: 238) berpendapat bahwa berpikir itu mendahului bahasa dan lebih luas dari bahasa. Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selau mendahului bahasa. Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada dilingkungan, mengenalkan anak pada pandangan-pandangan yang berbeda dan memberikan informasi pada anak. Bahasa adalah salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam sistem kognitif manusia. Piaget meneliti perkembangan bahasa dan cara berfikir anak-anak. Hasil dari penelitiannya ia mengatakan bahwa, percakapan pada perkembangan bahasa anak berisifat egosentris, sesudah berbahasa egosentris, percakapan anak-anak akan berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa sosial. 1. Bahasa Egosentris Bahasa egosentris adalah bentuk bahasa yang lebih menonjolkan keinginan dan kehendak seseorang. Contohnya, anak menangkap suatu percakapan, kemudian percakapan itu diulanginya untuk dirinya sendiri. Sambil anak bermain, anak berkata-kata tentang sesuatu yang dikerjakannya, tetapi ia tidak menunjukan pembicaraan itu kepada orang lain. Walaupun ia berbicara pada orang laiin, percakapan yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Sebelum anak selesai berbahasa egosentris, anak belum siap untuk mulai berbahasa sosial. 2. Bahasa Sosial Bahasa sosial adalah bentuk bahasa



yang dipergunakan untuk



berhubungan dengan orang lain. Selain itu juga, dipergunakan untuk bertukar



12



pikiran dan untuk mempengaruhi orang lain. Bentuk bahasa yang digunakan ialah informasi, kritik, permintaan, dan pertanyaan. Perkembangan bahasa pada anak dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap, yaitu sebagai berikut ; 1. Tahap Pertama, Usia 2 tahun - 2,5 tahun a. Anak sudah dapat menyusun kalimat tunggal yang sempurna. b. Anak sudah mulai dapat memahami tentang berbandingan. c. Anak banyak menanyakan nama dan tempat (apa? Dimana? Darimana?) d. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran. 2. Tahap Kedua, Usia 2,6 tahun - 6 tahun a. Anak sudah dapat menggunakan kaliamat majemuk beserta anak kalimatnya. b. Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaannya. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimplikasikan perlunya anak untuk memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti di bawah, di dalam, di atas dan di samping. Mereka lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda.



13



Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa. Bentuk dan fungsi bicara saling berkaitan. Bila anak telah menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, mereka juga akan dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih efektif. Salah satu fungsi berbicara untuk komunikasi adalah mengobrol (social speech). Mengobrol adalah berbicara yang mempunyai makna sosial. Tujuannya adalah untuk didengar dan dimengerti oleh orang lain dan bukan oleh diri sendiri. Oleh karena itu mengobrol adalah salah satu ekspresi kebutuhan akan orang lain dan dipergunakan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi bersama mereka. Mengobrol itu sendiri dapat berbentuk tanya jawab, bertukar pikiran atau informasi tetapi dapat pula berisi kritikan, suruhan, permintaan atau ancaman. Selain itu pengetahuan umum yang dikuasai oleh anak sangat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi mereka. Pada anak-anak usia prasekolah, jika mereka tidak mau berkomunikasi, bukan selalu berarti bahwa mereka tidak mampu berbicara, tetapi lebih banyak karena mereka tidak mau.



D. Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup : mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat



14



informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti : dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan. Hal-hal yang termasuk dalam aktivitas kognitif adalah: 1. Mengingat. Mengingat merupakan aktivitas kognitif dimana orang menyadari bahwa pengetahuan berasal dari kesan-kesan yang diperoleh dari masa lampau. Bentuk mengingat yang penting adalah reproduksi pengetahuan, misalnya ketika seorang anak diminta untuk menjelaskan kembali suatu pengetahuan atau peritiwa yang telah diperolehnya selama belajar. 2. Berfikir. Pada saat berfikir anak dihadapkan pada obyek-obyek yang diwakili dengan kesadaran. Jadi tidak dengan langsung berhadapan dengan obyek secara fisik seperti sedang mengamati sesuatu ketika ia melihat, meraba atau mendengar. Dalam berfikir obyek hadir dalam bentuk representasi, bentuk-bentuk representasi yang paling pokok adalah tanggapan, pengertian, atau konsep dan lambang verbal. Makin berkembang seseorang, makin kayalah anak akan tanggapan-tanggapan. Hubungan atas tanggapan-tanggapan mulai dipahami manakala hubungan yang satu dengan yang lain mulai dipahami secara logis. Perkembangan berikutnya anak akan mampu menentukan hubungan sebab akibat. Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif



15



diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : a.



Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun) Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi. Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.



b.



Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun) Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan dalam peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat, kemampuan anak menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya. Pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Berkaitan dengan masalah ini Piaget dikenal dengan eksperimennya melalui Tiga Gunung yang sering digunakan untuk mempelajari masalah egosentrisme.



16



Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila situasi A beralih pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak memperhatikan perpindahan dari A ke B. c.



Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun) Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu



dimensi



secara



serempak



dan



juga



untuk



menghubungkan



dimensi-dimensi itu satu sama lain. Oleh karenanya masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik. d.



Operasional Formal ( 11 - 16 tahun) Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya. Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya atau platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas pemikiran terjadinya mobil mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget. Setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui



ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap



17



sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya. Kognitif merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. karena proses kognitif banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan. E. Perkembangan Moral Anak Prasekolah Moral berasal dari kata latin mores yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Jean Piaget (Sinolungan, 1997), mengemukakan bahwa hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, Kohlberg (Gunarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa



dari



lahir,



tapi



sesuatu



yang



berkembang



dan



dapat



diperkembangkan/dipelajari. Selaras dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan moral anak usia prasekolah memiliki pertimbangan moral yang bersifat objektif. Artinya dalam memberikan pertimbangan moral, anak usia ini melihat suatu tingkah laku hanya dari segi tingkah laku itu sendiri. Perbuatan salah atau benar misalnya, ditentukan oleh pertimbangan konsekuensi dari perbuatan itu sendiri. Dalam kajian teoritis Kohlberg dalam penelitian panjangnya menyimpulkan bahwa : "Perkembangan moral anak akan sejalan dengan perkembangan penalaran moral yang terdiri dari moral reasoning, moral thinking, dan moral judgment." Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai moral, diekspresiakan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Sikap moral yang negatif diekspresikan dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang, terhadap nilai moral yang ada di masyarakat.



18



Selain teori perkembangan moral, dalam mempelajari pola perkembangan moral yang berkaitan dengan ketaatan akan suatu aturan yang berlaku universal, perlu dibahas mengenai disiplin. Disiplin berasal dari kata disciple yang berarti seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin diperlukan untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan aturan dan peran yang ditetapkan dalam kelompok budaya tempat orang tersebut menjalani kehidupan. Melalui disiplin, anak belajar untuk bersikap dan berperilaku yang baik seperti yang diharapkan oleh masyarakat lingkungan.



19



BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perkembangan merupakan suatu proses perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan



pada



masa



anak



usia



prasekolah



merupakan



proses



perkembangan yang sangat penting, karena pada masa ini anak berada pada masa golden age, masa dimana anak mengalami banyak perubahan baik dari segi fisik maupun mentalnya. Perkembangan pada masa usia prasekolah ditunjukkan dengan beberapa perubahan yaitu: 1. Perubahan bersifat sistematis 2. Perubahan bersifat progresif 3. Perubahan bersifat berkesinambungan Ada lima perkembangan yang dialamai anak pada masa prasekolah, yaitu: 1. Perkembangan fisik, 2. Perkembangan sosial emosional, 3. Perkembangan bahasa, 4. Perkembangan kognitif, dan 5. Perkembangan moral. B. Implikasi Anak berkembang dari masa ke masa, dan pada masa prasekolah anak mengalami beberapa perkembangan. Tahapan-tahapan perkembangan anak pada masa prasekolah ini tidak lepas dari peran orangtua atau guru anak tersebut, maka implikasi yang dapat penulis simpulkan adalah lebih mengarah kepada ciri perkembangan anak itu sendiri, diantaranya adalah: 1. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam poal-pola seperti; menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara



20



santai, dan mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai kaki.. terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi (perkembangan fisik). 2. Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya (perkembangan sosial emosional). 3. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti di bawah, di dalam, di atas dan di samping. Mereka lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda (perkembangan bahasa). 4. Pada usia 3 tahun anak mulai bisa mengelompokkan benda-benda sesuai dengan kategorinya (perkembangan kognitif). 5. Anak merasa bersalah dan malu apabila bersikap atau berperilaku tidak seperti yangdiharapkan atau juga melanggar aturan (perkembangan moral). C. Rekomendasi Makalah ini ditulis untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi para pembaca khususnya bagi orangtua dan pendidik anak ataupun calon orangtua dan calon pendidik anak untuk dapat memahami dan mengetahui setiap tahapan perkembangan yang dilalui anak pada masa prasekolah. Sehingga orangtua dan pendidik anak dapat membantu proses perkembangan anak prasekolah dan anak untuk mencapai tugas pekembangannya.



21



Daftar Pustaka Nurjannah. 2017. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Keteladanan. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam. 14(1). 50-61. Laila Maharani. 2014. Perkembangan Moral Pada Anak. Konseli: Jurnal Bimbingan dan Konseling. 01 (2). 104-109. L, Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Melly,S.S.Rifai. 1993. Tugas-tugas Perkembangan dalam Rangka Bimbingan Perawatan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syaodih, Ernawulan. Psikologi Perkembangan. AK Anak - Bandung: Mandar Maju, 1995 - academia.edu. Diakses pada 4 Agustus 2018. Hildayani,



Rini.



Modul



Perkembangan



Manusia.



http://repository.ut.ac.id/4693/1/PAUD4104-M1.pdf. Diakses pada 4 Agustus 2018. Metode Lagu dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Anak Prasekolah.



Diambil



dari:



http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005-sitifaid ah-403-Bab2_310-4.pdf. Diakses pada 4 Agustus 2018.



22