Makalah Gerontik Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK HIPERTENSI Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik Dosen Pembimbing : Ns.Novita Wulansari, M.Kep



Disusun Oleh: 1. ANGGA DWI ARDHANA



20101440119009



2. AQILLA SALSA PERMATANINGAJI



20101440119012



3. CAHYO ADHI NUGROHO



20101440119024



4. CAMELIA CANDRA SETYA ANDINI



20101440119026



5. DEANISA VIRA MAHENDRA



20101440119031



6. FADILA ADJENG KHAIRUNNISA



20101440119043



7. PUTRI AMANINA TRIKANTATA.I.T



20101440119083



8. VIRA SAVENTA YULMAN NANDA



20101440119104



9. ZAKIYATUL MAGHFIROH



20101440119109



PRODI D III KEPERWATAN STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG T.A 2021/2022



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015). Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir 90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014). Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi



terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati posisi ke-13 dan prevalensi ratarata penderita hiperensi berada dibawah prevalensi penderita hipertensi di Indonesia (Kemenkes, 2019). B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari hipertensi? 2. Bagaimana etiologi dari hipertensi? 3. Bagaiaman klasifikasi dari hipertensi? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari hipertensi? 5. Apa saja faktor-faktor dari hipertensi? 6. Apa komplikasi dari hipertensi? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari hipertensi 2. Untuk mengetahui etiologi dari hipertensi 3. Untuk mengetahui klasifikasi dari hipertensi 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi 5. Untuk mengetahui faktor resiko dari hipertensi 6. Untuk mengetahui komplikasi dari hipertensi



BAB II DASAR TEORI A. Konsep Lansia 1. Definisi Lansia Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah, 2010). 2. Teori proses menua Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu: 1) Teori-Teori biologi a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan



biokimia



yang



diprogram



oleh



molekul







molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel. b. Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak). c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory) Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 2) Teori kejiwaan sosial a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil. b. Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c. Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni: (1)



Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3) Berkurangnya kontak komitmen. 3. Batasan Lansia Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai batasan lanjut usia diantaranya : 1) Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan lanjut usia yaitu: a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun 2) Menurut



Koesoemanto



Setyonegoro,



lanjut



usia



dikelompokkan sebagai berikut: a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu usia 18/20-25 tahun b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun) c. Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari 65/70 tahun, terbagi: 1) Usia 70-75 tahun (young old) 2) Usia 75-80 tahun (old) 3) Usia lebih dari 80 tahun (very old) 3) Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalm dua tahap yaitu: a. Early old age (usia 60-70 tahun) b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas) 4. Karakteristik Lansia Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif (Maryam, 2008).



5. Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari: a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat mengahasilkan barang atau jasa e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain B. Konsep Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi. Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan



penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan. 2. Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M., 2012) : 1) Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya: a. Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi b. Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi. c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi. d. Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya. 2) Hipertensi sekunder Hipertensi



sekunder



penyebabnya. penyakit, yaitu :



adalah



Hipertensi



jenis



sekunder



hipertensi



yang



diketahui



disebabkan



oleh



beberapa



a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.



Penyembitan



pada



aorta



tersebut



dapat



menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan c. satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal. d. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme reninaldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016): 1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. 2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016): 1) Elastisitas dinding aorta menurun



2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku 3) Kemampuan



jantung



memompa



darah



menurun



menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya 4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya



efektifitas



pembuluh



darah



perifer



untuk



oksigenasi. 5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. 3. Klasifikasi Hipertensi 1) Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016), klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu : Kategori



Sistolik



Diastolik



mmHg



mmHg



Optimal