Makalah Indikator Kesejahteraan Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT



Disusun Oleh NAILUL AUTARI 19176005



Dosen Pembimbing EDHITTA DEVIANI, S, Kep, M. SI



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2021



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Indikator Kesejahteraan Masyarakat”. ” yang merupakan tugas kami pada Semester V dalam mata kuliah KEPERAWATA KELUARGA guna memenuhi kegiatan belajar mengajar. Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya dan teman – teman yang memberikan dukungan dan masukannya kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini dapat terselesaikan oleh kami sebagaimana mestinya. Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun senantiasa kami terima sebagai acuan untuk tugas-tugas kami selanjutnya.



Aceh Besar, 8 November 2021



Nailul Autari  



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................3 C. Tujuan ..........................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4 A. Definisi Kesejahteraan Masyarakat..............................................................4 B. Tipe Keluarga ..............................................................................................5 C. Pengelompokan keluarga sejahtera .............................................................6 D. Indicator Kesejahteraan ...............................................................................8 E. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ...........................................................10 F. Cara mengukur kesejahteraan masyarakat.................................................11 G. Pembangunan kesejahteraan social............................................................12 BAB III PENUTUP..............................................................................................13 A. Kesimpulan.................................................................................................13 B. Saran...........................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14



ii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dapat didefinisikan seabagai kondisi agregat dari kepuasan individu-individu. Pengertian dasar itu mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi dalam dua arena perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut bisa direpresentasikan agregat. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Namun demikian tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Menurut Sunarti (2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan



sosial,



material,



maupun



spiritual



yang



diliputi



rasa



keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relative karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Keterkaitan antara konsep kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhankebutuhan tersebut, maka seseorang sudah dinilai sejahtera , karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan indikator kesejahteraan (Pramata, dkk 2012). Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial. Material maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga Negara dapat melakukan usaha pemenuhan



1



kebutuhan jasmanai, rohani dan soial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Liony, dkk,2013).Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi masyarakat yang berarti bahwa telah berada pada kondisi yang sejahtera. Pengertian sejahtera itu sendiri adalah kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat, dan damai, sehingga untuk mencapai kondisi itu orang tersebut memerlukan suatu usaha sesuai kemampuan yang dimilikinya. Para ahli ekonomi melihat kesejahteraan sebagai indikasi dari pendapatan individu (flow of income) dan daya beli (purchashing of power) masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini, konsep kesejahteraan memiliki pengertian yang sempit karena dengan hanya melihat pendapatan sebagai indikator kemakmuran ekonomi berarti kesejahteraan dilihat sebagai lawan dari kondisi kemiskinan” (Dwi 2008 diacu oleh Widyastuti 2012). Adapun menurut Imron (2012), kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Imron (2012) menambahkan pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang



No.11



tahun



2009



tentang



Kesejahteraan



Sosial:



“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapatmelaksanakan fungsi sosialnya”. Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya adalah (1) adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif; (2) adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif; dan (3) adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan (Imron 2012). Di Indonesia kesejahteraan sosial sering dipandang sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan pokok manusia (Suharto, 2007). Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas tantang kesejahteraan, namun tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan social lainya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada sepuluh, yaitu umur, jumlah tangungan,



2



pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas



tempat



tinggal,



Kesehatan



anggota



keluarga,



kemudahan



mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan mendapatkan fasilitas. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu indicator kesejahteraan masyarakat ? 2. Jelaskan macam macam tipe keluarga ? 3. Jelaskan pengelompokan tahapan keluarga ? 4. apa saja indicator kesejahteraan 5. Jelaskan tingkat kesejahteraan masyarakat ? 6. Bagaimana cara mengukur kesejahteraan masyarakat ? 7. jelaskan pembangunan kesejahteraan sosial ? C. Tujuan 1. Tujuan umum a. Untuk menambah wawasan mengenai keperawatan keluarga tentang indikator kesehjahteraan masyarakat. b. Agar mahasiswa lebih memahami seputar indikator kesehjahteraan masyarakat. 2. Tujuan khusus a. Agar lebih memahami tentang keperawan keluarga yakni indicator kesejahteraan masyarakat. b. Agar memenuhi tugas matakuliah keperawatan keluarga



3



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semkin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makanan),pendidikan,dan kesehatan atau keadaan dimana seseorang mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial yaitu kondisi yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan material,spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak serta mampu menggembangkan diri. Untuk



melihat



tingkat



kesejahteraan



suatu



masyarakat



atau



kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran , yaitu tingkat pendapatan keluarga,komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan ,tingkat pendidikan keluarganya, dan tingkat Kesehatan keluarga (BPS Indonesia 2014).



4



B. Tipe Keluarga Adapun pengertian mengenai kesejahteraan keluarga di Indonesia oleh pemerintah selama ini dikelompokkan ke dalam dua tipe (Suyoto, 2004), yaitu 1. Tipe Keluarga Pra-sejahtera adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga prasejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secaralayak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. 2. Tipe Keluarga Sejahtera Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh Pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, tidak rentan terhadap penyakit mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah atau adopsi, terdiri atas satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan perempuan, dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Duvall.E & Miller,C.M.1985). Banyak orang berpendapat tentang kesejahteraan bagi orang yang biasa berfikir rasional dan eksak, kesejahteraan seseorang atau masyarakat diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau dikuasai untuk memelihara hidupnya. Makin banyak jumlahnya makin tinggi nilainya maka makin tinggi taraf kesejahteraan hidupnya. Karena itu orang mengejar berbagai fasilitas dan kebutuhan- kebutuhan yang menunjang hidupnya (Wahyu, M.S,1986:196).



5



Keluarga sejahtera bukanlah keluarga dengan serba ada. Atau keluarga dengan meteri yang serba berkelebihan, tetapi suatu kehidupan keluarga sejahtera adalah suatu kehidupan dimana para anggotanya dapat menikmati kehidupan secara serasi, bebas dari segala pertentangan dan pertikaian, tidak diliputi ketegangan, kecemasan serta rasa putus asa, sehingga setiap anggota keluarga merasa adanya kesesuaian hidup dan keseimbangan lingkungan keluarga yang normal. Untuk terciptanya suatu keluarga sejahtera memang tidak terlepas dari peranan orang tua (suami dan istri) dalam memandu keluarganya, mengendalikan kehidupan keluarga. Peranan suami istri dalam membina dan mengarahkan kesejahteraan keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bukan saja terhadap setiap anggota keluarganya tetapi sekaligus sebagai contoh yang harus ditiru oleh anggota keluarganya (Nur Narsy Noor,1983:8) Sungguh sangat tepat sekali konsep yang dimiliki oleh bangsa indonesia tentang keluarga sejahtera, yaitu; kesejahteraan itu lebih ditekankan dalam nilai-nilai spiritual atau nilai-nilai rohaniah disamping kebutuhan lahiriah. Bagi bangsa indonesia kesejahteraan selalu berindikasi kesejahteraan rohani dan jasmani, keluarga sejahtera adalah, keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pokok anggotanya, sekaligus dapat menjamin rasa aman, damai, akrab, diakui, mandiri, dan kebutuhan lain yang didambahkan anggotanya (Yaumil Agoes Akhir, 1994:12). C. Pengelompokan keluarga sejahtera Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan kriteria yang digunakan untuk mengukur Kesejahteraan Keluarga untuk mengukur kemiskinan,menurut BKKBN Keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahapan yaitu : a. Keluarga pra sejahtera Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu kebutuhan dasarnya sebagai keluarga sejahtera I,



6



seperti kebutuhan akan pengajaran agama,konsumsi pangan dan non pangan serta kesehatan. b. Keluarga sejahtera tahap I Dapat dikatakan sebagai keluarga sejahtera tahap pertama apabila keluarga mampu memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, akan tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, indikatotnya yaitu : 1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah berdasarkan agama yang dianutnya. 2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dipakai di rumah,bekerja,sekolah maupun bepergian. 3. Seluruh anggota keluarga dapat makan 2 kali sehari atau lebih. 4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah 5. Bila anak atau anggota keluarga sakit dapat dibawa ke sarana atau petugas kesehatan. c. Keluarga Sejahtera Tahap III Dapat



dikatakan



Keluarga



Sejahtera



Tahap



III



apabila



keluargakeluarga yang disamping dapat memenuhi kriteria dari Keluarga Tahap I harus juga memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yang terdiri dari : 6. Anggota keluarga dapat beribadah secara teratur 7. Minimal sekali dalam satu minggu seluruh anggota keluarga keluarga dapat memakan daging,ikan,telur sebagai lauk pauknya. 8. Seluruh anggota keluarga dapat membeli paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun. 9. Luas lantai tempat tinggalnya paling kurang apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah. 10. Anggota keluarga dalam keadaan sehat dalam waktu tiga bulan terakhir 11. Paling sedikit satu orang dari anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas sudah mempunyai penghasilan tetap. 12. Semua anggota keluarga yang ber usia 10-60 tahun dapat membaca 13. Anak yang berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini



7



14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih dalam usia subur harus memakai alat kontrasepsi. d. Keluarga Sejahtera tahap III Dapat dikatakan keluarga sejahtera tahap III apabila keluarga itu mampu memenuhi syarat 1 sampai 14 dan bisa juga memenuhi syarat ke 15 samapai 21 , yaitu syarat pengembangan keluarga. 15. Memiliki upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama 16. Dapat menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk tabungan 17. Biasanya makan bersama paling kurang sekali dalam sehari, dan itu digunakan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga 18. Mengadakan rekreasi bersama paling kurang 1 kali dalam 6 bulan. 19. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat disekitar 20. Dapat memperoleh berita dari sutar kabar,tv,ataupun majalah. 21. Dapat menggunakan sarana transportasi yag sesuai dengan keadaan daerah tempat tinggal. e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Dapat dikatakan kelurga sejahtera tahap III Plus apabila keluarga mampu memenuhi kriteria 1 sampai 21 dan setelah itu mampu memenuhi kriteria 22 serta 23 yaitu: 22. Pada waktu tertentu dengan sukarela mampu memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. 23. Angggota keluarga aktif sebagai penguruh organisasi,yayasan,ataupun instansi masyarakat. D. Indicator Kesejahteraan Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidangbidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban Utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk mendapatkan kesejahteraan itu memang tidak gampang. Tetapi bukan berarti mustahil didapatkan. Tak perlu juga melakukan yang haram, sebab yang halal



8



masih banyak yang bisa dikerjakan untuk mencapai kesejahteraan. Kita hanya perlu memperhatikan indikator kesejahteraan itu. Adapun indikator tersebut diantaranya adalah: 1. Jumlah dan pemerataan pendapatan. Hal ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan factor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapat tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa



itu semua, mustahil



manusia dapat mencapai



kesejahteraan. Tanda-tanda masih belum sejahteranya suatu kehidupan masyarakat adalah jumlah dan sebaran pendapatan yang mereka terima. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan



jumlah



pendapatan



yang



mereka



terima.



Dengan



pendapatan yang mereka ini, masyarakat dapat melakukan transaksi ekonomi. 2. pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau Pengertian mudah disini dalam arti jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang mudah dan murah merupakan impian semua orang. Dengan pendidikan yang murah dan mudah itu, semua orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya. sumberdaya



Dengan



manusianya



pendidikan semakin



yang



meningkat.



tinggi



itu,



Dengan



kualitas demikian



kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin terbuka. Berkat kualitas sumberdaya manusia yang tinggi ini, lapangan kerja yang dibuka tidak lagi berbasis kekuatan otot, tetapi lebih banyak menggunakan kekuatan otak. Sekolah dibangun dengan jumlah yang banyak dan merata, disertai dengan peningkatan kualitas, serta biaya yang murah. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan tidak hanya terbuka bagi mereka yang memiliki kekuatan ekonomi, atau mereka yang tergolong cerdas saja. Tapi, semua orang diharuskan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Sementara itu, sekolah juga mampu memberikan



9



layanan pendidikan yang sesuia dengan kebutuhan peserta didiknya. Pendidikan disini, baik yang bersifat formal maupun non formal. Kedua jalur pendidikan ini memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama dari pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Angka melek huruf menjadi semakin tinggi, karena masyarakatnya mampu menjangkau pendidikan dengan biaya murah. Kesejahteraan manusia dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. 3. kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Karena itu, faktor kesehatan ini harus ditempatkan sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang sakit akan sulit memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis pelayanan kesehatan harus sangat banyak. Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan kesehatan yang murah dan berkualitas. Lagi-lagi, ini merupakan kewajiban pemerintah yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda bahwa suatu Negara masih belum mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh rakyatnya. Inilah tiga indicator tentang kesejahteraan rakyat. Inidikator ini akan menjadi factor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak dalam mencapai kesejahteraan. E. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai barometer keberhasilan dapat dilihat dari kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI), yang meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil per kapita. IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:



10



1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran. 2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga). 3. standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli. Pencapaian kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir pembangunan memerlukan penciptaan kondisi dasar, yaitu: 1. pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 2. terciptanya sektor ekonomi yang kuat dan 3. pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan (Bappenas, 2010). F. Cara mengukur kesejahteraan masyarakat Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu,pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal serta fasilitas yang dimiliki ,kesehatan anggota keluarga dan,tingkat pendidikan anggota keluarga (BPS,2014): 1. Indikator pendapatan per Tahun 2. Indikator pengeluaran per Tahun 3. Indikator untuk tempat tinggal dinilai dengan lima kriteria yaitu jenis atap,jenis dinding,status kepemilikan,lantai dan luas lantai, dari lima golongan itu kemudian di pilah menjadi 3 golongan; a. Permanen Didalam BPS (2012) disebutkan bahwa,kriteria rumah permanen dapat dilihat dari kualitas atap,dinding dan lantai. Bangunan rumah yang permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok atau kayu dengan kualitas tinggi, lantai yang terbuat dari ubin,kramik,kayu dengan kualitas yang tinggi, dan atapnya terbuat dari seng,genteng,sirap ataupun esbes.



11



b. Semi permanen Didalam BPS (2012) disebutkan bahwa, kriteria rumah semi permanen dapat dilihat dengan dinding rumah yang terbuat dari tembok,bata tanpa di plester/dilapisi dengan semen,dan kayu dengan kualitas rendah, sedangkan lantainya terbuat dari ubin,semen,ataupun kayu denga kualitas yang rendah, serta atap rumah yang terbuat dari seng,genteng,sirap maupun esbes. c. Non permanen Didalam BPS (2012) disebutka bahwa , rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari bambu,papan,daun, dan lantainya dari tanah, sedangkan atapnya terbuat dari daun-daunan ataupun campuran genteng,seng bekas, dan sejenisnya. d. Indikator yang digunakan untuk mengukur fasilitas tempat tinggal sendiri dapat dinilai dengan 12 item yang terdiri dari pekarangan, alat elektronik,pendingin,penerangan,kendaraan



yang



dimiliki,



bahan



bakar yang digunakan untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum,cara mendapatkan air minum, sumber air yang diminum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari tempat tinggal (rumah). G. Pembangunan kesejahteraan social Tujuan dari pembangunan kesejahteraan sosial adalah menciptakan standart kualitas manusia menjadi lebih baik. Ada beberapa aspek penting dalam pembangunan kesejahteraan sosial menurut (Suharto, 2017) yaitu: 1. Standart kualitas hidup meningkat. Pentingnya peningkatan pelayaan sosial kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat dalam kategori yang membutuhkan perlindungan sosial. 2. Kebebasan dalam memilih kesempatan yang sesuai dengan aspirasi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu. 3. Peningkatan keberdayaan yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan melalui lembaga pemerintahaan, sosial, ekonomi dan politik.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makanan),pendidikan,dan kesehatan atau keadaan dimana seseorang mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Tipe keluarga ada 2 yaitu keluarga pra sejahtra dan keluarga sejahtera. Tahapan keluarga ada 5 yaitu keluarga prasejahtra, keluarga sejahtera 1, keluarga sejahtra 2, keluarga sejahtera 3, dan keluarga sejahtera plus. Mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia: 1) Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran. 2) Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga). 3) standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli. pengukuran tingkat kesejahteraan identik dilakukan dengan mengukur tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara pada satu tahun tertentu. Semakin tinggi nilai PDB suatu negara maka akan semakin tinggi tingkat produktifitas negara tersebut yang diiringi dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat. B. Saran Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca mengerti yang dimaksud



dengan



indicator



kesejahteraan



masyarakat



dan



dapat



mengaplikasikan materinya dalam kehidupan sehari hari.



13



DAFTAR PUSTAKA Ali Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.Kharis, Ismu Fadli. 2011. Studi Mengenai Impulse Buying dalam Penjualan Online. Semarang: Universitas Diponegoro, Skripsi tidak diterbitkan. diakses 22 Oktober 2017, Pukul 14.00 WIB. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE YKPN. BAPPENAS (2010). Laporan Pencapaian Tujuan pembangunan Milenium Indonesia 2010. BAPPENAS atau KPPN. Hidayat, C.W. Suhartono. Dharminto. 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat (eJurnal), Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN:2356-3346). Tersedia dalam http://ejurnals1.undip.ac.id/index.php /jkm. (diakses pada 16 Mei 2019). Ridwan, & Sunarto. 2012. Pengantar Statistika Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.



14