Makalah Kelompok 4 Terapi Sulih Hormon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH OBAT GANGGUAN ENDOKRIN DAN SARAF “TERAPI SULIH HORMON” Disusun Oleh : KELOMPOK 4



Greifen Rondonuwu



(17101105006)



Agnes Sahuleka



(17101105011)



Crunny Bidhya Bidulang



(17101105028)



Yosefa E.H Ritan



(17101105039)



Brigita Michelle Luntungan



(17101105041)



Fera Anelya Marhaba



(17101105042)



Chelsi Stelin



(16101105020)



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO



2020 KATA PENGANTAR



Puji syukur patut penulis panjatkan ke hadapan hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah obat gangguan endokrin dan saraf dengan judul “Terapi Sulih Hormon” ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen serta memberikan manfaat kepada pembaca dalam menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai terapi sulih hormon. Dalam makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kesalahan dalam pembuatan makalah di kemudian hari. Manado, 07 Februari 2020



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2 1.3 Tujuan..........................................................................................................................2 BAB II. ISI........................................................................................................................3 2.1 Definisi .......................................................................................................................3 2.2 Patofisiologi ................................................................................................................4 2.3 Gejala ..........................................................................................................................4 2.4 Obat – obat yang digunakan .......................................................................................5 2.5 Contoh - contoh ..........................................................................................................9 BAB III. PENUTUP......................................................................................................11 3.1 Kesimpulan................................................................................................................11 3.1 Saran..........................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia harapan hidup wanita Indonesia yang mencapai 70 tahun meningkat mulai tahun 2000 hingga kini, yang berdampak pada meningkatnya pula jumlah wanita lanjut usia (lansia) di Indonesia. Meskipun dalam usia lanjut, diharapkan bahwa para wanita ini tetap dapat menjalani “sisa” kehidupannya dengan sehat dan bahagia, bahkan tetap memiliki produktivitas yang tinggi, karena apalah artinya berumur panjang bagi seorang wanita jika harus hidup dengan berbagai macam keluhan dan menjadi beban bagi keluarganya. Namun ada salah satu masalah pokok di bidang kesehatan yang dihadapi para wanita lanjut usia yaitu menopause. Menopause merupakan suatu bagian dari proses penuaan yang sangat alamiah, normal dan ireversibel yang melibatkan sistem reproduksi wanita. Menopause di mulai sejak 12 bulan setelah haid terakhir. Berdasarkan survei perkumpulan menopause Indonesia tahun 2005, usia menopause rata-rata wanita Indonesia 49 ± 0,20 tahun. Pada wanita menopause akan timbul berbagai masalah kesehatan yang berdampak terhadap penurunan kualitas hidup kaum perempuan. Gejala yang timbul pada wanita menopause merupakan akibat dari kekurangan hormone estrogen, maka pengobatannya pun dengan pemberian hormone pengganti estrogen, yang dikenal dengan istilah Terapi Pengganti Estrogen atau Estrogen Replacement Therapy (ERT). Biasanya pemberian estrogen ini dikombinasikan dengan progesterone sehingga dikenal sebagai Terapi Sulih Hormon (TSH) atau Hormonal Replacement Therapy (HRT), dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup wanita menopause yaitu mencegah dampak kesehatan akibat menopause tersebut, baik keluhan jangka pendek maupun jangka panjang.



1.2 Rumusan Masalah  Apa yang dimaksud dengan terapi sulih hormon ? 



Bagaimana pengobatan terapi sulih hormon ?



1.3 Tujuan  Untuk mengetahui apa itu terapi sulih hormon.  Untuk mengetahui bagaimana pengobatan terapi sulih hormon.



BAB II ISI 2.1 Definisi 2.1.1



Menopause Menurut WHO menopause adalah penghentian menstruasi secara permanen



akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Menopause sendiri bukanlah merupakan suatu penyakit. Istilah ini merujuk pada suatu titik balik, di mana siklus menstruasi seorang perempuan akan berhenti secara menetap. Secara medis, perempuan yang tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut, tanpa penyebab yang jelas, baru bisa dikatakan memasuki masa menopause. Kondisi ini merupakan lawan dari pubertas, karena menopause adalah akhir dari usia reproduksi (usia subur), yang disebabkan oleh fungsi ovarium yang melambat. Wanita Menopause adalah wanita yang telah memasuki usia tengah baya mengalami proses biologis yaitu masa menopause yang ditandai dengan berhentinya haid lebih dari satu tahun. Berdasarkan penelitian, rata-rata perempuan mengalami menopause pada usia 51 tahun. Tapi menopause yang alami bisa mulai lebih dini. Beberapa perempuan mulai mengalami menopause pada usia 40 tahun dan sangat sedikit pada akhir usia 60-an. Perempuan yang merokok cenderung mengalami menopause beberapa tahun lebih awal dibandingkan mereka yang tidak merokok. Belum ada cara yang pasti untuk menentukan kapan seseorang mengalami menopause. 2.1.2



Terapi Sulih Hormon Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon adalah suatu



terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi hormon. Terapi Sulih Hormon adalah perawatan medis yang menghilangkan gejalagejala pada wanita selama dan setelah menopause untuk menggantikan hormon yang



kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormon. Adapun Faktor resiko dari terapi sulih hormon adalah penggunaan estrogen jangka panjang meningkatkan resiko kanker endometrium, diabetes (meningkatkan risiko penyakit jantung), riwayat breast nodule atau fibrokistik payudara, tumor estrogen-dependent (kanker payudara stadium I), gejala-gejala endometriosis, penyakit kandung kemih dan tumor hypophyseal.



2.2 Patofisiologi Pada wanita menopause, hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan menurunkan kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon – hormon hipofisis untuk menghasilkan hormone steroid. Saat dilahirkan,wanita mempunyai kurang lebih 750.000 folikel primordial. Semakin meningkat usia, jumlah folikel ini berkurang. Dimana pada usia 40 - 44 tahun rata – rata jumlah folikel primordial menurun sampai 8300 buah,yang disebabkan oleh adanya proses ovulasi pada setiap siklus dan juga karena adanya apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan terhenti pertumbuhannya. Proses ini terjadi hingga pada usia sekitar 50 tahun, dan fungsi ovarium menjadi sangat menurun. Perubahan – perubahan dalam system vaskularisasi ovarium sebagai akibat proses penuaan dan terjadinya sclerosis pada sistem pembuluh darah ovarium. Apabila folikel sudah tidak tersedia berarti wanita tersebut telah memasuki masa menopause. Terjadinya proses penuaan dan penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab rangsangan hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid.



2.3 Gejala Menopause Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen menyebabkan munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain hot flushes (semburan rasa



panas),sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa kesemutan pada tangan dan kaki, libido menurun, keluar keringat banyak, vagina kering, sering baung air kecil, dan jantung berdebar-debar. Keluhan lainnya yang dialami wanita menopause adalah vagina kering 38%, nyeri saat senggama 22%,sering buang air kecil 11 %, untuk lama dan beratnya keadaan tersebut tidak sama pada setiap wanita dan umumnya hal ini dirasakan wanita menopause sekitar 2-5 tahun.



2.4 Obat – obat 2.4.1



Pemberian Estrogen saja sebagai terapi sulih hormon Pada wanita yang telah diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja, tidak



perlu dikombinasikan dengan progesterone. Berikut terdapat jenis estrogen, dosis, dan cara pemberiannya. A. Oral (Estriol) Indikasi: Mengatasi ginekologis pada wanita, seperti menopause. Efek samping: Nyeri pada dada, mual, bercak, penumpukan cairan dan cairan ………………..serviks berlebihan. Peringatan: Thrombosis, tumor oestrogen-dependent yang diketahui atau ……………………..dicurigai, perdarahan pada vagina dan sejarah manifestasi yang ……………………..tidak terdiagnosa terhadap penurunan otosklerosis selama kehamilan ……………………..atau penggunaan steroid. Cara penggunaan: Diminum satu kali sehari, dengan atau tanpa makanan. Telan ……………………………tablet dengan utuh dan jangan dikunyah. B. Transdermal (Estradiol) Indikasi: mengurangi gejala menopause (seperti rasa panas, vagina kering).



Efek samping: Pendarahan vagina yang tidak wajar, nyeri dada, mendadak sakit ……………….kepala parah, mual, muntah, kehilangan nafsu makan dan benjolan ……………….pada payudara. Kontraindikasi: Wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil. Peringatan: Harap berhati-hati dan beri tahu dokter apabila sedang menderita atau …………...memiliki riwayat perdarahan vagina, gangguan hati, migraine dan ………… kanker payudara. C. Semprotan hidung (Estradiol hemihidrat) Indikasi:  Mengatasi gejala defisiensi estrogen pada wanita menopause Kontraindikasi: Tumor payudara dan uterus yang ganas, tumor hipofiseal, …………………perdarahan genital yang belum terdiagnosa dan kehamilan. Efek samping: Sensasi seperti tertusuk dan perih pada tempat pemakaian, bersin, ……………………….sakit kepala, mual dan perdarahan pada hidung. Peringatan: Perlu dilakukan pemeriksaan medis sebelum dan secara teratur selama …………………...pengobatan terutama berat badan, tekanan darah, payudara, dan …………………...uterus. D. Vaginal krem (Estriol) Indikasi: Mengatasi ginekologis pada wanita, seperti menopause. Efek samping: Nyeri pada dada, mual, bercak, penumpukan cairan dan cairan ………………………..serviks berlebihan. Peringatan: Thrombosis, tumor oestrogen-dependent yang diketahui atau ……………………. dicurigai, perdarahan pada vagina dan sejarah manifestasi yang …………………… tidak terdiagnosa terhadap penurunan otosklerosis selama kehamilan ………………….. atau penggunaan steroid. Cara penggunaan: Gunakan obat dengan bantuan aplikator berupa tabung yang ……………………………tersedia dalam kemasan obat. Isi tabung aplikator tersebut ……………………………dengan krim estriol. Untuk mengisinya, sambungkan bagian ……………………………atas aplikator dengan kemasan krim, lalu tekan hingga obat ……………………………mengisi tabung. E. Intramuskuler (Estradiol valerat)



Indikasi: Kegagalan ovarium primer dan gejala vasomotor terkait menopause. Efek samping: Dismenore, Vaginitis, Kanker ovarium, Hiperplasia endometrium, ……………………….Kanker endometrium, Kanker payudara, Meningkatkan tekanan ………………………darah dan Mual. Peringatan: Perlu dilakukan pemeriksaan medis sebelum dan secara teratur selama ……………………pengobatan terutama berat badan, tekanan darah, payudara, dan ……………………uterus. 2.4.2



Pemberian Progesteron saja sebagai terapi sulih hormon Pada umumnya progesteron diberikan bersamaan dengan estrogen. Namun



bagi wanita yang memiliki kontraindikasi pemberian estrogen atau bagi wanita yang tidak tahan terhadap estrogen akan diberikan progesteron saja. Berikut terdapat jenis progesteron, dosis, dan cara pemberiannya. A. Oral (Progesteron) Indikasi: menopause, gangguan menstruasi, dan keguguran. Efek samping: Jerawat, Pembesaran dan nyeri pada payudara, migraine, Mual, ………………..muntah dan Kista ovarium Peringatan: Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan tertentu, …………….hindari merokok dan batasi konsumsi alkohol. B. Transdermal (Noretisteron asetat) Indikasi: Endometriosis, gangguan siklus menstruasi, serta kanker payudara. Kontra indikasi: Pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk ………………….hamil.  Efek samping: Edema, kembung, sakit kepala, mual, menstruasi singkat atau tidak ……………….menstruasi sama sekali, sulit tidur, lelah, pusing, diare, demam ……………….dan nyeri payudara Peringatan: Harap berhati-hati dalam menggunakan jika menderita gangguan …………….ginjal, gangguan hati, asma, migrain, diabetes, dan hipertensi.



2.4.3



Pemberian Estrogen-Progesteron Sekuensial



Pemberian secara sekuensial adalah pemberian estrogen secara kontinyu dprogesteron secara sekuensial. Pemberian secara sekuensial diutamakan pada wanita yang masih menginginkan datangnya haid setiap bulan.



2.4.4



Pemberian Estrogen & Progesteron Kombinasi Secara Kontinyu Wanita pascamenopause umumnya tidak menyukai perdarahan lucut



(withdrawal bleeding) sehingga pemberian estrogen-progesteron kombinasi secara kontinyu merupakan pilihan yang tepat.



Tabel 3. Dosis harian progesteron yang dianjurkan untuk kombinasi sekuensial dan kontinyu.



Apabila timbul perdarahan bercak maka dapat diatasi dengan meningkatkan dosis progesteron. Namun bila setelah 9 bulan pengobatan atau setelah peningkatan dosis masih saja terjadi perdarahan maka perlu dicari tahu penyebab terjadinya perdarahan.



2.5 Contoh-contoh 2.5.1 Estrogen



2.5.2 Progesteron



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 



Terapi Sulih Hormon adalah suatu terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi hormon. Terapi Sulih Hormon adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah menopause untuk menggantikan hormon yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormon.







Pengobatan yang dilakukan yaitu pemberiam Estrogen ataupun Progesteron yang sesuai dengan jenis, dosis dan cara pemberianya.



3.2 Saran Diharapkan kepada pembaca dan mahasiswa/i dapat mencari materi atau pengetahuan lebih tentang terapi sulih hromon yang tidak terdapat dalam makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA



Dinengsih.S , Septiawan. C,. Pengaruh riwayat reproduksi, status menopause dan terapi ………………sulih hormon terhadap sindroma menopause pada wanita pasca menopause ………………di RSPAD Gatot Subroto Tahun 2011. Jurnal Ilmu dan Budaya, Vol.40, ………………No.53, September 2016. Larasati T. Jurnal kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa menopause. ………………Fakultas ………..Psikologi Universitas Gunadarma 2009. ……………… http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/………………… artikel 10504129.pdf Soewondo P. Menopause, andropause dan somatopause perubahan hormonal pada proses ……………..menua. Dalam : Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, ……………..Setiati S, Editor. Buku ajar ilmu ………penyakit dalam. Edisi V. Jakarta : ……………..Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran …………..… Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusuma Jakarta; 2008.h 161-6. Welton AJ, Vickers MR, Kim J, Ford D, Lawton BA, MacLennan AH, dkk. Healt related …………….quality of life combined hormone replacement therapy : randomized …………….trial ; british medical journal, 22 august 2008. Wratsangka R. Pemberian terapi sulih hormone sebagai upaya meningkatkan kesehatan ……………wanita menopause. J Kedokteran Trisakti 1999;18(3):155- 162.