Makalah Keunggulan Dan Bakat Istimewa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEUNGGULAN DAN BAKAT ISTIMEWA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Diagnosis, Remediasi, dan Pengayaan dalam Pembelajaran Matematika Diampu oleh: Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd.



Disusun oleh: 1. Pinta Suci Wati Gulo



(181414084)



2. Kurnia Alfa Alvionita



(181414093)



3. Christiana Ratna Wikaningtyas



(181414103)



4. Ni Wayan Mika Sukma Sari



(181414106)



5. Fernanda Viennetta Putri Santoso



(191414034)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Keunggulan dan Bakat Istimewa” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Makalah “Keunggulan dan Bakat Istimewa” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnosis, Remediasi, dan Pengayaan dalam Pembelajaran Matematika yang diampu oleh Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd. sebagai dosen pengampu. Makalah ini kami susun dengan mengambil sumber dari beberapa buku dan jurnal ilmiah. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami di dalamnya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi kelengkapan serta penyempurnaan dalam penyusunan makalah yang akan datang. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi bacaan bagi pembaca yang ingin menambah pengetahuan mengenai keunggulan dan bakat istimewa pada anak.



Yogyakarta, 22 Maret 2021



Penulis



2



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL



i



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



BAB I PENDAHULUAN



1



A. LATAR BELAKANG



1



B. RUMUSAN MASALAH



1



C. TUJUAN



2



BAB II PEMBAHASAN



3



A. PENGERTIAN



3



B. CIRI-CIRI ATAU KARAKTERISTIK



4



C. FAKTOR-FAKTOR



5



D. PENANGANAN DAN PENDIDIKAN KHUSUS



7



E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN



9



BAB III PENUTUP



11



A. KESIMPULAN



11



B. SARAN



12



DAFTAR PUSTAKA



13 BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Sejatinya, setiap manusia diciptakan memiliki akal budi pekerti dan martabat luhur yang sama, agar setiap manusia dapat mengembangkan hidupnya. Secara umum, manusia memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan bakat dan potensinya dalam dunia pendidikan. Namun, ada beberapa bakat dan keunggulan manusia yang terlihat berbeda dengan manusia lainnya. Semisal, manusia tersebut mampu menguasai 7 bahasa sejak masih balita. Hal tersebut adalah hal yang kurang 3



wajar dan tidak umum dilakukan oleh manusia pada umumnya. Kemampuan dan keunggulan seperti itulah yang kerap kali disebut “Keunggulan dan Bakat Istimewa”. Di Indonesia sendiri, banyak penduduk yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia memiliki individu-individu yang berbakat. Anak berbakat atau yang kerap disebut gifted child perlu mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat secara optimal (Farhah, 2012:1). Layanan bagi anak berbakat dan punya keunggulan istimewa sementara ini sifatnya masih sementara dilaksanakan di beberapa sekolah saja (Warnandi, 2008). Akhirnya, mungkin saja ada anak berbakat yang potensinya tidak dapat dikembangkan, atau perkembangannya tidak optimal. Pendidikan anak berbakat harus berorientasi pada peserta didik itu sendiri, yaitu selalu memperhatikan potensi dan karakteristik yang dimiliki anak tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan menjelaskan beberapa hal terkait keunggulan dan bakat istimewa. Pokok materi yang akan dibahas antara lain pengertian “Anak Berbakat Istimewa”, ciri-ciri atau karakteristiknya, faktor-faktor yang mempengaruhi, penanganan dan pendidikan khusus bagi anak dengan bakat istimewa, serta kelebihan dan kekurangan anak berbakat istimewa. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan istilah “Anak Berbakat Istimewa”? 2. Bagaimana ciri-ciri atau karakteristik anak-anak dengan bakat istimewa? 3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak berbakat istimewa? 4. Bagaimana penanganan dan pendidikan khusus bagi anak dengan bakat istimewa? 5. Apa saja kelebihan dan kekurangan anak berbakat istimewa? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian “Anak Berbakat Istimewa”. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik anak-anak dengan bakat istimewa. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak berbakat istimewa. 4. Untuk mengetahui penanganan dan pendidikan khusus bagi anak dengan bakat istimewa. 5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan anak berbakat istimewa.



4



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Anak dengan bakat dan keunggulan istimewa biasa disebut dengan gifted. Istilah gifted ini, merujuk kepada adanya kemampuan yang dimiliki seseorang (Soemantri, 2006). Satu ciri yang paling umum diterima sebagai ciri anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal, sebagaimana diukur oleh alat ukur kecerdasan (IQ) yang sudah baku. Pada mulanya memang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai satu-satunya ukuran anak berbakat. Ada beberapa pandangan tentang pengertian anak berbakat atau gifted yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah : a. Seseorang bisa dikatakan anak luar biasa apabila dia memiliki perbedaan dengan anak pada umumnya (Gunarsa 1991, 2008; Sudono, 2000). Perbedaan yang dimaksud terletak pada ciri khas yang unggul. b. Anak-anak berbakat memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi pribadi yang positif maupun negatif (DePorter & Hernacki, 2000). Hal ini ditentukan bagaimana penanganan yang mereka dapat pada masa tumbuh kembangnya, baik di dalam keluarga dan di masyarakat. c. Anak-anak berbakat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus karena mereka berbeda dengan anak yang lain (Ade Sessiani, 2007; Agustina, 2014). d. Menurut Renzulli (Monks & Boxrel, 1985), seseorang dapat dikatakan berbakat apabila memiliki intelegensi di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi, dan komitmen pada tugas yang sangat tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gifted adalah seseorang yang memiliki keunikan yang khusus dalam bidang intelektual (IQ di atas rata-rata), kreativitas, dan komitmen yang tinggi sesuai dengan hasil tes. Istilah anak gifted atau gifted children dalam bahasa Indonesia adalah anak berbakat, anak luar biasa, dan untuk anak-anak jenius. Beberapa ahli membagi keberbakatan dalam beberapa tingkat yakni : 1. Moderate gifted



= IQ 130 - 140



2. Highly gifted



= IQ 140 - 150 5



3. Genius



= IQ > 150



B. CIRI-CIRI ATAU KARAKTERISTIK Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai/ kegemaran pada berbagai kegiatan maupun aktivitas yang kreatif. Mereka biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Artinya, dalam melakukan sesuatu bagi mereka amat berarti, penting, dan disukai, tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang lain. Mereka pun tidak merasa takut untuk membuat kesalahan dan berani mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif cenderung menonjol, berbeda, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi/ kebiasaan setempat. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Thomas Alpha Edison mengungkapkan bahwa “Genius is 1% inspiration and 99% perspiration”. Treffinger mengatakan bahwa “Pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan”. Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan matang-matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang cukup tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan memiliki kemampuan untuk bermain ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menemukan ada 20 (dua puluh) ciri-ciri dengan masing-masing 5 (lima) ciri jika melekat dalam diri seseorang maka memiliki keberbakatan yang dianggap penting oleh guru di Indonesia. Ada 20 ciri keberbakatan dapat dilihat dari 4 aspek, yaitu: ciri kemampuan belajar, ciri kreativitas, ciri pelibatan diri, dan ciri kepribadian. Ciri-ciri keberbakatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Daya tangkap cepat 2. Memiliki kecerdasan tinggi 3. Mudah memecahkan masalah 4. Kritis 5. Pemikiran yang logis 6



6. Kreativitas 7. Memiliki keingintahuan yang besar 8. Berani mengutarakan dan mempertahankan pendapat 9. Aktif, sering bertanya dengan tepat 10. Memiliki inisiatif 11. Memiliki tanggung jawab terhadap tugas 12. Tekun 13. Teratur dalam belajar 14. Teliti 15. Memiliki ambisi untuk berprestasi 16. Mempunyai rasa percaya diri 17. Memiliki jiwa kepemimpinan 18. Kepribadian mantap 19. Taat pada peraturan 20. Sopan dalam bersikap Hasil penelitian anak berbakat di Amerika oleh MR Sumption yang berjudul “Three Hundred Gifted Children”. Karakteristik-karakteristik anak berbakat antara lain sebagai berikut : a. Memiliki rasa kepribadian yang dikembangkan, demikian pula rasa pertanggung jawaban pada kelompok kepemimpinan. b. Menyukai dan lebih banyak meluangkan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan membaca buku/majalah fiktif, inovatif, dan kreatif. c. Meluangkan kesempatan mengembangkan sikap pribadi dan ekspresi diri. d. Memiliki cara berpikir yang sangat kritis. e. Memiliki perkembangan intelektual dan kecakapan yang baik sehingga tugas dan kerja berat tidak terlalu mengganggu. C. FAKTOR-FAKTOR a. Faktor Genetik Sebagian ahli menyatakan bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas diturunkan dari orang tua. Begitupun penelitian genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dalam perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan oleh genetik atau keturunan. 7



b. Faktor Biologis Di samping faktor genetik ada juga faktor biologis yang tidak bersifat genetik dan sangat berpengaruh pada intelegensi, yaitu: gizi dan neurologis. Kekurangan gizi penting pada masa pertumbuhan dan gangguan neurologis dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Studi yang dilakukan oleh Terman terhadap orang-orang dengan IQ tinggi menunjukkan kesamaan keunggulan fisik, seperti: tinggi badan, berat badan, daya tarik, dan kesehatan, dibandingkan dengan mereka yang memiliki intelegensi yang lebih rendah. Hal yang perlu ditekankan yaitu intelegensi dan bakat tidak diwariskan. Yang diwariskan adalah sekumpulan gen, sedangkan kapasitas dari intelegensi dan kemampuan-kemampuan lainnya akan beriringan dengan pengalaman anak tersebut. c. Faktor Lingkungan Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan berpengaruh pada proses belajar seorang anak. Penelitian tentang anak-anak berbakat yang sukses menunjukkan masa kecil mereka di dalam keluarga memiliki keadaan sebagai berikut : ● Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap bakat anak dan orang tua memberikan dorongan pada anak untuk mengembangkan bakat tersebut. ● Orang tua sebagai panutan sehingga dapat menumbuhkan kebiasaan baik pada anak. ● Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam berbagai situasi dan proses belajar awal lebih bersifat eksplorasi dengan bermain. ● Keluarga berinteraksi dan berkonsultasi dengan tutor/mentor. ● Adanya perilaku-perilaku dan nilai yang diharapkan berkaitan dengan bakat anak dalam keluarga. ● Orang tua menjadi pengamat latihan-latihan, memberi pengarahan bila diperlukan, memberikan pengukuran pada perilaku anak yang dilakukan dengan terpuji dan memenuhi standar yang ditetapkan. ● Orang tua mencarikan instruktur dan guru khusus bagi anak sesuai dengan bakat anak yang terlihat. ● Orang tua mendorong keikutsertaan anak dalam berbagai acara positif di mana kemampuan anak dipertunjukkan pada khalayak ramai. 8



D. PENANGANAN DAN PENDIDIKAN KHUSUS Thomas Jefferson (1743-1826) pernah mengajukan konsepnya yang dikenal dengan istilah Diffusion of Education yang menekankan bahwa setiap orang seharusnya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat yang tidak sama, sehingga mereka pun akan menerima pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Demikian pula halnya dengan anak-anak dengan bakat istimewa ini, sudah seharusnya dan sepantasnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai untuk menumbuh-kembangkan potensi keberbakatan yang mereka miliki. Winner (Ormrod, 2008), menyatakan bahwa seringkali anak-anak berbakat akan terisolasi secara sosial dan tidak mendapat tantangan yang berarti di kelas. Terlebih jika model pengajaran yang diberikan guru tidak memiliki daya tarik. Tentunya situasi ini menjadikan mereka cepat merasa bosan, tidak termotivasi, cenderung mengganggu teman-teman lainnya. Pada ujungnya karena perilaku mereka inilah banyak kalangan pendidikan menggolongkan mereka sebagai anak "nakal". Sebenarnya kondisi anak dengan bakat istimewa yang tidak tertantanglah yang menjadikan mereka berperilaku "nakal", bolos sekolah, mengganggu teman atau bersikap pasif. Untuk itu sudah seharusnya mereka diberikan layanan pendidikan yang dapat menarik minat mereka, menantang, dan meningkatkan daya kreativitas mereka. Model pendidikan tradisional dengan memasukkan mereka pada sekolah reguler memiliki titik lemah. Pertama, anak berbakat mungkin akan mengalami frustasi, karena mereka tidak mendapatkan layanan pendidikan yang mereka harapkan. Kedua, karena rasa frustasi mereka ini, maka perilaku yang justru muncul adalah perilaku mengganggu teman-temannya, dan jika ini terjadi, maka proses pembelajaran dalam kelas juga akan terganggu. Ketiga, muncul rasa bosan yang pada akhirnya menjadikan mereka enggan untuk masuk kelas. Untuk itu, bagi mereka yang diidentifikasi memiliki keberbakatan, maka layanan pendidikan yang dapat dilakukan antara lain : a. Mengelompokkan pada kelas khusus, yaitu siswa yang diidentifikasi memiliki keberbakatan dimasukkan dalam kelas khusus, dengan para peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang sama. b. Program Akselerasi. Program akselerasi adalah memindahkan murid secepat mungkin sesuai dengan kemajuan belajar dan kemampuan yang dimiliki 9



individu belajar. Pemindahan dalam proses ini memasukkan individu belajar pada kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Tentunya proses pemindahan ini dapat dilakukan jika telah terlebih dahulu dilakukan tes akademik pada peserta didik tersebut, sehingga yang bersangkutan dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Terkait



dengan



strategi



khusus



untuk



meningkatkan



perkembangan



keberbakatan yang dimiliki anak-anak dengan bakat istimewa ini, Ormrod (2008) mengajukan beberapa alternatif cara yaitu : a. Berikan tugas-tugas yang terindividualisasi, yaitu tugas yang disesuaikan dengan kemampuan individual peserta didik. b. Bentuklah kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang memiliki minat dan kemampuan yang serupa. c. Ajarkan keterampilan kognitif yang kompleks dalam konteks mata pelajaran tertentu. d. Berikanlah kesempatan untuk melakukan kajian secara mandiri tentang satu topik tertentu. e. Dorong siswa untuk menerapkan sasaran yang tinggi. Supriyadi (1992) mengemukakan bahwa program pendidikan anak-anak berbakat dapat berupa : a. Program pengayaan dalam kelas biasa. b. Tersedianya guru tertentu yang bertugas sebagai konsultan bagi anak-anak berbakat. c. Tersedianya ruangan yang berisi sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk pengayaan. d. Tersedianya mentor khusus untuk melatih mereka dalam keterampilanketerampilan tertentu, dan mentor ini bukan staf pengajar, melainkan ahli yang disewa oleh sekolah untuk kepentingan anak. e. Studi mandiri dalam bentuk proyek, misalnya proyek penelitian tentang jenis batuan, flora, fauna, dll. f. Kelas-kelas khusus berdasarkan minat siswa, misalnya kelas untuk mata pelajaran matematika, fisika, biologi, geografi, sejarah, drama, seni, dll.



10



E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Siswa CIBI (cerdas istimewa dan berbakat istimewa) yang sering dikenal sebagai siswa gifted, tergolong siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Berdasarkan hal ini, siswa CIBI membutuhkan perlakuan dan penanganan khusus dalam dunia pendidikan. Beberapa alasan siswa CIBI merupakan siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata, daya pikir kreativitas yang besar, serta komitmen terhadap tugas dan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih prestasi. Siswa CIBI seringkali dianggap sebagai siswa yang memiliki permasalahan dalam menaati aturan yang ditetapkan. Tidak sedikit siswa CIBI yang dianggap sebagai siswa yang “nakal”, tidak bisa duduk diam atau selalu mempertanyakan setiap penjelasan guru yang seringkali tampak seperti siswa yang sulit untuk diatur. Pada dasarnya perilaku tersebut merupakan hal yang wajar dimiliki siswa CIBI dengan karakteristik yang khusus seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Ormrod (Ormrod, 2008) mengidentifikasi beberapa kelebihan yang dimiliki anak berbakat yaitu : a. Perbendaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca di atas rata-rata. b. Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia. c. Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, mandiri dibanding teman-teman sebayanya. d. Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien. e. Fleksibilitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap tugas. f. Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis. g. Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi di atas rata-rata (meskipun beberapa anak berbakat yang ekstrim mungkin mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya). Reis dan Renzulli (2004) menyatakan bahwa semakin anak gifted beranjak dewasa, maka memiliki permasalahan dan kebutuhan yang khas termasuk ketika mereka beranjak remaja. Bahkan, Peterson (2009) berani mengungkapkan bahwa tidak mungkin anak gifted tidak memiliki kebutuhan sosial dan emosional yang khas. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan anak atau 11



remaja gifted mengarahkan pada permasalahan-permasalahan perkembangan sosioemosional mereka (Cross, 2011). Buescher dan Higman (1990) menyatakan bahwa terdapat beberapa tantangan bagi remaja gifted selama menjalani proses adaptasi, yakni rasa tidak percaya, ragu, dan kurangnya self-esteem terhadap kemampuan yang dimiliki atau bahkan justru menekan atau menyembunyikan kemampuannya sendiri dan berusaha menjadi orang lain dan disonansi atau ketidaksesuaian antara apa yang telah



dilakukan



(hasil)



dengan



ekspektasi



yang



seharusnya



bisa



dicapai



(perfeksionisme). Ada 6 tipe anak gifted yang dikembangkan menurut Neihart dan Betts (2010), yaitu: 1. Tipe 1, yang Sukses, yaitu tipe yang paling mudah diidentifikasi, dan dapat mencakup hingga sekitar 90% dari siswa berbakat yang diidentifikasi di sekolah. Mereka adalah siswa yang telah mempelajari sistem dan menyesuaikan diri dengan masyarakat dengan konsep diri yang umumnya tinggi. Mereka patuh, menunjukkan perilaku yang pantas, dan berprestasi tinggi, oleh karena itu, dicintai oleh orang tua dan guru. Namun, mereka juga bisa bosan di sekolah dan mempelajari sistem dengan cukup cepat untuk menggunakan usaha seminimal mungkin. Mereka juga bergantung pada sistem, sehingga kurang kreatif dan imajinatif, serta kurang otonomi. 2. Tipe 2, yang Menantang, yaitu tipe yang berbakat divergensi, yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Mereka tidak sesuai dengan sistem dan sering mengalami konflik dengan guru dan orang tua. Mereka menjadi frustasi, karena sistem sekolah tidak mengenali kemampuan mereka. Mereka mungkin terlihat mengganggu di dalam kelas dan sering kali memiliki konsep diri negatif, meskipun mereka cukup kreatif. Ini adalah kelompok siswa berbakat yang berisiko putus sekolah karena aktivitas yang tidak sehat, seperti terlibat dalam narkoba atau menunjukkan perilaku nakal. 3. Tipe 3, Underground, yaitu tipe yang mengacu pada siswa berbakat yang menyangkal bakat mereka atau menyembunyikan bakat mereka agar merasa lebih disertakan dengan kelompok sebaya yang tidak berbakat. Mereka umumnya perempuan, yang sering merasa tidak aman dan cemas karena kebutuhan mereka meningkat secara dramatis pada tahap itu. Perubahan kebutuhan mereka seringkali bertentangan dengan harapan orang tua dan guru.



12



Jenis-jenis ini tampaknya mendapat manfaat karena diterima apa adanya pada saat itu. 4. Tipe 4, Dropouts, yaitu tipe yang marah dan frustasi yang kebutuhannya tidak dikenali selama bertahun-tahun dan mereka merasa ditolak dalam sistem. Mereka mengekspresikan diri dengan depresi atau menarik diri dan merespons secara defensif. Mereka sangat terlambat diidentifikasi; oleh karena itu, mereka pahit dan kesal karena perasaan diabaikan dan memiliki harga diri yang sangat rendah. Bagi para siswa ini, konseling sangat dianjurkan. 5. Tipe 5, The Doubled Labeled, yaitu tipe yang diidentifikasi sebagai siswa berbakat yang secara fisik atau emosional cacat dalam beberapa cara, atau memiliki ketidakmampuan belajar. Kelompok ini tidak menunjukkan perilaku berbakat



yang



dapat



mengidentifikasi



mereka



di



sekolah.



Mereka



menunjukkan tanda-tanda stres, frustasi, penolakan, ketidakberdayaan, atau isolasi. Mereka juga sering tidak sabar dan kritis dengan harga diri yang rendah. Siswa-siswi ini mudah diabaikan karena mereka dianggap biasa-biasa saja. Sistem sekolah tampaknya lebih fokus pada kelemahan mereka, dan karena itu gagal memelihara kekuatan mereka. 6. Tipe 6, Pelajar Otonom, yaitu tipe yang telah belajar bekerja secara efektif dalam sistem sekolah. Tidak seperti Tipe 1, mereka tidak bekerja untuk sistem, melainkan membuat sistem bekerja untuk mereka. Mereka sangat sukses, disukai oleh orang tua, guru dan teman sebaya, dan memiliki konsep diri yang tinggi dengan beberapa kapasitas kepemimpinan dalam lingkungan mereka. Mereka menerima diri mereka sendiri dan merupakan pengambil risiko, yang sejalan dengan sifat mandiri dan mengarahkan diri mereka sendiri. Mereka juga mampu mengungkapkan perasaan, tujuan, dan kebutuhan mereka dengan bebas dan tepat.



13



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Anak gifted adalah seseorang yang memiliki keunikan yang khusus dalam bidang intelektual (IQ di atas rata-rata), kreativitas, dan komitmen yang tinggi sesuai dengan hasil tes. Beberapa ahli membagi keberbakatan dalam beberapa tingkat yakni : ● Moderate gifted



= IQ 130 - 140



● Highly gifted



= IQ 140 - 150



● Genius



= IQ > 150



2. Ada beberapa karakteristik anak berbakat antara lain sebagai berikut : a. Memiliki rasa kepribadian yang dikembangkan, demikian pula rasa pertanggung jawaban pada kelompok kepemimpinan. b. Menyukai dan lebih banyak meluangkan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan membaca buku/majalah fiktif, inovatif, dan kreatif. c. Meluangkan kesempatan mengembangkan sikap pribadi dan ekspresi diri. d. Memiliki cara berpikir yang sangat kritis. e. Memiliki perkembangan intelektual dan kecakapan yang baik sehingga tugas dan kerja berat tidak terlalu mengganggu. 3. Beberapa faktor yang mempengaruhi keunggulan dan bakat istimewa adalah: faktor genetik, faktor biologis, dan faktor lingkungan. 4. Penanganan khusus bagi anak dengan keunggulan dan bakat istimewa ini antara lain: mengelompokkannya dalam kelas-kelas khusus serta program akselerasi, sehingga anak gifted dapat juga memperoleh pendidikan yang sama. Supriyadi (1992) mengemukakan bahwa program pendidikan anak-anak berbakat dapat berupa : a. Program pengayaan dalam kelas biasa. b. Tersedianya guru tertentu yang bertugas sebagai konsultan bagi anak-anak berbakat. c. Tersedianya ruangan yang berisi sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan untuk pengayaan.



14



d. Tersedianya mentor khusus untuk melatih mereka dalam keterampilanketerampilan tertentu, dan mentor ini bukan staf pengajar, melainkan ahli yang disewa oleh sekolah untuk kepentingan anak. e. Studi mandiri dalam bentuk proyek. f. Kelas-kelas khusus berdasarkan minat siswa. 5. Ormrod (Ormrod, 2008) mengidentifikasi beberapa kelebihan yang dimiliki anak berbakat yaitu : a. Perbendaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca di atas rata-rata. b. Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia. c. Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, mandiri dibanding teman-teman sebayanya. d. Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien. e. Fleksibilitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap tugas. f. Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis. g. Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi di atas rata-rata. Tidak hanya kelebihan yang dimiliki oleh anak-anak gifted, tetapi juga mereka memiliki kekurangan yang harus dipahami, beberapa di antaranya : ⮚ Adanya tantangan dalam beradaptasi; ⮚ Seringkali dianggap sebagai siswa yang memiliki permasalahan pemenuhan aturan; ⮚ Terlalu perfeksionis; ⮚ Sulit diatur. B. SARAN Berdasarkan hasil pembahasan, penulis hendak menyampaikan beberapa saran terutama bagi orang tua dan pendidik, bahwa anak dengan keunggulan dan bakat istimewa, hendaknya juga memiliki hak pendidikan dan pengembangan talenta yang sama dengan anak lain. Jangan sampai membuat mereka merasa terintimidasi dengan keunggulan dan bakat istimewa yang dimilikinya, sehingga menyebabkan mereka menjadi tidak terarah. Pendidikan anak berbakat harus berorientasi pada peserta didik



15



itu sendiri, yaitu selalu memperhatikan potensi dan karakteristik yang dimiliki anak tersebut serta mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki.



16



DAFTAR PUSTAKA Buescher, T. & Higham, S. 1990. Helping Adolescents Adjust to Giftedness. Cross, T. 2011. On the Social and Emotional Lives of Gifted Children. Texas: Prufrock Press Inc. Idris, M.H. 2017. Anak Berbakat (Keberbakatan). Jurnal Pendidikan PAUD, 2(1), 35-50. https://journal.uhamka.ac.id/index.php/permata/article/view/4445/1406 Idrus, M. 2013. Layanan Pendidikan bagi Anak Gifted. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan



dan



Konseling,



2(2),



116-131.



http://journal.uad.ac.id/index.php/PSIKOPEDAGOGIA/article/download/2579/2795 Marsetyoningrum, I.H. 2013. Gambaran Relasi Sosial Siswa Gifted di Kelas Akselerasi SMP Negeri 1 Surabaya. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(2), 131-141. http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP7073-39aee667bafullabstract.pdf Peterson, J. 2009. Myth 17: Gifted and Talented Individuals Do Not Have Unique Social and Emotional Needs. New York: Sage Publication, Inc. Pranungsari,



D.



2013.



Memahami



Anak



Gifted.



Universitas



Ahmad



Dahlan.



https://uad.ac.id/id/memahami-anak-gifted/ Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus, Universitas Sanata Dharma. Seorang



Gifted.



2019.



Mengenal



https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2019/10/18/mengenal-seorang-



gifted/ Reis, S. & Renzulli, J. 2004. Current Research on the Social and Emotional Development of Gifted and Talented Students: Good News and Future. Psychology in the Schools, 41(1), 119-130. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/pits.10144 Wulan, D.K. 2011. Peran Pemahaman Karakteristik Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa (CIBI) dalam Merencanakan Proses Belajar yang Efektif dan Sesuai Kebutuhan



Siswa.



HUMANIORA,



2(1),



269-276.



https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/download/3002/2391/8096



17