Makalah Dokumentasi Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN PERBEDAAN DOKUMENTASI NANDA (NIC NOC) Dan SDKI,SIKI,SLKI Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan



OLEH Nama : NURHAYANI NIM



: 19112250



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2020



BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Salah satu tugas dan tanggung jawab perawat adalah melakukan pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakukan. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara sistimatis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum, disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009). Pendokumentasian proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem-solving, dan rinset lebih lanjut. Pendokumentasian proses keperawatan



yang



efektif



menggunakan



standar



terminologi



(pengkajian,



diagnosis,



perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yaitu menggunakan model pendokumentasian menurut NANDA (NIC NOC) diantaranya antara lain: dokumentasi pengkajian, dokumentasi diagnosa keperawatan, dokumentasi perencanaan, dokumentasi intervensi, dokumentasi evaluasi. Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai model dokumentasi menurut NANDA (NIC NOC).



B.     Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC) ? 2. Bagaimanakah Diagnosis Keperawatan menurut NANDA ? 3. Apa saja Komponen dari Diagnosis ? 4. Bagaimankah pengklasifikasian NANDA ? 5. Bagaimana keterkaitan NANDA / NOC dan NIC ? 6. Bagaimanakah Taksonomi NOC dan NIC ? 7. Bagaimana cara pemilihan Intervensi ?



C.           Tujuan 1.



     



Tujuan Umum



Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas dokumentasi keperawatan dan bertujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang model dokumentasi NANDA (NIC NOC) dan SDKI 2.    Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang model dokumentasi menurut NANDA Dan SDKI b. Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang Diagnosis Keperawatan menurut NANDA Dan SDKI c. Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang Komponen dari Diagnosis d. Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengklasifikasian NANDA Dan SDKI



BAB II PEMBAHASAN



A.    Pengertian Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC) Model dokumentasi adalah cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Berdasarkan penelitian NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan dimana dapat menyeragamkan bahasa asuhan keperawatan sehingga lebih memudahkan dalam serah terima pada setiap ship dinas dan tentunya kualitas pelayanan keperawatan akan meningkat. Namun untuk dapat menguasai NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan memerlukan waktu yang lama, pemahaman patofisiologi dan disiplin ilmu lain yang baik dan pengembangan yang sistematis.



B.     Diagnosa Keperawatan NANDA Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai “defenisi karakter”.  Yang dimana defenisi ini disebut “ tanda dan gejala”, tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klinik. 1.    Tujuan Diagnosa Keperawatan Tujuan diagnosa keperawaran untuk mengidentifikasi : a.   Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit b.   Faktor- faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis)



c.   Kumpulan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. 2.    Kategori diagnosa keperawatan Untuk memudahkan dalam pendokumentasian proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindrom. a.    Diagnosa keperawatan aktual Diagnosa keperawatan aktual memiliki empat komponen diantaranya : -          Label yang merupakan deskripsi tentang defenisi diagnosa dan batasan karakteristik -          Defenisi merupakan penekanan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa -          Batas karakteristik menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif. -          Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen yaitu : o  Patofisiologi ( biologis atau psikologis) o  Tindakan yang berhubungan o  Situasional (lingkungan, personal) o  Maturasional. Penulisan rumusan ini adalah PES (problem + etiologi + simtom). b.    Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi Menurut NANDA, diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.



Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan ”resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap”. Validasi untuk menunjang diagnosa resiko tinggi adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batas karakteristik. Penulisan rumusan diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE (problem + etiologi). c.    Diagnosa keperawatan kemungkinan Menurut NANDA, diagnosa keperawatan memungkinkan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko. d.    Diagnosa keperawatan sejahtera Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih tinggi. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing- masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. e.    Diagnosa keperawatan sindrom Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. 3.    Metode dokumentasi diagnosa keperawatan Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokmentasi yaitu : a.        Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko. b.        Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi kedalam masalah atau format diagnosa keperawatan.



c.        Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain. d.       Mulai pernyataan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosa keperawatan. e.        Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan. f.         Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.



C.    Komponen Diagnosa Keperawatan 1.      Problem (masalah) Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari  NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan. a.       Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum. b.      Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu mengakses diagnose keperawatan. c.       Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis.



d.      Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatan asuhan keperawatan. 2.    Etiologi (penyebab) Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status ksehatan atau  mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”. Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup. Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM P          = Patofisiologi dari penyakit S          = Situational (keadaan lingkungan perawatan) M         = Medication ( pengobatan yang diberikan) M         = Maturasi  (tingkat kematangan/kedewasaan klien) Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi: a.       Pathofisiologi:



Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah, misalnya masalah “powerlessness” Penyebab yang umum: 1)      ketidakmampuan berkomunikasi  ( CV A, intubation) 2)      ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA) 3)      ketidakmampuan memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis) b.      Situasional (personal, enfironment) Kurangnya pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecehan sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal teritori. c.       Medication (treatment-related) Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan. d.      Maturational Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga Young adult: menikah, hamil, orangtua Dewasa: tekanan karir,  dan tanda-tanda pubertas Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)



3.           Sign/symptom (tanda/gejala) Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan. Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di keramas. “saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang”.



D.    Pengklasifikasian NANDA Domain adalah tingkat luas dari klasifikasi yang membagi fenomena ke dalam kelompok utama. Dimana domain ini mempunyai subkategoris yang disebut “kelas”. Dalam diagnosis NANDA-I dijelaskan beberapa domain, kelas dan diagnosa antara lain : a.   Domain I



: Promosi Kesehatan



Kesadaran tentang kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi yang digunakan untuk mempertahankan kendali terhadap dan meningkatkan fungsi sehat dan normal tersebut.



Kelas 1. Kesadaran kesehatan Pengenalan tentang fungsi normal dan kesehatan. Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00097 Defisiensi aktivitas 00168 Gaya hidup pengalih. Kelas 2. Manajemen kesehatan



kurang



gerak.



Mengidentifikasi, mengendalikan, melakukan, dan mengintegrasikan aktivitas untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan. Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00257 Sindrom lansia 00078 Ketidakefektifan 00231



00215



lemah. Risiko sindrom lansia 00162



manajemen kesehatan Kesiapan untuk



rendah



meningkatkan



Defisiensi kesehatan 00080



manajemen kesehatan Ketidakefektifan



komunitas



manajemen



00188



Perilaku



kesehatan 00079



00099



cenderung berisiko Ketidakefektifan



00043



kesehatan



keluarga Ketidakpatuhan Ketidakefektifan



pemeliharaan



perlindungan



kesehatan b.   Domain II



: Nutrisi



Aktivitas memasukkan, mencerna, dan menggunakan nutrient untuk tujuan pemeliharaam jaringan, perbaikan jaringan dan produksi energi.



Kelas 1. Makan Memasukkan makanan atau nutrient ke dalam tubuh. Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00216 Ketidakcukupan ASI 00163 Kesiapan meningkatkan 00104



Ketidakefektifan



00232



nutrisi Obesitas



00105



pemberian ASI Diskontinuitas



00233



Berat badan berlebih



00106



pemberian ASI Kesiapan



00234



Risiko



00107



berat



badan



meningkatkan



berlebih



pemberian ASI Ketidakefektifan pola 00103



Gangguan menelan



makan bayi 00002 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Kelas 2. Pencernaan Aktivitas fisik dan kimiawi yang mengubah makanan menjadi substansi yang dapat diabsorpsi dan digunakan. Saat ini belum ditemukan. Kelas 3. Absorpsi Aktivitas penggunaan nutrient dalam jaringan tubuh. Saat ini belum ditemukan. Kelas 4. Metabolisme Proses kimia dan fisik yang terjadi di dalam organism dan sel hidup untuk



perkembangan dan penggunaan protoplasma, produksi sisa dan energi, dengan pelepasan energi untuk semua proses vital. Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00179 Risiko 00230 Risiko ikterik neonatus ketidakstabilan kadar 00194



glukosa darah Ikterik neonates



00178



Risiko gangguan fungsi hati



Kelas 5. Hidrasi Pemasukan dan absorpsi cairan dan elektrolit Kode Diagnosis Kode 00195 Risiko 00028 ketidakseimbangan 00160



00027



elektrolit Kesiapan



Diagnosis Risiko



kekurangan



volume cairan 00026



Kelebihan



meningkatkan



cairan



keseimbangan cairan Kekurangan volume 00025



Risiko



cairan



ketidakseimbangan volume cairan



c.    Domain III



volume



: Eliminasi dan Pertukaran



Sekresi dan ekskresi produk sisa dari tubuh.



Kelas 1. Fungsi urinaria Proses sekresi, reabsorpsi, dan ekskresi urine. Kode Diagnosis Kode 00016 Gangguan eliminasi 00017 00166



urine Kesiapan



00019



meningkatkan



Diagnosis Inkontenensia urine stress Inkontenensia



urine



dorongan



00020



eliminasi urine Inkontinensia



00176



urinarius fungsional Inkontinensia urine 00023



00022



Risiko



inkontinensia



urine dorongan Retensi urine



aliran berlebihan 00018 Inkontinensia urine reflex Kelas 2. Fungsi gastrointestinal Proses absorpsi dan ekskresi produk sisa pencernaan Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00011 Konstipasi 00013 Diare 00015 Risiko konstipasi 00196 Disfungsi



motilitas



00235



Konstipasi fungsional 00197



gastrointestinal Risiko disfungsi motilitas



00236



kronis Risiko



gastrointestinal Inkontinensia defekasi



konstipasi 00014



fungsional kronis 00012 Persepsi konstipasi Kelas 3. Fungsi integument Proses sekresi dan ekskresi melalui kulit. Saat ini belum ditemukan. Kelas 4. Fungsi respirasi Proses pertukaran gas dan pembuangan dan pembuangan produk sisa metabolisme. Kode Diagnosis 00030 Gangguan pertukaran gas.



d.      Domain IV



: Aktivitas / Istirahat



Produksi, konservasi, penggunaan atau keseimbangan sumber energi.



Kelas 1. Tidur / istirahat Tidur, berbaring, istirahat, inaktif Kode Diagnosa 00095 Insomnia 00096 Deprivasi tidur Kelas 2. Aktivitas / Olahraga



Kode 00165



Diagnosis Kesiapan meningkatkan



00198



tidur Gangguan pola tidur



Menggerakkan bagian – bagian tubuh (mobilitas), melakukan pekerjaan, atau melakukan aktivitas dengan sering ( tetapi tidak selalu ) sesuai kekuatan. Kode 00040



Diagnosis Kode Risiko sindrom 00237



Diagnosis Hambatan duduk



00091



disuse Hambatan



00238



Hambatan berdiri



00085



tempat tidur Hambatan



00090



Hambatan



00089



mobilitas fisik Hambatan



00088



berpindah Hambatan berjalan



mobilitas



di kemampuan



mobilitas berkusi roda Kelas 3. Keseimbangan energi Suatu keadaan harmoni dinamik antara asupan dan penggunaan sumber daya. Kode



Diagnosis



Kode



Diagnosis



00093 Keletihan 00154 Kelas 4. Respons kardiovaskuker / pulmonal



Keluyuran



Mekanisme kardiopulmonal yang mendukung aktivitas/istirahat Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00092 Intoleran 00203 Risiko ketidakefektifan 00094



aktivitas Risiko intoleran 00033



perfusi ginjal Gangguan



00032



aktivitas Ketidakefektifan 00200



spontan Risiko penurunan perfusi



00029



pola nafas Penurunan



00201



jaringan jantung Risiko ketidakefektifan



00240



curah jantung Risiko



00204



perfusi jaringan otak Ketidakefektifan perfusi



penurunan curah 00239



jantung Risiko



jaringan perifer 00228



gangguan fungsi 00202



kardiovaskuler Risiko



ventilasi



Risiko



ketidakefektifan



perfusi jaringan perifer 00034



ketidakefektifan



Disfungsi



respons



penyapihan ventilator



perfusi gastrointestinal Kelas 5. Perawatan diri Kemampuan melakukan aktivitas untuk merawat tubuh dan fungsi tubuh Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00098 Hambatan 00110 Defisit perawatan diri : pemeliharaan 00108



rumah Defisit perawatan diri :



eliminasi* 00182



Kesiapan meningkatkan perawatan diri*



mandi* Defisit



00109



00193



Pengabaian diri



perawatan diri : berpakaian* Defisit perawatan diri : makan*



00102 e.    Domain V



: Persepsi/Kognisi



Sistem pemrosesan informasi manusia termasuk perhatian, orientasi, sensasi, persepsi, kognisi dan komunikasi. Kelas 1. Perhatian Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati. Kode Diagnosis 00123 Kealpaan tubuh unilateral Kelas 2. Orientasi Kesadaran terhadap waktu, tempat dan orang. Saat ini belum tersedia. Kelas 3. Sensasi / Persepsi Menerima informasi melalui indera sentuhan, pengecap, penghidu, pengelihatan, pendengaran, dan kinestesis, dan pemahaman tentang data sensori yang menghasilkan penamaan, asosiasi, dan / atau pola pengertian. Saat ini belum tersedia. Kelas 4. Kognisi Penggunaan memori, pembelafaran, berpikir, pemecahan masalah, abstraksi, penilaian, insight, kapasitas intelektual, kalkulasi, dan bahasa. Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00128 Konfusi akut 00222 Ketidakefektifan 00173 00129 00251



Risiko konfusi akut Konfusi kronik Kontrol emosi labil



00126 00161



kontrol impuls Defisiensi pengetahuan Kesiapan peningkatan



00131



pengetahuan Kerusakan memori



Kelas 5. Komunikasi Pengiriman dan penerima informasi verbal dan non verbal Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00157 Kesiapan 00051 Hambatan komunikasi meningkatkan



verbal



komunikasi f.    Domain VI



: Persepsi Diri



Kesadaran tentang diri sendiri. Kelas 1. Konsep diri Persepsi total tentang diri sendiri Kode Diagnosis 00185 Kesiapan 00124 00174



meningkatkan harapan Keputusasaan Risiko



Kode 00121



Diagnosis Gangguan



00225



pribadi Risiko



pelemahan 00167



martabat



identitas gangguan



identitas pribadi Kesiapan meningkatkan



konsep



diri Konsep 2. Harga diri Penilaian tentang arti, kapabilitas, kepentingan, dan keberhasilan diri sendiri Kode 00119



Diagnosis Harga diri



00224



kronik Risiko



harga



Kode rendah 00120 diri 00153



rendah kronik Kelas 3. Citra tubuh Suatu gambaran mental tentang tubuh diri sendiri Kode Diagnosis



Diagnosis Harga diri



rendah



situasional Risiko harga rendah situasional



diri



00118 g.   Domain VII



Gangguan citra tubuh



: Hubungan Peran



Hubungan atau asosiasi positif dan negative di antara orang atau kelompok dan cara berhubungan yang ditunjukkan. Kelas 1. Peran pemberi asuhan Perilaku yang diharapkan secara sosial dan orang yang memberi asuhan yang bukan profesional kesehatan. Kode Diagnosis Kode 00061 Ketegangan peran 00164



00062



Diagnosis Kesiapan



pemberi asuhan



meningkatkan menjadi



Risiko



orang tua Risiko



ketegangan 00057



peran pemberi asuhan



ketidakmampuan menjadi orang tua



00056 Ketidakmampuan menjadi orang tua Kelas 2. Hubungan keluarga Hubungan orang yang secara biologis berhubungan atau dihubungkan oleh pilihan Kode Diagnosis 00058 Risiko



Kelas gangguan 00060



perlekatan Disfungsi



proses 00159



00063



keluarga



Diagnosis Gangguan



proses



keluarga Kesiapan meningkatkan



proses



keluarga Kelas 3. Performa peran Kualitas berfungsi dalam pola perilaku social Kode Diagnosis Kode 00223 Ketidakefektifan 00064



Diagnosis Konflik peran orang tua



00207



00229



hubungan Kesiapan



00055



Ketidakefektifan



meningkatkan



performa peran



hubungan Risiko ketidakefektifan 00052



Hambatan



hubungan



social



interaksi



h.   Domain VIII : Seksualitas Identitas seksual, fungsi seksual, dan reproduksi. Kelas 1. Identitas seksual Status menjadi seseorang khusus sesuai dengan seksualitas dan/atau gender Saat ini belum tersedia Kelas 2. Fungsi seksual Kapasitas



atau



kemampuan untuk berpartisipasi



seksualitas Kode Diagnosis 00059 Disfungsi seksual



Kode 00065



dalam



aktivitas



Diagnosis Ketidakefektifan



pola



seksualitas Kelas 3. Reproduksi Suatu proses ketika manusia diproduksi Kode Diagnosis Kode 00221 Ketidakefektifan proses 00227 kehamilan-melahirkan 00208



Kesiapan meningkatkan



proses 00209



proses



kehamilan-melahirkan



Diagnosis Risiko ketidakefektifan



melahirkan Risiko



kehamilangangguan



hubungan ibu-janin



i.     Domain IX



: Koping / Toleransi stress



Berjuang dengan proses hidup/ peristiwa hidup.



Kelas 1. Respons pascatrauma Reaksi yang terjadi setelah trauma fisik atau psikologis Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00141 Sindrom pascatrauma 00114 Sindrom stress akibat 00145



Risiko



sindrom 00149



pascatrauma 00142 Sindrom trauma pemerkosaan Kelas 2. Respons koping Proses mengatasi stress lingkungan Kode Diagnosis 00199 Ketidakefektifan



Kode 00148



perpindahan Risiko sindrom stress akibat perpindahan



Diagnosis Ketakutan



00226



perencanaan aktivitas Risiko ketidakefektifan 00136



Dukacita



00146 00071



perencanaan aktivitas Ansietas Koping defensive



00135 00172



Dukacita terganggu Risiko dukacita



00069



Ketidakefektifan



00241



terganggu Ganggguan



00158



koping Kesiapan



00187



pengelolaan mood Kesiapan



00077



meningkatkan koping Ketidakefektifan



00125



meningkatkan kekuatan Ketidakberdayaan



00076



koping komuntas Kesiapan



00152



Risiko



00074



meningkatkan



koping



ketidakberdayaan



komunitas Penurunan



koping 00210



Gangguan penyesuaian



00073



keluarga Ketidakmampuan



00212



koping keluarga 00075



00147 00072



meningkatkan



Kesiapan



00211



meningkatkan



Kesiapan



koping



keluarga Ansietas kematian Ketidakefektifan



penyesuain Risiko



hambatan



penyesuaian 00137 00177



Kepedihan kronis Stress berlebihan



penyangkalan Kelas 3. Stress neurobehavioral Respons perilaku yang merefleksikan fungsi saraf dan otak Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00049 Penururnan kapasitas 00116 Disintegrasi 00009



adaptif intracranial Disrefleksia autonomic



00117



perilaku



bayi Kesiapan meningkatkan integrasi



00010



Risiko autonomic



j.     Domain X



disrefleksia 00115



perilaku bayi Risiko disintegrasi perilaku bayi



: Prinsip Hidup



Prinsip – prinsip yang mendasari sikap, pikiran dan perilaku tentang aturan, kebiasaan, atau institusi yang dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic. Kelas 1. Nilai Identifikasi dam peringkat bentuk aturan atau pernyataan yang diinginkan Saat ini belum tersedia Kelas 2. Keyakinan Pendapat, harapan atau penilaian tentang aturan kebiasaan, atau institusi



yang dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic Kode Diagnosis 00068 Kesiapan meningkatkan kesejahteraan spiritual Kelas 3. Keselarasan nilai/keyakinan/tindakan Keterkaitan atau keseimbangan yang dicapai diantara nilai, keyakinan, dan tindakan Kode Diagnosis 00184 Kesiapan



Kode 00169



Diagnosis Hambatan religiositas



meningkatkan pengambilan 00083



00242



keputusan Konflik pengambilan 00171



Kesiapan



keputusan



meningkatkan



Hambatan



religiositas Risiko hambatan



00170



pengambilan 00243



keputusan emansipasi Kesiapan



religiositas 00066



Distress spiritual



meningkatkan pengambilan 00244



00175



k.   Domain XI



keputusan emansipasi Risiko hambatan 00067



Risiko



pengambilan



spiritual



keputusan emansipasi Distress moral



: Keamanan/Perlindungan



distress



Bebas dari bahaya, cedera fisik atau gangguan sistem imun; selamat dari kehilangan; dan perlindungan terhadap keselamatan dan keamanan. Kelas 1. Infeksi Respons host setelah invasi patogenik Kode Diagnosis 00004 Risiko infeksi Kelas 2. Cedera fisik Bahaya atau kesakitan fisik Kode Diagnosis 00031 Ketidakefektifan



Kode 00086



bersihan jalan nafas 00039 00206 00219



Risiko aspirasi Risiko perdarahan Risiko mata kering



Diagnosis Risiko disfungsi neurovaskuler



00249 00205 00046



perifer Risiko dekubitus Risiko syok Kerusakan



00255



Risiko jatuh



00047



integritas kulit Risiko kerusakan



00035



Risiko cedera*



00156



integritas kulit Risiko sindrom kematian



00245



Risiko



00087



kornea* Risiko cedera akibat 00100



Pelambatan



posisi perioperatif



pemulihan



Risiko cedera termal* 00246



pascabedah Risiko



00220



cedera 00036



mendadak Risiko asfiksia



pelambatam pemulihan pascabedah



bayi



00250



Risiko cedera saluran 00044



Kerusakan



00048



kemih* Kerusakan gigi



integritas jaringan Risiko kerusakan



00045



Kerusakan membrane 00038



integritas jaringan Risiko trauma



00247



mukosa oral Risiko kerusakan 00213



Risiko



membrane



vascular



00248



mukosa



trauma



oral Kelas 3. Perilaku kekerasan Penggunaan



kekuatan



atau



kekuatan



menyebabkan cedera atau penganiayaan Kode Diagnosis Kode 00138 Risiko perilaku 00138



00140



kekerasan



terhadap



orang lain Risiko



perilaku 00150



kekerasan



terhadap



berlebihan



sehingga



Diagnosis Risiko mutilasi diri



Risiko bunuh diri



diri sendiri 00151 Mutilasi diri Kelas 4. Bahaya lingkungan Sumber – sumber bahaya yang ada di sekitar Kode Diagnosis Kode 00181 Kontaminasi 00037 00180 Risiko kontaminasi Kelas 5. Proses pertahanan tubuh



Diagnosis Risiko keracunan



Suatu proses ketika diri sendiri melindungi dirinya dari yang lain Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00218 Risiko efek samping 00041 Respons alergi media beryodium



kontras



lateks



00217



Risiko respons alergi



00042



Risiko



respons



alergi lateks Kelas 6. Termoregulasi Proses fisiologis pengaturan panas dan energi di dalam tubuh untuk tujuan melindungi organism Kode Diagnosis 00005 Risiko



Kode 00253



Diagnosis Risiko hipotermia



00254 00008



Risiko hipotermia Ketidakefektifan



ketidakseimbangan 00007 00006



suhu tubuh Hipertermia Hipotermia



termoregulasi l.     Domain XII



: Kenyamanan



Rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik dan sosial. Kelas 1. Kenyamanan fisik Rasa sejahtera dan nyaman dan/atau bebas dari nyeri Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00214 Gangguan rasa 00133 Nyeri kronis 00183



nyaman Kesiapan meningkatkan



00134



00256



Nyeri persalinan



00255



Sindrom



rasa



nyaman Mual



kronis 00132 Nyeri akut Kelas 2. Kenyamanan lingkungan Rasa sejahtera atau nyaman didalam/ dengan lingkungannya Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00214 Gangguan rasa 00183 Kesiapan



nyeri



nyaman



meningkatkan rasa nyaman



Kelas 3. Kenyamanan sosial Rasa sejahtera atau nyaman dengan situasi sosialnya Kode Diagnosis Kode Diagnosis 00214 Gangguan rasa 00054 Risiko kesepian 00183



nyaman Kesiapan meningkatkan



00053



Isolasi sosial



rasa



nyaman m. Domain XIII : Pertumbuhan/Perkembangan Peningkatan sesuai usia pada dimensi fisik, maturasi sistem organ, dan/ atau progresi sepanjang tahapan perkembangan.



Kelas 1. Pertumbuhan Peningkatan pada dimensi fisik atau maturasi sistem organ Kode Diagnosis 00113 Risiko pertumbuhan



tidak



proporsional Kelas 2. Perkembangan Progresi atau regresi dalam urutan tahap kehidupan Kode Diagnosis 00112 Risiko perkembangan



2. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia a. Pengertian Diagnosis Keperawatan



keterlambatan



Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan untuk memiliki rentang perhatian yang luas terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh klien, baik pada saat klien sakit maupun sehat. Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Sehingga, diharapkan perawat mampu menangkap dan berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut. Masalah kesehatan mengacu pada kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi keperawatan . (Referensi : Christensen & Kenney, 2009; McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006). B. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International Classification for Nursing Practice (ICNP).Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome)



keperawatan saja.Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara diantaranya seperti ; 



Clinical Care Classification (CCC), 







North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), 







Home Health Care Classification (HHCC), 







Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), 







International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), 







Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing Development and Research (ZEFP)  







Omaha System. 



(Referensi : Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen, 1998) ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5 kategori, yaitu Fisiologis, Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998). C. Jenis Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis Positif. 1. Diagnosis Negatif Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.



2. Diagnosis Positif Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan istilah Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005). Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut diatas (Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013). A. Diagnosis Aktual Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien secara langsung. B. Diagnosis Resiko Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan.Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor ataupun minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah kesehatan yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari. C. Diagnosis Promosi Kesehatan Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.



C. Komponen Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama, yaitu Masalah (Problem) atau Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik. 1. Masalah (Problem) Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus Diagnostik.Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam diagnosis keperawatan diuraikan melalui gambar dibawah ini. 2. Indikator Diagnostik Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dengan uraian sebagai berikut. a. Penyebab (Etiology) Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu; 



Fisiologis, Biologis atau Psikologis,







Efek Terapi/Tindakan,







Situasional (lingkungan atau personal)







Maturasional



b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom) Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik.Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis atau pengkajian. Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu: 



Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi diagnosis.







Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.



c. Faktor Resiko (Risk Factor) Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien dalam mengalami masalah kesehatan atau proses kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan berbeda-beda pada masing-masing macam jenis diagnosis. 



Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari penyebab dan tanda/gejala.







Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, melainkan hanya faktor resiko saja.







Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang menunjukan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.



D. Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses yang sistematis yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah dan perumusan diagnosis.Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki pengalaman yang memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses penegakan diagnosis secara sistematis. Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut; 1. Analisis Data Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah Analisis data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini. a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun tanda/gejala minor. b. Kelompokkan data Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi; 1. respirasi, 2. sirkulasi, 3. nutri/cairan,



4. eliminasi, 5. aktivitas/istirahat, 6. neurosensori, 7. reproduksi/seksualitas, 8. nyeri/kenyamanan, 9. integritas ego, 10. pertumbuhan/perkembangan, 11. kebersihan diri, 12. penyuluhan/pembelajaran 13. interaksi sosial, dan 14. keamanan/proteksi. 15. Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif, dengan memilah dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara deduktif, menggunakan kategori pola kemudian mengelompokan data sesuai kategorinya. 16. 2. Identifikasi Masalah 17. Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah, mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan. 18. Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan yang sebelumnya telah dibahas diatas.



3. Perumusan Diagnosis Keperawatan Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu; 19. a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format) Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja. formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai berikut: Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan dengan’ dapat disingkat d.d. Contoh Penulisan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan gelisah. b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format) Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut: (1) Diagnosis Resiko Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko. Contoh Penulisan: Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.



(2) Diagnosis Promosi Kesehatan Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala Contoh Penulisan: Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal. Daftar Diagnosis Keperawatan sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia 1. Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak



jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. 2. Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan



usia dan jenis kelamin. 3. Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai akibat dari kehilangan,



baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian tubuh atau hubungan. 4. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau



obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. 5. Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko yang dapat



menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok. 6. Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolisme. 7. Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan



dengan topik tertentu. 8. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas



perawatan diri.



9. Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.



10. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal 11. Disfungsi Seksual 12. Disorganisasi Perilaku Bayi 13. Disrefleksia Otonom 14. Distres Spiritual 15. Gangguan Eliminasi Urin 16. Gangguan Citra Tubuh 17. Gangguan Identitas 18. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan 19. Gangguan Interaksi Sosial 20. Gangguan Komunikasi Verbal 21. Gangguan Memori 22. Gangguan Menelan 23. Gangguan Mobilitas Fisik 24. Gangguan Persepsi Sensori 25. Gangguan penyapihan Ventilator 26. Gangguan Pertukaran Gas 27. Gangguan Pola Tidur 28. Gangguan Proses Keluarga 29. Gangguan Rasa Nyaman 30. Gangguan Sirkulasi Spontan 31. Gangguan Tumbuh Kembang



32. Gangguan Ventilasi Spontan 33. Harga Diri Rendah Kronis 34. Harga Diri Rendah Situasional 35. Hipervolemia 36. Hipovolemia 37. Hipertermia 38. Hipotermia 39. Ikterik Neonatus 40. Inkontinensia Fekal 41. Inkontinensia Urin Berlanjut 42. Inkontinensia Urin Berlebih 43. Inkontinensia Urin Fungsional 44. Inkontinensia Urin Refleks 45. Inkontinensia Urin Stres 46. Inkontinensia Urin Urgensi 47. Intoleransi Aktivitas 48. Isolasi Sosial 49. Keletihan 50. Keputusasaan 51. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan 52. Ketidakberdayaan 53. Ketidakmampuan Koping Keluarga 54. Ketidaknyamanan Pasca Partum



55. Ketidakpatuhan 56. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 57. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin 58. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan 59. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri 60. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga 61. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas 62. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan 63. Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua 64. Kesiapan Peningkatan Nutrisi 65. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan 66. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga 67. Kesiapan Peningkatan Tidur 68. Kesiapan Persalinan 69. Konfusi Akut 70. Konfusi Kronis 71. Konstipasi 72. Koping Defensif 73. Koping Komunitas Tidak Efektif 74. Koping Tidak Efektif 75. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif 76. Menyusui Efektif 77. Menyusui Tidak Efektif



78. Nausea 79. Nyeri Akut 80. Nyeri Kronis 81. Nyeri Melahirkan 82. Obesitas 83. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif 84. Penampilan Peran Tidak Efektif 85. Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua 86. Penurunan Curah Jantung 87. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial 88. Penurunan Koping Keluarga 89. Penyangkalan Tidak Efektif 90. Perfusi Perifer Tidak Efektif 91. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko 92. Perilaku Kekerasan 93. Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah 94. Pola Nafas Tidak Efektif 95. Pola Seksual Tidak Efektif 96. Resiko Alergi 97. Resiko Aspirasi 98. Resiko Berat Badan Lebih 99. Resiko Bunuh Diri 100.



Resiko Cedera



101.



Resiko Cedera Pada Ibu



102.



Resiko Cedera Pada Janin



103.



Resiko Defisit Nutrisi



104.



Resiko Disfungsi Motilitas Gastroontestinal



105.



Resiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer



106.



Resiko Disfungsi Seksual



107.



Resiko Disorganisasi Perilaku Bayi



108.



Resiko Distres Spiritual



109.



Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan



110.



Resiko Gangguan Perkembangan



111.



Resiko Gangguan Perlekatan



112.



Resiko Gangguan Pertumbuhan



113.



Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan



114.



Resiko Harga Diri Rendah Kronis



115.



Resiko Harga Diri Rendah Situasional



116.



Resiko Hipotermia Perioperatif



117.



Resiko Hipovolemia



118.



Resiko Hipovolemia



119.



Resiko Ikterik Neonatus



120.



Resiko Infeksi



121.



Resiko Intoleransi Aktivitas



122.



Resiko Inkontinensia Urin Urgensi



123.



Resiko Jatuh



124.



Resiko Kehamilan Tidak Dikehendaki



125.



Resiko Ketidakberdayaan



126.



Resiko Ketidakseimbangan Cairan



127.



Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit



128.



Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah



129.



Resiko Konfusi Akut



130.



Resiko Konstipasi



131.



Resiko Luka Tekan



132.



Resiko Mutilasi Diri



133.



Resiko Penurunan Curah Jantung



134.



Resiko Perdarahan



135.



Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif



136.



Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif



137.



Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif



138.



Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif



139.



Resiko Perilaku Kekerasan



140.



Resiko Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah



141.



Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif



142.



Resiko Syok



143.



Resiko Termoregulasi Tidak Efektif



144.



Retensi Urin



145.



Sindrom Pasca Trauma



146.



Termoregulasi Tidak Efektif



147.



Waham



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Dari penjelasan makalah yang dibuat dapat disimpulkan mengenai perbedaan antara Pendokumentasian NANDA dan SDKI adalah pada bagian diagnosa dan klasifikasi penggunaan. NANDA cenderung digunakan untuk global sedangkan SDKI digunakan di kalangan local.



B. Saran Penggunaan NANDA atau SDKI haruslah sesuai dengan kebutuhan diagnose pasien



DAFTAR PUSTAKA



PPNI (2019).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Nanda.2012.Diagnosa keperawatan Defenisi dan Klasifikasi.20122014.Jakarta:EGC