Makalah Larutan Dapar Agillia Janistira  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LARUTAN DAPAR



Oleh : Nama



: Agillia Janistira



Bp



: 1801159



Kelas



: IV B



Dosen Pengampu : Zikra Azizah M.Si



SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG 2020



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kesempatan serta kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikansyafa’atnya di dunia dan akhirat nanti. Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kimia Fisika 2 yang berjudul “Larutan Dapar’’ Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Kimia Fisika 2 saya, Zikra Azizah yang telah membimbing dan mengajarkan ilmu kepada kami. Demikian, semoga makalah ini  bermanfaat. Terima kasih.



Padang ,17 April 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI Halaman



KATA PENGANTAR………………………………………………………………...ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iii BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………....1 A.     Latar Belakang…………………………………………………………………...1 B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………..1 C.     Tujuan……………………………………………………………………………1 BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………….2 A.     Pengertian Larutan Dapar………………………………………………………..2 B.     Faktor Yang Memepengaruhi pH Larutan Dapar……….……………………….2 C.     Sistem Dapar…………………………………….………………………………..2 D.     Kapasitas Dapar……………….…………………………………………....…….8 E.      Dapar Dalam Sistem Biologis dan Farmasi……………………………………..10 F.



Larutan Dapar Isotonis………………………………………………………..…11



BAB III. PENUTUP……………………………………………………………….....18 A.     Kesimpulan…………………………………………………………...……..…..18 B.     Saran……………………………………………………………………………..18



 DAFTAR PUSTAKA………………………………….………………………….....19



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang



Larutan Dapar atau larutan Penyangga atau disebut juga larutan Buffer merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum, larutan dapar mengandung pasangan asam-basa konjugat atau terdiri dari campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan asam lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa tersebut, larutan dapar dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa (ion OH-) apa saja yang dapat memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan dapar tidak mengubah pH-nya. Larutan penyangga atau dapar dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan dapar asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam (pH 7) Selain itu Larutan buffer juga mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar.



1.2    Rumusan Masalah A. Apa pengertian larutan Dapar? B. Apa saja faktor yang mempengaruhi pH larutan Dapar? C. Bagaimana Sistem larutan Dapar? D. Bagaimana Kapasitas larutan dapar? E. Apa saja peranan larutan Dapar dalam bidang farmasi dan biologi? F. Apa itu larutan dapar dapar isotonis?



1.3     Tujuan A. Mengetahi pengertian larutan Dapar B. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pH larutan Dapar C. Mengetahui Sistem larutan Dapar D. Mengetahui Kapasitas larutan dapar E. Mengetahui peranan larutan Dapar dalam bidang farmasi dan biologi F. Mengetahui larutan dapar isotonis



1



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar. Bila ke dalam air atau larutan natrium klorida ditambahkan sedikit asam atau basa kuat, pH larutan akan berubah. Sistem semacam  ini dikatakan tidak bereaksi dapar. Larutan Penyangga atau buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai PH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti PH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Kombinasi asam lemah dengan basa konjugasinya yaitu garamnya, atau basa lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar. 1. Penambahan garam-garam Penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. 2. Pengenceran Perubahan pH dapar dapat pula disebabkan oleh pengenceran. Pengenceran adalah perubahan Ph yang terjadi akibat larutan dapar hingga menjadi 0,5 kali kekuatan mula-mula. Jika dalam larutan dapar ditambahkan air dalam jumlah yang banyak tidak merubah Ph dan dapat juga menyebabkan penyimpangan positif dan negatif sekalipun kecil sekali, hal ini disebabkan kerena air dapat bersifat asam lemah maupun basa lemah. Nilai pengenceran yang positif menunjukkan bahwa nilai pH turun dengan adanya pengenceran dapar. 3. Temperatur Temperatur juga berpengaruh terhadap larutan-larutan dapar. Kolthoff dan Tekelenburg menyatakan istilah koefisien temperature pH yaitu perubahan pH akibat pengaruh temperatur. pH dapar asetat dijumpai meningkat dengan naiknya temperatur, sedang pH dapar asam borat-natrium borat turun. 3.



Sistem Dapar



2



Secara umum,  larutan Dapar digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:  



Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A–), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi : 



Larutan penyangga yang bersifat asam



Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya (yang merupakan basa konjugasi dari asamnya). Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat, asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida, kalsium hidroksida, dan lain-lain. 



Larutan penyangga yang bersifat basa



Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam (yang berasal dari asam kuat). Adapun cara lainnya yaitu: mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Adapun sifat-sifat larutan penyangga diketahui sebagai berikut : 1.Mempunyai pH tertentu pH pnyangga atau dapar dapat dicari dengan persamaan Henderson-Hasselbalch, yaitu: pH = pKa + log [garam]/[asam] pOH = pKb + log [garam]/[basa] pH buffer bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah dan perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya atau konsentrasi basa lemah dengan konsentrasi asam konjugasinya. Persamaannya: a. Reaksi ionisasi asam lemah: HA(aq) ↔ H+(aq) + A–(aq) Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Ka



3



Ka = [H+][A–] / [HA] b. Reaksi ionisasi basa lemah: LOH(aq) ↔ L+(aq) + OH–(aq) Tetapan ionisasinya dilambangkan dengan Kb Kb = [L+][OH–] / [LOH] 1. pHnya relatif tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa. 2. pHnya tidak berubah jika diencerkan. Telah disebutkan bahwa larutan penyangga yang mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H + maupun ion OH–. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga : Larutan penyangga asam Sebagai contoh cara kerjanya dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung CH3COOH dan CH3COO– yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut: –       Pada penambahan asam Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO– membentuk molekul CH3COOH. CH3COO–(aq)  + H+(aq)  → CH3COOH(aq) –       Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH– dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO– dan air. CH3COOH(aq) + OH–(aq)  → CH3COO–(aq)  +  H2O(l) Larutan penyangga basa : Sebagai contoh cara kerjanya, dapat dilihat pada larutan buffer yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Prosesnya sebagai berikut:



4



–       Pada penambahan asam Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H + dari asam akan mengikat ion OH –. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH– dapat dipertahankan. Disamping itu, penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukan ion OH–. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+. NH3 (aq)  +  H+(aq)  →  NH4+ (aq) –       Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH– dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air. NH4+ (aq) +  OH–(aq)  →  NH3 (aq)  +  H2O(l) Untuk menghitung pH larutan buffer digunakan cara sebagai berikut: 



Larutan penyangga asam



Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut: H+] = Ka x a/g      atau pH = p Ka – log a/g dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah a  = jumlah mol asam lemah g  = jumlah mol basa konjugasi 



Larutan penyangga basa



Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut: [OH–] = Kb x b/g      atau pH = p Kb – log b/g dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah b  = jumlah mol basa lemah g  = jumlah mol asam konjugasi contoh soal : 5



1. Jika Ke dalam larutan CH3COOH ditambahkan padatan CH3COONa , shg konsentrasi CH3COOH = 0,1 Molar dan konsentrasi CH 3COONa = 0,05 Molar. Jika Ka CH3COOH 1,8 X 10-5. Tentukan pH  campuran ? = 1,8 x 10-5



Jawab : Diketahui        : Ka                                                



 



Asam lemah    = 0,1



                          Garam         



 = 0,05



Ditanyakan       : pH campuran ? Penyelesaian     :  



( H+)   = Ka x (Asam lemah)



                                        



(Garam) = 1,8 x 10-5 x  0,1    



                                               



0,05 =  3,6 x 10-5



                                 



pH    



=  - log ( H+)



   



=  - log 3,6 x10-5



     



=   5 - log  3,6                                



Larutan Penysngga Basa Larutan penyangga basa terdiri atas basa lemah dan asam konjungssinya (garamnya). Contoh :



  



NH4OH dan NH4Cl NH4OH dan NH4NO3 NH3 DAN NH4+



Perumusan:  (OH-) = Kb . (B)                          (G) 6



Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H + dalam suatu larutan dengan rumus berikut: pOH = - log (OH-)                  = pKb + log (B)                                



(G)



1. Jika 50 ml NH4OH  0,1 Molar dicampur dgn 100ml ( NH4)2SO4 = 0,2 Molar. Jika Kb NH4OH = 10-5 . Tentukan pH campuran?           Jawab: Diketahui   :  mmol NH4OH = V X M = 0,5 ml x 0,1 = 5mmol    



mmol (NH4)2SO4 = VXM = 100ml x 0,2 = 20 mmol



Ditanyakan : pH campuran? Penyelesaian:  ( OH-)   = Kb x  (mmol basa lemah)                            2(mmol garam )               = 10-5 x 5___                                 2 x 20  



 =10-5 x 0,125



  



= 1,25 x 10-6



  pOH     = - log ( OH)   =  - log 1,25 x 10-6



              



 = 6 – log 1,25



 pH      = 14 – ( 6 – log 1,25 )             



 =  8+ log 1,2 7



4. Kapasitas Dapar Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Persamaan Van Slyke : Rumus : β = B



= 2,303 C



pH



Ka.[H3O+] { Ka + [H3O+] }2



Keterangan : β



= kapasitas dapar



B = perubahan konsentrasi asam atau basa pH = perubahan pH C



= konsentrasi molar larutan dapar



Ka = konstanta disosiasi larutan dapr



Kapasitas dapar dapat dihitung dengan persamaan Henderson-Hasselbach :



pH = pKa + log



[ garam ] [ asam ]



Keterangan: pKa = derajat kelarutan asam



CONTOH PERHITUNGAN Dapar Dalam 1 ml larutan mengandung Ranitidin HCl, pH stabilitas = 6,7-7,3 di dapar pada pH =7 ([H3O+] = 10 -7 ) Dapar pospat pH = 6 – 8,2 pKa 1 = 2,21 pKa2 = 7,21



pKa3 = 12,67 8



Dapar yang baik jika pH = pKa kurang lebih 1, maka dipilih H2PO4 dan HPO4 pKa2 = 7,21 (Ka = 6,3 . 10-8) Catatan : Kapasitas dapar yg umum digunakan 0,01 β=



2,303 C



Ka.[H3O+] { Ka + [H3O+] }2



0,01 = 2,303 C



6,3 .10-8 . 10-7 (6,3 .10-8+ 10-7)2



C = 0,018 M



pH = pKa + log [ garam ] [ asam ] 7 = 7,21 + log [ garam ] [ asam ] [garam] = 0,62 [asam]



[asam] + [garam] = 0,018 1,62 [asam] = 0,018



[asam] = 1,1 . 10-2 mol/L = 1,1 . 10-5 mol/ml ( BM asam KH2PO4 = 141,96 ) Massa asam = 1,1 . 10-5 X 141,96 = 1,5 mg



[garam] = 0,62 [asam] 6,89 . 10 -3 mol/L = 6,89 . 10 -6 mol/ml (BM Na2HPO4 anhidrat = 136,09) 9



[garam] = 6,89 . 10-6 X 136,09 = 0,98 mg Jadi dapar yang digunakan adalah KH2PO4 1,5 mg/ml dan Na2HPO4 0,98 mg/ml 3. Peran Dapar dalam Sistem Farmasi dan Biologi 



Larutan Penyangga dalam Farmasi



Dalam bidang farmasi bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu. Karena pada (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata.Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas obat tersebut. .Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibat kan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfe rkelebihan asam. 



Larutan Penyangga dalam Biologi



1.menjaga keseimbangan ph tanaman Digunakan untuk metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya dilakukan dalam wadah kaca dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik . Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga atau dapar agar pH dapat dijaga. 2.air ludah sebagai larutan dapar Air Ludah sebagai Larutan dapar Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.Menjaga keseimbangan pH tanaman



10



3.darah sebagai larutan dapar - Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4–dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. - Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45, yaitu dari ion HCO3–denganion Na+. Apabila pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami alkalosis, akibatnya terjadi hiperventilasi / bernapas berlebihan, mutah hebat. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung, ginjal ,hati dan pencernaan akan terganggu. - Menjaga pH cairan tubuh supaya ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yakni asam dihidrogen posphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen posphat (HPO42-) 4. Larutan Dapar Isotonis Larutan isotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi garam dan tekanan osmotic yang sama dengan sel darah merah. Larutan isotonis tidak akan menyebabkan jaringan membengkak atau berkontraksi bila terjadi kontak tidak menyebabkan rasa tidak enak bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah atau jaringan lainnya Contohnya larutan NaCl 0,9% Mengapa larutan perlu dibuat isotonis? Larutan hipertonis, dapat menyebabkan air yang ada didalam sel keluar melalui membran sel dan mengencerkan larutan garam yang ada di sekeliling sel sampai konsentrasi garam di dua sisi membran eritrosit sama. Keluarnya air dari dalam sel menyebabkan sel mengerut dan mengecil (crenated) Contohnya Larutan NaCl 2% Larutan hipotonis, akan menyebabkan terjadinya hemolisis karena larutan memasuki sel darah, akibatnya sel akan membengkak dan pecah serta membebaskan hemoglobinnya. Contoh: larutan NaCl 0,2% Pengukuran Tonisitas Dapat ditentukan dengan melihat pengaruh larutan jika disuspensikan dengan darah (metode hemolisis) Dan Metode untuk menentukan sifat koligatif larutan, berdasarkan kenaikan temperatur dari tekanan uap sampel dengan kelembaban tetap Perhitungan Tonisitas 



Metode krioskopik (Penurunan titik beku)







Metode ekuivalen Natrium Klorida







.Metode White-Vincent







Metode Sprowls



11



Hal-hal yang dibahas mengenai larutan-larutan isotonis dan cara-cara apabila larutan isotonis diberi dapar. 1.



Pengukuran Tonisitas. Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu metode berikut ini. Pertama, dalam metode hemolisis, pengaruh berbagai larutan obat diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan dengan darah. Berbagai efeknya itu telah dijelaskan di muka. Perhitungan Tonisitas dengan Harga L iso Karena penurunan titik beku larutan elektrolit lemah atau kuat lebih besar dari yang di hitung dengan persamaan sebagui berikut:



∆ T f =Lc Nilai L dapat diperoleh dari penurunan titik beku larutan senyawa senyawa dalam bentuk ionnya dan pada konsentrasi c yang isotonis dengan cairan tubuh. Nilai spesifik L disimbolkan dengan L iso . Nilai Liso untuk larutan NaCl 0,90% (0,154 M) dengan titik beku 0,52°C dan yang isotonis dengan cairan tubuh, adalah 3,4: Liso =



∆Tf c



Liso =



0,52 o =3,4 0,154



Daya tarik menarik antarion dalam larutan yang tidak terlalu pekat dikatakan sama 'dengan larutan elektrolit uni-univalen tanpa memperhatikan sifat-sifat kimianya dan mempunyai nilai Liso yang sama yaitu 3,4. Dari sifat-sifat yang bersamaan tersebut di atas dapat disusun sebuah tabel nilai L untuk tiap jenis elektrolit pada konsentrasi yang isotonis dengan cairan tubuh. Tabel Lno yang dimaksud adalah Tabel 10-3. Dapat diamati bahwa pada larutan-larutan encer nonelektrolit, L too kira-kira sama dengan Kf. Tabel 10-3 dapat digunakan untuk menentukan nilai A T, suatu larutan obat bila tipe ionnya diketahui. Nilai Liso dapat dibaca dari penggambaran iKf terhadap konsentrasi molar berbagai tipe elektrolit (Gambar 8-7, him 371). 12



Contoh soal. Berapakah penuai nan Utik beku dari 1% larutan natrium propionat? BM = 96. Karena natrium propionat adalah larutan elektrolit yang uni-univalen maka nilai Liso = 3,4, konsentrasi molar dari 1% larutan natrium propionat adalah 0,104. ∆Tf = 3,4 x 0,104=0,35° Meskipun 1 gram/100 ml natrium propionat bukanlah konsentrasi isotonis namun larutan itu masih dapat menggunakan harga Lhosebagai harga rata-rata yang sesuai dengan jangkauan konsentrasi larutan akhir. Pemilihan nilai L pada jangkauan konsentrasi ini tidak sensitif untuk perubahan konsentrasi yang kecil dan dalam perhitungan semacam ini ketepatan tidak dapat lebih besar dari 10%.



Tipe



Liso



Contoh



Nonelektrolit



1,9



Sukrosa, gliserin, urea, camphon



Elektrolit lemah



2,0



Asam borat, kakaina, fenobarbital



Elektrolit



2,0



Magnesium sulfat, seng sulfat



bibivalen Elektrolit uni-



3.4



Natrium klorida, kokaina hidroklorida,



univalen



natrium fenobarbital



Elektrolit



4,3



Natrium sulfat, atropina sulfat



univalent Elektrolit



4,8



Sang klorida, kalsium bromide



biunivalen Elektrolit



5,2



Natrium sitrat, natrium fosfat



unitrivalen Elektrolit



6.0



Aluminium klorida, basi (III) iodide



triumivalen Elektrolit



7,6



Natrium borat, potasium borat



tetraborat 13



TABEL 10-3. NilaiLisoRata-rata untuk Berbagai Tipe Ion.



TABEL 10 -4 



METODE PENGATURAN TONISITAS DAN pH Salah satu dari metode yang ada dapat digunakan untuk meng hitung jumlah



natrium klorida, dekstrosa atau zat-zat lain yangditambahkan ke larutan obat agar larutan obat tetap isotonis. Metode yang ada dibagi dalam dua golongan. Pada metode Golongan I ditambahkan natrium klor'da atau zat lain agar tercapai titik beku larutan sebesar —0,52° dan larutan obat menjadi iso¬tonis dengan cairan tubuh. Metode krioskopik dan metode ekuivalen natrium klorida termasuk dalam metode Golongan I ini. Pada metode Golongan II, 14



sejumlah air ditambahkan ke larutan obat agar larutan tersebut isotonis. Setelah mencapai volume akhir, dapat ditambahkan larutan pengencer isotonis atau larutan peng¬encer dapar isotonis. Metode White-Vincent dan metode Sprowls termasuk dalam metode golongan ini



1. Metode Golongan I a. Metode Krioskopik Penurunan titik beku sejumlah larutan obat ditentukan dengan eksperimen atau perhitungan teoritis jika diketahui BM dan Liso tipe ionnya contoh soal Berapa banyak NaCl yang diperlukan agar 100 ml larutan apomorfin HCl 1% isotonis dengan serum darah? Diketahui PTB apomorfin 0,08o , PTB 1% NaCl 0,58o Jawab : 0,52o -0,08o = 0,44o Untuk mendapatkan PTB 0,440 diperlukanNaCl sebanyak 1% 0,580 = ; X=0,76 % X 0,440 Jadi, natrium klorida 0,76% akan menurunkan titik beku sebesar 0,44° dan membuat larutan tersebut isotonis. Pembuatan larutan dilakukan dengan me¬larutkan 1,0 gram apomorfin HC1 dan 0,76 gram natrium klorida dengan air secukupnya hingga didapat volume akhir 100 ml. b. Metode Ekuivalen Natrium Klorida. Metode ekuivalen Natrium Klorida Ekuivalen natrium klorida (E) disebut juga ekuivalen tonisitas dari larutan obat adalah banyaknya natrium klorida yang akuivalen dengan 1 gram obat. Nilai ekuivalen beberapa obat sudah tercantum dalam tabel



15



Contoh Hitunglah nilai E untuk turunan amfetamin HC1 (BM = 187). Karena obat ini merupakan garam uni-univalen, obat ini mempunyai L iso = 3,4. Nilai E dapat dihitung dengan memakai persamaan E = 17 X



3,4 =0,31 187



Perhitungan untuk menentukan jumlah natrium klorida atau zat inert lain agar isotonis (dapat melalui membran ideal). Contoh Suatu larutan mengandung 1,0 gr efedrin sulfat dalam 100 ml. Berapa banyaknya natrium klorida yang harus ditambahkan agar tei bentuk larutan yang isotonis? Berapa banyak dekstrosa yang dibutuhkan untuk tujuan yang sama? Banyaknya obat dikalikan dengan E (ekuivalen natrium klorida) mengha silkan berat natrium klorida yang sama dengan jumlah obat tersebut pada te kanan osmotiknya. Efedrin sulfat = 1,0 gr. x 0,23 = 0,23 gr. Efedrin sulfat menghasilkan berat zat yang nilai osmotiknya sama dengan 0,23 gr natrium klorida. Karena di¬perlukan natrium klorida sebanyak 0,9 gr agar suatu larutan menjadi isotonis maka harus ditambahkan natrium klorida sebanyak (0,90 - 0,23) atau 0,67 gr. Bila seseorang ingin mengganti natrium klorida dengan desktrosa maka jumlah dekstrosa yang diperlukan dihitung dengan cara sebagai berikut. Karena ekuivalen natrium klorida dekstrosa sebesar 0,16, maka: 1 gr dekstrosa X = 0,16 gr NaCI 0,67 gr NaCI X = 4,2 gr dekstrosa 2. Metode Golongan II 16



a. Metode White-Vincent. Metode golongan II tentang penghi¬tungan tonisitas ini melibatkan penambahan air dalam larutan oba! agar diperoleh larutan yang isotonis, diikuti dengan penambahan larutan pengencer isotonis atau pengencer dapar isotonis sampain volume akhir. Digunakan Rumus: V = w x E x 111,1 Contoh soal 1. Misalnya saja seseorang ingin membuat 30 ml larutan kokain HC1 1% yang isotonis dengan cairan tubuh. Berapa pelarut yang ditambahkan jika diketahui E kokain HCl 0,16. Jawab: 0,3 gr X 0,16 = 0,048 gr



(kesetaraan dengan HCl)



2. telah diketahui bahwa bila 0,9 gr natrium klorida di¬larutkan dalam 100 ml air, akan terbentuk larutan yang isotonis. Volume larutan isotonis yang dapat dibuat dari 0,048 gr NaCl (ekuivalen dengan 0,3 gr kokain HC1) dapat dihitung dengan me¬nyelesaikan persamaan berikut: 0,9 gram 0,048 gram = 100 ml V V



= 0,048 X 100/0,9 =5,3 ml



3. Untuk mencapai volume yang diinginkan ditambah lagi cairan NaCl 0,9% sampai 30 ml Metode Sprowls Merupakan pengembangan metode White-Vincent V = w x E x 111,1



17



BAB III PENUTUP 3.1   Kesimpulan Larutan penyangga atau larutan dapar adalah larutan yang dapat mempertahankan pH.. Faktor-faktor yang mempengaruhi ph larutan dapar adalah Penambahan garam – garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion, Temperature juga berpengaruh tehadap larutan – larutan dapar. Kolthoff dan Tekelenburg menyatakan istilah koefisien temperature pH yaitu perubahan pH akibat pengaruh temperature. Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Dalam bidang farmasi bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan kadar larutan obat tetap berada dalam trayek pH tertentu. Karena pada (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Pada bidang biologi larutan dapar digunakan untuk, menjaga keseimbangan pH tanaman, air ludah, dan menjaga pH darah Larutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan membengkak atau berkontraksi bila mereka berkontak dan juga tidak menyebabkan rasa tidak enak bila diteteskan ke mata, saluran hidung, darah atau jaringan tubuh lainnya. Satu contoh sediaan farmasi semacam itu adalah larutan natrium klorida isotonis. Pertama, dalam metode hemolisis, pengaruh berbagai larutan obat diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan dengan darah. Metode kedua yang dipakai untuk mengukur tonisitas suatu larutan didasarkan pada metode untuk menentukan sifat koligatil larutan 3.2



Saran 18



Penulis mengharapkan saran dari pembaca yang bisa membangun demi kelancaran pembuatan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Achmad, H. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar : Kimia Larutan. Bandung: Citra Adhya Bhakti Anshory, irfan.2003. Acuan Pelajaran Kimia SMU.Jilid 3. Jakarta:Erlangga Departemen Pendidikan Nasional.2006. Standar Isi 2006, Mata Pelajaran Kimia SMA/MA.Jakarta:Pusat Kurikulum. Harnanto, Ali.2009.Kimia SMU 2.Jakarta:Pusat Perbukuan Depertemen Pendidikan Nasional Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H. 1980. General College Chemistry, 6th edition. Knoxville: Harper and Row Publisher, Inc. Purba, M. 1994. Kimia untuk SMA kelas XI: 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press



19