Makalah Kelas A Kelompok 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI: HUBBUL AMAL DAN ISTIQOMAH Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada Mata Kuliah Ilmu Akhlak



Dosen Pengampu: Dr. Isop Syafe’i, M. Ag.



Disusun oleh: Abdul Rojak



(1192060001)



Adillah Tsinta Mulyanti (1192060002) Agnia



(1192060003)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2020



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak Kepada Diri Sendiri: Hubbul Amal dan Istiqomah” ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada Mata Kuliah Ilmu Akhlak. Dalam proses penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan, masukan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. Isop Syafe’I, M.Ag selaku dosen pada mata kuliah Ilmu Akhlak yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa, maupun isi. Sebagai manusia biasa, kami terbuka untuk saran dan kritikan teman-teman maupun dosen yang sifatnya untuk membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan untuk kami khususnya penyusun. Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.



Bandung, 10 Desember 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2 DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3 BAB I.................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang.................................................................................................. 1



1.2



Rumusan Masalah ............................................................................................ 1



1.3



Tujuan................................................................................................................ 1



1.4



Manfaat.............................................................................................................. 2



1.5



Prosedur Pemecahan Masalah......................................................................... 2



1.6



Sistematika Uraian............................................................................................ 2



BAB II ................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3 2.1



Hubbul Amal ..................................................................................................... 3



A.



Pengertian Hubbul Amal.................................................................................. 3



B.



Hikmah Hubbul Amal ...................................................................................... 4



2.2



Istiqomah ........................................................................................................... 5



A.



Pengertian Istiqomah........................................................................................ 5



B.



Perintah Untuk Istiqomah................................................................................ 6



C.



Tingkat Istiqomah............................................................................................. 7



D.



Tahap-Tahap Istiqomah................................................................................... 8



E.



Keutamaan Istiqomah ...................................................................................... 9



BAB III............................................................................................................................. 10 PENUTUP........................................................................................................................ 10 3.1.



Kesimpulan...................................................................................................... 10



3.2.



Saran ................................................................................................................ 10



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 11



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya` Ulum al-Din mengungkapkan bahwa akhlak adalah penggambaran kondisi jiwa seseorang, dimana semua perilaku yang bersumber darinya dengan penuh kemudahan tanpa memerlukan proses berfikir dan merenung. Akal perlu dipelihara dan dijaga agar tertutup oleh pikiran yang buruk, dengan jiwa harus disucikan agar beruntung. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Asy-Syam (91) ayat 9-10, yang artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. Akhlak memelihara kesucian diri lahir dan batin seseorang. Akhlak terhadap diri sendiri, yaitu: a. Hubbul amal atau bekerja keras, dan b. Istiqomah atau berpendirian teguh.



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apa itu Hubbul amal? 2. Apa itu Istiqomah? 3. Apa hikmahnya Huubul amal dan Istiqomah? 4. Apa saja tingkatan dan tahapan pada Istiqomah?



1.3 Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian Hubbul amal. 2. Dapat mengetahui dan memahami pengertian Istiqomah. 3. Dapat mengetahui hikmah untuk menerapkan pada diri yaitu Hubbul amal dan Istiqomah. 4. Dapat mengetahui tingkatan dan tahapan dalam Istiqomah.



1



1.4 Manfaat Manfaat dibuatnya makalah ini adalah menambah wawasan atau pengetahuan berupa ilmu akhlak kepada diri sendiri. Penyusun berharap bagi pembaca dan penyusun dapat mengambil dan menerapkan pemahaman tentang hubbul amal dan istiqomah dalam kehidupan sehari-hari.



1.5 Prosedur Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dari makalah ini memilki beberapa prosedur diantaranya sebagai berikut: 1. Melakukan studi literatur atau studi pustaka dari berbagai sumber. 2. Mengambil kesimpulan dari hasil studi pustaka yang telah dilakukan.



1.6 Sistematika Uraian Sistematika Uraian dari sisi makalah, diantaranya: 1. BAB I, membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian. 2. BAB II, membahas tentang pembahasan hubbul amal dan istiqomah didasari kajian literatur. 3. BAB III, memberikan kesimpulan dan saran mengenai pembahasan yang ada pada bab II.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hubbul Amal A. Pengertian Hubbul Amal Hubbul amal (cinta kerja) adalah salah satu akhlak islami. Hubbul amal artinya giat untuk membangun dan menutup segala kemalasan yang berujung pada keterbelakangan. Artinya melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau di cita-citakan. Dalam artian kerja keras itu dapat dilakukan dalam berbagai hal, seperti bekerja mencari rizki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang lain, dan sebagainya. Dalam agama islam mengatakan, bahwa islam itu sangat membenci pengangguran, kebodohan dan kemalasan, karena hal tersebut dapat menjadikan maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan juga mejadikan sebab kerusakan di dunia dan akhirat. Manusia diberikan sehari semalam (24 jam). Setiap sepertiga dari 24 jam dapat digunakan untuk beribadah, bekerja, dan beristirahat. Bekerja keras tidak hanya mencakup fisik saja, namun akal dan pikiran juga harus digunakan dalam melakukan sesuatu hal yang lebih baik. Bagaimanapun orang yang cerdas tapi malas berpikir itu sama saja dan dapat merusak jiwa, karena orang yang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah fisiknya yang akan membuatnya membenci kehidupan walaupun telah memiliki harta yang cukup. Dalam surah al-Qashash ayat 77, Allah SWT berfirman:



ٓ ‫َﺼﯿﺒَﻚَ ﻣِ ﻦَ ٱﻟﺪﱡ ْﻧﯿَﺎ ۖ◌ وَ أ َﺣْ ﺴِﻦ َﻛ َﻤﺎ‬ ِ ‫وَ ٱ ْﺑﺘَﻎِ ﻓِﯿ َﻤﺎ ٓ ءَاﺗ َﯨٰﻚَ ٱﻟﻠﱠﮫُ ٱﻟﺪﱠارَ ٱلْ ءَاﺧِ ﺮَ ة َ ۖ◌ وَ َﻻ ﺗ َﻨﺲَ ﻧ‬ َ‫ض ۖ◌ إِنﱠ ٱﻟﻠﱠﮫَ َﻻ ﯾُﺤِ ﺐﱡ ٱ ْﻟ ُﻤ ْﻔ ِﺴﺪِﯾﻦ‬ ِ ْ‫أ َﺣْ ﺴَﻦَ ٱﻟﻠﱠﮫُ إِﻟَﯿْﻚَ ۖ◌ وَ َﻻ ﺗ َ ْﺒﻎِ ٱ ْﻟﻔَﺴَﺎدَ ﻓِﻰ ْٱﻷ َر‬ Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah (kepada orang lain) sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik, kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”



3



Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam surah at-Taubah ayat 105:



‫ﺐ‬ ِ ‫ﺳﺘ ُﺮَ دﱡونَ إِﻟ َٰﻰ َٰﻋﻠِﻢِ ٱ ْﻟﻐَ ْﯿ‬ َ َ‫ﻋ َﻤﻠَ ُﻜ ْﻢ وَ رَ ﺳُﻮﻟُ ۥﮫُ وَ ٱ ْﻟﻤُﺆْ ﻣِ ﻨُﻮنَ ۖ◌ و‬ َ ُ‫ﺴﯿَﺮَ ى ٱﻟﻠﱠﮫ‬ َ َ‫وَ ﻗُ ِﻞ ٱ ْﻋ َﻤﻠُﻮ ۟ا ﻓ‬ َ‫ﺸ َٰﮭﺪَةِ ﻓَﯿُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗ َ ْﻌ َﻤﻠُﻮن‬ ‫وَ ٱﻟ ﱠ‬ Artinya: Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Ayat diatas dapat diartikan bahwasannya, seseorang tidak hanya dituntut untuk melakukan ibadah khusus seperti sholat. Akan tetapi juga harus bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi. Karena Allah telah menciptakan alam beserta isinya ini diperuntukkan untuk manusia. Oleh karena itulah, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras dan tidak boleh bermalas-malasan. Namun, bekerja keras itu harus sesuai dengan perintah agama. Seperti harus menyesuaikan pekerjaan ynag akan dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh agama, sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulai dengan niat yang suci dan hati yang tulus, serta ketika memulai pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.



B. Hikmah Hubbul Amal 



Dapat mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan maupun ketrampilan yang ada pada dirinya







Dapat membentuk pribadi yang lebih bertanggung jawab serta disiplin







Dapat meningkatkan taraf hidup orang banyak







Serta dapat memmenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga







Dapat mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai seornag individu maupun sebagai anggota masyarakat



4



2.2 Istiqomah A. Pengertian Istiqomah Kata istiqomah berasal dari kata kerja (fi’il) istaqama-yastaqimu yang artinya lurus. Secara etimologis, istiqomah berasal dari kata istaqoma, yastaqimu yang artinya berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Dalam terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang yang istiqomah adalah laksana batu karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walaupun dipukul oleh gelombang yang bergulung-gulung. Dan dengan bersikap istiqomah akan memberikan ciri khas kepada seseorang yang melakukannya sehingga menyebabkan orang lain segan dan menaruh hormat kepadanya. Menurut Ibnu Rajab Al Hambali, istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke arah manapun. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah SWT) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Telah dijelaskan oleh Allah SWT bahwasannya istiqomah merupakan kebaikan dari sikap yang melampaui batas. Abu Bakar as-Shidiq, orang yang paling lurus dan jujur serta paling istiqomah dalam umat ini pernah ditanya tentang makna istiqomah, maka beliau pun menjawab bahwa istiqomah "artinya, janganlah engkau menyekutukan sesuatu pun dengan Allah" maksudnya istiqomah adalah berada dalam tauhid yang murni. Kemudian, Umar bin Khattab berkata jika "Istiqomah artinya engkau teguh hati pada perintah dan larangan dan juga tidak menyimpang". Sedangkan, Usman bin Affan berkata jika "istiqomah artinya amal yang ikhlas karena Allah". Dan Ali bin Abi Thalib serta lbnu Abbas berkata bahwasanya "Istiqomah artinya melaksanakan kewajiban-kewajiban". Memang bicara istiqomah itu gampang. Namun untuk menjalankan ibadah atau amal yang istiqomah itu sulit. Seandainya orang pada istiqomah, maka semua dapat hidup mulia. Sebenarnya semua orang mengetahui tentang ilmu istiqomah, dan manfaat istiqomah. Tapi sekedar tahu dan tidak menjalankannya seperti halnya ibadah masih bolong-bolong, hal itu yang membuat seseorang sama saja atau tidak mulia.



5



B. Perintah Untuk Istiqomah Perintah agar seseorang dapat beristiqamah banyak dinyatakan dalam Al Qur'an dan Hadits, diantaranya: Allah berfirman:



ٌ‫َﺼﯿﺮ‬ ِ ‫ﻄﻐَﻮْ ۟ا ۚ◌ إِﻧﱠ ۥﮫُ ﺑِﻤَﺎ ﺗ َ ْﻌ َﻤﻠُﻮنَ ﺑ‬ ْ َ ‫ﻓَﭑ ْﺳﺘ َ ِﻘ ْﻢ َﻛ َﻤﺎ ٓ أ ُﻣِ ﺮْ تَ وَ ﻣَﻦ ﺗ َﺎبَ َﻣﻌَﻚَ وَ َﻻ ﺗ‬ Artinya: "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud: 112) Di dalam riwayat muslim disebutkan dari Sufyan bin Abdullah, dia berkata "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam. Sehingga aku tidak lagi bertanya kepada seseorang selain engkau". Memenuhi permintaan sahabat tersebut Rasulullah SAW bersabda:



‫ﺛﻢ اﺳﺘﻘﻢ‬, ‫رﺑﻲ اﻟﻠﮫ‬: ‫ﻗﻞ‬ Artinya: "Katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah." Di mata Allah SWT Iman yang sempurna itu adalah iman yang mencakup tiga dimensi yakni hati, lisan dan amal perbuatan. Seseorang yang dikatakan beriman haruslah selalu istiqomah dalam ketiga dimensi tersebut. Sehingga dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataannya dan kesucian perbuatannya dengan ajaran Islam. Umpamanya berjalan, seseorang yang istiqomah pasti akan selalu mengikuti jalan yang cepat, dan jalan yang paling lurus yang dapat mengantarkannya ke tujuan yang benar. Sedangkan dalam hadits Tsauban beliau mengabarkan bahwa mereka tidak mampu melakukannya (bersikap istiqomah), maka beliau mengalihkannya kepada muqorobah atau mendekati istiqomah. Menurut tanggapan mereka, ibaratnya seperti orang yang ingin mencapai suatu tujuan. Walaupun dia tidak mampu mencapainya, maka seseorang tersebut minimal mendekatinya. Sekalipun begitu beliau mengabarkan bahwa istiqomah dan apa yang mendekati istiqomah itu tidak menjamin keselamatan seseorang pada hari kiamat kelak. Sehingga seseorang tidak boleh hanya mengandalkan dan membanggakan amalnya, dan tidak melihat bahwa



6



keselamatannya tidak hanya tergantung pada amalnya, tetapi keselamatannya tersebut tergantung dari rahmat dan karunia Allah SWT. Istiqomah merupakan derajat yang dapat menjadikan urusan-urusan seseorang menjadi baik dan sempurna sehingga memungkinkan seseorang untuk mencapai manfaat-manfaat secara tetap dan teratur. Dimana seseorang yang tidak bisa menjalankan istiqomah dalam ibadah, maka usahanya dapat menjadi sirna dan perjuangannya dihitung gagal. Kemudian, barang siapa tidak istiqomah dalam menetapi sifat baiknya, maka seseorang tersebut tidak akan bisa memperbaiki dan meningkatkan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya, yang dapat membuat perjalanannya menempuh jalan yang tidak akan kokoh.



C. Tingkat Istiqomah Menurut ali Ad-Daqoq, istiqomah mempunyai tiga tingkatan atau derajat. Adapun tingkatan tersebut diantaranya: 1. Menegakkan segala sesuatu (taqwim) yang menyangkut disiplin jiwa. 2. Menyehatkan dan meluruskan segala sesuatu (iqomah) yang berkaitan dengan penyempurnaan hati. 3. Berlaku lurus (istiqomah) yang berhubungan dengan tindak mendekatkan batin kepada Allah. Sedangkan menurut pengarang Manzilus Sa'irin, istiqomah juga ada tiga tingkatan atau derajat, diantaranya: 1. Istiqomah dalam usaha untuk melalui jalan tengah, tidak melampaui rancangan ilmu, tidak melanggar batasan ikhlas serta tidak menyalahi manhaj as-sunah. Adapun tingkatan atau derajat ini meliputi lima perkara yaitu: a. Amal dan usaha yang dimungkinkan. b. Jalan tengah, yaitu perilaku antara sisi berlebih-lebihan dan pengabdian atau penyia-nyiaan. c. Berada pada rancangan dan gambaran ilmu dan tidak berada pada tuntutan keadaan. d. Kehendak untuk mengesakan sesembahan, yaitu ikhlas. e. Menempatkan amal pada perintah, atau mengikuti as-sunnah. 2. Istiqomah keadaan, istiqomah ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:



7



a. Mempersaksikan hakikat dan bukan keberuntungan. b. Menolak bualan dan bukan ilmu. c. Berada pada cahaya kesadaran dan bukan mewaspadainya. 3. Istiqomah dengan tidak melihat istiqomah artinya tidak lengah untuk mencari istiqomah dan keberadaannya pada kebenaran. Untuk itulah dapat dikatakan, hanya orang-orang besar saja yang bisa memelihara sifat istiqomah ini, sebab hal ini mengandung konsekuensi untuk meninggalkan hal-hal yang sebelumnya diakrabi dan meninggalkan adat dan kebiasaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa seorang berdiri di hadapan Tuhan secara teguh dalam realitas hakiki kebenaran. Karena alasan ini Rasulullah saw memerintahkan umatnya untuk "Berteguh hatilah meskipun kamu sekalian tidak akan mampu melakukannya sepenuhnya". Bagi para sufi istiqomah merupakan syarat utama bagi pemula dalam menjalani perjalanan. Adapun tanda-tanda istiqomah bagi para sufi diantaranya: 1. Tanda-tanda istiqomah bagi sufi pemula, perjalanan sufinya adalah ketiadaan perubahan pelaksanaan ibadahnya, meski hanya sekejap. 2. Tanda-tanda istiqomah bagi sufi yang berada di tengah tengah perjalanan sufinya adalah keharusan dia untuk tidak menyelai tahapan-tahapan perjalanan sufinya dari satu tahap ke tahap berikutnya dengan pemberhentian. 3. Tanda-tanda istiqomah bagi para sufi pemungkas, tanda-tandanya adalah ketiadaan interensi ketertutupan dalam keberlangsungan ma’rifatullah.



D. Tahap-Tahap Istiqomah 1. Istiqomah Hati Senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati dari segala sifat buruk dan menjauhi sifat-sifat tercela seperti riya’, iri, dengki, dan sebagainya. Dapat diartikan istiqomah hati itu bermaksud mempunyai keyakinan yang kokoh terhadap segala kebenaran dari Allah SWT. 2. Istiqomah Lisan Senantiasa memelihara lisan dari kata-kata yang tidak pantas agar senantiasa berkata yang sesungguhnya atau benar dan jujur. Artinya sesuai



8



kata hati yang berpegang pada prinsip kebenaran, tidak berpura-pura atau tidak bermuka dua. 3. Istiqomah perbuatan Senantiasa tekun bekerja atau melakukan amalan dan melakukan apa saja untuk mencapai kejayaan yang di ridjai Allah SWT. Dapat pula diartikan, sebagai suatu sikap dedikasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa ada rasa kecewa ataupun putus asa.



E. Keutamaan Istiqomah Orang yang beristiqomah tentunya akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat, karena dia dilindungi oleh Allah SWT dan pastinya dia akan berbahagia dalam menikmati karunia Allah di dalam surga. Selain itu, orang yang beristiqomah juga akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih. Misalnya takut dalam menghadapi masa depan, takut mengalami sebuah kegagalan, serta takut menyatakan suatu kebenaran. Padahal ketakutan seperti itu akan menghambat



kemajuan



dan



bahkan



menyebabkan



kemunduran.



Karena



bagaimanapun seseeorang tidak akan dapat melakukan apapun apabila kehidupannya selalu dipenuhi oleh rasa takut. Dalam Surat Fushilat juga dijanjikan oleh Allah SWT perlindungan-Nya bagi orang-orang yang beristiqomah, ketika di dunia seperti jaminan untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup dan perjuangan di dunia. Dan di akhirat nanti Allah SWT juga berjanji akan melindungi orang-orang yang beristiqomah yang berarti mereka akan dibalas dengan surga tempat segala kenikmatan dan kebahagiaan.



9



BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Hubbul amal merupakan akhlak islami yang seharusnya dimiliki pada setiap orang, terutama bagi seorang muslim dalam artian seseorang yang giat untuk membangun



dan



menutup



segala



kemalasan,



melakukan



sesuatu



dengan



sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau di cita-citakan. Istiqomah adalah tegak lurus dengan tetap menjalankan ketaatan dan memenuhi janjinya tidak menyimpang ajaran tuhan juga teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman meskipun banyaknya tantangan dan godaan. Istiqomah juga bisa diartikan tidak gegar dalam menghadapi suatu kehidupan pada dasarnya tetap berpegang tali pada Allah Swt dan sunnah Rasul.



3.2.Saran Dari penjelasan makalah ini penulis berharap semoga pembahasan mengenai Akhlak kepada diri sendiri terkait hubbul amal dan istiqomah bisa memberikan manfaat dan berguna bagi penulis maupun bagi siapa yang membacanya agar dapat di terapkan didalam kehidupan yang sebenarnya (nyata).



10



DAFTAR PUSTAKA Abdullah Sohanji, M. (2014). Pesan Harian Motivasi dan Pencerahan. Yogyakarta: Elmatera. Darmadi. (2018). Konservasi Sumber Daya Manisia dalam Ekosistem Pendidikan Islam. Gresik: CV. Jendela Sastra Indonesia Press. Huraerah, R. (2011). Rangkuman Ilmu pengetahuan Agama Islam Lengkap. Jakarta: JAL Publishing. Kanafi, I. (2020). Ilmu Tasawuf. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management.



11