Makalah BMR Sejarah Dan Diaspora Melayu Riau [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH DAN DIASPORA MASYARAKAT MELAYU



Dosen pengajar : Diah Anugrah Dipuja, M.Pd Ditulis oleh : Bintora Harican Rachyl Afrido Rahma Aisyah Rini Ardianti Taufiq Murtadho Teresia Noni Lidia



JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU



Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan Diaspora Masyarakat Melayu” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd, pada mata kuliah Budaya Melayu Riau di Universitas Riau. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu Riau. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait mata kuliah Budaya Melayu Riau. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.



Riau, 1 September 2021



Tim Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar..........................................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 Latar Belakang.....................................................................................................1 Rumusan Masalah................................................................................................1 Tujuan..................................................................................................................1 Manfaat................................................................................................................1 BAB II......................................................................................................................2 PEMBAHASAN......................................................................................................2 Proto-Deutro Melayu...........................................................................................2 Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno.........................................................................3 Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial..............................................................5 Kedaulatan Melayu Islam di Riau....................................................................5 Riau Menantang Penjajah................................................................................8 Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan....................................................10 Pengibaran Awal Merah Putih.......................................................................10 Agresi Militer Belanda I................................................................................10 Agresi Militer Belanda II...............................................................................11 Provinsi Sendiri..............................................................................................11 BAB III..................................................................................................................13 PENUTUP..............................................................................................................13 Kesimpulan........................................................................................................13 Saran..................................................................................................................13 Daftar Pustaka........................................................................................................14



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang Melayu ialah salah satu dari bangsa dalam keluarga rumpun bangsa yang sangat luas yang dikenal sebagai Melayu- Polinesia ataupun Austronesia. Antara suku-suku bangsa dalam rumpun ini ialah Melayu, Jawa, Bugis, Sunda, Maori, Hawaii, Fiji, dan sebagainya. Wilayah yang dikatakan merupakan wilayah bangsa Melayu adalah sangat luas(Husni, 2018). Berdasarkan buku kajian Walace, seorang pakar Antro-pologi dan Sejarah dunia daripada Universiti Oxford (1863)(Royal et al., 2009), bukunya yang bertajuk The Malay Archipelago, beliau mendefinisikan penduduk gugusan Kepulauan Melayu sebagai rantau Asia Tenggara yang hampir-hampir berbentuk segi tiga, bermula di Pulau Nikobar di Timur Laut ke Pulau Solomon di Tenggara, dan dari Luzon di Utara ke Rotti dekat pulau Timor di Selatan. Kawasan yang luas itu dibahaginya kepada beberapa kumpulan kumpulan: Kepulauan IndoMalaya, Kepulauan Timor, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Papua. Terdapat banyak teori-teori mengenai asal-usul Melayu,antaranya ialah Melayu berasal daripada Yunnan dan Taiwan. Namun, teori terbaru yang dikeluarkan oleh pakar arkeologi di Malaysia mengatakan bahawa bangsa Melayu sebenarnya sudah berada di Nusantara sejak 74000 SM. Antara pakar arkeologi yang mengeluarkan teori ini adalah Datuk Dr Wan Hashim Wan Teh(Wan Teh, 2012) dan teori ini sekaligus mematahkan semau teori yang sudah lapuk ditelan dek zaman. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja sejarah masyarakat melayu? 2. Dimana saja persebaran masyarakat melayu? 3. Bagaimana kehidupan masyarakat melayu? C. Tujuan 1. Mengetahui sejarah masyarakat melayu? 2. Mengetahui persebaran masyarakat melayu? 3. Mengetahui kehidupan masyarakat melayu? D. Manfaat 1. Mahasiswa diharapkan dapat memperdalam ilmu budaya melayu. 2. Digunakan sebagai bahan bacaan dibidang pendidikan.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Proto-Deutro Melayu. Bangsa Weddoide merupakan gelombang kedatangan manusia pertama di riau dan juga gelombang kedatangan awal manusia di Indonesia. Secara umum sampai saat ini, gelombang kedatangan tersebut berasal dari daratan asia yang salah satu wilayah lintasan pertamanya adalah selat melaka sebelum mencapai sumatra. Bangsa weddioide merupakan bangsa yang mengendara, hidup berpindah-pindah karena sumber mata pencarian mereka tergantung pada hasil buruan. Di riau sekarang mereka diidentifikasi sebagai orang asli sakai dan hutan. Dalam kehidupan sehari-hari pada msa yang lampau tersebut, mereka menggunakan kapak batu sebagaimana layaknya masyarakat zaman mezolithicum. Mereka kemudian mengembangkan diri untuk menetap di suatu kawasan dan mulai mengenal bercocok tanam. Mulai dari tahun 2500 SM sampai 300 SM terjadi dua gelombang kedatangan manusia yang disebut proto-melayu dan deutro- melayu. Baik proto-melayu maupun deutro-melayu masing-masing memiliki kelebihan dibandingkan Weddoide. Proto-melayu sudah memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi dalam bercocok tanam. Kecenderungan proto-melayu tidak berpindah-pindah, menyebabkan muncul pemukiman-pemukiman baru. Hal ini dapat dikesani dalam kehidupan suku talangmamak, Laut,dan Akit. Seperti suku di atas, mereka disebut orang asli. Di sisi lain deutro-melayu sudah dapat mengembangkan dirinya pada tahap yang belum tercapai oleh proto-melayu. Kecenderungan proto-melayu yang mulai menetap dalam suatu kawasan adalah juga kecenderungan utama deutro-melayu, memungkinkan terjadinya perkongsian hidup di antara mereka, meskipun tidak sedikit manusia dari kalangan proto-melayu, harus mengasingkan diri. Deutromelayu berkomunikasi dengan luar, sehingga tatanan hidup mereka lebih bervariasi. Jejak deutro-melayu ini antara lain dapat ditemukan di Bangkinang, Kuatanmudik, dan Rokan melalui penemuan arca serta perhiasan dari bahan perunggu. Kenyataan di atas memperlihatkan, deutro-melayu yang sudah berbaur dengan penduduk sebelumnya dan melakukan kontak dengan kawasan di sekitarnya, sudah pasti memunculkan pemukiman-pemukiman. Sekilas dapat dibayangkan, perhiasan dan area yang ditemukan di sejumlah tempat sebagaimana disebutkan di atas, merupakan bagian dari sikap individu dalam berinteraksi sesamanya.



2



B. Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno. 1. Kandis dan Koto Alang. Kandis merupakan salah satu kerajaan tua yang pernah ada di riau. Belum dapat diketahui secara pasti tahun berapa kerajaan ini didirikan. Catatan tentang kerajaan kandis ditemukan dalam kitab Negara Kertagama yang menyebutkan bahwa kandis merupakan salah satu kerajaan yang berada dalam taklukan Majapahit. Daerah kekuasaan kandis diperkirakan meliputi daerah Kuantan sekarang yang mulai dari hulu Batang Kuantan Lubuk Ambaceng sampai ke Cerenti. Ibukota kerajaan kandis adalah Padang Candi, yaitu suatu tempat di pinggir Batang Kuantan. Dinamakan Padang Candi karena di situ terdapat gugusan candi. Seangkatan dengan kandis, ditemui pula beberapa kerajaan. Di antara kerajaan yang dimaksud adalah Koto Alang. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sebelum masehi sampai abad ke-2. Diperlukan 2 hari berjalan kaki untuk menempuh pusatnya yang sudah tertimbun tanah. Diduga Koto Alang memiliki peradaban yang tinggi sehingga banyak dikaitkan dengan kerajaan atlntis. Sebaliknya ada juga yang mengatakan pada akhirnya koto alang tunduk pada kandis, bahkan koto alang dikenang sebagai bagian dari kandis. 2. Katangka. Dekat Muara Takus, Kabupaten Kampar sekarang, besar kemungkinan pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Katangka. Tetapi sistem pemerintahannya belum dapat diketahui. Katangka itu sendiri dapat bermakna sebagai bangunan yang berbentuk stupa. Pemaknaan lain, “katangka” disebut berasal dari kata “kerangko”, artinya tempat tinggi sebagai tempat pengintaian(Wildasyah, 2013). Ini sejalan dengan keberadaan katangka di suatu tempat yang tinggi. Dari tempat ini, jelas terlihat tempat-tempat lain seperti Batu bersurat, Tanjung Alai, Muara mahat, Koto Dalam, Shindu, dan Kota tengah. 3. Sriwijaya. Pusat kerajaan Sriwijaya sebenarnya masih diperdebatkan banyak sarjana. Ada yang menyebutkan di Thailand, Jawa, Palembang, dan Muara Takus yang kini termasuk dalam administratif Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dua faktor yang memperkuat Muara Takus sebagai pusat Sriwijaya. Pertama, adalah posisinya yang terletak di pinggir sungai yakni Sungai Kampar yang pada waktu dahulu dapat dilayari kapal sampai ke hulu, dengan muaranya di Selat Melaka, Kedua adalah banyak ditemukan bangunan besar dan peninggalan-peninggalan lain. Sebagai gambaran umum mengenai peninggalan di Muara takus dapat digambarkan tentang setidak-tidaknya ada sepuluh tempat yang memperlihatkan bukti pencapaian peradaban pada abad ke-7. Dua tempat yang didapati prasasti adalah Batu bersurat dan Muara Mahat. Tetapi Prasasti ini belum dapat diteliti secara akademis karena terbenam di Sungai Kampar. Namun keduanya dipastikan menyimpan informasi yang penting bagi pencapaian suatu peradaban.



3



4



4. Sintong dan Siarang-arang. Selain Muara Takus, penemuan-penemuan benda yang tergolong kuno di Ria, sekaligus menunjukkan suatu kedaulatan, adalah di Sintong dan Siarang-arang, sekarang masuk ke dalam administratif kabupaten Rokan Hilir. Cuma sayangnya, dua tempat ini belum “seberuntung” Muara Takus, karena kajian terhadapnya masih amat terbatas, padahal penelitian di Muara Takus sendiri pun amatlah kurang. Cuma saja, dari peninggalan yang sempat ditemui, memperlihatkan bahwa dua wilayah ini terdapat suatu sistem pengaturan masyarakat secara terpadu. 5. Kuantan. Kerajaan Kuantan pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kerajaan kandis itu sendiri. Pada masa Kerajaan Kuantan, ibu kota dipindahkan dari Padang Candi ke Sintuo, yaitu suatu tempat di seberang kota Taluk Kuantan sekarang. Tidak dapat diketahui secara pasti kapan berdirinya kerajaan Kuantan. 6. Keritang. Kerajaan keritang terpusat di pinggir Sungai Gangsal. Kata keritang diperkirakan berasal dari kata “itang”. Itang adalah sejenis tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di sekitar sungai Gangsal. Seperti Kandis, nama Keritang juga termaktub dalam kitab negara Kertagama. Keritang, pada waktu itu merupakan sebuah kerajaan yang cukup besar, sehingga Majapahit sangat menganggap penting kerajaan tersebut. Menurut petunjuk yang ada, berakhirnya kerajaan Keritang disebabkan oleh karena rajanya yang bernama Raja Merlang, ditawan oleh Melaka. Raja Merlang ini kemudian menikah dengan anak raja Melaka. Sultan Mansyur Syah, dan memiliki seorang anak yang bernama Nara Singa, Nara singa inilah yang nanti nya akan menjadi Raja di indragiri. 7. Gasib Kerajaan Gasib diperkirakan telah berdiri pada abad ke-14 atau 15 masehi. Pusat kerajaan Gasib terletak di tepi sebuah anak sungai yang bernama Gasib. Tempat berada di Hulu Kuala Mandau sekarang ini. Kerajaan Gasib mengusai wilayah sepanjang sungai siak, mulai dari yang paling hulu, yaitu di Bukit Seligi Tapung sampai Bukit Langa, Tapung Kanan. Hanya ada dua catatan singkat yang menyebutkan tentang Raja Gasib. Catatan pertama menyebutkan, bahwa berdasarkan catatan cina, pada tahun 1433, Raja Bedagai dari gasib, bersama dengan Raja Indragiri dan Siantan datang untuk meminta perlindungan kepada Cina. Catatan kedua, menyebutkan bahwa pada tahun 1444-1447, Melaka mengalahkan Gasib dan Menawan rajanya yaitu Permaisura. Setelah ditaklukkan Melaka, gasib memasuki era kepemimpinan yang beragama islam. Sultan Mansyur Syah, mengangkat anak raja Gasib menjadi Raja Gasib bergelar Sultan Ibrahim di bawah perlindungan Melaka. Saat Melaka di pimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, diangkat Raja Abdullah menggantikan ayahnya Sultan Ibrahim. Pada masa Sultan Mahmud Syah,Sultan Husin menggantikan Sultan Abdullah.



5



8. Segati Kerajaan ini terletak di Hulu sungai Segati, di tepi sungai Kampar. Kerajaan Segati didirikan oleh Tuk Juyo Sati, keturunan Maharaja Olang. Pusat kerajaan pertama kali terletak di tanjung Bungo, tapi kemudian atas prakarsa putranya yang bernama Tuk Jayo Tunggal, pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung Selawar, di hulu Sungai Segati. Setelah Tuk Jayo Tunggal meninggal dunia, diangkatlah Tuk Jayo Alam , putranya sebagai raja. Kerajaan Segati mencapai puncak pada masa kekuasaan Tuk Jayo Alam, sepeninggalnya ia digantikan oleh putranya Tuk Jayo Laut, setelah Tuk Jayo Laut wafat ia digantikan Tuk Jayo Tinggi anaknya. Kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Gagah, dilanjutkan oleh putranya bernama Tuk Jayo Bedil. Kerajaan segati mengalami kemunduran dan bahkan hancur ketika tidak mampu melawan serangan aceh, setelah kalah telah Tuk Jayo Bedil melarikan diri ke Petalangan Rapuh, dan kemudian terus ke Kuantan. Pada masa berikutnya, wilayah kekusaan Segati, menjadi bagian dai kerajaan Pelalawan. 9. Pakantua Kerajaan ini berlokasi di hulu sungai Pakantua, Pelalawan. Kerajaan ini didirikan oleh Maharaj Indera Dari Kerajaan Tumasik. Diperkirakan kerajaan Pakantua didirikan pada penghujung abad ke-14 M. Setelah Maharaja Indera mangkat, ia digantikan oleh putranya Maharaja pura, dilanjutkan oleh Maharaja laka, digantikan Maharaja Syisya, setelah beberapa lama kemudian digantikan oleh Maharaja Jaya. Pada masa Maharaja jaya, kerajaan Pakantua diserang oleh Melaka. Melaka kemudian mengangkat Munawar Syah sebagai raja Pakantua, beliau digantikan oleh Raja Abdullah. Pada masa ini Pakantua diperangi oleh Portugis, Raja Abdullah kemudian ditawan dan dibuang ke Goa C. Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial. Islam masuk ke tanah Melayu Riau beriringan dengan adanya hubungan niaga timur tengah dengan kawasan ini terutama kampar pada abad ke-7. Kehadiran islam di dunia melayu merupakan petanda dimulainya babak baru, karena agama ini di samping menjadi sumber bagi adat melayu, juga dijadikan sebagai pelurus berbagai segi kebudayaan melayu yang dianggap bersalahan dengan ajaran islam. Pengaruh islam memuncak pada abad ke-14, diiringi oleh mencengkeramnya pengaruh kolonial asing. 1. Kedaulatan Melayu Islam di Riau. a. Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh. Pada suatu masa kemudian,pengaturan kehidupan masyarakat di Kuantan dan Sengingi dikendalikan oleh konfederasi negeri (KOTO) yang dinamakan Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh (rantau kurang satu duapuluh). Meskipun masingmasing negeri (koto) memiliki daerah otonomi sendiri. Permasalahan antarkoto dilaksakan melalui musyawarah orang gedang di Taluk Kuantan yang dipimpin Datuk Bisai.



6



b. Andiko Nan 44. Pemerintahan Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar Kiri, Kampar Kanan, Tapung Kanan, serta Rokan, yang semuanya berjumlah 44 negeri. Diperkirakan berdiri pada tahun 1347, pusat pemerintahan berada di Muara Takus, pucuk pemerintahan diepang oleh datuk dan dibantu lembaga kerapatan dari 4 suku : 1)Datuk Raja Ampuni dari suku Peliangtahan, 2)Datuk Mojolelo dari suku Domo, 3)Datuk malingtang dari suku Caniago, 4)Datuk Paduko dari duku Melayu. Untuk kepala pemerintahan di setiap negeri, ditunjuk seorang penghulu pucuk sebagai kepala kerapatan, penghulu pucuk dibantu oleh seorang Monti dan Pendito. c. Gunung Sahilan. Kerajaan Gunung Sahilan diperkirakan berdiri pada abad ke-16. Wilayahnya diabagi menjadi tiga rantau. Pertama Rantau Daulat, kedua Rantau Indo Ajo, ketiga Rantau Andiko.di kerajaan Gunung Sahilan, pemerintahan tertinggi berada ditangan raja yang mengusai adat dan ibadat. Kerajaan gunung Sahilan berdiri selama lebih kurang 300 tahun, selama itu Gunung sahilan diprintah oleh sembilan orang raja dan satu putra mahkota yang akan dinobatkan sultan apabila raja terakhir wafat. d. Kerajaan Tambusai Merupakan salah satu kerajaan yang tua di tanah Rokan. Ibu negerinya terletak di dalu-dalu.tidak diketahui secara pasti tahun berdirinya, namun diperkirakan setelah masuknya islam di daerah ini. Raja pertama kerajaan tambusai adalah Sultan mahyudin, dalam pemerintahannya ia dibantu oleh Datuk Srimaharajo, Datuk Paduko Tuan, Datuk Temenggung, dan Datuk Paduko Rajo. Pada masa Sultan Abdullah, diadakan perpindahan pusat pemerintahan dari Karang Besar ke Kuala Tambusai. Dalam Terembo Siri pegangan Raja Tambusai, dijelaskan bahwa kerajaan tambusai sejak berdiri, telah diperintah oleh 19 orang raja. e. Indragiri Kerajaan Indragiri dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari kerajaan Keritang. Raja pertama indragiri adalah nara Singa. Ia adalah anak dari raja Keritang terakhir yang ditawan oleh melaka. Menurut suatu pendapat nama indragiri berasal dari nama anak sungai tempat didirikannya kerajaan ini, yaitu sungai pangandalandiri. Daerah kekuasaannya ialah Baturijsl, sepanjang sungai Indargiri, sungai Gangsal, dan Keritang. Adapun nama raja-raja yang pernah memerintah Inrdragiri sebanyak 25 orang, dimulai dari Raja iskandar alias Nara Singa I (1337-1400), ditutup oleh Tengku Mahmud bergelar sultan mahmudsyah (1912-19630), kemudian Sultan Mahmudsyah menyatakn bergabung dengan Indonesia.



7



f. Rambah Kerajaan Rambah didirikan di daerah Pasir Pengaraiyan. Raja pertama kerajaan Rambah merupakan saudar dari Sultan Tambusai. Nama raja tersebut adalah Tengku Muda. Beberapa Raja yang pernah memimpin kerajaan Rambah di antaranya yaitu Tengku Muda, Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari, Mohamad Syarif Yang Dipertuan Besar, Sultan Zainal Puan Kerajaan Rambah, Sultan Mahmud Manjang, dan Tengku Saleh yang dipertuan Besar Rambah. g. Kunto Darussalam Kerajaan Kunto Darussalam berdiri setelah kerajaan Tambusai. Pusat kekuasaannya terletak di Kota Lama. Menurut silsilah raja-raja, sejak berdiri sampai berakhir tahun 1942, tercatat 8 orang raja yang pernah memerintah yaitu Tengku Panglima Besar Kahar Yang Dipertuan Besar (1878-1885), Tengku Syarif Yang Dipertuan Besar (1885-1895), Tengku Ali Kasim Yang Dipertuan Besar (1895-1905), Tengku Ali Tandun (1905-19100, Tengku Ishak Yang Dipertuan Besar (1910-1921), Tengku Ali Momad Tengku Panglima Besar (1921-1925), Tengku Kamaruddin Tengku Sultan Machmud 1925-1935), Tengku Maali Tengku Sultan Pangeran (1935-1942). h. Kepenuhan Kerajaan Kepenuhan didirikan setelah kerajaan Tambusai Berkembang dengan Pesat. Ibu negerinya terletak di kota Tengah, tidak ada catatan pasti kapan didirikannya, diperkirakan kerajaan Kepenuhan berdiri pada Penghujung abad-19. Menurut silsilah Kerajaan Kepenuhan, tercatat beberapa raja yang pernah memerintah antara lain Sultan Sulaiman Yang Dipertuan Muda, Yang Dipertuan Besar, Datuk Maruhum Merah Dada, Tengku Muda Sahak, Montuo Muda, Tengku Sultan Sulaiman. i. Rokan IV Koto Pada sekitar abad-14, terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Kota lama, yaitu Kerajaan Rokan. Rokan berasal dari kata “rokana” yang berarti Rukun dan Damai (Wildasyah, 2013). Kerajaan Rokan memiliki banyak sumber daya alam dan karenanya kerajaan ini menjadi makmur. Kerajaan Rokan mengalami kemunduran pada abad ke-16, selain disebabkan oleh kekalahan Melaka melawan Portugis, juga disebabkan oleh ancaman dari Aru dan Aceh. Adapun raja-raja yang memerintah di antaranya Yang Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859), Yang Dipertuan Sakti Husin (1856-1880), Tengku Sultan Zainal (1880-1903), Yang Dipertuan Sakti Ibrahim (1903-1942).



8



j. Siak Sri Indrapura Siak Sri Indrapura merupakan sebutan bagi kerajaan yang terletak di tepi sungai siak. Kerajaan ini didirikan oleh raja Kecik pada tahun 1923, raja Kecik merupakan anak dari Sultan Johor, yaitu Sultan Mahmud Syah II. Pada masa kerajaan Siak inilah Pekanbaru mulai dikembangkan. Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin, merupakan sultan terakhir Siak Sri Indrapura atau yang lebih dikena dengan Sultan Syarif Kasim II (1908-1945). k. Pelalawan Kerajaan Pelalawan merupakan kelanjutan dari kerajaan Pekantua. Pelalawan berasal dari kata “lalau” yang berarti tempat yang dicadangkan. Raja Pekantua kampar maharaja Dinda II mengumumkan pemindahan pusat pemerintahan ke Sungai Rasau, setelah itu Pelalawan resmi menggantikan nama Pekantua Kampar. Menggantikan ayahnya, Maharaja Lela Bungsu (1750-1775) membuat kerajaan semakin berkembang, ia membuka hubungan perdagangan dengan Indragiri, Jambi melalui sungai Kerumutan, Nilo, dan Panduk. Penguasa terakhirnya adalah syarif harun/ tengku Said Harun (1941-1946). l. Batu Hampar, Pekaitan, Kemuning, Cerenti. Selain kerajaan-kerajaan maupun kelompok masyarakat di atas, ada beberapa kawasan yang disebut-sebut memiliki kedaulatan tersendiri yakni Batu Hampar, Pekaitan, Kemuning, dan Cerenti. Tetapi kesemuanya belum teridentifikasi secara mendalam. 2. Riau Menantang Penjajah a. Melawan Portugis Pada tahun 1511, Portugis merebut melaka. Masyarakat melayu yang dipimpin sultan melaka yang terakhir, sultan Mahmud, bersatu padu mengusir Portugis. Menyusun kekuatan dari bintan, laskar-laskar melayu tak pernah berhenti menyerang Portugis dengan panglima bernama Hang Nadim. Raja Indragiri bergabung dengan laskar melayu di bintan, hal serupa juga dilakukan oleh sultan Husen dari Gasib, Siak. Sultan mahmud mengirim Hang Nadim ke Gasib, bukit batu, dan bengkalis tahun 1512, untuk mengatur serangan bersama-sama. Gasib menyiapkan pasukannya yang dipimpin oleh Khoja Ahmad Syah, sedangkan pasukan bukit batu dipimpin oleh Tun Megat. Kebatinan senggoro, bengkalis, dipimpin laksamana Batin Hitam, mereka bergabung menjadi satu di kuala Muar, Johor. Pasukan gabungan ini dapat dipukul oleh Portugis yang dipimpin Ferneo Peres de Andrade dari melaka tahun 1512. Tahun 1516 raja Khoja Ahmad bersama Laksamana Bukit Batu kembali mengerahkan pasukan mereka, meskipun gagal. Tahun 1520 Nara Singa II memimpin armada melayu menyerang Portugis di melaka, Nara Singa mengepung Melaka yang disambut oleh portugis. Akan tetapi pengepungan yang dilakukan berdampak negatif bagi penduduk sipil. 9



Tahun 1527 ia mempersiapkan sendiri pasukannya untuk menyerang lagi, tetapi niat ini diurungkan setelah mendapat kabar bahwa bintan telah dikuasai oleh Portugis. Tahun 1537 akhirnya Portugis mengambil tindakan khusus di riau, mereka mengadakan pembersihan di selat Rupat dan Bengkalis, bukit batu dan senggoro dibumihanguskan Portugis menyebabkan perlawanan menjadi lumpuh. Tahun 1547 ketika portugis menyerang aceh. Siak, bukit batu, dan bengkalis menggabungkan diri ke dalam pasukan aceh untuk membela hak sesama saudara mereka. b. Melawan Belanda Akibat kekalahan Portugis dari belanda tahun1641, belanda akhirnya menguasai kawasan jajahan Portugis. Masyarakat melayu juga melakukan perlawanan. Tahun 1759, raja Mahmud di siak yang didampingi oleh panglima Said Umar, menyerang Guntung. Mereka berhasil merampas benteng belanda yang kemudian mengusir bangsa tersebut dari situ. Tidak lama kemudian, penguasa siak, sultan Alamuddin Syah bersama panglima Muhammad Ali, mengusir belanda sampai ke melaka. Pada waktu yang sama, masyarakat Riau di kawasan selat melaka, juga mengusir belanda dibawah pimpinan Raja Haji. Puncaknya tahun 1782 meletuslah Perang Riau. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Raja Haji, tapi akhirnya Raja Haji tewas dalam pertempuran di melaka, 1784. Berbagai pertempuran muncul setelah itu, belanda harus menghadapi penyerangan yang dilakukan Tuanku Tambusai di benteng Fort Amerogen, sumatera barat. Tuanku Tambusai Membuat Belanda kalang-kabut, keberanian Tuanku Tambusai yang bernama asli Muhammad saleh itu mendapat julukan de padricsche tiger van rokan atau harimau dari rokan. Tahun 1850-an terjadi pertempuran di Reteh. Panglima Besar Sulung memimpin pasukannya melawan belanda, meskipun dapat ditaklukan oleh belanda setelah mengirim ekspedisi khusus ke Reteh. Datuk Tabano juga melakukan perlawanan di bangkinang tahun 1898 meskipun dibayang-banyangi kedatangan 1.000 orang pasukan, datuk Tabano tidak mau menyerah perlu 19 pasukan yang menyerbu rumanhya , datuk Tabano baru dapat di taklukan. Belanda mengerahkan 1.000 pasukan untuk menaklukan Limo Koto, ini dilakukan untuk membalaskan dendam terhadap masyarakat Limo Koto yang dipimpin oleh Datuk Tabano. Hampir 250 orang pasukan belanda ditewaskan Limo Koto. Setelah mengusai Limo Koto, belanda menuju Teluk Kuantan. Mereka mendapat perlawanan dari masyarakat setempat menewaskan ratusan pasukan belanda. Tercatat ada beberapa pertempuran di Lubuk Ambacang, Lubuk Tempurung, Lubuk Jambi, Padang Bonai, dan Manggis. Belanda baru dapat mengusai Kuantan tahun 1905.



10



11



Tahun 1901-1904 terdapat perjuangan Sultan Zainal Abidin di Rokan Yang terus menggempur Belanda. Ia menolak apapun bentuk hubungan dengan belanda. Tetapi kemudian ia dapat ditangkap belanda di Pasir Pengaraiyan, kemudian dibuang ke sukamiskin sebelum akhirnya dipenjara di madiun ia meninggal di salah satu wilayah penting di jawa tersebut. c. Melawan Inggris dan Jepang Tercatat pertempuran di Rokan, Bengkalis, Bukit batu, dan siak. Masyarakat melayu melawan inggris. Sedangkan pertempuran melawan jepang, terjadi di Enok, Indragiri Hilir, dan labuhan tangga (Rokan Hilir). Di enok, pertempuran Diawali ketidakmauan masyarakat hasil tanaman mereka kepada jepang. Di labuhan tangga, dipicu oleh larangan jepang terhadap pelaksanaan takbir dan sholat Idul fitri. Perlawanan jepang tidak hnaya dengan senjata tetapi juga dengan mogok kerja, akibatnya peristiwa ini berakhir tragis ketika jepang justru menyiksa buruh yang ternyata menewaskan ribuan orang. D. Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan 1. Pengibaran Awal Merah Putih. -



Terbitnya buku “Sejarah Perjuangan Rakyat Riau” (1942-2002) pada tahun 2004.



-



Kawasan dalam pengaruh belanda (Hindia Belanda) menjadi kawasan negara merdeka.



-



Sultan Syarif Kasim II menyerahkan Siak ke Pangkuan NKRI melalui Soekarno pada bulan September 1946.



-



Adanya Organisasi Angkatan Muda (AM PTT) yang bertujuan untuk memberi kesadaran terhadap orang yang masih ragu atas kemerdekaan.



-



Pada tanggal 14 Oktober 1945 diadakan pertemuan besar menyikapi kemerdekaan yang diketuai M. Nurdin Yasup.



-



Bendera belanda diturunkan dan disobek warna birunya terjadi pada tanggal 18 November 1945.



-



Pemuda Bengkalis menyerbu markas Angkun pada tanggal 17 Oktober 1945.



-



Peristiwa “Bagan Siapi-api” pada tanggal 19 september 1946.



2. Agresi Militer Belanda I -



Terjadinya penyerangan pada tanggal 20 Juli 1946 yang menyebabkan gugurnya kapten Muchtar dan 4 prajuritnya.



-



Belanda memblokade muara-muara sungai penting 27 Juli 1947.



-



BKR berganti nama menjadi Tkr yang dipimpin oleh Letkol Hasan Basri.



12



-



TKR mengalami Penyempurnaan berubah menjadi TNI.



3. Agresi Militer Belanda II a. PDRI Berpusat di Bangkinang -



Ditandai dengan adanya penyerangan kota Yogyakarta 19 Desember 1948.



-



PDRI dibentuk oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara.



-



Riau diserang dari dua lurusan, lurusan yang pertama di Tanjung Pinang yang dipimpin oleh Kolonel Trebel, dan lurusan yang kedua di Riau yang dipimpin oleh Brigade V. Erp.



b. Menyelamatkan PDRI, Bangkinang, Pekanbaru -



Serangan puncak di bangkinang pada hari jum’at 31 Desember 1948.



-



Penghadangan yang dipimpin oleh Residen Riau R. M. Oetoyo tak membuahkan hasil.



-



Tentara Indonesia membakar seluruh gedung penting agar tidak dapat dimanfaatkan musuh.



c. Serangan Balas ke Bengkalis -



Belanda menyerang Riau pesisir pada tanggal 29 desember 1948.



-



Tujuh Tni syahid yaitu Kyai Derman, Khasim, Arymyo, Egol, H. Tazali, Muniran, dan Tabib.



d. Serangan Udara di Tembilahan -



Bom dijatuhkan di Tembilahan pada tanggal 30 Desember 1948



-



Letnan II M. Boya gugur saat mempertahankan Kuala Erok.



e. 2000 Korban Jiwa di Rengat -



Puncak penyerangan udara di Rengat terjadi pada tanggal 5 Januari 1949.



f. Sungai Apit dan siak -



Terjadi pada tanggal 29 Desember 1949.



4. Provinsi Sendiri -



Riau melawan penjajah dalam rentang waktu 430 tahun.



-



Terdapat 3 keresidenan yaitu Riau, Jambi, dan Sumatra Barat.



-



Ide pembentukan provinsi Riau dinilai dari dari bidang ekonomi dan pembangunan.



13



-



Provinsi Riau didirikan pada tanggal 9 Agustus 1957 melalui UU darurat No. 19 tahun 1957 yang ditandatangani Ir. Soekarno.



-



Terpisahnya Kepri pada tahun 2004



-



Gubernur pertama Riau yaitu SM. Amin (1958-1960)



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ras Melayu datang pertama kali ke daerah Riau sekitar tahun 2.500 SM. Mereka datang dari daratan Asia bagian tengah dan menyeberang dari Semenanjung Malaysia. Gelombang kedatangan kedua terjadi pada tahun 1.500 SM, dan gelombang kedatangan ketiga sekitar tahun 300 SM. Suku bangsa Melayu di daerah Riau adalah salah satu keturunan para migran dari daratan Asia tersebut. Dalam sejarah kebudayaannya mereka juga telah mengalami beberapa pengaruh peradaban, seperti Hindu, Islam, dan juga peradaban Cina dan Barat (Belanda, Inggris dan Portugis). Pada abad-abad yang dulu mereka sempat mempunyai beberapa kerajaan. Pada masa sekarang populasi mereka diperkirakan berjumlah sekitar 1 juta jiwa, tersebar terutama di Provinsi Riau maupun kepulauannya dan disekitar daerah aliran sungai-sungai besar di daratan Sumatera bagian Timur. Provinsi Riau menyimpan banyak kisah heroik masyarakatnya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa lampau. Peperangan di Bagan siapi api bahkan penyerangan secara mendadak kolonialisme Belanda di Rengat tentunya tidak bisa dilupakan begitu saja. Begitu pula cerita Sultan Siak yang secara sukarela menyerahkan harta kekayaannya sebesar 13 juta Golden untuk modal kemerdekaan Indonesia, hingga puncaknya pemuda Riau mengibarkan bendera kemerdekaan merah putih di Pekanbaru. Dan masih banyak lagi bukti - bukti bahwa RIAU menjadi sasaran tepat untuk mempelajari sejarah B. Saran Dalam penulisan makalah ini tim penulis menyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.(Takari, 2015)



15



Daftar Pustaka Husni, T. (2018). Antropologi Melayu (K. Madona (ed.); 1st ed.). kalimedia. Royal, T., Society, G., Geographers, B., & Publishing, B. (2009). On the Physical Geography of the Malay Archipelago Author ( s ): Alfred Russell Wallace Source : Journal of the Royal Geographical Society of London , Vol . 33 ( 1863 ), pp . 217-234 Published by : Blackwell Publishing on behalf of The Royal Geographical. 33(1863), 217–234. Takari, M. (2015). Muhammad Takari bin Jilin Syahrial Program Studi Etnomusikologi FIB USU dan. September, 1–24. Wan Teh, W. H. (2012). Rumpun Melayu Teori Migrasi dan Disapora (pp. 1– 108). Wildasyah. (2013). Budaya https://www.slideshare.net/wildasyah



Melayu



Riau.



Slideshare.



16