Makalah Laporan Presus I Fisioterapi PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LAPORAN PRESENTASI KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SIDOARJO



Disusun oleh : Tantia Dewi Harianto P27226020329



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA 2020



MAKALAH LAPORAN PRESENTASI KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SIDOARJO



Disusun oleh : Tantia Dewi Harianto P27226020329



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA 2020 i



DAFTAR ISI Halaman Judul Luar ......................................................................................... Halaman Judul Dalam ...................................................................................... Daftar Isi........................................................................................................... Daftar Gambar .................................................................................................. Lembar Pengesahan ......................................................................................... Prakata Praktik .................................................................................................



i ii iii iv v



BAB I



PENDAHULUAN ........................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan ......................................................................................



1 1 3 3



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. A. Anatomi Fungsional ................................................................. B. Frozen Shoulder ....................................................................... C. Rehabilitasi Frozen Shoulder ...................................................



2 2 6 11



BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI........................................ I. Keterangan Umum Penderita ................................................. II. Segi Fisioterapi ...................................................................... III. Pemeriksaan Fisioterapi .........................................................



14 14 15 16



Daftar Pustaka ..................................................................................................



28



ii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Tulang Shoulder Joint ................................................... Gambar 2.2 Ligamen Shoulder Joint ............................................................... Gambar 2.3 Otot Pembungkus Shoulder Joint.................................................



iii



4 5 6



iv



PRAKATA PRAKTIK Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “penatalaksanaan fisioterapi pada pasien frozen shoulder sinistra” di RSUD Sidoarjo guna memenuhi tugas praktik klinik yang dilakukan di RSUD Sidoarjo. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik yang membangun guna keberhasilan penulis yang akan datang. Penulis menyadari bahwa tanpa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesai makalah ini, semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin.



Sidoarjo, November 2020



Penulis



v



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggota gerak atas memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam semua aktifitas. Tangan dan lengan sebagai peran utama, sehingga bila ada gangguan tentu akan mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia. Kegiatan dasar berupa gerak adalah kebutuhan dan tuntukan manusia terutama dalam era globalisasi seperti sekarang. Seluruh aktifitas yang dilakukan sehari-hari banyak bergantung terutama pada fungsi anggota gerak atas. Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali penyebabnya. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk jaringan parut (Cluett, 2007). Frozen shoulder menyerang 2% dari polulasi antara usia 40-60 tahun, dan perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih banyak. Prevalensi dari kasus frozen shoulder diperkirakan 2-5% dari populasi general dan resiko meningkat pada bahu yang tidak dominan. Studi mengatakan 40% pasien mengalami nyeri sedang selama kurang lebih 2-3 tahun dan 15% dari kasus tersebut memiliki disabilitas jangka panjang. (C, Hand et all, 2008). Frozen Shoulder bersifat idiopatik atau penyebabnya tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal, selain dugaan adanya repon auto immobilisasi ada juga 1



2



faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang, diabetes melitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara dan infark miokardia (Cluett,2007). Faktor yang menyebabkan terjadinya frozen shoulder adalah capsulitis adhesiva dimana keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi serta tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu yang timbul secara pelan-pelan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan gerak. Untuk mengurangi dan membantu penanganan masalah tersebut dibutuhkan peran fisioterapi sebagai tenaga medis. Berdasarkan PERMENKES RI No. 80 Tahun 2013 definisi fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan pada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan atau fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, electroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Modalitas fisioterapi pada kasus frozen shoulder sinistra berupa Short Wave Diathermy (SWD) yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, exercise therapy berupa passive exercise, active exercise, isometric exercise, hold relax, pendulum exercise serta mobilisasi scapula yang dapat mengurangi perlengketan jaringan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dan dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot. Pada kasus Frozen Shoulder sinistra tindakan fisioterapi harus diberikan sedini



3



mungkin untuk mencegah bertambahnya kekakuan yang terjadi pada sendi bahu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah ini yaitu bagaimana penatalaksanaan fisioterapi yang diterapkan pada pasien frozen shoulder sinistra? C. Tujuan Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi yang diterapkan pada pasien frozen shoulder sinistra



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Fungsional Secara anatomi, sendi glenohumeral dibentuk oleh fossa glenoidalis, scapulae dan caput humeri. Fossa glenoidalis scapulae berperan sebagai mangkuk sendi glenohumeral yang terletak di anterosuperior angulus scapulae yaitu pertengahan antara acromion dan processus cocacoideus (Porterfield & De rosa, 2004). Sedangkan caput humeri berperan sebagai kepala sendi yang berbentuk bola dengan diameter 3 cm dan menghadap ke superior, medial, dan posterior. Berdasarkan bentuk permukaan tulang pembentuknya, sendi glenohumeral termasuk dalam tipe ball and socket joint.



Gambar 2.1 Anatomi Tulang Shoulder Joint (sumber: Lee, 2016) Sudut bulatan caput humeri 180°, sedangkan sudut cekungan fossa glenoidalis scapulae hanya 160°, sehingga 2/3 permukaan caput humeri tidak dilingkupi oleh fossa glenoidalis scapulae. Hal ini mengakibatkan sendi glenohumeral tidak stabil. Oleh karena itu, stabilitasnya dipertahankan oleh



4



5



stabilisator yang berupa ligamen, otot, dan kapsul (Porterfield & De rosa, 2004). Ligamen pada sendi glenohumeral antara lain ligament coracohumeral dan ligament glenohumeral. Ligament coracohumeral terbagi menjadi 2, berjalan dari processus coracoideus samapai tuberculum mayor humeri dan tuberculum minor humeri. Sedangkan ligament glenohumeral terbagi menjadi 3 yaitu : (1) superior band yang berjalan dari tepi atas fossa glenoidalis scapulae sampai caput humeri, (2) middle band yang berjalan dari tepi atas fossa glenoidalis scapulae sampai ke depan humeri, (3) inferior band yang berjalan menyilang dari tepi depan fossa glenoidalis scapulae sampai bawah caput humeri (Porterfield & De rosa, 2004).



Gambar 2.2 Ligamen Shoulder Joint (sumber: Lippert, 2011) Kapsul sendi merupakan pembungkus sendi yang berasal dari fossa glenoidalis scapulae sampai collum anatomicum humeri. Kapsul sendi dibagi menjadi dua lapisan yaitu : kapsul synovial dan kapsul fibrosa (Neumann, 2002).



6



1. Kapsul Synovial (Lapisan Dalam) Kapsul synovial mempunyai jaringan fibrocolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan synovial dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi (Suharto, 1999). Cairan synovial normalnya bening, tidak berwarna, dan jumlahnya ada pada tiap-tiap sendi antar 1 sampai 3 ml (Price & Wilson, 1994). 2. Kapsul Fibrosa (Lapisan Luar) Kapsul fibrosa berupa jaringan fibrous keras yang memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabilitas sendi regenerasi kapsul sendi (Neumann, 2002). Otot – otot pembungkus sendi glenohumeral terdiri dari m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor dan m.subscapularis (Snell, 2000).



Gambar 2.3 Otot pembungkus shoulder joint (sumber: Lee, 2016) a. m. Supraspinatus m. supraspinatus berorigo di fossa supraspinatus scapulae, berinsertio di bagian atas tuberculum mayor humeri dan capsula



7



articulation humeri dan disarafi oleh n. suprascapularis. Fungsi otot ini adalah membantu m.deltoideus melakukan abduksi bahu dengan memfiksasi caput humeri pada fossa glenoidalis scapulae. b. m. Infraspinatus m. infraspinatus berorigo di fossa infraspinata scapulae, berinsertio di bagian tengah tuberculum mayor humeri dan capsula articulation humeri dan disarafi oleh n. suprascapularis. Fungsi otot ini adalah melakukan eksorotasi bahu dan menstabilkan articulation. c. m. Teres Minor m. Teres minor berorigo di 2/3 bawah pinggir lateral scapulae berinsertio di bagian bawah tuberculum mayor humeri dan capsula articulation humeri dan disarafi oleh cabang n. axillaris. Otot ini berfungsi



melakukan



eksorotasi



bahu



dan



menstabilakan



articulation humeri. d. m. Subscapularis m. subscapularis berorigo di fossa subscapularis pada permukaan anterior scapula dan berinsersio di tuberculum minor humeri yang disarafi oleh n. subscapularis superior dan inferior serta cabang fasciculus posterior plexus brachialis. Fungsi otot ini adalah melakukan endorotasi bahu dan membantu menstabilkan sendi.



8



Sendi glenohumeral memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (1) perbandingan antara mangkok sendi dan kepala sendi tidak sebanding, (2) kapsul sendinya relatif lemah, (3) otot-otot pembungkus sendi relatif lemah, (4) gerakanya paling luas, (5) stabilitas sendi relatif kurang stabil (Suharto, 1999). Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi glenohumeral antara lain fleksi, ekstensi, abduksi, eksorotasi, endorotasi, dan sirkumduksi (Snell, 2000). B. Frozen Shoulder 1. Definisi Frozen shoulder adalah kekauan pada sendi glenohumeral yang dihasilkan dari jaringan non-kontraktil kecuali jika berdampingan dengan lesi pada jaringan non-kontraktil. Gerakan aktif atau pasif dapat menimbulkan nyeri dan mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi. Pada gerakan pasif mobilisasi terbatas pada pola kapsuler yaitu eksrotasi lebih terbatas dari abduksi lebih terbatas endorotasi (C, Hand et all.:2008). Penyebab dari kasus frozen shoulder belum diketahui dan penyebab pasti. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang membungkus sendi bahu menjadi memendek dan mengerut dan terbentuk jaringan parut. Kondisi ini dikenal sebagai adhesive capsulitis yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi bahu sehingga lama-kelamaan bahu menjadi sulit untuk digerakkan (C, Hand et all.:2008).



9



2. Etiologi a. Usia Dan Jenis Kelamin Frozen shoulder paling sering terjadi pada orang berusia 40-60 tahun dan biasanya wanita lebih banyak terkena dari pada pria. b. gangguan Endokrin Penderita diabetes mellitus beresiko tinggi terkena, gangguan endokrin yang lain misalnya masalah thyroid dapat pula mencetuskan kondisi ini (Donatelli, 2004). c. Trauma Sendi Pasien yang memiliki riwayat pernah mengalami cedera pada sendi bahu atau menjalani operasi bahu (seperti tendinitis bicipitalis, inflamasi rotator cuff, fraktur) dan disertai imobilisasi sendi bahu dalam waktu yang lama akan beresiko tinggi mengalami frozen shoulder (Donatelli, 2004) d. Kondisi Sistemik Beberapa kondisi sistemik seperti penyakit jantung dan Parkinson dapat meningkatkan resiko terjadinya frozen shoulder (Donatelli, 2004). e. Aktivitas Beberapa kegiatan umum termasuk latihan beban, olahraga aerobik, menari, golf, renang, permainan raket seperti tenis dan badminton, dan olahraga melempar, bahkan panjat tebing telah diminati banyak orang. Orang lainnya ada juga yang meluangkan



10



waktu untuk belajar dan bermain alat musik. Semua kegiatan ini dapat menuntut kerja yang luar biasa pada otot dan jaringan ikat pada sendi bahu. Demikian pula, diperlukan berbagai lingkup gerak sendi dan penggunaan otot tubuh bagian atas dan bahu yang sangat spesifik dan tepat untuk setiap kegiatan. Akibat dari peningkatan jumlah individu dari segala usia terlibat dalam berbagai kegiatan tersebut, gangguan sendi bahu seperti frozen shoulder sekarang muncul dengan frekuensi yang lebih besar (Porterfield & De rosa, 2004). 3. Patologi Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial, menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan synovial sendi glenohumeral dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menyempit. Frozen shoulder atau sering juga disebut capsulitis adhesive umumnya akan melewati proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu, Fase nyeri (Painful): Berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien mengalami nyeri spontan yang seringkali parah dan mengganggu tidur. Pasien takut menggerakkan bahunya sehingga menambah kekakuan. Pada akhir fase ini, volume kapsul glenohumeral secara signifikan berkurang. Fase kaku (Freezing): Berlangsung antara 4-12 bulan. Fase ini ditandai dengan hyperplasia sinovial disertai proliferasi fibroblastik



11



pada kapsul sendi glenohumeralis. Rasa sakit seringkali diikuti dengan fase kaku. Fase beku (frozen): Berlangsung antara 9-15 bulan. Di fase ini patofisiologi sinovial mulai mereda/membaik tetapi adesi terjadi dalam kapsul diikuti penurunan volume intra-articular dan kapsul sendi. Pasien mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti dengan abduksi dan rotasi internal. Fase mencair (Thawing Phase): Fase ini berlangsung antara 1524 bulan. Fase akhir ini digambarkan sebagai mencair ditandai dengan kembalinya ROM secara berangsur-angsur (Hannafin & Chiaia, 2000). 4. Tanda dan Gejala Frozen shoulder ditandai dengan adanya keterbatasan LGS sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun gerakan pasif. Nyeri dirasakan pada daerah m. Deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai menggangu tidur. Sifat keterbatasan meliputi pola kapsuler yaitu keterbataan gerak sendi yang spesifik mengikuti struktur kapsul sendi. Sendi bahu mengikuti keterbatasan yang paling terbatas yaitu eksoritasi, abduksi dan endorotasi (Kuntono, 2004). Tanda dan gejala frozen shoulder adalah nyeri terutama ketika meraih ke belakang dan elevasi bahu dan rasa tidak nyaman biasanya dirasakan pada daerah anterolateral bahu dan lengan (Sheon et al., 1996).



12



Tanda dan gejala lainnya frozen shoulder biasanya tidak terlihat kecuali sedikit pengecilan otot dan mungkin juga terdapat rasa nyeri, tetapi gerakan selalu terbatas. Pada kasus yang berat bahu sangat kaku (Apley & Solomon, 1995). Pada kasus ini, nyeri yang terletak di anterolateral sendi dan menyebar ke bagian anterior lengan atas, kadang-kadang juga ke bagian fleksor lengan bawah. Rasa tidak nyaman memburuk pada malam hari dan biasanya mengganggu tidur. Tenderness terjadi di sekitar caput humeri dan sulcus bicipitalis. Gerakan pasif maupun aktif terbatas pada semua arah gerakan, nyeri muncul pada gerak ekstrim. Pada stadium akut, spasme otot terlihat pada semua otot di sekitar bahu (Turek, 1997). Dari gejala dan tanda tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gejala dan tanda yang khas dari frozen shoulder adalah nyeri, kekakuan, keterbatasan pada luas gerak sendi bahu. Kadang-kadang disertai dengan penurunan kekuatan otot sekitar bahu dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional karena tidak digunakan (Kenny, 2006). 5. Patofisiologi Pada frozen shoulder patofisiologinya terjadi kekakuan pada capsul sendinya. Dimana bila terjadi gangguan pada kapsul sendinya maka keterbatasan gerak yang terjadi adalah pola kapsuler. Pola kapsuler pada bahu adalah external rotasi lebih terbatas daripada abduksi lebih terbatas dari internal rotasi. Salah satu gerakan yang



13



terhambat adalah abduksi shoulder dimana pada gerakan abduksi tersebut terjadi gerakan atrhrokinematik berupa tranlasi ke kaudal. Pola non-kapsular keterbatasan LGS tidak hanya terjadi pada gerakan- gerakan tertentu pada sendi bahu. Besar kemungkinan keterbatasan sendi dalam pola non-kapsular digambarkan dengan aktualitas, dimana aktualitas merupakan derajat keluhan pada saat pemeriksaan dalam keadaan nyata yang menunjukkan aktivitas dari proses patologis terjadi. Pada kasus frozen shoulder kapsul artikularis glenohumeral mengalami perubahan : mengalami synovitis atau peradangan maupun degenerasi pada cairan synovium pada sekitar kapsul sendi dan mengakibatkan reaksi fibrosus, kontraktur ligamen coracohumeral, penebalan ligamen superior glenohumeral, penebalan ligamen superior glenohumeral, penebalan ligamen inferior glenohumeral, peningkatakn pada ressesus axilaris, dan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur sehingga yang khas pada kasus frozen shoulder adalah pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut dikarenakan rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran sinovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi glenohumeral.



14



BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI BLANKO STUDI KASUS Kompetensi



: Muskuloskeletal



Nama Mahasiswa



: Tantia Dewi Harianto



NIM



: P27226020329



Tempat Praktik



:RSUD Kabupaten Sidoarjo



Pembimbing



: Winar Hartini, Ftr



Tanggal Pembuatan SK



: 11 november 2020



I. Nama



: Tn. M



Umur



: 50 tahun



Jenis Kelamin



: Laki - laki



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Pegawai rs



Alamat



: Wonoayu



No. CM



: 1155060



IDENTITAS PENDERITA



15



II. SEGI FISIOTERAPI 1. Deskripsi Pasien dan Keluhan Utama Keluhan utama: Kaku bahu kiri dan sakit ketika digerakkan Riwayat penyakit sekarang: Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan kekakuan pada bahu kiri dan sakit Ketika digerakkan. Tanggal 03-11-2020 pasien berobat ke dokter saraf dan ditujuk ke rehab medik tanggal 10-11-2020 dan didiagnosis adhesive capsulitis os shoulder sinistra. Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi (–) DM (–) Trauma (+)



2. Data Medis Pasien tidak ada hasil rongthen



16



III. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI



1. Pemeriksaan Tanda Vital ( Umum) Tekanan darah



: 120/100 mmHg



denyut nadi



: 20x/ menit



pernapasan



: 21x/ menit



temperature



: 35,5o



tinggi badan



: 150 cm



berat badan



: 55 kg



17



2. Inspeksi / Observasi statis : shoulder sinistra lebig tinggi scapula sinistra lebih tinggi sedikit forwardhead



dinamis : nyeri shoulder sinistra ketika digerakkan



3. Palpasi spasme m. upper trapeziuz dan m. deltoideus



4. Joint Test Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik fisiologis)



Aktif



Normal



Sinistra



S



50o – 0o - 170o



30o – 0o - 130o



F



170o – 0o - 75o



110o – 0o - 75o



T



90o – 0o - 80o



70o – 0o - 40o



Pasif



Normal



Sinistra



Endfeel



S



50o – 0o - 170o



35o – 0o – 130o



Springy



F



170o – 0o - 75o



115o – 0o - 75o



Springy



T



90o – 0o - 80o



75o – 0o - 45o



Springy



Shoulder



Isometrik S



Mampu melawan tahanan minimum



F



Mampu melawan tahanan minimum



T



Mampu melawan tahanan minimum



18



5. Muscle Test dan Antopometri Shoulder



Gerakan



Dextra/sinistra



Fleksi



5/4



Ekstensi



5/4



Abduksi



5/4



Adduksi



5/4



Eksorotasi



5/4



Endorotasi



5/4



aply test (+) pain full arch (+)



6. Kemampuan Fungsional Shoulder pain disability index = 49%



19



B. ALGORITMA (CLINICAL REASONING) Pasca operasi Kondisi neurologis



Gangguan tyroid



Usia



DM



Degenerative disc cervical



Inflamasi dan degenerasi cairan sinovial



Penebalan dan perlengketan lig. Coracohumeral dan lig. glenohumeral



Kontraktur kapsul sendi



SWD exercise therapy a. PROM exc, Arom exc b. Isometrik exc c. Hold relax d. Pendulum exc e. Mobilisasi scapula f. Koreksi posture Home Exercise Programe



Gangguan pola kapsuler



Frozen shoulder



Nyeri



Spasm m. upper trapeziuz dan m. deltoideus



Penurunan LGS



Keterbatasan aktivitas fungsional • •



Mengangkat tangan Meraih benda tinggi



Participation restriction •



keterbatasan dalam bekerja



20



C. KODE DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN ICF



1. Body Functions b28016 pain in joint b28014 pain in upper limb b710 mobility of joint function



2. Activities and Participation d2302 completing the dialy routine d4305 putting down object



3. Environmental Factors e310 immediete family



4. Body Structures s7201 joint of shoulder region s7202 mucles of shoulder region



21



C.



DIAGNOSIS FISIOTERAPI



1. Impairment • • • •



pain shoulder sinistra spasm m. upper trapeziuz dan m. deltoid penurunan lgs shoulder sinistra postur Nampak forwardhead



2. Functional Limitation • •



kesulitan mengangkat tangan kesulitan mengambil benda tinggi



3. Disability / Participation restriction • keterbatasan dalam bekerja



22



D. PROGRAM FISIOTERAPI 1. Tujuan Jangka Pendek • • • •



mengurangi nyeri menurunkan spasm meningkatkan lingkup gerak sendi memperbaiki postur



2. Tujuan Jangka Panjang • •



meneruskan tujuan jangka pendek pasien dapat kembali bekerja



3. Teknologi Intervensi Fisioterapi • • •



SWD exercise tehrapy Home Exercise Programe



23



E. • • •



RENCANA EVALUASI



nyeri menggunakan NRS LGS menggunakan goniometer aktifitas fungsional menggunakan SPADI



F.



PROGNOSIS



pasien frozen shoulder apabila ditangani dengan cepat dengan mobilisasi dini, dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi



24



G. PELAKSANAAN TERAPI 1. SWD Tujuan : mengurangi spasme otot, meningkatkan ekstensibilitas jaringan kolage, vasodilatasi pembuluh darah a. b. c. d.



Posisikan pasien di bed senyaman mungkin Posisikan elektroda tegak lurus dengan area terapi, jarak 10 cm Frekuensi max 70 MHz, sampai pasien merasa hangat Arus terapi continue, dengan waktu 10 menit



2. Exercise therapy tujuan : meningkatkan lingkup gerak sendi a. PROM exc, Arom exc



b. Isometrik exc



c. Hold relax Posisikan pasien di bed senyaman mungkin Pasien diinstruksikan untuk mengkontraksikan otot yang akan dilatih Isometrik ditahan terapis dan hold 8 detik Dilakukan selama 30 detik ke semua Gerakan



d. Pendulum exc



25



e. Mobilisasi scapula



f. Koreksi posture



3. HEP a. Berjemur ketika pagi hari b. Kompres hangat +- 15 menit pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul c. Dianjurkan tetap menggunakan lengan dalam batas toleransi pasien untuk menghindari posisi immobilisasi yang lama, yang dapat memperburuk kondisi pasien d. Menghindari mengangkat benda berat e. Menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri f. Latihan sesuai apa yang diajarkan oleh terapis, 2x sehari 8repetisi 3set



26



H.



EVALUASI DAN TINDAK LANJUT



T0



T1



Pasien masih harus melakukan fisioterapi 3x/minggu



Pasien masih harus melakukan fisioterapi 3x/minggu



T2



T3



Pasien masih harus Pasien masih harus melakukan melakukan fisioterapi fisioterapi 3x/minggu 3x/minggu



27



I. HASIL TERAPI AKHIR Pasien bernama Tn. M dengan diagnosa frozen shoulder sinistra setelah diberikan intervensi fisioterapi SWD, exercise therapy dan HEP selama 3x didapatkan hasil adanya penurunan nyeri, spasme berkurang, LGS shoulder bertambah, dan peningkatan kemampuan fungsional.



…………………, …………………………



Mengetahui,



Pembimbing,



Praktikan,



__________________________ NIP.



Catatan Pembimbing:



NIM.



DAFTAR PUSTAKA Donatelli, R.A. 2012. Physical therapy of the shoulder. Elseveir. USA. fisio=_sendi. diakses 20 november 2020. Frontera,W.R., Silver, J.K., dan Rizzo, T.D. 2008. Essential of Pysical Medicine and Rehabilitation: Musculoskeletal Disorder, Pain, And Rehabilitation. Elsevier. Canada. Goyal, M., Bhattacharjee, S., dan Goyal, K. 2013. Combined Effect Of And Range Mobilization (ERM) And Mobilization With Movement (MWM) Techniques On Range Of Motion And Disability In Frozen Shoulder Patients. Journal of exercise science and physioterapi. Vol 9. NO: 2. Gulotta, L.V. dan Craig, E.V. 2015. Massive Rotator Cuf Tears. Spinger New York Heidelberg London. Maund, E.,Craig, S., Suekarman, S., Neilson, A.R., Wright, K., Brealey, S., Dennis, L., Goodchild, L., Handchard, N., Rangan, A., Richardson, G., Robertson, J., dan McDaid, C. 2012. Management of Frozen Shoulder. vol 16. No:11. Media New York. Neumann, D.A. 2010. Kinesiology of the Musculoskeletal System: Foundations for Rehabilitation. Elseveir, United States. Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang. Ikatan Fisioterapi Indonesia cabang semarang. Pranata, S., Nugroho, H., dan Sujianto, U. 2016. Pengaruh Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Terhadap Penyembuhan Luka. Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah. Vol 2. No: 1. Elseveir. Muni Roach, K.E., Budiman_mark, E., Songsiridej, N., dan Lertratanakul, Y. 1991. Development Of Shoulder Pain And Disability Index. Arthritis Care Res. Vol 4. Salim, J.S. 2014. Penambahan Teknik Manual Terapi Pada Latihan Pendular Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada Sendi Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder. Jurnal Fisioterapi. Vol 9. No: 2. Sharma, N., Chauhan, S.K., dan Kumar, A. 2016. Effect Of Yogic Asana On Adhesive Capsulitis (Frozen Shoulder) To Increasing The Internal Rotation. Vol 3. No: 5. Shaw, B.S., Shaw, I., dan Brown, G.A. 2015. Resistance Exercise Is Medicine Stremgth Training In Health Promotion And Rehabilitation. International Journal Of Therapy And Rehabilitation. Vol 22. No: 8



28