Makalah Hikayat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah yang berjudul “Hikayat” ini semoga dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang. Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan Makalah ini. Wassalamu’alaikum wr.wb.



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………….............................................................



i



DAFTAR ISI...........................................................................................



ii



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................



1



B. Rumusan Masalah.................................................................



1



C. Tujuan....................................................................................



1



D. Manfaat.................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hikayat................................................................



3



B. Macam – Macam Hikayat.....................................................



3



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...........................................................................



11



B. Saran......................................................................................



11



DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Di zaman sekarang ini banyak anak muda jarang untuk membaca hikayat, bahkan



mungkin mereka belum mengenal apa itu hikayat. Mereka cenderung tertarik untuk membaca novel, komik, dan sejenisnya, apalagi didukung dengan teknologi yang semakin canggih yang membuat mereka mudah untuk dapat membaca cerita dengan mengakses lewat internet melalui handphone mereka. Pada dasarnya, cerita hikayat tidak kalah menarik dengan cerita yang lain. Cerita hikayat juga mengandung nilai moral dan nilai budaya yang sesuai untuk pendidikan karakter bangsa. Dalam hal ini latar belakang kami mengangkat cerita hikayat karena untuk memberikan informasi dan pembuktian bahwa sebenarnya hikayat memiliki banyak kelebihan dan pastinya tidak kalah menarik dengan novel dan cerita – cerita modern zaman sekarang. Seperti halnya, dalam hikayat dapat diperoleh majas – majas yang beragam, tata bahasanya baik dan baku. Lain halnya dengan cerita – cerita modern zaman sekarang yang pada umumnya menggunakan bahasa gaul dan tidak mencerminkan kebajikan. Untuk itu makalah ini kami susun untuk membangun kesadaran dan kebiasaan untuk membaca. B.



Rumusan Masalah



1. 2.



Bagaimana pengertian hikayat ? Bagaimana macam-macam dan ciri-ciri hikayat ?



C.



Tujuan Tujuan membuat makalah tentang hikayat selain untuk mata pelajaran bahasa



Indonesia adalah dapat juga untuk menambah pengetahuan, dengan cara ini hikayat dapat dilestarikan karena pada saat ini banyak masyarakat terutama anak muda yang belum mengenal apa itu hikayat. Mereka lebih tertarik untuk membaca novel, komik, dan lainnya.



Jadi dengan adanya cerita rakyat yang berupa hikayat semoga cerita ini dapat dikembangkan lagi agar anak muda zaman sekarang lebih tertarik pada cerita hikayat karena lebih memiliki manfaat yang baik, yang akhirnya juga akan membentuk karakteristik bangsa yang baik. Tujuannya pula untuk dapat lebih mengembangkan minat baca kepada kalangan anak muda karena mereka merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membawa negara menjadi lebih baik lagi di kemudian hari, hal ini juga berkaitan dengan minat baca yang masih rendah di Indonesia maka dari itu kita perlu untuk melakukan kegiatan yang dapat menambah minat baca masyarakat. D.



Manfaat



Kegiatan membaca cerita hikayat memiliki banyak manfaat, dengan membaca cerita tersebut hal yang dapat dipelajari untuk menambah pengetahuan yaitu tentang budaya, moral, dan nilai – nilai kebudayaan lainnya. Dari nilai – nilai kebudayaan tersebut dapat kita jadikan sebagai cermin bagi kehidupan kita.



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Hikayat Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama. Asal hikayat ini cerita dalam bahasa Sangsekerta, yang bernama Mahaummagajataka. Cerita itu disalin misalnya ke bahasa Singgala (Sailan) dan Tibet. Dalam bahasa Aceh terkenal dengan nama Medehaka. B. Macam-macam Hikayat Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 : 1. Cerita Rakyat 2. Epos India 3. Cerita dari Jawa 4. Cerita-cerita Islam 5. Sejarah dan Biografi 6. Cerita berbingkat Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 : 1. Melayu Asli, contohnya: Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam) Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am) Hikayat Indera Bangsawan Hikayat Malim Deman 2. Pengaruh Jawa, contohnya: Hikayat Panji Semirang Hikayat Cekel Weneng Pati Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma) 3. Pengaruh Hindu (India), contohnya: Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)



Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata) Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata) Hikayat Bayan Budiman 4. Pengaruh Arab-Persia, contohnya: Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam) Hikayat Bachtiar Hikayat Seribu Satu Malam Ciri-ciri Hikayat : 1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal 2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan 3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan 4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat 5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang 6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik 7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik) 8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik 9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah Hikayat Sastra Melayu Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah. Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal dan bertarikhkan tahun 1521 Masehi. Unsur-Unsur Intrinsik dalam Hikayat : - Alur : tahapan cerita yang bersambungan. - Tema : gagasan/ide/dasar cerita. (Alur maju, alur mundur, alur gabungan atau alur sorot balik) - Penokohan : pemain/orng yang berperan di dalam cerita.



Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat : - Nilai moral - Nilai agama Contoh- contoh daftar hikayat dalam bahasa Melayu: Hikayat Aceh Hikayat Abdullah Hikayat Abu Nawas Hikayat Abu Samah Hikayat Amir Hamzah Hikayat Banjar Hikayat Bakhtiar Hikayat Bayan Budiman Hikayat Muda Cik Leman Hikayat Hang Tuah Hikayat Iblis Hikayat Indraputra Manfaat Hikayat Pada zaman dahulu, hikayat dibaca untuk melipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekadar meramaikan pesta.



Contoh Hikayat Hikayat Amir



Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada. Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin. Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.” ”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.” Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung. Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian. Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ” Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu. Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam.Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam



harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya. Sumber : Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG Pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka dinantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?" Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!" Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3) hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam." Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya



air itu, supaya dikata 4) oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu. Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu." Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati." Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu. Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?" Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."



Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba." Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?" Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba." Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu. Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba." Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?" Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?" Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya." 5 Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"



Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?" Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu. Asal hikayat ini cerita dalam bahasa Sangsekerta, yang bernama Mahaummagajataka. Cerita itu disalin misalnya ke bahasa Singgala (Sailan) dan Tibet. Dalam bahasa Aceh terkenal dengan nama Medehaka.



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan



Cerita hikayat memiliki banyak manfaat, tujuan, karakteristik, dan lain sebagainya. Cerita hikayat dapat membuat kita terinspirasi, hal tersebut dapat berdampak baik pada kehidupan kita. Begitu pula dengan cerita hikayat indera bangsawan. Banyak pelajaranyang dapat kita petik dari cerita tersebut. Setiap cerita hikayat pasti memiliki amanat yang berbeda – beda. Cerita hikayat juga lebih menarik daripada novel, komik, dan sejenisnya. Karena cerita hikayat diambil dari kisah nyata atau kehidupan sehari – hari dan memiliki nilai moral , nilai kebudayaan yang sangat kental. Maka kita sebagai anak muda zaman sekarang , kita harus bisa melestarikan atau mengembangkan cerita hikayat yang lambat laun pasti akan hilang, padahal cerita hikayat sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. B.



Saran Demikian penyusunan makalah yang kami buat dengan tujuan memberikan



informasi terhadap para pembaca makalah ini tentang hikayat Indera Bangsawan yang pada dasarnya memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan cerita modern sekarang ini. Harapannya, para pembaca dapat termotivasi untuk gemar membaca hikayat karena lebih memiliki banyak kelebihan dan juga sebagai upaya pelestarian cerita rakyat yang kenyataannya hampir tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang ini.