Makalah Konsep Model Dan Teori Callista Roy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSEP MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN CALISTA ROY Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Falsafah Keperawatan Dosen : Ns. Siti Kamillah, S.Kep., M.Kes



Oleh : Audra Fitri Firotika



(09190000124)



Hana Hamidah



(09190000139)



Livia Amelia



(09190000145)



M. Rizky Listiansyah



(09190000149)



Nenden Putri Ayu



(09190000155)



Siti Alfani Fatihah



(09190000166)



Keperawatan 3A



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU Jl. Harapan No.50,RT.2/RW.7, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12610



Kata Pengantar



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah Keperawatan dari Ibu Ns. Siti Kamillah, S.Kep, M.Kes yang berjudul Konsep Model Dan Teori Keperawatan Calista Roy Karya ilmiah ini disusun dengan usaha yang maksimal dan juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan karya ilmiah yang lebih baik.



Cianjur, 23 Oktober 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR......................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar Belakang........................................................................................1 B. Rumusan Masalah...................................................................................2 C. Tujuan.....................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3 A. Profil Callista Roy..................................................................................3 B. Konsep Teori..........................................................................................4 C. Paradigma Keperawatan.........................................................................10 D. Kelemahan Teori....................................................................................22 E. Aplikasi Model Teori Adaptasi Roy.......................................................24 BAB III PENUTUP...........................................................................................28 A. Kesimpulan.............................................................................................28 B. Saran.......................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Model Adaptasi Roy diturunkan dari berbagai teori sebelumnya, di antaranya teori Harry Helson mengenai psikofisika yang diperluas menjadi ilmu sosial dan perilaku. Pada teori adaptasi Helson, proses adaptasi merupakan fungsi dari stimulus yang datang dan tingkat adaptif. Stimulus merupakan semua faktor yang bisa menimbulkan respon. Stimulus dapat muncul dari lingkungan internal maupun eksternal (Roy, 1984 dalam Alligood 2014). Tingkat adaptasi merupakan efek gabungan dari tiga kelas stimulus berikut : Stimulus fokal (stimulus yang memicu individu dengan segera); Stimulus kontekstual (stimulus lain yang menambah dampak stimulus fokal); dan Stimulus residual (faktor lingkungan yang dampaknya tidak jelas dalam situasi tertentu). Roy (Roy & Roberts, 1981) mengombinasikan teori Helson dengan definisi Rapoport tentang sistem untuk memandang manusia sebagai suatu sistem adaptif. Berdasarkan



teori



adaptasi



Helson,



Roy



(1970)



mengembangkan



dan



memperhalus model adaptasinya dengan konsep clan teori dari Dohrenwencl, Lazarus, Mechanic, dan Selye (Alligood, 2014). Roy dalam teorinya menjelaskan 4 macam elemen essensial dalam adaptasi keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi



Roy



menjelaskan



bagaimana



individu



mampu



meningkatkan



kesehatannya dalam mempertahankan perilaku secara adaptif karena manusia adalah makhluk holistik yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan



keperawatan



dalam



praktek



keperawatan



dengan



menggunakan



pendekatan proses keperawatan. Berdasarkan hal tersebut, maka teori dan model konsep keperawatan Sister Callista Roy perlu dipelajari sebagai salah satu cara



1



dalam mengembangkan ilmu dan praktek khususnya terkait pemberian asuhan  keperawatan terhadap pasien dengan berbagai kasus.



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konsep Model dan Teori Callista Roy? 2. Bagaimana Aplikasi Model teori Callista Roy? C. Tujuan A. Tujuan Umum : Mampu Memahami Konsep Model Dan Teori Callista Roy B. Tujuan Khusus :  Mengetahui Profil Atau Riwayat Hidup Callista Roy  Memahami Konsep Teori Callista Roy  Memahami Paradigma Keperawatan  Mengetahui Kelemahan Teori  Mampu Memahami Aplikasi Model Adaptasi Roy Dengan Pendekatan Proses Keperawatan



2



BAB II PEMBAHASAN A. Profil Callista Roy Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan ph.D tahun 1977 di universitas California. Pada saat bekerja ditingkat magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Roy bekerja sebagai staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Konsep pokok dan model ini dikembangkan saat Roy lulus dari universitas di California Los Angeles dari tahun 1964 sampai tahun 1966. Roy mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Marys College menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol dari kurikulum keperawatan. Roy menyesuaikan model pertama yang di hadirkan dari literatur dalam artikel yang diterbitkan in nursing outlook pada tahun 1970. Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di Mount Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai Robert wood Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San Fransisco sebagai sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari perawat model pada klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun lulusan teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.



3



Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan uraian yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan di buku The Roy Adaptoin Model merupakan ungkapan yang pasti. Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing Standars. Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari Humane Letters oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa wanita itu ? kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American Academy of Nurshing.



B. Konsep Teori 1. Pengertian Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang bertujuan membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat sakit (Marriner-Tomery, 1994). Teori adaptasi Callista Roy memandang klien sebagai suatu system adaptasi. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi. 2. Konsep Mayor Kerangka Konseptual Model Adaptasi Roy Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah: 1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik. 2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri. 4



3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan. 4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku. 5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal. 6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi. 7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin. 8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar. 9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri. 10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi. 11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin. 12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi. 13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.



5



14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar. 3. Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy 1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terusmenerus berinteraksi dengan lingkungan. 2. Manusia



menggunakan



mekanisme



pertahanan



untuk



mengatasi



perubahan- perubahan biopsikososial. 3. Setiap



orang



memahami



bagaimana



individu



mempunyai



batas



kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif. 4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif. 5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia. 4. Komponen System dalam Model Adaptasi Roy System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System dalam model adaptasi Roy sebagai berikut ( Roy, 1991 ) : 



Input



Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual. 1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi . 6



2. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial. 3. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. 



Kontrol



Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem. 1. Subsistem



regulator.



Subsistem



regulator



mempunyai



komponen-



komponen : input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem. 2. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau



7



analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang. 



Output



Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya: 1. fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin. 2. konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. 3. fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain 4) 4. interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi. Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis,



8



konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut: 1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar 2. Pengembangan konsep diri positif 3. Penampilan peran social 4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi.



C. Paradigma Keperawatan Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi. 1. Manusia Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : a. Fungsi Fisiologi.



9



b. Konsep Diri. c. Fungsi Peran. d. Interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu system, manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha - usaha yang biasanya dilakukan. Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. a. Model Fungsi Fisiologi. Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, Yaitu :  Model fungsi fisiologis Tingkat Dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan.  Model Fungsi fisiologis dengan Proses yang Kompleks terdiri dari 4 bagian.



10



Model Fungsi Fisiologis dengan Tingkat dasar, diantaranya :  1. Oksigenasi: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991). 2. Nutrisi: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991). 3. Eliminasi: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991). 4. Aktivitas dan Istirahat: Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho, 1984 dalam Roy, 1991). 5. Proteksi / Perlindungan: Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991). Sedangkan Model Fungsi Fisiologis dengan Proses Kompleks, diantaranya : 1. The Sense / Perasaan: Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.(Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991). 2. Cairan dan Elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991). 3. Fungsi Syaraf / Neurologis: Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan 11



tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991). 4. Fungsi Endokrin: Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991). b. Model Konsep Diri. Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. 1. The Physical Self: Yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas. 2. The Personal Self : Yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini. c. Mode fungsi peran. Model fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya. d. Mode Interdependensi. Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta / kasih



12



sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima. Output



dari



manusia



sebagai



suatu



sistem



adaptif



adalah



respon



inefektif.  Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon - respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem. Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan. 2. Konsep sehat; Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping



13



yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya



menggambarkan



manusia



sebagai



sistem



adaptif.



Adaptasi



dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses, yaitu : 1. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor - faktor konstektual dan residual. Bagian - bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. 2. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan - tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon - respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat - tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.



14



Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain. 3. Konsep lingkungan; Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar. 4. Keperawatan; Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai



ilmu,



keperawatan



mengobservasi,



mengklasifikasikan



dan



menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang - orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang 15



berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi. Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : 1. Fungsi fisiologis. 2. Konsep diri. 3. Fungsi peran. 4. Interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.



16



Proses Keperawatan. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. a. Pengkajian. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”. Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. 1. Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data - data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. 2. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Tahap I : Pengkajian Perilaku. Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan.



17



Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive. b. Tahap II: Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh. Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual. 1. Identifikasi stimuli focal: Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu : Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview. 2. Identifikasi stimuli kontekstual: Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah a. Genetic. b. Sex. c. Tahap perkembangan. d. Obat. e. Alkohol. f. Tembakau.



18



g. Konsep diri. h. Peran fungsi. i. Interdependensi. j. Pola interaksi sosial. k. Koping mekanisme. l. Stress emosi dan fisik religi, m. Lingkungan fisik. 3. Identifikasi stimuli residual: Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang. b. Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan : 1. Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.   2. Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.



19



3. Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”. c. Penentuan Tujuan. Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. 1. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. 2. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual. d.Intervensi. Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat. Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. 1. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). 2. Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.



20



Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.    e. Evaluasi (Penilaian). Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Jadi, kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal maupun eksternal. Seluruh Individu harus beradaptasi terhadap : 1. Pemenuhan kebutuhan fisiologi dasar. 2. Perkembangan konsep diri positif. 3. Penampilan peran sosial. 4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan. Dari keempat kebutuhan itu, perawat harus menentukan apakah kebutuhan diatas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien atau tidak dan mengkaji bagimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Jadi, kebutuhan asuhan keperawatan muncul bertujuan untuk membantu klien beradaptasi.



D. Kelemahan Teori  Kekurangan dan perbaikan model adaptasi roy



21



Masukan dan perbaikan untuk Model Adaptasi Roy adalah untuk lebih menjabarkan hubungan antara mekanisme koping: kognator dalam meningkatkan adaptasi serta hubungannya dengan 4 adaptasi mode. Selain itu perlu penjabaran lebih lanjut tentang hubungan adaptasi dengan kesehatan. Di praktek klinis, perlu dikaji lebih lanjut bagaimana perawat dapat membantu individu ke arah yang positif dengan menggunakan Model adaptasi Roy misal: ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien-pasien dengan pemulihan kognitif / pasien dengan trauma / cedera kepala. Selain itu Model Adaptasi Roy merupakan model keperawatan yang komplex dengan konsep dan mempunyai hubungan antar konsep-konsep. Sehingga perlu diklarifikasi kembali tentang: 



Overlaping yang terjadi pada psikososial adaptif mode yaitu pada konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Konsep diri terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah fungsi peran. Bagaimana perawat dapat membedakan antara konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan?







Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penilaian tersebut, salah satunya adalah sistem nilai yang dianut perawat







Kata adaptasi tidak secara umum menyampaikan pengertian tentang pertumbuhan.







Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku caring perawat ketika melakukan asuhan keperawatan. Pada prinsipnya pemecahan masalah pasien sangat penting dalam keperawatan, tetapi prilaku caring juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak mempunyai prilaku caring akan menjadi stressor baru bagi pasiennya.



22



E. Aplikasi Model Teori Adaptasi Roy Kasus Ny. H usia 47 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dan luka pada jari kaki 1 dan 2 kaki kanan sejak 1 bulan yang lalu dengan dasar luka berwarna kehitaman. Selama di rumah Ny H mengobati lukanya menggunakan kompres betadin dan herbal. Ia mengatakan tidak tahu perawatan luka dengan benar.  Setelah dilakukan pemeriksaan Ny H didiagnosa dengan DM tipe 2 dan direncanakan operasi amputasi digiti  1 dan 2. Direncanakan Setelah tiga hari perawatan  akan diberikan obat suntik insulin di rumah yang akan diberikan sendiri dengan pendidikan kesehatan sebelum pulang dan pengawasan ketika kontrol. Namun Ny H khawatir tidak bisa melakukannya. Berpikir Kritis dalam Praktik Keperawatan berdasarkan  Model Adaptasi Roy Proses keperawatan merupakan pendekatan pemecahan masalah yang berorientasi pada tujuan untuk memandu pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kompeten kepada seseorang atau kelompok orang. Roy mengungkapkan bahwa proses keperawatan "berhubungan langsung dengan pandangan orang tersebut sebagai sistem adaptif". Roy telah mengkonseptualisasikan proses keperawatan yang terdiri dari enam langkah simultan, berkelanjutan, dan dinamis berikut: 1. Pengkajian perilaku 2. Pengkajian stimulus 3. Diagnosis keperawatan 4. Penentuan tujuan 5. Intervensi 6. Evaluasi



23



Proses Keperawatan berdasarkan Adaptasi Model Roy



Langkah-langkah



Analisa



Pengkajian perilaku Perawat mengkaji apakah perilaku pasien termasuk dalam perilaku  adaptif atau mal-adaptif (Phillips, 2010). Pada pengkajian perilaku kepada Ny H, perawat semestinya menggunakan keterampilan observasional, intuisi, pengukuran, dan keterampilan wawancara untuk mengumpulkan data. Dan perawat melibatkan Ny H. dalam pengkajian untuk memverifikasi persepsi perawatan diri. Di kasus ini, dia menyatakan bahwa jari kakinya terasa nyeri di rumah dan mengobati lukanya menggunakan kompres betadin dan herbal. Hal ini sangat beresiko bagi lukanya yang akan bertambah infeksi jika tidak tahu cara perawatan dan bagaimana mengontrol kadar gula darah.



Pengkajian stimulus Pada pengkajian stimulus, perawat menganalisis perilaku subjektif dan objektif serta melihat lebih  dalam kemungkinan penyebab dari perilaku. Stimulus muncul dari lingkungan internal dan eksternal yang dapat diklasifikasikan menjadi fokal, kontekstual, dan residual. 1. Stimulus fokal: Mengkaji penyebab munculnya keluhan utama. 2. Stimulus kontekstual: Mengkaji faktor pendukung yang menyebabkan penyebab munculnya keluhan 3. Stimulus residual: Mengkaji faktor lain yang dapat memperberat keluhan seperti lingkungan, riwayat kesehatan, usia, jenis kelamin,dan penggunaan obat-obatan. Stimulus fokal pada kasus Ny H adalah proses



24



penyakit. Stimulus kontekstual meliputi trauma jaringan akibat luka dan setelah operasi amputasi. Ny H menunjukan kekhawatirannya sebagai stimulus residul jika ia tidak dapat menyuntikan insulin sendiri. Infeksi luka merupakan masalah potensial. Stimulus fokal adalah kebutuhan untuk perawatan luka dan pemberian insulin. Rangsangan kontekstual meliputi integritas kulit yang berubah terkait dengan insisi bedah. Diagnosa keperawatan



Dari pengkajian perilaku dan pengkajian stimulus, diagnosis keperawatanyang didapat diantaranya: a. Kerusakan integritas jaringan b. Resiko infeksi c. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah



Tujuan keperawatan Selanjutnya, perawat dan Ny H. menetapkan tujuan agar dapat berperilaku adaptif. Penetapan tujuan untuk Ny H. dalam kerangka kerja ini melibatkan pernyataan hasil perilaku terukur dari asuhan keperawatan yang akan mempromosikan adaptasi yang terkait dengan citra tubuh dalam mode adaptif dan konsep diri. Intervensi Keperawatan



Perawat bekerja sama dengan Ny H memilih intervensi berdasarkan praktik terbaik untuk beradaptasi denga kondisinya. Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan 1. Perawatan luka 2. Perlindungan infeksi 3. Manajemen nutrisi 4. Pengecekan kulit 5. Manajemen pengobatan Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah keperawatan Resiko infeksi:



25



1. Perawatan luka amputasi 2. Kontrol infeksi 3. Manajemen pengobatan 4. Manajemen nutrisi 5. Manajemen lingkungan 6. Pengajaran : proses penyakit 7. Monitor tanda-tanda vital Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah keperawatan Resiko ketidak stabilan glukosa darah: 1. Pengajaran proses penyakit, diet. 2. Peningkatan efikasi diri 3. Manajemen pengobatan 4. Pendidikan kesehatan 5. Peningkatan keterlibatan keluarga 6. Modifikasi perilaku Evaluasi



Evaluasi berfokus pada menilai efektivitas intervensi keperawatan  sehubungan dengan perilaku Ny H. Selain itu, jika ada masalah keperawatan lainnya yang ditemukan selama penilaian, perawat menangani masalah tersebut secara bersamaan dengan menggunakan proses yang dijelaskan dan memasukkan praktik terbaik untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Pada kasus ini Ny H harus mampu melakukan perawatan diri, pengontrolan gula darah. Dia dapat menyatakan pentingnya melakukan pencegahan infeksi dan mengontrol kestabilan gula darah. Dia melakukan demonstrasi kembali perawatan diri sebelum keluar, dan dia mampu mematuhi prinsip aseptic secara memadai selama prosedur berlangsung.



BAB 4



26



PENUTUP



A. Kesimpulan Model adaptasi Roy mengambarkan manusia sebagai sistem adaptif yang akan membarikan respon terhadap kejadian-kejadian atau perubahan yang terjadi pada lingkungan baik internal maupun eksternal. Asuhan keperawatan diarahkan pada penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Model Roy mengemukakan secara umum bahwa tujuan dari intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku adaptif serta mengubah perilaku inefektif menjadi perilaku adaptif. Model adaptasi Roy memungkinkan proses keperawatan dilakukan secara komprehensif sehingga dapat diterapkan dalam berbagai kasus. Pendekatan yang digunakan pada teori adaptasi Roy ini membuat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada individu, yang dimulai dari adanya stimulus, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) serta efektor sebagai upaya individu mengatasi stimulus dan terakhir timbulnya respon perilaku individu terhadap stimulus yang dihadapinya. B. Saran Praktik keperawatan profesional hendaknya dapat diaplikasikan oleh semua profesional keperawatan salah satunya dengan menerapkan  model adaptasi Roy dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan model ini asuhan yang diberikan dapat meningkatkan respon adaptif pasien, baik dalam kondisi sehat dan sakit. Selain itu, perawat juga bisa menggunakan atau mengkombinasikan model teori lain yang bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pasien.



DAFTAR PUSTAKA



27



Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987. Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large. 1991. Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby Phillips, K. . (2010). Roy Adaptation Model: Sister Callista Roy. Nursing Theorists and Their Work, 129–140.



28