Makalah Literasi Ilmiah PISA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LITERSASI SAINS PISA



Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Inovasi Pensisikan Dosen : Ipin Aripin, M.Pd



Disusun oleh: Shintawati Sofiatin



Kelas/Semester : Biologi C/V



FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015



BAB I Pendahuluan



A. Latar Belakang Pembelajaran



sains



merupakan



pembelajaran



yang mampu



merangsang



kemampuan berfikir siswa meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses meliputi prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Produk meliputi berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Dan aplikasi meliputi penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran IPA keterlibatan keempat unsur ini, diharapkan dapat membentuk peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Pembelajaran sains yang selama ini terjadi di sekolah belum mengembangkan kecakapan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pengajaran sains merupakan proses aktif yang berlandaskan konsep konstruktivisme yang berarti bahwa sifat pengajaran sains adalah pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered instruction). Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti literasi sains/IPA (scientific literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian literasi sains ? 2. Apa saja dimensi literasi sains ? 3. Bagaimana perkembangan literasi sains dalam PISSA ? 4. Apa Karakteristik dan soal literasi sains ?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian literasi sains. 2. Untuk mengetahui dimensi literasi sains. 3. Untuk mengetahui perkembangan literasi sains dalam PISSA. 4. Untuk megetahui karakteristik dan soal literasi sains.



BAB II Pembahasan



A. Pengertian Literasi Sains PISSA Secara harfiah literasi berasal dari Literacy (dari bahasa inggris) yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari Science (dari bahasa inggris) yang berarti ilmu pengetahuan. Salah satu indikator keberhasilan siswa menguasai berpikir logis, berpikir kreatif, dan teknologi dapat dilihat dari penguasaan Literasi Sains siswa dari Program PISA. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusia. Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warganegara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains



sebagai



suatu



kompetensi



umum



bagi



kehidupan



merefleksikan



kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis. Definisi yang digunakan dalam PISA tidak termasuk bahwa orang-orang dewasa masa yang akan datang akan memerlukan cadangan pengetahuan ilmiah yang banyak. Yang penting adalah siswa dapat berpikir secara ilmiah tentang bukti yang akan mereka hadapi. (Anonim, 2010) Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata. Literasi sains (scientific literasi), dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi teknologi, dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan teknologi yang didasari kemampuan identifikasi, sadar akan efek hasil



teknologi, dan mampu bersikap serta mampu menggunakan alat secara aman, tepat, efesien dan efektif. Adapun literasi sains dan teknologi (literasi sains dan teknologi untuk semua orang yang diusulkan untuk pendidikan dasar di Indonesia), dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsepkonsep sains, mengenal teknologi yang ada beserta dampaknya di sekitar, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat produk teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai. B. PISSA PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000, 2003, dan 2006. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Studi PISA yang dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation & Development) dan Unesco Institute for Statistics itu mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society) dewasa ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. C. Dimensi Literasi Sains 1. Content Literasi Sains Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts) siswa perlu menangkap sejumlah konsep kunci/esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahanperubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hal ini merupakan ga gasan aspek



besar



pemersatu



lingkungan



fisik.



yang PISA



membantu mengajukan



menjelaskan



pertanyaan-pertanyaan



aspekyang



mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA), (Anonim, 2010). Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain yang tersedia. Kriteria pemilihan konten sains adalah sebagai berikut: 1) Relevan dengan situasi nyata, 2) merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang, 3) sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil dari bidang studi biologi, fisika, kimia serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa. Konten Sains dalam PISA 2006 Kategori Sistem Fisik



Cakupan Pengetahuan Struktur dan sifat materi (a.l. hantaran panas dan listrik) Perubahan fisik materi (a.l. perubahan wujud) Perubahan kimia materi (a.l. reaksi kimia) Gerak dan gaya (a.l. kecepatan dan gesekan) Energi dan transformasinya (a.l. perubahan bentuk energi dan kekekalan energi) Interaksi energi dan materi (a.l. gelombang cahaya, radio, dan suara)



Sistem Hidup



Sel (a.l. struktur dan fungsi, tumbuhan dan hewan) Tubuh manusia (a.l. kesehatan, nutrisi, sub-sub sistem tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan, sirkulasi, ekskresi, serta penyakit dan reproduksi) Populasi (a.l. spesi, evolusi, keanekaragaman hayati, variasi genetik)



Ekosistem (a.l. rantai makanan, aliran materi dan energi) Biosfer (a.l. kelestarian alam) Sistem bumi dan Struktur dan sistem bumi (a.l. atmosfer, litosfer, hidrosfer) antariksa



Energi dalam sistem bumi (a.l. sumber daya alam, iklim global) Perubahan dalam sistem bumi (a.l. tektonik lempeng, siklus geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif) Sejarah bumi (a.l. fosil, asal-usul dan evolusi bumi) Bumi dalam antariksa (a.l. sistem tata surya



2. Process Literasi Sains PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warga negara



masa depan, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi dalam



masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Peserta didik perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains. Karakteristik utama sains mencakup: pengumpulan data dipandu oleh gagasan dan konsep, sifat tentatif dari pengetahuan sains, keterbukaan terhadap pengujian dan pengkajian, menggunakan argumen logis, serta kewajiban untuk melaporkan metode dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan bukti. Sejak kelahirannya, PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain penilaiannya. Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah “kompetensi sains” sebagai pengganti proses sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia.



PISA (Programme for International Student Assessment) mengases kemampuan untukmenggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan sis wa



untuk



mencari,



menafsirkan



dan



memperlakukan



bukti-



bukti. PISA menguji lima prosessemacam itu, yakni: mengenali pertanyaan ilmia h



(i),



mengidentifikasi



bukti



(ii), menarik



kesimpulan (iii), mengkomu-



nikasikan kesimpulan (iv), dan menunjukkan pemahaman konsep ilmiah (v). proses Sains dalam PISA 2006 Kategori



Cakupan Proses Sains



Mengidentifikasi Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara pertanyaan ilmiah ilmiah Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah Mengenal fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah Menjelaskan



Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang



fenomena secara



diberikan



ilmiah



Mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahan Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang memadai



Menggunakan



Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan



bukti ilmiah



Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dibuat dalam mencapai kesimpulan Mengkomunikasikan kesimpulan dan bukti dan penalaran dibalik kesimpulan dan penalaran dibalik kesimpula



3. Context Literasi sains



Konteks literasi sains dalam PISA (Programme for International Student Assessment)



lebih



pada



laboratorium. Sebagaimana



kehidupan dengan



sehari-hari



bentuk-bentuk



daripada literasi



kelas



lainnya,



atau konteks



melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Pernyataan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi 3 acara tembat



sains



yang



diterapkan,



yaitu



kehidupan



dan



kesehatan.(i), bumi dan lingkungan (ii), serta teknologi (iii)Pertanyaan-pertanyaan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi tiga area tempat sains diterapkan, yaitu: PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Prosessains merujuk pada prosesmental yang terlibat ketika menjawab suat u pertanyaan atau memecahkan masalah,seperti mengidentifikasi dan menginterpr etasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada. PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional setiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai pemahaman dan kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki siswa pada akhir masa wajib belajar. Sebagai studi Internasional, konteks yang digunakan untuk soal-soal PISA harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan minat dan kehidupan peserta didik di setiap negara-negara partisipan. Butir-butir soal PISA dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA. D. Perkembangan Literasi sains dalam PISA Pada tahun 2000, Indonesia ikut-serta dalam penelitian PISA (Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional yang diikuti oleh 42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey yang bersifat reguler dan



berkesinambungan. Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa di Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia dapat dimanfaatkan sebagai bandingan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan dasar kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di akhir usia wajib belajar. Selain itu, dari studi PISA ini dapat diperoleh sekumpulan indikator kontekstual tentang demografi siswa, sekolah, dan variabel lainnya yang mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa. (Anonim, 2010) PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000, 2003, dan 2006. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam lingkup internasional. Data yang dikumpulkan dalam PISA terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu kelompok pengetahuan, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Data yang diperoleh dari kelompok pengetahuan adalah data kemampuan aspek membaca, matematika, dan sains sebagaimana terdapat di dalam kurikulum sekolah (curriculum focused) serta bersifat lintas-kurikulum (cross-curricular elements). Aspek membaca bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami bacaan (understanding), menggunakan (using) dan mengidentifikasi (identifying) informasi yang ada di dalam bacaan, dan merefleksi serta mengevaluasi bacaan (reflecting on written text). Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Aspek sains bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan



serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan. Sementara itu, untuk mendukung data dari ketiga aspek tersebut, PISA juga menggali informasi tentang latar belakang siswa, yaitu demografi siswa, latar belakang status sosial dan ekonomi, harapan dan keinginan siswa di masa yang akan datang, serta motivasi dan disiplin siswa. Data kemudian dilengkapi dengan latar belakang sekolah untuk menggali informasi tentang aspek demografi sekolah, organisasi sekolah, keadaan guru dan karyawannya (staffing patterns) serta prasarana pembelajaran (instructional practices) dan iklim pembelajaran. Pelaksanaan studi PISA dilakukan oleh suatu konsorsium internasional yang diketuai oleh Australian Council for Educational Research (ACER) dan terdiri atas lembaga testing yang terkenal di dunia yaitu The Netherlands National Institute for Educational Measurement (CITO) Belanda, Educational Testing Service (ETS) Amerika Serikat, Westat Amerika Serikat, dan National Institute for Educational Research (NIER) Jepang. PISA diikuti oleh 42 negara, mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Swedia, dan Swiss, sampai pada negara berkembang seperti Brasil, China, Cile, Meksiko, dan Indonesia. E. Kemampuan Literasi Sains Siswa Indonesia Dari Hasil Studi Internasional PISA Tahun 2006 Kemampuan literasi sains siswa Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa Bahriah (2012) : 1. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Qatar dan



Kyrgyzstan. Dua negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia adalah Mexico dan Montenegro. 2. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan. Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% siswa Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada pada level 2 (skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan 1,4% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat



diterapkan



pada



beberapa



situasi



yang



familiar.



Mereka



dapat



mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang diberikan secara jelas dan eksplisit. Sebanyak 27,5% siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan sederhana. Siswa-siswa dapat memberikan alasan secara langsung dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil pengamatan ilmiah yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi. 3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi siswa Indonesia dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4), menjelaskan fenomena secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan fakta ilmiah lebih rendah (-7,8). Sementara itu, pengetahuan siswa Indonesia tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan antariksa lebih tinggi (8,3), sistem kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih rendah (-7,4). Hal ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia memiliki kompetensi paling tinggi dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains tertinggi dalam bumi dan antariksa. 4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia lakilaki (skor 399) lebih tinggi daripada kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata siswa laki-laki dan perempuan adalah 12. 5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003, kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau tidak mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun 2003 adalah 395.



Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, PISA 2009 Database). Hasil analisis deskriptif prestasi siswa yang diukur oleh PISA menurut tahun penyelenggaraan yaitu 2000, 2003 dan 2006 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2000 Membaca



Matematika



Sains



(0-100)



(0-100)



(0-100)



Valid



7297



3771



3890



Missing



71



3597



3478



Mean



43,7824



37,8496



45,6304



Median



43,9314



37,4083



45,0955



Mode



51,06



38,88



47,90



Std. Deviation



11,17414



12,02849



12,69065



Minimum



,00



8,92



9,55



Maximum



98,94



100,00



98,98



N



Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2003 Membaca



Matematika



Sains



(0-100)



(0-100)



(0-100)



Valid



5356



9490



5443



Missing



5405



1271



5318



Mean



48,3287



40,4941



46,4022



Median



48,6807



40,2200



46,7516



Mode



47,36



29,95



43,69



Std. Deviation



14,18336



12,79412



12,31639



Minimum



6,07



,00



,00



Maximum



100,00



96,58



100,00



N



Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2006 Membaca



Matematika



Sains



(0-100)



(0-100)



(0-100)



Valid



5397



7844



10611



Missing



5250



2803



36



Mean



46,1280



42,7816



47,1531



Median



46,8338



43,3985



46,7516



Mode



43,40



30,07



45,22



Std. Deviation



14,08512



12,45817



7,27590



Minimum



3,43



4,28



8,03



Maximum



100,00



96,45



79,62



N



Tabel 4. Prestasi Siswa Berdasarkan Skor Rerata PISA Dimensi



Skor Rerata



pengukuran



2000



2003



2006



Membaca



43,8



48,3



46,1



Matematika



38,8



40,5



42,8



Sains



45,6



46,4



47,



F. Karakteristik dan Contoh Soal scientific literacy (Literasi Sains) Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Untuk memperoleh data yang dimaksud, disusun dua kategori bentuk soal, yaitu bentuk soal pilihan ganda yang memungkinkan siswa memilih salah satu jawaban yang paling benar dari beberapa alternatif jawaban yang diberikan (sebanyak 44.7% dari keseluruhan soal) dan bentuk soal uraian (constructed response) yang menuntut siswa untuk dapat menjawab dalam bentuk tulisan atau uraian (sisanya atau 55.3%).



Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab ya/tidak, sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks, seperti merespons beberapa pilihan yang disajikan. Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa diminta untuk menjawab dengan jawaban yang singkat dalam bentuk kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian yang terbuka. 1. Sampel dan Variabel Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini, dengan jumlah siswa dalam sampel ini sebanyak 7.355 siswa dari keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%). Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga kategori data, yaitu literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Aspek literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. 2. Desain Tes Literasi Membaca Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi membaca dapat dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur dan jenis wacana, aspek proses membaca, dan aspek konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca. 3. Struktur dan Jenis Wacana Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua jenis yaitu struktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan wacana tak-berkelanjutan (noncontinuous texts). Seperti telah dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara wacana takberkelanjutan adalah wacana yang dirancang dalam format matrik, termasuk di



dalamnya pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan aneka bentuk penyampaian informasi. Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses membaca, yaitu kemampuan mencari dan menemukan informasi, kemampuan mengembangkan makna dan menafsirkan isi bacaan, dan kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi bacaan dalam kaitannya dengan pengalaman sehari-hari, pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya, dan pengembangan gagasan dari informasi yang diperolehnya. Soal-soal itu berhubungan dengan konteks membaca yang mencakup konteks membaca untuk kepentingan pribadi, untuk kepentingan umum, untuk kepentingan bekerja, dan untuk kepentingan pendidikan. Aspek struktur, proses, dan konteks membaca ini selanjutnya diwujudkan dalam serangkaian wacana yang berjumlah 48 wacana. Sebanyak 141 soal kemudian dikembangkan berdasarkan wacana tersebut. Tabel di bawah ini menunjukkan distribusi soal berdasarkan kerangka kerja di atas, sementara Tabel berikutnya menggambarkan peta soal untuk literasi membaca. Tabel Distribusi Soal Literasi Membaca Jumlah Soal Aspek Soal Total Struktur Wacana



Bentuk Wacana



PG



PGK



IT



IB JS



1. Berkelanjutan



89



42



3



3



34 7



2. Tak-berkelanjutan



52



14



4



12



9 13



Total



141



56



7



15



43 20



1. Deskripsi



13



7



1







4 1



2. Narasi



18



8











8 2



3. Eksposisi



31



17



1







9 4



4. Argumentasi/Persuasi



18



7



1



2



8 –



5. Injungsi



9



3







1



5 –



6. Pengumuman/iklan



4















1 3



7. Grafik dan gambar (charts)



16



8







BAB III Penutup



A. Kesimpulan



1. PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusia.



2. Meliputi konten literasi sains, proses literasi sains dan konteks literasi sains. 3. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam lingkup internasional. 4. Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab ya/tidak, sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks, seperti merespons beberapa pilihan yang disajikan. Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa diminta untuk menjawab dengan jawaban yang singkat dalam bentuk kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian yang terbuka.



Daftar Pustaka Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca. Jakarta: Puspendik Depdiknas. Anonim. 2010. Literasi Sains. [Online]. https://LiteracySciencePhysic20Room.htm. (diakses kamis, 9 April 2015 18:52 WIB). Bahriah, e. 2012. Literasi Sains. [Online] https://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/05/literasi-sains/. (diakses kamis, 9 April 2015 18:32 WIB). Isnaniah. 2011. Literasi Sains. [Online]. https://isnaniah2.wordpress.com/2011/03/23/literasi-sains/. (diakses kamis, 9 April 2015 17:52 WIB). Walid, ahmad. 2014. Dimensi Literasi Sains. [Online]. http://ahmadwalidmpd.blogspot.com/2014/12/dimensi-dalam-literasi-sains.html. (diakses kamis, 9 April 2015 17:32 WIB)