Makalah - Konseling Behavioristik - Kelompok 7 - A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI KONSELING



KONSELING PENDEKATAN BEHAVIORISTIK Makalah ini disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling



Dosen Pengampu : Dr. Silvia Kristanti Tri Febriana, S. Psi, M. Psi, Psikolog Jehan Safitri, S.Psi, M.Psi., Psikolog Firdha Yuserina, S.Psi, M.Psi., Psikolog



KELOMPOK 7 :



Raehan Kautsar Julian



1810914310012



Miftahul Zannah



1910914120017



Aprini Hasanah



1910914220005



Rais Kaisariadi



1910914310019



Ulfiyah Nanda Firman



1910914320033



KELAS : A



PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Konseling Pendekatan Behavioristik ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konseling Tahun Ajaran 2021 dengan baik dan lancar. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Silvia Kristanti Tri Febriana, S. Psi, M. Psi, Psikolog, Ibu Jehan Safitri, S.Psi, M.Psi., Psikolog, dan Ibu Firdha Yuserina, S.Psi, M.Psi., Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Konseling yang telah membagikan ilmunya dan membimbing kami dalam perkuliahan selama satu semester ini. Karena keterbatasan kami dalam pengetahuan dan pengalaman mengenai materi ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih baik lagi.



Banjarbaru, 24 Maret 2021



Kelompok 7



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan........................................................................................................2 BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



A. Teori Konseling dalam Pendekatan Behavioristik....................................3 B. Karakteristik Konseling Behavioristik......................................................4 C. Tujuan Konseling Behavioristik................................................................4 D. Langkah-Langkah Konseling Behavior.....................................................7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Menurut Wisnu Pamuja Utama (2011), berpendapat bahwa konseling bertujuan untuk membantu mengubah perilaku klien agar lebih produktif, membantu pemecahan masalah baik masalah pribadi, sosial, belajar, karier, keluarga, keagamaan, dan lain sebagainya. Salah satu konseling yang penting untuk diketahui dan dipelajari adalah konseling behavioristik. Konseling behavioristik adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah efektif. Behavioristik merupakan salah satu pendekatan teoritis dan praktis mengenai model pengubahan perilaku klien dalam proses konseling dan psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang memiliki ciri khas pada makna belajar, conditioning yang dirangkai dengan reinforcement menjadi pola efektif dalam mengubah perilaku klien. Pandangan deterministik behavioristik merupakan elemen yang tidak dapat di hilangkan. Namun pada perkembangan behavioristik kontemporer, pengakuan pada manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan awal-awal munculnya teori ini (Sigit Sanyata, 2012: 10). Novi



Irwan



Nahar



(2016:



65)



mengatakan



bahwa



teori



behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran atau output yang



1



berupa respons. Teori belajar behavioristik menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang bias diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran maupun konstruksimental. Konseling behavioristik cukup penting diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya seperti dalam penelitian yang berjudul “Mengatasi Prokrastinasi Akademik Melalui Konseling Behavioristik Dengan Teknik Behavior Contract Pada Siswa SMA 1 Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan konseling behavioristik dengan teknik behavior contract dapat mengatasi prokrastinasi akademik siswa. Dalam penelitian ini proses penelitian dimulai dengan mengenali gejala awal yang dialami konseli. Untuk mengetahui gejala awal pada konseli, peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling. Setelah data awal dapat dikumpulkan, peneliti mendeskripsikan kemungkinan sebab dan akibat yang akan dialami oleh konseli. Selanjutnya peneliti melakukan konseling behavioristik dengan teknik behavior contract. Dari sudut pandang cognitive-behavioral prokrastinasi akademik terjadi disebabkan karena adanya pemikiran irasional yang dimiliki individu. Pemikiran tersebut disebabkan karena kesalahan persepsi menilai sebuah tugas. Seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang sulit dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task dan fear of failure) (Ellis dan Knaus, dalam Ghufron dan Risnawita, 2019). Oleh karenanya, seseorang yang merasa tidak memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan tugas lebih memilih untuk menunda-nunda tugasnya. Teknik konseling behavior sangat diperlukan dalam mengatasi masalah diatas karena seorang procrastinator atau pelaku prokrastinasi akademik cenderung memiliki banyak keterkaitan dengan perilaku negatif lainya



seperti



memprioritaskan



tidak



bertanggung



aktivitas,



dan



jawab, rendahnya



rendahnya



kemampuan



kemampuan



kontrol,



pengelolaan dan managemen diri sendiri (Spencer dan Ferrari, dalam Rustam et al., 2019). Prokrastinasi akademik ini seharusnya tidak terjadi di



2



dalam dunia pendidikan karena berpengaruh negatif bagi siswa baik sekarang maupun yang akan datang. Namun kenyataannya hal tersebut masih terjadi. Prokrastinasi tersebut ditandai dengan siswa menundanunda untuk memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, dan melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Kemudian tujuan dari teknik konseling behavioristik ialah mengubah perilaku maladaptif yang disebabkan oleh



rendahnya



kemampuan bertanggung jawab dan kontrol diri yang tidak efektif (Bandura, dalam Komalasari, 2011). Maka dari itu, teknik konseling behavioristik sangat bermanfaat dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan individu. Oleh karena itu, penting bagi kita semua mengetahui lebih lanjut mengenai konseling behavioristik ini. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ingin pecahkan dari topik di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana teori konseling dalam pendekatan behavioristik? 2. Apa saja karakteristik dari konseling behavioristik? 3. Apa saja tujuan dari konseling behavioristik? 4. Bagaimana langkah-langkah dalam konseling behavioristik?



C. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari topik di atas adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tentang teori konseling dalam pendekatan behavioristik. 2. Mengetahui karakteristik dari konseling behavioristik. 3. Mengetahui tujuan dari konseling behavioristik. 4. Mengetahui langkah-langkah dalam konseling behavioristik.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konseling dalam Pendekatan Behavioristik 1. Aliran Behavioristik Pendekatan behavioristik berasal dari eksperimen psikologi dan penelitian mengenai proses belajar pada manusia dan hewan. Sebelum tahun 1960-an, behavioristik belum dapat diterima dalam ranah pikologi, sosial, pendidikan, atau psikiatri, tetapi sejak 1970-an behavioristik mulai digunakan secara luas dalam bisnis dan industri, pengasuhan anak, meningkatkan penampilan atlet, dan lain sebagainya (Sharf, 2012). Behavioristik adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Tingkah laku yang dimaksud adalah perbuatan yang ditampilkan oleh individu. Tujuan dari pendekatan behavioristik adalah untuk memodifikasi tingkah laku yang tidak diinginkan (maladaptif) sehingga menekankan pada pembiasaan tingkah laku positif (adaptif). Pada pendekatan behavioristik dikenal reinforcement dan punishment. Tingkah laku adaptif yang tampak diberi penguatan (reinforcement) yaitu memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan bertujuan agar tingkah laku itu cenderung akan diulangi, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Sementara tingkah laku maldaptif akan diberikan punishment yang bertujuan agar tingkah laku tersebut tidak terulang di masa akan dating. 2. Pandangan Mengenai Manusia Berdasarkan pada hakikat manusia, teori dan pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif dalam menentukan martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini



4



menghasilkan pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh intensitas dan beragamnya jenis penguatan (reinforcement) yang diterima dalam situasi hidupnya. 3. Teori-Teori Belajar Behavioristik Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam behavioristik kontomporer terdapat empat konsep teori yang mengembangkan behavioristik,



yakni;



(1)



classical



conditioning,



(2)



operant



conditioning, (3) social learning theory, dan (4) cognitive behavior therapy. Classical conditioning adalah usaha mendapatkan beberapa perilaku organisme seperti ; sentakan lutut dan ludah yang diperoleh dari organisme yang pasif. Pada tahun 1950-an Joseph Wolpe dan Arnold Lazarus di Afrika Selatan dan Hans Eysenck di Inggris memulai penelitian eksperimen dengan menggunakan binatang. Mereka bekerja dengan menggunakan Hullian learning theory dan Pavlovian conditioning dan kemudian teori yang dikembangkan difokuskan pada evaluasi dan analisis eksperimental dari prosedurprosedur terapeutik. Tokoh sentral yang merupakan pionir dari classical conditioning adalah Ivan Pavlov yang melakukan eksperimen dengan anjing. Operant conditioning adalah tipe perilaku belajar yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-penguatan (reinforcer) positif dan atau negatif. Model dari Skinner merupakan dari prinsip penguatan terhadap identifikasi tujuan dengan mengontrol fakktor lingkungan yang berperan penting dalam perubahan perilaku. Social learning theory yang dikembangkan Albert Bandura dan Richard Walters merupakan interaksi timbal balik dari tiga komponen (triadic reciprocal interaction) yaitu antara lingkungan, faktor personal dan perilaku individual. Seseorang dapat capable jika selfdirected dalam mengubah perilakunya. Cognitive behavior therapy beserta social learning theory merupakan representasi dari mainstream terapi perilaku kontemporer.



5



Sejak tahun 1970 pergerakan konsep behavioral menempatkan faktor kognitif dan emosi sebagai upaya untuk memahami masalah perilaku individu. 4. Teori Konseling dalam Pendekatan Behavioristik Pendekatan behavior di dalam proses konseling membatasi perilaku



sebagai



fungsi



interaksi



antara



pembawaan



dengan



lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisikondisi belajar. Di mana proses konseling merupakan suatu proses atau pengalaman belajar untuk membentuk konseli mengubah perilakunya sehingga dapat memecahkan masalahnya. Dalam konsep behaviorisme modern,



perilaku



manusia



dipandang



dalam



mekanisme



dan



pendekatan ilmiah yang diimplikasikan pada pendekatan secara sistematis dan terstruktur dalam proses konseling. Manusia tidak diasumsikan secara deterministik tetapi merupakan hasil dari pengkondisian sosio kultural. Trend baru dalam behaviorisme adalah diberinya peluang kebebasan dan menambah keterampilan konseli untuk memiliki lebih banyak opsi dalam melakukan respon. B. Karakteristik Konseling Behavioristik Menurut Pihasniwati (2008), konsep utama dalam konseling behavior adalah keyakinan tentang martabat manusia yang bersifat falsafah dan Sebagian lagi bercorak psikologis. Konseling behavioral berfokus pada perilaku manusia yanggdapat dipelajari dan dapat dirubah, Adapun kondisi-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan konseling behavior adalah: 



Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan



6



(nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya. 



Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.







Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.rKalau pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalua pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar, pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.







Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.



C. Tujuan Konseling Behavioristik Konseling Behavioristik bekerja dengan memusatkan perhatian perilaku manusia pada yang nampak dan dapat dipelajari, tujuan yang ingin dicapai pada saat proses konseling harus jelas dan sesuai dengan prosedur yang ada, memusatkan perhatian pada masalah klien dan membantu dalam memecahkan masalah klien. Tujuan konseling Behavioristik adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Tujuan konseling behaviouristik menurut Komalasari (2009) adalah sebagai berikut: 



Menciptakan kondisi yang baru sebagai bagian dari proses belajar.







Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).







Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif,



memperkuat



serta



diinginkan. 



7



mempertahankan



perilaku



yang







Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor. Menurut Surya (2003), untuk mencapai tujuan dalam konseling



Behavioristik, karakteristik konselor adalah sebagai berikut:  



Konselor



harus



mengutamakan



keseluruhan



individual



yang



bertanggung jawab, yang dapat memenuhi kebutuhannya.  



Konselor harus kuat, yakin, dia harus dapat menahan tekanan dari permintaan klien untuk simpati atau membenarkan perilakunya tidak pernah menerima alasan-alasan dari perilaku irrasional klien. 







Konselor harus sensitif terhadap kemampuan untuk memahami perilaku orang lain. 







Konselor harus dapat bertukar pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat melihat bahwa seluruh individu dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat yang sulit.



D. Langkah-Langkah Konseling Behavioristik Dalam konseling behavioral ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu menurut Gibson dan Mitchell dalam sebuah artikel oleh Sulthon (2018) yaitu sebagai berikut: 



Belajar operan yaitu, belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan, ganjaran dapat diberikan dalam bentuk dorongan dan penerimaan sebagai persetujuan, pembenaran, atau perhatian konselor terhadap perilaku yang dilakuakn klein.







Belajar mencontoh yaitu belajar cara dalam memberikan respon baru melalui menunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang diinginkan sehingga dapat dilakukan oleh klien.







Belajar kognitif yaitu, belajar memelihara respon yang diharapkan dan boleh mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui intruksi sederhana.







Belajar emosi yaitu cara yang digunakan untuk mengganti responrespon emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respon



8



emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks classical conditioning. Dari kesimpulan yang di dapat dari artikel oleh Sulthon (2018) langkah-langkah konseling behavioral adalah sebagai berikut: 



Konseling behavior dimulai dengan mengadakan perubahan perilaku pada klien melalui pemberian penguatan atau ganjaran secara berulang-ulang agar perilaku yang kondisikan dapat menetap.







Setelah perilaku yang diinginkan tetap dilakukan atau setelah terjadinya perilaku baru yang sesuai, maka klien harus diberikan instruksi yang harus dilakukan secara terus-menerus.







Selanjutnya perilaku tersebut harus dikondisikan agar tetap ada dengan berbagai pengalaman-pengalaman yang dialami.







Berikutnya merubah emosi yang dialami menjadi emosi yang dapat diterimanya.



9



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Konseling behavioral merupakan adaptasi dari aliran psikologi behaviorisme yang memfokuskan perhatiannya pada perubahan tingkah laku manusia yang tampak. Pada hakikatnya, konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilih sendiri. Dalam



pandangan



kaum



behavioris



(termasuk



konselor



behavioral), manusia ditampakkan sebagai sesuatu yang dapat diubah dan dibentuk perilakunya. Manusia juga dipandang bersifat mekanistik dan pasif. Banyak pendekatan dalam konseling behavioural—dari keseluruhan pendekatan yang ada, yang semua menjurus pada pendekatan direktif di mana konselor lebih berperan aktif dalam penangan masalahnya dibandingkan dengan konseli itu sendiri.



10



DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Faiz, dan Siti Fitriana. (2021). Penerapan Konseling Cognitive Behaviour dengan Teknik Self Management untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(1), 11-24. Komalasari, Gantina, Dkk. (2011). Teori Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Nurzuliyan, Ulfa Auliya, Susilo Rahardjo, dan Edris Zamroni. (2019). Penerapan Konseling Behavioristik Teknik Operant Conditioning untuk Mengatasi Prokrastinasi Mahasiswa. Jurnal Prakarsa Paedagogia, 2(2), 116-123. Pihasniwat. (2008). Psikologi Konseling. Yogyakarta: Teras. Prabowo, A. S., & Cahyawulan, W. (2016). Pendekatan Behavioral: Dua Sisi Mata Pisau. Insight: Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), 15-19. Rokhman, Miftah Khorirur, Sucipto, dan Masturi. (2019). Mengatasi Prokrastinasi Akademik Melalui Konseling Behavioristik dengan Teknik Behavior Contact. Jurnal Prakarsa Paedagogia, 2(1), 1-10. Sakinah, Umul. (2018). Konseling Behavioristik Dalam Membentuk Perilaku Mandiri Merawat Diri pada Tunagrahita. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, 15(1), 68-84. Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik Dalam Konseling. Jurnal Paradigma, 14(7), 1-11. Sulthon, S. (2018). Mengatasi Kenakalan pada Siswa Melalui Pendekatan Konseling Behavioral. Konseling Edukasi: Journal of Guidance and Counseling, 2(2), 46-66. Surya, Mohammad. (2003). Teori Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.



11