MAKALAH HERBAL - TANAMAN TEMULAWAK - 6B - KELOMPOK 3 Fix [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ifan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KOMPLEMENTER HERBAL TANAMAN HERBAL TEMULAWAK



FASILITATOR : Nunik Purwanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep



Disusun oleh : Kelompok 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Elvi Nisa’ul Muflichun Nadia Ameliawati Serli Mei Anggraini M. Ifan Irjiananto Setia Cholifah N Hiliyatul Aulia Ma’isyatul Chiyaroh Ditin Nur Apriyani Yustika Dian Novitasari Endar Pristiwana R



(1130017048) (1130017049) (1130017054) (1130017075) (1130017068) (1130017122) (1130017126) (1130017134) (1130017138) (1130017153)



PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2020



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia - Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanaman Herbal Temulawak” ini dengan tepat ada waktunya. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.



Surabaya , 24 April 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



1



1.2 Rumusan Masalah



2



1.3 Tujuan Penulisan



2



1.4 Manfaat Penulisan



2



BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definsi Tanaman Temulawak 2.2 Klasifikasi Tanaman Temulawak 2.3 Morfologi Tanaman Temulawak 2.4 Kandungan Kimia Tanaman Temulawak 2.5 Manfaat Tanaman Temulawak 2.6 Cara Pengolahan Tanaman Temulawak 2.7 EfekSamping Farmakologis Tanman Temulawak BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Ulasan Jurnal BAB 4 Penutup 4.1 Simpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) merupakan salah satu jenis tanaman obat dari famili Zingiberaceae dan merupakan penyusun hampir setiap jenis obat tradisional yang dibuat di Indonesia. Hasil survei dalam industri obat tradisional didapatkan bahwa pemanfaatan temulawak dipergunakan sebagai bahan baku 44 jenis produk obat tradisional dan bahan kosmetik. Penggunaan temulawak mengalami perkembangan, dimulai dari tersedianya obat tradisional, melalui obat herbal terstandar, akhirnya menjadi fitofarmaka. Saat ini total serapan temulawak dalam industri obat tradisional dan obat fitofarmaka diperkirakan mencapai 8.750 ton/tahun (Kemala et al, 2004). Selain penggunaannya sebagai bahan baku industri seperti minuman dan pewarna alami, manfaat lain adalah meningkatkan sistem imunitas tubuh, anti bakteri anti diabetik, anti hepatotoksik, anti inflamasi, anti oksidan, anti tumor, diuretika, depresan (Raharjo& Rostiana, 2003). Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan di Indonesia. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia telah menentukan 9 tanaman unggulan salah satunya adalah tanaman temulawak. Pengembangan temulawak di Indonesia masih mengalami peningkatan dan penurunan sejak tahun 2008 – 2012, dalam produksi tanaman temulawak tahun 2008 (23.740.105 kg), tahun 2009 (36.826.340 kg), tahun 2010 (26.671.149 kg), tahun 2011 (24.105.870 kg), dan tahun 2012 (44.085.151 kg) (BPS, 2012). Untuk memenuhi kebutuhan temulawak, maka diperlukan sistem budidaya yang berkelanjutan diantaranya dengan penggunaan benih unggul bermutu tinggi. Benih merupakan faktor input yang paling menentukan produktivitas tanaman disamping lahan untuk pertanian. Tingkat keberhasilan budidaya suatu tanaman lebih kurang 40% ditentukan oleh kualitas bibit. Kebutuhan benih temulawak adalah 1,5-2 ton/ha. Mengingat kebutuhan benih yang sangat banyak, maka perlu diusahakan cara yang efisien dalam



3



penggunaan benih untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak (Pato & Yusmarini, 2004). 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diantaranya yaitu : 1. Apa definisi dari tanaman temulawak ? 2. Bagaimana klasifikasi tanaman temulawak? 3. Bagaimana morfologi tanaman temulawak ? 4. Apa kandungan kimia yang ada pada tanaman temulawak ? 5. Apa saja manfaat tanaman temulawak ? 6. Bagaimana cara pengolahan tanaman temulawak sebagai obat ? 7. Bagaimana cara penyeduhan minuman temulawak ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi tanaman temulawak. 2. Untuk mengetahui klasifikasi tanaman temulawak. 3. Untuk mengetahui morfologi tanaman temulawak. 4. Untuk mengetahui dan memahami kandungan kimia tanaman temulawak. 5. Untuk mengetahui dan memahami manfaat tanaman temulawak. 6. Untuk mengetahui dan memahami cara pengolahan tanaman temulawak sebagai obat. 7. Untuk mengetahui dan memahami cara penyeduhan minuman temulawak. 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis Memperoleh pengetahuan tentang Tanaman herbal temulawak serta meningkatkan keterampilan dan wawasan. 2. Bagi Pembaca Memperoleh dan menambah wawasan mengenai Tanaman herbal temulawak. 3. Bagi FKK Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatan mutu pelayanan keperawatan pada penerapan tanaman herbal yaitu Temulawak.



4



BAB 2 TINJAUAN TEORI



2.1 Definsi Tanaman Temulawak Tanaman temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepahpelepah daun yang menyatu, mempunyai umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3 sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur.Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan. Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun dengan habitus mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman ini terdiri atas beberapa anakan dan tiap anakan memiliki 2-9 helai daun. Daun temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Panjang daunnya sekitar 50-55 cm dan lebar ± 18 cm. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua dan pangkal bunganya berwarna ungu. Rimpang temulawak bentuknya bulat seperti telur dengan warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor. Warna daging rimpang adalah kuning dengan cita rasa pahit, berbau tajam dan keharumannya sedang. Untuk sistem perakaran tanaman temulawak termasuk 11 tanaman yang berakar serabut dengan panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan. 2.2 Klasifikasi Tanaman Temulawak a. Kingdom



: Plantae



b. Divisi



: Spermatophyta



c. Sub Divisi



: Angiospermae



d. Kelas



: Monocotyledonae



5



e. Ordo



: Zingiberales



f. Family



: Cingiberaceae



g. Genus



: Curcuma



h. Spesies



: Curcuma Xanthorriza ROXB



Nama latin



: Curcuma Xanthorriza ROXB



Nama sinonim



: Curcuma Zerumbed Maus Rumph



Nama daerah a. Sumatera



: temulawak



b. Jawa



: koneng gede, temu raya, temu besar, aci



koneng, koneng tegel, temulawak c. Madura



: temo labak



d. Bali



: tommo



e. Sulawesi Selatan



: tomon



f. Ternate



: karbangga



2.3 Morfologi Tanaman Temulawak 1. Bagian Batang Batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun. 2. Bagian Daun Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya 18 cm, dan setiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis–garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak. 3. Bagian Bunga Bunga



tanaman



temulawak



dapat



berbunga



terus-menerus



sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe



6



erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga. 4. Bagian Rimpang Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda. 5.



Bagian Akar Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut. Akarakarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.



2.4 Kandungan Kimia Tanaman Temulawak Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, mineral minyak atsiri serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48-54 % tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium ( K ), natrium ( Na), magnesium (Mg ), zat besi (Fe), mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut ” kurkumin” dan juga protein, pati, serta zatzat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal.



7



Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6 % - 2,22 % dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat-zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya temulawak. Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman dan obat, diperoleh sejumlah zat/senyawa dalam rimpang temulawak antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan kurkumin 2,29%. Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid. Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar 3,81%, meliputi: d-kamfer, sikloisoren, mirsen, p-toluil metikarbinol, pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan atlantone (Kasiran, 2009). 2.5 Manfaat Tanaman Temulawak Khasiat tanaman temulawak adalah sebagai anti sembelit, acnevulgaris, anti inflamasi dan anti hepatotoksik, laktagoga, kolagoga, tonikum, diuretic, fungistatik dan bakteriostatik. Kandungan adashitam juga membantu mengeluarkan angin, dan mendorong pengeluaran air seni. 2.6 Cara Pengolahan Tanaman Temulawak a. Penyortiran basah dan pencucuian ortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian 8



yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadahplastik/ember. b. Perajangan Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. c. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 – 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari.dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C – 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan. d. Penyortiran kering Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). e. Pengemasan Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan



9



itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya. f. Peyimpanan Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 o C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 2.7 Cara Penyeduhan Minuman Temulawak Resep bahan minuman temulawak a. Temulawak



: 50 gram



b. Asam kawak (tanpa biji) : 20 gram c. Kencur



: 25 gram



d. Jinten



: 10 gram



e. Air matang



: 100 ml



f. Gula aren



: 100 gram



g. Daun pandan



: 2 lembar



h. Air



: 1 liter



Cara membuat minuman temulawak : 1. Iris dengan tipis rimpang temulawak dan juga kencur, sangrai irisan tersebut sebentar saja. 2.  Campurkan temulawak dengan asam kawak, kencur, ditambah jinten dan sebanyak 100 ml air yang sudah matang, haluskan semua bahan dengan menggunakan blender. 3. Sementara itu di didihkan air dengan campuran gula dan juga daun pandan hingga gulanya menjadi larut. 4. Campurkan campuran temulawak yang sudah di blender tadi dengan rebusan air gula tersebut, aduk hingga rata dan saring. 5.  Sajikan baik hangat ataupun dingin untuk 5-6 gelas.



10



BAB 3 PEMBAHASAN



3.1 UlasanJurnal Judul



: PEMBUATAN SALEP ANTI JERAWAT DARI EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)



Penulis No. 1.



: Selfie P.J. Ulaen, Yos Banne, Ririn A. Suatan Patient



Temulawak



Intervention



merupakan Sebelumnya telah dilakukan salah satu tanaman yang penelitian tentang berkhasiat untuk temulawak yang memberikan hasil mengobati jerawat. Salah bahwa ekstrak satu faktor pemicu rimpang temulawak bersifat timbulnya jerawat adalah antibakteri produksi minyak yang terhadap Staphylococcus berlebih pada kulit wajah aureus dan Staphylococcus epidermis, bakteri yang diisolasi dari permukaan kulit yang berjerawat.



Comparison Uji ukuran partikel yang dilakukan dengan mengambil sejumlah salep kemudian diletakkan pada bagian atas kaca obyek kemudian diratakan dengan bantuan kaca obyek yang lainnya dan dimati di bawah mikroskop menggunakan salep pembanding Slimming Gel Mustika Ratu.



Outcome Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan salep ekstrak rimpang temulawak memiliki daya sebar dan daya lekat baik. Salep ekstrak rimpang temulawak juga memiliki pH sesuai dengan pH normal kulit sehingga tidak mengiritasi kulit.



11



Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) dan Jintan Hitam (Nigella Sativa) terhadap Profil Lipid Tikus Sprague Dawley Dislipidemia



Penulis : Andika Agus Budiarto,Alem Pramudita Wibowo,Stella Andriana Putri,Nadine Nurani Shabrina, Dwi Ngestiningsih, Kusmiyati Tjahjono



No 2



Patient Sebanyak 42 ekor tikus Sprague dawley dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok K1 (kontrol normal), kelompok K2 (kontrol dislipidemia), kelompok P1 (200 mg/kgBB ekstrak temulawak), kelompok P2 (400 mg/kgBB ekstrak jintan hitam), kelompok P3 (0,18 mg/200 gramBB simvastatin), dan kelompok P4 (200 mg/kgBB ekstrak temulawak dan 400 mg/kgBB ekstrak jintan hitam)



Intervention Uji efek pemberian ekstrak temulawak dan ekstrak jintan hitam terhadap profil lipid tikus Sprague dawley dislipidemia, yang dilakukan selama delapan minggu.



Comparison Efek pemberian dari kombinasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb.) dan jintan hitam (Nigella sativa) terhadap profil lipid serum pada tikus Sprague Dawley dislipidemia



Outcome Pemberian kombinasi ekstrak rimpang temulawak dan jintan hitam dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol total serta menaikkan kadar kolesterol HDL pada tikus Sprague Dawley dislipidemia



12



Judul : TEMULAWAK PLANT (Curcuma xanthorrhiza Roxb) as a TRADITIONAL MEDICINE Penulis : Raden Aldizal Mahendra Rizkio Syamsudin, Farid Perdana, Firly Suci Mutiaz, Vicka Galuh, Apriliani Putri Ayu Rina, Novia Dwi Cahyani, Sri Aprilya, Rahma Yanti, Fezi Khendri



No Patient 3 pemanfaatan tanaman temulawak sebagai obat tradisional



Intervention Temulawak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pewarna, bahan pangan, obat tradisional, memelihara kesehatan dan juga sebagai bahan obat seperti kurang nafsu makan, sembelit, ambeien, jerawat, diare, obat kejangkejang, untuk menghancurkan batu empedu,



Comparison Tumbuhan temulawak memiliki banyak kandungan senyawa kimia, dimana pati merupakan salah satu kandungan terbanyak yang terdapat pada tumbuhan temulawak,Temulawak menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dan peringkat kedua di Jawa Tengah setelah jahe berdasarkan kebutuhan untuk industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional.



Outcome Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang umum digunakan oleh masyarakat tradisional. Berbagai etnis dan daerah di Indonesia telah menggunakan temulawak dengan klasifikasi penggunaan meliputi kardiovaskuler, sistem pencernaan, sindrom metabolik, 13



untuk mengobati pengobatan penyakit ginjal dan hati, obat pegal linu, reumatik, radang sendi, dan dalam bentuk segar, rebusan, seduhan maupun serbuk digunakan untuk mengobati sariawan dan keputihan. Temulawak bersama dengan brotowali dan sambiloto digunakan dapat juga digunakan sebagai obat lambung.



urologi, sistem gerak, sistem pernafasan, dan kategori kewanitaan. Temulawak juga banyak mengandung senyawa kimia dengan unsur terbesar adalah pati, kurkumin dan minyak atsiri. Aktivitas yang dikandung oleh temulawak antara lain sebagai antibakteri, antivitus, antioksidan, antiinflamasi dan hepatoprotektor .



14



Judul: POTENSI TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN Penulis : Ali Rosidi, Ali Khomsan , Budi Setiawan , Hadi Riyadi , Dodik Briawan No 4



Patient



Intervention



Comparison



Outcome



Temulawak diketahui memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai antioksidan



Kurkumin mempunyai gugus penting dalam proses antioksidan tersebut. Struktur kurkumin terdiri dari gugus hidroksi fenolik dan gugus β diketon. Gugus hidroksi fenolik berfungsi sebagai penangkap radikal bebas pada fase pertama mekanisme antioksidatif. Pada struktur senyawa kurkumin terdapat 2 gugus fenolik, sehingga 1 molekul kurkumin dapat menangkal 2 radikal bebas. Gugus β diketon berfungsi sebagai penangkap



Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan DPPH (1,1-difenil2-pikrilhidrazil) dengan metode Gaulejac et al dalam Kiay et al (2011). Sebanyak 0,5 mL masingmasing esktrak methanol dan air (kering dan basah) ditambahkan dengan 2 mL larutan DPPH dan divortex selama 2 menit.



Ekstrak temulawak memiliki aktivitas antioksidan sebesar 87,01 ppm tergolong aktif sehingga berpotensi sebagai antioksidan alami yang baik. Pada ekstrak temulawak dengan metode ekstraksi cair-cair ditemukan kadar kurkumin sebesar 27,19% dengan rendemen sebesar 1,02%.



15



radikal pada fase berikutnya. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran aktivitas antioksidan dan kurkumin pada ekstrak temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb)



16



Judul: EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus



Penulis : Ardiana Retno Mashita No 5



Patient



Intervention



Comporasion



Outcome



Bakteri Staphylococcus, merupakan sebagian dari flora normal pada kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Pada 6,6% dari bayi yang berumur 1 hari telah dapat ditemukan Staphylococcus di hidungnya, 50% pada umur 2 hari, 62% pada umur 3 hari, dan 88,8% pada umur 4-8 hari



Pada penelitian ini peneliti akan meneliti aktifitas antimikroba ekstrak rimpang temulawak terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan dibandingkan dengan vankomisin sebagai antibiotik yang paling banyak digunakan pada MRSA, penisilin dan metisilin sebagai antibiotik yang telah resisten terhadap bakteri Staphylococcus aureus



Alat dan bahan yang digunakan yaitu Isolat Staphylococcus aureus,Pewarna Gram (kristal violet, lugol, alkohol 96 %, safranin) ,Media perbenihan kosong: NAP dan Nutrient Broth, Bahan Tes koagulase, katalase, Tabung reaksi steril, Ose lengkung ,Mikropipet 1 ml, Inkubator, Lampu Spirtus, Label, Vortex , Spektrofotometer, Colony counter



Semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang temulawak, semakin menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (p = 0.000, r = -0.788). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi ekstrak rimpang temulawak berpengaruh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (p = 0.000, R2=62,1%)



17



BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan



18



Indonesia dikenal sangat kaya akan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Mulai dari tanaman semak belukar hingga tanaman tinggi-tinggi.



Banyak



penyakit



yang



dapat



disembuhkan



dengan



memanfaatkan tanaman tersebut. Salah satu tanaman tersebut adalah temulawak yang tumbuh sebagai tanaman rimpang. Temulawak merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam family rimpang. Dikenal juga dengan nama Temulawak (Indonesia). Saran Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat menginterpretasikan dengan baik dalam mata kuliah koplementer herbal khususnya pemahaman tentang tanaman herbal temulawak



19



DAFTAR PUSTAKA Arif, Afriflian. Makalah Tanaman Obat Keluarga (Temulawak Dan Kunci) Anggota



Kelompok.



https://www.academia.edu/37307725/MAKALAH_TANAMAN_OBAT_ KELUARGA_TEMULAWAK_DAN_KUNCI_ANGGOTA_KELOMPO K. Diakses pada tanggal 24 April 2020 Kasiran.



2009.



Baku



PeningkatanKandunganMinyakAtsiriTemulawakSebagaiBahan Obat.



http://download.portalgaruda.org/article.php?



article=80582&val=4892. DiaksesTanggal 24 Desember 2020. Rostiana, R., 2003. Standar Prosedur Operasional Budidaya Temulawak. Artikel. http://typecat.com. Diakses tanggal 24 Desember 2020.



20



Safitri, Silvia Ayu. Makalah Tentang “Temulawak” (Curcuma Xanthorrhiza). https://silviapharmacy.wordpress.com/2019/01/11/makalah-tentangtemulawak-curcuma-xanthorrhiza/. Diakses pada tanggal 24 April 2020. Yusmarini dan Pato. 2004. Teknologi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Selfie P.J. Ulaen, Yos Banne, Ririn A. Suatan. (tanpa tahun). Pembuatan Salep Anti Jerawat Dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado. Diakses pada tanggal 25 April 2020. Raden Aldizal Mahendra Rizkio Syamsudin, Farid Perdana, dkk. (2019). Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai Obat Tradisional. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari. Vol. 10 No. 1 Januari 2019 hal 51-65. Diakses pada tanggal 25 April 2020. Ardiana Retno Mashita. (2014).Efek Antimikroba Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Vol 10. No 2 Desember 2014. Diakses pada tanggal 25 April 2020. Rosidi, Ali, Ali Khomsan, dkk. (tanpa tahun). Potensi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai Antioksidan. Departemen Gizi Masyarakat. Diakses pada tanggal 25 April 2020. Budiarto, Andika Agus, Alem Pramudita Wibowo dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma XanthorrhizaRoxb.) dan Jintan Hitam (Nigella Sativa) Terhadap Profil Lipid Tikus Sprague Dawley Dislipidemia.



Departemen



Biokimia



Fakultas



Kedokteran



Universitas



Diponegoro. Volume 49 No. 1, Maret 2017. Diakses pada tanggal 25 April 2020.



21