13 0 641 KB
MAKALAH KMB III ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
OLEH : KELOMPOK 2 1.
MUTMAINNAH
2.
NOVITA MARAMIS
3.
TANIA HARTATI RAHMAN
4.
YARISA MAULIDIA
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan : Glaukoma “ ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu elisa S. Kep., Ns. selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah yang memberikan motivasi, bimbingan, sertaarahan. 2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalahini. 3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalahini. Menurut penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat ”Tiada Gading Yang Tak Retak” oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Mataram 15 September 2019
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
2
1.3 Tujuan .........................................................................................
2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................
3
2.1 Definisi .......................................................................................
3
2.2 Anatomi .......................................................................................
4
2.3 Etiologi ........................................................................................
5
2.4 Klasifikasi ...................................................................................
9
2.5 Patofisiologi dan Patway ............................................................
9
2.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 13 2.7 Komplikasi .................................................................................. 13 2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 13 2.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 16 2.10 Asuhan Keperawatan…………………………………………...17 BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 35 3.1 Kesimpulan ................................................................................. 35 3.2 Saran ............................................................................................ 35 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata
merupakan
anggota
badan
yang
sangat
peka.Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma.Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata.Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut.Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin. Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer,2001).
1
1.1 Rumusan masalah a.
Apa yang dimaksud dari glaukoma ?
b.
Apa anatomi dari glaukoma ?
c.
Apa penyebab dari glaukoma ?
d.
Apa patofisiologi dan patway dari glaukoma?
e.
Sebutkan manifestasi klinis dari glaukoma?
f.
Sebutkan klasifikasi dari glaukoma ?
g.
Sebutkan komplikasi dari glaukoma :
h.
Sebutkan pemeriksaan penunjang dari glaukoma?
i.
Sebutkan penatalaksanaan dari glaukoma?
j.
Sebutkan asuhan keperawatan dari glaukoma?
1.2 Tujuan a.
Untuk mengetahuai defenisi dari glaukoma
b.
Untuk mengetahui anatomi dari glaukoma
c.
Untuk mengetahui penyebab dari glaukoma
d.
Untuk mengetahui patofisiologi dan patway dari glaukoma
e.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari glaukoma
f.
Untuk mengetahui klasifikasi dari glaukoma
g.
Untuk mengetahui komplikasi dari glaukoma
h.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari glaukoma
i.
Untuk mengetahui penatalasanaan dari glaukoma
j.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari glaukoma
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
( Gambar 2.1 Glaukoma. Tamsuri A, 2010 ) Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,2004). Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Glaukoma
adalah
sekelompok
gangguan
gangguan
yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan
peningkatan
tekanan
intraokuler
(TIO)
dengan
segalah
akibatnya.(Indriana dan N Istiqomah; 2004). Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang khas. (Tamsuri A, 2010) Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi
3
syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009) Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009) Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo JokoWaluyo(2009),bahw Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejalapeningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimanadapatmengakibatkanpenggaungan atau pencekungan
papil
syaraf
optik
sehinggaterjadiatropisyaraf
optik,
penyempitan lapang pandang dan penurunantajampengelihatan.Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yangberartihijaukebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut padapupilpenderitaglaukoma.Kelainan mata glaukoma ditandai denganmeningkatnyatekananbola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapangpandang.Glaukomaadalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bolamatameningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkanpenurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009). 2.2 Anatomi fisiologi Mata adalah organ penglihatan yang sangat penting bagi manusia.Tanpa mata manusia tidak dapat melihat kehidupan. Adapun anatomi dan fisiologi mata adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Anatomi Mata
4
a. Kornea Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus lateralis. Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitas dan deturgensinya. Tebal kornea rata-rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata.Kornea superfisial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer.Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu : epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement dan endotel. b. Sklera Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata.Sklera terdiri atas kolagen. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroid. Secara histologis sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan berkasberkas jaringan kolagen teranyam.Sklera sangat mirip dengan kornea. c. Uvea Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: 1. Iris, mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
5
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap. 2. Badan siliar, terdiri dari dua bagian, yaitu : korona siliar yang berkerut kerut dengan tebal 2 mm atau pars plicata dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan menyebabkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran khas peradangan intraokular. 3. Koroid, berisi pembuluh-pembuluh darah
dalam jumlah yang
sangat besar, yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya. d.
Lensa Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata.Lensa adalah struktur yang bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Lensa terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa disangga oleh zonula zinii yang berjalan diantara korpus siliaris dan kapsul lensa.
e.
Badan Kaca
f.
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca tediri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2 komponen, yaitu: kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina
g.
Retina Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata.Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus siliar
6
dan berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata. Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu : lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina, sedangkan 1/3 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral. Anatomi Dan Fisiologi Sudut Bilik Mata Depan Dan Aquos Humor a. Sudut Bilik Mata Depan Sudut bilik mata depan terletak padapertautan antara kornea dan pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwable, anyaman trabekular (yang terketak di atas kanalis Schlem) dan taji sklera (scleral
spur).Garis
Schwable
menandai
berakhirnya
endotel
kornea.Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke corpus siliar. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanalis Schlem.6
Jalinan trabekular terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1.
Jalinan Uveal (Uveal Meshwork). Jalinan ini menghadap ke bilik mata depan.
2.
Jalinan Korneosklera (Corneoskleral Meshwork). Jalinan ini berada di bagian luar yang berada di dekat kanalis Schlem.
3.
Jalinan Endotelial (Juxtacanalicular atau Endotelial Meshwork). Ketiga bagian ini bagian ini terlibat dalam proses outflow aquos humor.
b. Aquos Humor Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aquos humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya air mata. Aquos humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya adalah
7
25µL/menit.Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aquos humor sama dengan plasma, kecuali bahwa cairan itu memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi, protein uvea dan glukosa yang lebih rendah. Aquos humor diproduksi oleh corpus siliar. Setelah masuk ke bilik mata depan, aquos humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aquos dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan kadar protein. Hal ini disebut plasmoid aquous dan sangat mirip dengan serum darah. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga kecepatan drainase aquos humor juga meningkat. Aliran aquos humor ke dalam Kanalis Schlem bergantung pada pembentukan saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Sclem menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aquos humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus siliar, koroid dan sklera.
Gambar 2.3 Struktur segmen anterior (tanda panah menunjukkan arah aliran aquos humor)
8
2.3 Etiologi Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004) a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badancilliary. b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelahpupil Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009) a. Umur Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnyausia. b. Riwayat anggota keluarga yang terkenaglaucoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak. c. Tekanan bolamata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma.Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata. d. Obat-obatan Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya. 2.4 Klasifikasi Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003) a. 1.
Glaukoma primer Glaukoma sudutterbuka
9
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yangmeliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat.Disebut sudut terbuka karena humor aqueous
mempunyai
trabekular.Pengaliran jaringan
trabekular,
pintu
dihambat saluran
terbuka oleh
ke
perubahan
schleem,
dan
jaringan degeneratif saluran
yg
berdekatan.Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut
ruang
anterior
normal.
Peningkatan
tekanan
dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. 2.
Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b.
Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab: 1) Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak 2) Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea 3) Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
c.
Glaukoma kongenital Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran
10
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme. d.
Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh,
bilik
mata
dangkal,
papil
atrofi
dengan
eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukomahemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. 2.5 Patofisiologi Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti).Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis,
tekanan
intraokuli
yang
tinggi
akan
menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
11
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor : a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik. b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik. c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas. d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.(Tamsuri M, 2010 ).
12
2.6 Manifestasi klinis a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga). b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu. c. Mual, muntah, berkeringat. d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar. e. Visus menurun. f. Edema kornea. g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka). h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya. i. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 ) 2.7 Komplikasi Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit. 2.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Glaukoma Akut Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. a. Tonometri Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
13
1) 2) 3) 4)
Palpasi atau digital dengan jari telunjuk Indentasi dengan tonometer schiotz Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
N N+1 N+2 N–1 N–2
: normal : agak tinggi : untuk tekanan yang lebih tinggi : lebih rendah dari normal : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2. Glaukoma Kronik Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil. 3. Pemeriksaan lapang pandang a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah. b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002). 14
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri. 5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT). Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet. Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur. 6. Pemasangan keran Ahmed Valve Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg. 7. Gonioskopi Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. 8. Oftalmoskopi Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi.Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
15
2.9 Penatalaksanaan Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya). Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan
memberikan cairan
hiperosmotik seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena.Humor aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan). Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum
ini
menyebabkan
pandangan
kabur
setelah
1-2
jam
penggunaan.Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tandatanda penurunan TIO. Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk reaksi radang. Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan
laser
trabekuloplasti.Bila
tindakan
ini
gagal,
dapat
dilakukan
siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku). Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen.Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan
16
adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan. Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu.Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada. 2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Identifikasi Klien Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan. 2. Keluhan Utama Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak. 3. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Penyakit Sekarang Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak. 2) Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya. 3) Riwayat Penyakit Keluarga Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau horisontal memiliki penyakit yang serupa.
17
4. Pengkajian pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan. 2) Pola nutrisi dan metabolic Pada
umumnya
klien
dengan
glaukoma
tidak
mengalami
perubahan.Pada pola nutrisi dan metabolismenya.Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya. 3) Pola eliminasi Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya. 4) Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala. 5) Pola aktivitas Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami penurunan. 6) Pola persepsi konsep diri Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri. 7) Pola sensori dan kognitif Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.
18
8) Pola hubungan dan peran Bagaimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya. 9) Pola reproduksi Pada pola reproduksi tidak ada gangguan. 10)
Pola koping stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif. 11)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan. 5. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV. 2) Pemeriksaan Kepala dan Leher Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur. 3) Pemeriksaan Integumen Meliputi warna kulit, turgor kulit 4) Pemeriksaan Sistem Respirasi Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada. 5) Pemeriksaan Kardiovaskular Meliputi irama dan suara jantung. 6) Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah. 7) Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal Meliputi pergerakan ekstermitas. 8) Pemeriksaan Sistem Endokrin Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
19
9) Pemeriksaan Genitouria Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine. 10)
Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang. b. Analisa Data No. 1.
Symptom
Etiologi
DS: 1. Melaporkan (nyeri) dengan isyarat (mis, menggunakan skala nyeri)
Usis >40 tahun, Nyeri Akut Korikostiroid jangka panjang, myopia, trauma mata
DO: 1. Respon otonom (mis, diaforesis, perubahan tekanan
Obstruksi jaringan Trabekuler
darah, pernafasan, atau denyut jantung, dilatasi pupil) 2. Prilaku dristaksi (mis, mondarmandir, mencari orang atau aktitas lain, aktifitas berulang) 3. Prilaku ekspresif (mis, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan
20
Problem
Hambatan pengaliran cairan humor aceueous
TIO meningkat
Nyeri Akut
menghela nafas panjang). 4. Wajah topeng 5. Sikap melindungi 6. Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun) 7. Bukti nyeri dapat diamati 8. Posisi untuk menghindari nyeri 9. Prilaku menjaga atau sikap melindungi 10. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu. 2.
Ds
:
pasien
mengatkan Usis >40 tahun, Gangguan
penglihatan rabun Do :
Korikostiroid
Persepsi
jangka panjang, Sensori
1. Distorsi sensori 2. Respon tidak sesuai
myopia, trauma Pengelihatan mata
3. Konsentrasi buruk 4. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi.
Obstruksi jaringan Trabekuler
21
Hambatan pengaliran cairan humor aceueous
TIO meningkat
Gangguan saraf optic
Perubahan Pengelihatan Perifer
Gangguan Perubahan Persepsi Pengelihatan 3.
Ds :
Usis >40 tahun, Ansietas
Gejala dan tanda mayor
Korikostiroid
1. Merasa bingung
jangka panjang,
2. Meras
myopia, trauma
dengan
khawatir akibat
dari
mata
kondisi yang dihadapi 3. Sulit berkonsentrasi
Obstruksi
Gejala dan tanda minor
jaringan
1. Mengeluh pusing
Trabekuler
2. Anoreksia 3. Palpitasi
Hambatan
Do :
pengaliran
Gejala dan tanda mayor
22
cairan humor
1. Tampak gelisah
aceueous
2. Tampak tegang Gejala dan tanda minor 1. Frekuensi
TIO meningkat
napas
meningkat
Gangguan saraf
2. Frekuensi
nadi
optic
darah
Perubahan
meningkat 3. Tekanan meningkat
Pengelihatan
4. Tremor
Perifer
5. Muka tampak pucat 6. Suara bergetar
Ansietas
7. Kontak mata buruk
4.
DS:
Menyatakan
secara Usis >40 tahun, Kurang
verbal adanya masalah DO:
Korikostiroid
pengetahuan
ketidakakuratan jangka panjang, mengenai
mengikuti
instruksi,
perilaku tidak sesuai
myopia, trauma tindakan mata
prosedur operasi
Peningkatan Tekanan Vitreneous
Pergerakan iris ke depan
TIO meningkat
Glaukoma
23
Tindakan operasi
Kurang pengetahuan mengenai prosedur tindakan operasi
c. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan intraokuler (TIO) b) Gangguan persepsi sensori pengelihatan b/d gangguan penerimaan penerimaan sensori dari mata c) Ansietas b/d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan d) Kurang pengetahuan b/d kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi informasi. d. Intervensi Keperawatan No.
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan 1.
Nyeri akut
Setelah
dilakukan 1. Pemberian
asuhan
keperaawtan
selama
3×24
diharapkan berkirang
Analgesik:
jam nyeri
Menggunakan agens farmakologis untuk
dengan
mengurangi dan
indikatator:
menghilangkan
Hasil NOC: 1. Kepuasan
nyeri 2. Pemberian
klien:manajemen Nyeri: tingkat
24
Medikasi: -
Mempersiapkan,
persepsi positif
memberikan dan
tentang perawatan
mengevaluasi
pasien untuk
keefektifan obat
meredakan nyeri
resep dan obat bebas
2. Tingkat kenyamanan: tingkat
3. Manajemen Nyeri: -
Meringkan atau
persepsi positif
mengurangi nyeri
terhadap kemudahan
sampai pada tingkat
fisik dan psikologis
kenyamanan yang
3. Tingkat nyeri:
dapat diterima oleh
keparahan nyeri yang dapat diamati
pasien. 4.
atau dilaporkan
Bantuan Analgesik yang dikendalikan oleh
Tujuan/Kriteria:
pasien (Patient-
1. Memperlihatakan
-
-
-
Controlled
pengendalian nyeri,
Analgesia PCA):
yang dibuktikan oleh indikator sebagai
Memudahkan
berikut; (sebutkan 1-
pemberian dan
5: tidak pernah,
pengeturan
jarang, kadang-
analgesik oleh
kadang, sering atau
pasien
pengendalian
selalu):
5. Manajen Sedatif:
Mengenali awitan
-
Memberikan sedatif,
nyeri
memantau respon
Menggunakan
pasien, dan
tindakan pencegahan
memberikan
Melaporkan nyeri
dukunagn fisiologis
dapat dikendalikan
yang dibutuhkan
2. Menentukan tingakat nyeri, yang
25
selama prosedur diagnostik atau
dibuktikan oleh
-
-
terapeutik
indikator sebagai
6. Surveilans:
berikut (sebutkan 1-
Mengumpulkan,
5: sangat berat,
mengidentifikasi,
sedang, ringan, atau
menyintesis data pasien
tidak ada):
secara
Ekspresi nyeri pada
kontinu untuk membuat
wajah
keputusan klinis
dan
terarah
dan
Gelisah atau ketegangan otot
-
Durasi episode nyeri
-
Merintih dan menangis
Gelisah 2.
Gangguan
Setelah dilakukan
Persepsi
tindakan keperawatan 3
Perawatan Diri
Sensori
x 24 jam diharapkan
Pengelihatan
gangguan persepsi
pengetahuan
sensori dapat teratasi
tentang
dengan Tujuan dan
perawatan diri
1. Edukasi
Kriteria Hasil : 1. Verbalisasi
Identifikasi
Identifikasi masalah
dan
melihat
hambatan
bayangan
perawatan diri
meningkat
yang dialami
2. Distorsi sensori meningkat 3. Kosentrasi
Identifikasi metode
dan
pembelajaran
orientasi
yang sesuai (
meningkat
mis.
4. Ketajaman pengelihatan
26
Tanya
jawab, penggunan atau
meningkat 5. Identifikasi orang
terdekat
meningkat
bantu
audio
atau
visual,
lisan , tulisan
6. Pandangan kabur
Sediakan lingkungan
tidak ada
yang
kondusif
pembelajaran oftimal ( mis. Di ruang kelas atau
ruang
terapi
yang
kosong )
Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan
aktivitas
kehidupan sehari-hari
Ajarkan mendemonstras ikan
praktik
perawatan diri sesuai kemampuan. 2. Manajemen Stres
Identifikasi tingkat stress
Pahami
reaksi
marah terhadap stressor
27
Berikan
kesempatan untuk menenangkan diri
Hindari makanan yang mengandung kafein,
garam
dan lemak
Anjurkan menggunakan tehnik menurunkan stress
yang
sesuai
untuk
diterapkan
di
rumah
sakit
maupun
pada
situasi lainnya.
Ajarkan tehnik menurunkan stress
(
mis.
Latihan pernafasan, masase, relaksasi progresif, imajinasi terbimbing, biofeedback, terapi sentuhan, terapi murattal,
28
terapi
music,
terapi
humor,
terapi
tertawa,
mditasi. 3. Pencegahan Bunuh Diri
Identifikasi gejala bunuh
risiko diri
(
mis. Gangguan mood, halusinasi, delusi,
panik,
penyalahgunaan zat, kesedihan, gangguan kepribadian )
Pantau lingkungan bebas
bahaya
secara rutin ( mis.
Barang
pribadi,
pisau
cukur, jendela )
Pantau adanya perubahan mood
atau
perilaku
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
29
Lakukan pendekatan lansung
dan
tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
Anjurkan mendiskusikan perasaan
yang
di alami kepada orang lain
Kaloborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, jika perlu
4. Tehnik Menenangkan
Identifikasi masalah
yang
dialami
Ciptakan ruangan
yang
tenang
dan
nyaman
Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci,ibadah
30
sesuai
agama
yang dianut
Anjurkan mendengarkan music
yang
lembut
atau
music
yang
disuakai 3.
Ansietas
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan
ansietas
1. gunakan pendekatan
yang
menenangkan 2. Nyatakan
dengan
berkurang atau hilang :
jelas
harapan
Kriteria Hasil :
terhadappelaku
1. Klein
mampu
mengidentifikasi
pasien 3. Temani
pasien
dan
untuk memberikan
mengungkapkan
keamanan
gejala cemas
mengurangi takut
2. Mengidentifikasi,
4. Dorong
mengungkapkan
untuk
dan
anak
menunjukkan
tehknik
untuk
mengontrol cemas 3. vital
sign
dalam
batas normal
bahasa tingkat
keluarga menemani
5. Identifikasi tingkat kecemasan 6. Dorong
pasien
untuk
4. postur ekspresi
dan
tubuh,
mengungkapkan
wajah,
peasaan ketakutan
tubuh
dn
aktivitas
dan presepsi . 7. Intruksikan
menunjukkan
untuk
berkurangnya
menggunakan
31
klien
kecemasan
tehknik relaksasi 8. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
4.
NIC :
Kurang
NOC
Pengetahuan
1. Kowlwdge : disease process 2. Kowledge : health Behavior Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 pasien menunjukkan pengetahuan
tentang
proses penyakit dengan kriteria hasil: 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
32
apa
tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
dari
penyakit
dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan
fisiologi,
dengan
cara yang tepat. 3. Gambarkan dan
tanda
gejala
yang
biasa muncul pada penyakit,
dengan
cara yang tepat 4. Gambarkan
proses
penyakit,
dengan
cara yang tepat
melaksanakan
kembali
1. Kaji
yang
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan
cara yang tepat 6. Sediakan
informasi
pada pasien tentang kondisi, dengan cara
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
yang tepat 7. Sediakan
bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan cara yang tepat 8. Diskusikan
pilihan
terapi
atau
penanganan 9. Dukung
pasien
untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat
atau
diindikasikan 10. Eksplorasi kemungkinan sumber dukungan,
atau dengan
cara yang tepat
e. Implementasi Keperawatan Setelah rencana tindakan keperawatan
tersusun, selanjutnya
rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya dibawah pengawasan perawat. (Nursalam, 2001)
33
orang yang masih seprofesi
dengan
f. Evaluasi Keperawatan Evaluasi soapier meskipun proses keperawatan mempunyai tahaptahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
34
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal
atau
lebih tinggi
dari
pada
normal
yang
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,2004).Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004) : a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badancilliary. b.Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelahpupil 3.2 Saran a. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan
kesehatan
khususnya
pada
glaukomauntuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan. b. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.
35
DAFTAR PUSTAKA Anas Tamsuri. 2010.Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC. Nurachmah elly, dkk.2011.Dasar-dasar anatomi dan Fisiologi.Jakarta: Salemba Medika Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Nanda NIC NOC.Yogyakarta: Media Action Publishing Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Keperawatan
berdasarkan
Diagnosa
NOC.Yogyakarta: Media Action Publishing
36
Medis
Dan
Asuhan
Nanda
NIC