Makalah Hernia Inguinalis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • randi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS MODUL KEPANITERAAN JUNIOR STASE BEDAH HERNIA INGUINALIS



Disusun oleh Yogi Hermawan 13101051



Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanbaru 2017



DEPARTEMEN



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER



ILMU BEDAH



FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN



STATUS PASIEN UNTUK UJIAN Untuk Mahasiswa



UNIVERSITAS ABDURRAB Nama Mahasiswa



Yogi Hermawan



NIM



13101051



Tanggal Ujian PKM. SIMPANG 3



Rumah sakit Periode



I. IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn. Riyadi



Jenis kelamin



: Laki-laki



Umur



: 39 Tahun



Alamat



: JL. Kartama gg. karmila



II. ANAMNESIS Autoanamnesis Anamnesis dilakukan pada tanggal : 2 Mei 2017 pukul 11.00 WIB



Resume anamnesis :



Tanda Tangan



Keluhan Utama



: Benjolan pada daerah buah zakar kiri 2 minggu yang lalu



Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)



:



Pasien datang mengeluhkan benjolan di daerah buah zakar kiri sejak 2 minggu yang lalu. Benjolan berbentuk lonjong dan tidak nyeri. Pasien merasa risih akibat benjolan tersebut dan mengganggu aktivitas pasein. Benjolan muncul ketika pasien beraktivitas seperti berjalan, mengangkat beban berat, mengedan, dan pada saat duduk. Pasien juga mengeluhkan perut bawah berbunyi ketika posisi badan pasien miring. Pasien tidak terdapat keluhan BAB dan BAK.



Obat



Pasien belum pernah mengobati keluhan. Pasien hanya memijit pada daerah benjolan



Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)



Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pasien tidak memiliki riwayat dibedah dan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.



Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)



Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama. Tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes pada keluarga pasien.



Riwayat pribadi dan sosial



Pasien sehari-hari bekerja sebagai pegawai PLN. Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol.



Resume anamnesis :



Tn. Rasyidin (39 tahun) datang ke poli umu Puskesmas RI Simpang Tiga dengan keluhan terdapat benjolan pada daerah buah zakar kiri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini mengganggu aktivitas dan membuat pasien merasa risih. Keluhan benjolan ini tidak nyeri. Benjolan muncul ketika pasien melakukan aktivitas seperti berjalan, mengangkat beban berat, mengedan, dan pada saat duduk. Pasien juga mengeluhkan jika pada bagian perut kiri bawah berbunyi ketika posisi badan dimiringkan. Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien belum pernah mengobati keluhannya, pasien hanya memijit pada benjolan tersebut. Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Tidak ada riwayat operasi. Dikeluarga juga tidak terdapat keluhan yang serupa. Sehari-hari pasien bekerja sebagai pegawai di PLN.



III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN) Dilakukan pada tanggal : 2 mei 2017 pukul 11.05 WIB Kesadaran Tekanan darah Suhu tubuh



: Komposmentis kooperatif : 120/90 mmHg : 370C



Frekuensi denyut nadi : 90X / Menit Frekuensi nafas



: 20 X / Menit



IV. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK IV. A. Keadaan Umum



Tinggi badan



: 165 CM



Berat badan



: 60 kg



Status gizi



: BMI= 22 (Ideal)



Skema manusia



Gambarkan pada skema di atas jika ada kelainan lokal dan berikan keterangan secukupnya Status Lokalis



: Terdapat benjolan berbentuk lonjong dengan ukuran



panjang 10cm dan lebar 4cm, konsistensi kenyal, tidak keras mobile, dan tidak terdapat tanda peradangan didaerah scrotum sinistra, serta reponibibilis.



IV.B. Pemeriksaan Kepala



:



Pada daerah kepala tidak ditmukan luka Mata



: simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikteril (-)



Telinga: simetris kiri dan kanan Hidung : simetris Mulut : simetris Wajah : simetris



IV.C. Pemeriksaan Leher Inspeksi



: tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar



getah bening Palpasi Pemeriksaan trakea



: KGB tidak teraba : posisi trachea tepat ditengah dan tidak ada deviasi



trachea kiri maupun ke kanan Pemeriksaan kelenjar tiroid



: tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid



Pemeriksaan tekanan vena sentral



: 5-2 cm H2O



IV.D. Pemeriksaan Thoraks Inspeksi



:



Cor



: ictus cordis tidak kuat angkat



Pulmo : Tampak simetris pergerakan dinding dada dextra sinistra Palpasi



: Cor



: Teraba ictus cordis pada SIC 5 LMCS



Pulmo : tidak teraba ada masa dan nyeri tekan, fremitus tactil (+) Perkusi



: Cor



: -



Batas kiri : SIC 5 LMCS



-



Batas kanan : SIC 3-4 Parasternal kanan



-



Batas atas : SIC 2 linea parasternal kanan



Pulmo : Sonor Auskultasi Cor



: : S1 & S2 (+)



Pulmo : Vesikuler



IV.E. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi



: Tidak terlihat scar pada dinding abdomen dan



simetris



Auskultasi



: Bising usus (+)



Perkusi



: Timpani



Palpasi



: Nyeri tekan dan nyeri lepas (-)



Pemeriksaan ginjal



: tidak teraba



Pemeriksaan nyeri ketok ginjal : nyeri ketok ginjal (-)



Pemeriksaaan hepar



:tidak teraba



Pemeriksaan lien



: Lien : S2



Pemeriksaan asites



: Asites (-)



IV.F. Pemeriksaan ekstremitas Pada pemeriksaan otot tidak ditemukan adanya kelemahan otot dan tidak ada kelainan bentuk dari otot seperti atrofi, hipotrophi dan hipertrofi pada otot. Apabila dilihat ekstremitas semua simetris antara ekstremitas superior dan inferior. + Superior



: - ROM Dex : (-) - ROM Sin : (-)



+ Inferior



: - ROM Dex : (-) - ROM Sin : (-)



+ Kekuatan



:5



5



5



5



V. RESUME PEMERIKSAAN FISIK : Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis dan koperatif., tekanan darah dalam batas normal, suhu normal, frekuensi denyut nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normal. status gizi pasien normal (ideal). Pada pemriksaan status lokalis terdapat benjolan berbentuk lonjong, ukuran panjang 10 dan lebar 4 cm, konsistensi kenyal tidak keras, mobile, dan tidak terdapat tanda peradangan pada daerah scrotum sinistra.



VI. DAFTAR MASALAH PASIEN (BERDASARKAN DATA ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK)



VI.A. Masalah aktif : Pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada daerah buah zakar sinistra sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini mengganggu aktivitas. Benjolan ini biasanya muncul pada sat pasien berjalan, aktivitas berat, mengedan, serta duduk.



VI. B. Masalah pasif : Selama melakukan observasi tidak ditemukan adanya masalah pasief pada pasien



VI. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING DX : Hernia scrotalis sinistra reponibilis DD : Hidrokel VII. RENCANA VII.A. Tindakan Terapi : -



VII B. Tindakan Diagnostik /Pemeriksaan Penunjang : -



Herniografi



-



USG



-



CT dan MRI



VIII B. Edukasi -



Pasien dianjurkan untuk segera berobat



-



Jangan melakukan aktivitas berat dan mengangkat beban yang berat



-



Jangan terlalu sering mengedan



-



Jangan dipijit pada bagian benjolan



HERNIA INGUINALIS Definisi Kata hernia merupakan penonjolan organ pada rongga abdomen seperti usus melewati canalis inguinalis. Hernia indirect bersifat kongengital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun kedalam skrotum. Kantong yang dihasilkan bisa meluas sepanjang kanalis inguinalis, jika meluas kedalam skrotum, maka disebut hernia lengkap. Karena prosesus vaginalis terletak didalam funiculus spermatikus, maka prosesus ini dikelilingi oleh muskulus kremaster dan dibentuk dari plexus pampiniformis., ductus spermatikus dan arteria spermatica. Hal penting dalam definisi anatomi adalah bahwa lubang interna kedalam cavitas peritonealis selalu lateral terhadap arteri epigastrica profundal dengan adanya hernia inguinalis indirek, sedangkan lubang interna media terhadap pembuluh darah ini bila hernianya direk. Hernia inguinalis ini palng sering timbul pada pria dan lebih sering terjadi pada sisi kanan maupun kiri. Penongkatan tekanan intraabdomen oleh berbagai sebab, yang mencakup pengedanan mendadak, gerakk badan terlalu aktif, obesitas, batuk menahun, asites, mengejan terlalu kuat sewaktu buang air besa, kehamilan dan adanya masa abdomen yang besar.



MANIFESTASI KLINIS Sebagian besar hernia bersifat asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih menonjol apabila pasien itu batuk. Salah satu pertanda hernia adalah adanya massa dalam daerah inguinalis maupun atau bagian atas skrotum. Dengan berlalu waktu, sejumlah hernia turun kedalam skrotum sehinggga skrotum membesar. Pasien hernia biasanya tidak nyaman pada daerah tersebut, yang dapat



dihilangkan dengan reposisi manual hernia kedalam kevitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri ataupun gerak terlalu aktif bisa muncul lagi tonjolan.



KLASIFIKASI 1. Hernia inguinalis medialis Hernia inguinalis yang disebut juga dengan hernia inguinais direk ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peniggian tekana intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding perut di trigonum Hesselbach. Hernia ini pada umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki usia tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. 2. Hernia inguinalis lateralis Hernia ini disebut lateralis kernena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran,yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medialis berbentk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritonium sebagai akibat proses penururan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang dikiri berisi sebagian kolon desendens. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO Pada hernia inguinalis terdapat faktor penyebab yaitu, faktor yang berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia, dan faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar.



1. Anomali kongenital Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neenatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Kejadian hernia pada



umur ini hanya beberapa persen. Kurang dari 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. 2. Sebab yang didapat a. Tekanan intraabdomen Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik, hiperttrofi prostat, konstipati, dan asites, sering disertai hernia inguinalis. b. Kelemahan otot dinding perut Dalam kedadaan relakasasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan labih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut dapat terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinais dan n.iliofemoralis setelah apendiktomi. c. Usia Insidensi hernia meningkat henia menignkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meniggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Insidensi pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25%, dan bilateral 15%. Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, memunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. d. Jenis kelamin Hernia inguinalis lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.



PEMERIKSAAN FISIK Pertama daerah inguinalis diperiksa dengan cara inspeksi. Seiring benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari tangan pemeriksa diletakkan pada sisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funiculus spermatikus sampai jari tengah mencapai anullus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba melalui titik ini. Jika jari tangan



tak dapat melewati anullus inguinalis perofundus Karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, jika seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk. Walaupun terdapat tanda-tanda yang menunjukan apakah itu hernia direk maupun indirek, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, Karena keduanya biasanya memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya data dibuat pada saat operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan didalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada anullus inguinalis superficiallis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas peritonialis, terutama jika pasien dalam posisi berbaring. Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis., maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah ciri khas dari hernia direk. Diagnosis banding hernia inguinalis adalah mencakup massa lain dalam lipat paha seperti limfadenopati, varikokel, testis yang tidak turun, lipoma dan hematoma.



DIAGNOSIS Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai jika terdapat nyeri biasanya disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karean ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.



PENATALAKSANAAN BEDAH Dengan pengecualian yang sangat jarang, hernia inguinalis harus dikoreksi dengan pembedahan untuk mencegah inkarserasi kemudian, obstruksi usus, dan akhirnya infark usus. Kemungkinan komplikasi infark usus ini bisa cukup serius. Karena hernia inguinalis tidak sembuh spontan, tetapi biasanya terus membesar dan menyebabkan komplikasi, maka nharus dikoreksi dengan pembedahan. Hernia pda bayi dan anak memberikan masalah khusus. Jika pasien dengan hernia inkarsrata, dalam banyak kasus data direposisi secara manual, sehingga memungkinkan operasi dilakukan secara terencana. Tekanan lembut pada masssa hernia kea rah anullus inguinalis, biasanya dengan pasien dalam posisi kepala lebih rendah (Trendelenburg) umumnya efektif. Jika massa ini nyeri tekan dan tekanan menyebabkan nyeri, maka obat analgesic dapat diberikan untuk mengurangi nyeri pada pasien ini. Walaupun usus gangrene jarang dapat direposisi dengan metode ini, namun kasus ini cukup jarang dan pasien ini harus diobservasi sesuai peritoneal sign. Tetapi harus ditekankan bahwa reposisi manual tidak boleh traumatic, jika teknik ini tidak berhasil segera lakukan uji coba, maka teknik ini harus ditinggalkan dan dilakukan operasi segera. Prinsip pertama operasi adalah diseksi cermat dan identifikasi kantong hernia. Insisi kulit harus ditentukan tempatnya dengan tepat untuk mencegah cedera pada nervus iliohipogastrikus, yang penting dalam persarafan kulit pada kulit abdomen bawah, penis dan skrotum. Kantong hernia harus dibuka dan dibebaskan dari struktur sekelilingnya dan dibuka untuk mereposisi isinya kembali kedalam kavitas peritonialis. Leher kanting ditutup pada pangkal peritoniumnya dan kantong yang berlebihan dieksisi. Tindakan ini saja cukup untuk koreksi pada bayi dan anak kecil. Tetepi pada orang dewasa, lantai kanalis inguinalis direkontruksi dengan satu dari beberapa teknik. Tindakan basini cukup sering digunakan untuk hernia indirek yang jelas dengan merapatkan conjoined tendon muskulus transversus abdominis dan obliks internus ke



ligamentum inguinal. Tindakan Halsted cukup edffektif, tetapi untuk hernia indirek yang besar, bisa diindikasikan operasi mc Vay dengan penjaitan conjoined tendon ke ligamentum cooper. Oprasi mcVay biasanya untuk hernia direk, khususnya yang besar dan berulang pada lipat paha, maka operasi mcVay umumnya lebih disukai. Beberapa ahli menganjurkan pendekatan praperitonium. Dalam tindakan ini daerah inguinalis dipaparkan antara fasia transversalis dan peritonium oleh insisi rendah pada abdomen. Pendekatan ini tidak seperti tindakan lain. Tindakan perbaikan shouldice juga digunakan. Delam tindakan ini, insisi dibuat pada lipat paha dan operasi ditandai oleh dua komponen primer. Yang pertama melibatkan teknik yang digunakan pada anullus inguinalis profundus dan disertai dan disertai olehkoreksi hernia indirek. Yang kedua mempertimbangkan penggunaan dinding inguinalis posterior serta merupakan tujuan utama pengobatan hernia inguinalis direk. Karena ini merupakan operasi terpadu, maka ini dapat digunakan sebagai operasi hernia direk dan indirek. Penutupan digunakan penjahitan monofilamen kontinyu menggunakan kawat baja tahan karat. Tidak digunakan materi prosthesis, dan pengarang melaporkan mortalitas yang rendah dalam pengawasan jangka lama. Saat ini herniorafi sering digunakan sebagai tindakan rawat jalan. Paskien tiba pada pagi hari pada unit bedah rawat jalan dan diberika pramedikasi. Anastesi local atau umum bisa digunakan, dan selenjutnya dilakukan operasi pasien tinggal pada unit bedah sampai cukup pulih dan dipulangkan kemudian pada hari yang sama.



KOMPLIKASI Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat bertahan dalam kantung hernia pada hernia ireponibel (hernia geser atau hernia akreta) yang terjadi karena isi hernia terlalu besar, misalnya teridir atas oemntum, organ ekstraperitoneal. Pada kedaan ini tidak timbul gejal klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi



hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserata retrograd, yaitu dua segemn usus terperangkap dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W. Jepitan cincin hernia akan menyebaban gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosangiunus. Jika isi hernia terdiri atas usus, dapat tejadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau perotonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.



Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadai keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangasangan peritoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan terantung kadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal.



DAFTAR PUSTAKA Sabiston, D.C. (1994). Buku Ajar Bedah (Essential of Surgery) Jilid 2. EGC, Jakarta, 1994. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC, Jakarta, 2004.



I.



ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Anamnesis 



Pada RPS, pemeriksa menanyakan apakah yang dirasakan pasien sekarang, dan pasien menjawab bahwa pasien kadang mengeluhkan nyeri pada daerah skrotum dan juga kadang ada tonjolan yang tidak diketahui pasien. Menurut Sabiston (



) untuk penderita hernia



inguinalis perlu ditanyakan apakah benjolan yang dirasakan itu sakit atau tidak dan karakteristik sakit nya seperti apa. Setelah itu perlu ditanyakan juga bagaimana benjolannya ini bisa keluar apakah melalui berdiri saja, batuk, ataupun pada saat bersin. Perlu juga ditanyakan apakah sudah sampai kedalam skrotum. 



Pada RPD, pemeriksa menanyakan apakah ada keluhan seperti ini sebelumnya, pasien menjawab iya dulu pernah mengalami hal yang sama tetapi dulu sempat hilang beberapa bulan setelah itu pasien mengeluhkan adanya batuk yang lama dan tonjolannya timbul kembali. Menurut sabiston (



) perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang



sedang diderita pasien dan juga perlu ditanyakan apakah ada riwayat batuk yang lama, dan pekerjaan mengangkat beban berat dan tidak lupa menanyakan apakah pasien mengalami tumor pada daerah perut. 



Pada RPK, pemeriksa menanyakan apakah dari keluarga pasien ada mengami hal yang sama dan pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama seperti pasien.







Pada Anamnesis sistem pasien tidak mengeluhkan apapun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan komposmentif kooperatif dan tekanan darah 120/90 mmHg dan didapatkan suhu pasien 37C dan frekuensi denyut nadi 90X / Menit dan frekuensi nafas 20x/ menit.



2. Pemeriksaan Penunjang







Abdominal x-ray dengan menggunakan radiasi untuk melihat oraganorgan yang berada didalam abdomen dan juga untuk menegakan diagnosis dari hernia inguinalis.







Ct-scan dan meggunakan sinar x-ray dan diberikan kontras melalui intravena dan juga untuk melihat pembuluh darah nya.







Abdominal ultrasound digunakan untuk melihat organ yang ada di abdomen dan juga bisa untuk mendeteksi nyeri dari hernia.



3. Masalah Pasien 



Masalah Aktif : Pasien mengalami benjolan pada daerah skrotum







Masalah inaktif : tidak ada masalah inaktif dijumpai pada pasien.



4. Terapi 



Masalah Aktif : -



Open hernia repair



-



Laparoscopic hernia repair



 Masalah Inaktif : tidak ada yang perlu diterapi pada masalah inaktif pasien