Makalah Makna Pembelajaran Terpadu Dalam IPS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKNA PEMBELAJARAN TERPADU DALAM IPS



MAKALAH



Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Materi dan Metodologi Pembelajaran IPS



Dosen Pengampu: Dr. Alfiyana Yuli Elfiyanti, M.A



Oleh: 1. Beatrica Aulia R.



(NIM. 200103220003)



2. Nadia Farah



(NIM. 200103220005)



PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Makna Pembelajaran Terpadu dalam IPS” yang berdasar dari berbagai sumber. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, serta memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Selanjutnya, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Alfiana Yuli Elfiyanti, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Materi dan Metodologi Pembelajaran IPS. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari semua pihak agar terciptanya kesempurnaan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.



Malang, 26 September 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI



SAMPUL ...................................................................................................................................ii KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 4 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5 A. Konsep Pembelajaran Terpadu ........................................................................................... 5 1.



Pengertian Pembelajaran Terpadu .................................................................................. 5



2.



Karakteristik Pembelajaran Terpadu............................................................................... 8



3.



Tujuan Pembelajaran Terpadu ........................................................................................ 9



4.



Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu ............................................................................ 9



D. Pembelajaran Terpadu Dalam IPS .................................................................................... 10 BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15 A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 15 B. Saran ................................................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang fundamental bagi pembangunan bangsa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2007:8) menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai pengembang kemampuan dan pencipta watak serta peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan adalah mengembangkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, cakap, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, serta menjadi warga negara yang baik dalam negara yang demokratis. Rumusan tujuan pendidikan ini sangat ideal dan komprehensif. Tujuannya adalah untuk memberikan semangat dan motivasi bagi setiap komponen manusia yang terkait dengan upaya mencapai tujuan yang ideal. Namun menurut pengalaman sejarah, pelaksanaan pendidikan sebagai pendidik bangsa belum tercapai seperti yang diharapkan. Di masyarakat masih terdapat berbagai ketimpangan moral, sosial, ekonomi, politik, dan jati diri bangsa. Inilah permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini. Artinya pendidikan kita belum meningkatkan kualitas manusia Indonesia seperti yang diharapkan1. Pendidikan merupakan bagian dari aspek kehidupan yang fundamental bagi pembangunan nasional suatu negara. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh dalam kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan dikatakan bermutu atau bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif, siswa menunjukkan penguasaan materi yang tinggi, memperoleh pengalaman yang berarti bagi dirinya, sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kehidupannya, dan produk pendidikan adalah individu yang bermanfaat bagi masyarakat. dan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan, termasuk dengan mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan, salah satunya Standar Nasional Pendidikan. Adanya standar isi tersebut, mencerminkan bahwa desain dan implementasi kurikulum diserahkan oleh penyelenggara pendidikan (sekolah), dan dalam pedoman yang dikeluarkan oleh BSNP



Nur Rokhman. M, Nurhadi, dan Muhsinatun S. (2006). “Pengembangan Kurikulum Pengetahuan Sosial Terpadu secara Tematik di Tingkat SLTP Sebuah Pemikiran Awal”. ISTORIA. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah. Vol.1 No.2, Maret 2006. Yogyakarta : FISE. 1



1



disebutkan bahwa struktur kurikulum untuk tingkat dasar ditentukan oleh pembelajaran di kelas I sampai kelas III. Melalui pendekatan tematik yang artinya pembelajaran terpadu, sedangkan kelas IV sampai kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Namun, substansi mata pelajaran IPS dan IPA adalah pembelajaran terpadu. Demikian pula substansi IPS dan mata pelajaran IPA tingkat SMP juga terintegrasi. Oleh karena itu, guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus dapat memahami apa itu kurikulum terpadu dan bagaimana implementasinya. Pemahaman terhadap pendekatan terpadu akan dapat mendukung terselenggaranya pembelajaran yang bermakna. Dalam hal ini, pengalaman belajar siswa akan lebih lengkap dan berorientasi pada kompetensi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran lebih berpusat pada guru; pengalaman belajar anak tidak lengkap dan tidak berorientasi pada kompetensi. Selain itu siswa belum terbiasa mengembangkan potensinya, sehingga banyak siswa yang cenderung malas untuk berpikir mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan belum menyentuh aspek afektif dan psikomotorik. Integrasi kurikulum merupakan cabang dari aliran pemikiran konstruktif di mana peserta didik diharapkan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dan dalam prosesnya menciptakan makna bagi proses pembelajaran. Tugas konstruksi makna oleh peserta didik bermanfaat tetapi sebagian besar tetap menjadi tugas yang menakutkan dalam sistem di mana pendekatan subjek tunggal yang kaku mendominasi. Penguraian pengetahuan secara artifisial menjadi potongan-potongan itu sendiri adalah kontraproduktif. Pengetahuan paling baik diperoleh ketika peserta didik melihat melalui cermin gambaran besar. Kesimpulannya adalah bahwa bagi siswa untuk membangun makna dan menciptakan pengetahuan lebih lanjut, metode pengajaran tradisional dan pembagian mata pelajaran tunggal hampir tidak dapat merangsang hasil yang diinginkan, tetapi mungkin merupakan roda penggerak dalam roda kemajuan. Untuk para pendukung kurikulum terpadu, cacat yang melekat dalam kompartementalisasi pengetahuan yang dicirikan oleh pendekatan subjek tunggal memerlukan pergeseran paradigma. Kurikulum terpadu sebagai "suatu di mana anak-anak secara luas mengeksplorasi pengetahuan dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka." Dalam mengeksplorasi masalah lingkungan alam, yang mungkin bersifat sosial, fisik atau ekonomi. , masalah disajikan di kelas secara holistik. Cara penyajian ini



2



memungkinkan adanya kejelasan, persepsi yang lebih luas, pemahaman yang lebih dalam dan penerapan konsep yang dipelajari2. Kurikullum terpadu sebagai salah satu yang "menyatukan konten dari berbagai disiplin ilmu dengan cara yang bermakna untuk fokus pada isu-isu dan bidang yang relevan dengan kehidupan siswa3"lebih lanjut mengungkapkan keterbatasan pendekatan mata pelajaran tunggal karena bidang relevansi untuk pelajar adalah multi-terkait dan kekokohan mata pelajaran tunggal untuk mengatasi kebutuhan pelajar multifaset sangat dicurigai. Kurikulum terpadu adalah upaya intelektual yang bertujuan untuk menghubungkan domain akademik, karir, dan teknis dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dipersiapkan dan diperlengkapi untuk pendidikan lebih lanjut, pekerjaan dan pengembangan karir sebagaimana dijelaskan oleh Kathleen dan Fowler (2010, p2), menjelaskan kurikulum terpadu sebagai pendekatan instruksional yang menggabungkan konten kunci dari dua atau lebih disiplin ilmu; dengan tujuan pendidikan yang terdefinisi dengan baik (seperti standar akademik, industri dan kesiapan tenaga kerja) dan menggunakan masalah terapan yang otentik (pembelajaran berbasis masalah) untuk melibatkan dan menantang siswa. Berbagai bentuk integrasi kurikulum telah diidentifikasi. Mereka termasuk integrasi kursus, integrasi lintas kurikulum, interaksi program, integrasi sekolah yang luas, akademisi karir 4kurikulum terkoordinasi, pembelajaran berbasis proyek, kurikulum tematik5Kurikulum terintegrasi Studi Sosial Nigeria mengadopsi pendekatan integrasi kursus. Konten yang relevan dipilih dari ilmuilmu sosial tradisional seperti geografi, ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan mata pelajaran berbasis seni seperti sejarah. Di Nigeria, konsep kurikulum terpadu menjadi pusat perhatian dalam sistem sekolah setelah pengenalan IPS dalam kurikulum sekolah. Awalnya, mata pelajaran ilmu sosial tradisional seperti sejarah, geografi, dan pemerintahan merupakan aspek inti dari kurikulum. Selain kompartementalisasi



2



Jacobs, H.H. (Ed.) (1989). Kurikulum interdisipliner: Desain dan implementasi. Alexandria. WA: Asosiasi Pengawasan dan Pengembangan Kurikulum. 3 Lassa, P.N. (2007). The current educational reform on teacher education and its implication on national development. A paper presented at committee of deans of education in Nigerian universities 2007 annual conference at faculty of education, university of Lagos Akoka-Yaba. 4 Chernus, K. And Fowler, D. (2010). Integrating curriculum: Lessons for adult education from career and technical education. National Institute for Literacy. Washinton DC 20006 5 Simanu-Klutz, L. (1997). Integrated curriculum: A reflection of life itself. Pacific Education and Learning Briefing Paper, Pacific Resources for Education and Learning, Honolulu, Hawai.



3



kurikulum yang kaku, pencarian negara menuju dekolonisasi setiap segmen masyarakat adalah dorongan yang merangsang (Makinde, 1979, Fadeiye, 2005). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, penulis memiliki rumusan masalah dimana akan membahas : 1. Bagaimana konsep pembelajaran terpadu? 2. Bagaimana konsep pembelajaran terpadu yang ada dalam pembelajaran IPS? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan , penulis memiliki tujuan penulisan dimana akan membahas : 1. Untuk memaparkan konsep pembelajaran terpadu 2. Untuk menjelaskan bagaimana konsep pembelajaran terpadu yang ada dalam pembelajaran IPS.



4



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Pembelajaran Terpadu 1. Pengertian Pembelajaran Terpadu Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan istilah pembelajaran. Pembelajaran menurut Smith dan Ragan yakni kegiatan penyampaian informasi guna membantu sswa mencapai tujuan, spesifiknya yaitu tujuan belajar. Kemp memaparkan bahwa pembelajaran berisi beberapa bagian dan fungsi yang saling berkorelasi serta berjalan terpadu guna mencapai keberhasilan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.6 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan proses penyampaian informasi melalu interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajarnya guna mencapai tujuan belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa pendekatan yang daat dilakukan, salah satunya adalah pendekatan pembelajaran terpadu. Dalam bahasa inggris, pembelajaran terpadu disebut sebagai integrated teaching and learning atau dapat disebut integrated curriculum approach. Konsep pembelajaran seperti ini pertama kali digagas oleh John Dewey. Dewey menjelaskan bahwa pembelajaran terbadu adalah suatu upaya guna mengintegrasikan pertumbuhan dan perkembangan siswa dan kemampuan kognitifnya. Lebih lanjut dia memaparkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembentukan kognitifnya sesuai interaksi denga lingkungan dan pengalaman hidup yang dia miliki.7 Beane berpendapat bahwa pembelajaran terpadu yakni pemelajaran yang memadukan pokok-pokok bahasan menjadi satu. Keterpaduan tersebut dapat dilihat berdasarkan aspek waktu atau proses, materi pembelajaran, serta aktivitas pembelajaran. Selain itu, Jacobs juga berpendapat bahwa pembelajaran terpadu



6



Rusyd Ananda dan Abdillah, Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018), hlm 1. 7 Ibid, hlm 2.



5



merupakan suatu proses pendekatan pembelajaran sebagai sebuah proses guna memadukan dan mengaitkan materi pembelajaran dalam suatu mata pelajaran maupun antar mata pelajaran dengan memperhatikan seluruh aspek perkembangan siswa, minat dan kebutuhan siswa, serta kebutuhan dan tuntutan dari lingkungan sosial keluarganya. Kemudian, Joni menjelaskan bahwa pembelajaran terpadua dalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa, baik secara individu atau kelompok untuk aktif mencari, menggali, serta menemukan konsep dan prinsip keilmuan dengan holistik, bermakna, serta otentik.8 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memadukan dan menghubungkan materi-materi pembelajaran dalam suatu mata pelajaran dengan memperhatikan minat, perkembangan dan kebutuhan siswa, baik secara individual ataupun komunal agar siswa aktif dalam mencari, menelisik, serta menemukan konsep keilmuan dengan holistik, otentik, dan bermakna. Pembelajaran terpadu tersebut terintegrasi dengan kurikulum. Integrasi kurikulum merupakan cabang dari aliran pemikiran konstruktif di mana peserta didik diharapkan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dan dalam prosesnya menciptakan makna bagi proses pembelajaran. Tugas konstruksi makna oleh peserta didik bermanfaat tetapi sebagian besar tetap menjadi tugas yang menakutkan dalam sistem di mana pendekatan subjek tunggal yang kaku mendominasi. Penguraian pengetahuan secara artifisial menjadi potongan-potongan itu sendiri adalah kontraproduktif. Pengetahuan paling baik diperoleh ketika peserta didik melihat melalui cermin gambaran besar. Kesimpulannya adalah bahwa bagi siswa untuk membangun makna dan menciptakan pengetahuan lebih lanjut, metode pengajaran tradisional dan pembagian mata pelajaran tunggal hampir tidak dapat merangsang hasil yang diinginkan, tetapi mungkin merupakan roda penggerak dalam roda kemajuan. Untuk para pendukung kurikulum terpadu, cacat yang melekat dalam kompartementalisasi pengetahuan yang dicirikan oleh pendekatan subjek tunggal memerlukan pergeseran paradigma. Kurikulum terpadu sebagai "suatu di mana anak-anak secara luas mengeksplorasi pengetahuan dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka."



8



Ibid, hlm 3-4.



6



Dalam mengeksplorasi masalah lingkungan alam, yang mungkin bersifat sosial, fisik atau ekonomi, masalah disajikan di kelas secara holistik. Cara penyajian ini memungkinkan adanya kejelasan, persepsi yang lebih luas, pemahaman yang lebih dalam dan penerapan konsep yang dipelajari. Kurikulum terpadu sebagai salah satu yang "menyatukan konten dari berbagai disiplin ilmu dengan cara yang bermakna untuk fokus pada isu-isu dan bidang yang relevan dengan kehidupan siswa" Definisi Meghan lebih lanjut mengungkapkan keterbatasan pendekatan mata pelajaran tunggal karena bidang relevansi untuk pelajar adalah multi-terkait dan kekokohan mata pelajaran tunggal untuk mengatasi kebutuhan pelajar multifaset sangat dicurigai. 9 Kurikulum terpadu adalah upaya intelektual yang bertujuan untuk menghubungkan domain akademik, karir, dan teknis dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dipersiapkan dan diperlengkapi untuk pendidikan lebih lanjut, pekerjaan dan pengembangan karir10. Sebagaimana dijelaskan oleh Kathleen dan Fowler, kurikulum terpadu sebagai pendekatan instruksional yang menggabungkan konten kunci dari dua atau lebih disiplin ilmu; dengan tujuan pendidikan yang terdefinisi dengan baik (seperti standar akademik, industri dan kesiapan tenaga kerja) dan menggunakan masalah terapan yang otentik (pembelajaran berbasis masalah) untuk melibatkan dan menantang siswa. Berbagai bentuk integrasi kurikulum telah diidentifikasi. Mereka termasuk integrasi kursus, integrasi lintas kurikulum, interaksi program, integrasi sekolah yang luas, akademisi karir (Chernus & Fowler, 2010), kurikulum terkoordinasi, pembelajaran berbasis proyek, kurikulum tematik (Simanu-Kluz, 1997). Kurikulum terintegrasi Studi Sosial Nigeria mengadopsi pendekatan integrasi kursus. Konten yang relevan dipilih dari ilmu-ilmu sosial tradisional seperti geografi, ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan mata pelajaran berbasis seni seperti sejarah.



9



Rahmatika, R. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran IPA dengan pendekatan scientific pada materi sistem eksresi untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal Pena Sains, 3(2), 102-108. 10 Mansurotun, S., Astriani, D., & Sanjaya, I.G.M. (2014). pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu tipe webbed berorientasi inkuiri terbimbing tema rainbow cake untuk siswa SMP/ MTs kelas VIII. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, 2(1), 111-116



7



2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Sukayati menjelaskan bahwa sebagai sebua proses, pembelajaran terpadu mempunyai karakteistik tersendiri, yaitu:11 a. Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa, baik secara perorangan atau kelompok. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat aktif menelisik, mengkaji serta menemukan konsep dan prinsip-prinsip dari sebuah pengetahuan yang harus dimilikinya sesuai perkembangannya. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusa pada siswa. b. Menitikberatkan kebermaknaan dan pembentukan pemahaman Pembelajaran terpadu mengkaji suatu kejadian atau fenomena dari bermacam-macam aspek yang membentuk seperti jalinan antar skemata yang dimiliki siswa sehingga memberikan dampak pada kebermaknaan materi yang pelajari siswa. Hasil konkret yang diperoleh dari berbagai konsep dan keterkaitan antar konsep lain yang dipelajari menyebabkan pembelajaran lebih bermakna. Melalui hal ini diharapkan siswa dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya untuk menyelesaikan problem-problem dalam kehidupannya. c. Belajar melalui pengalaman langsung Sejatinya, pembelajaran terpadu diprogramkan guna melibatkan siswa secara langsung pada prinsip dan konsep yang dipelajari serta memungkinkan siswa belajar dengan melakukan aktivitas secara langsung. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa akan lebih memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan kejadian yang telah mereka alami, bukan hanya materi yang disampaikan gurunya. Di sini guru berfungsi sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing siswa ke arat pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan, siswa berperan sebagai aktor yang mencari fakta dan informasi guna mengembangkan pengetahuannya. d. Menekankan proses daripada hasil Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses 11



Rusyd Ananda dan Abdillah, hlm 5-7.



8



pembelajaran, mulai perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan minat, memampuan dna hasrat peserta didik sehingga motivasi siswa semakin tinggi. e. Sarat dengan muatan keterkaitan Pembelajaran terpadu menitik beratkan pada pengamatan dna penelitian mengenai peristiwa atau gejala dari beberapa mata pelajaran sekaligus sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu peristiwa pebelajaran dari segala sisi yang nantinya dapat membuat siswa lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi ataupun menghadapi peristiwa yang ada. 3. Tujuan Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu dikembangkan agar tujuan pembelajaran yang semula ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Selain itu, melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:12 a. Memperkuat pemahaman konsep yang dipelajari dengan lebih bermakna. b. Mengembangkan skill menemukan, mengolah serta memanfaatkan informasi c. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilainilai luhur yang dibutuhkan dalam kehidupan. d. Menumbuhkan



dna



mengembangkan



keterampilan



sosial,



misalnya



kerjasama, komunikasi, toleransi serta menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan motivasi belajar f. Memilih aktivitas yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu Menurut Triato ada beberapa prinsip pembelajaran terpadu secara umum, yaitu:13 a. Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian tema merupakan fokus dari pembelajaran terpadu. Maknanya, tema-tema yang memiliki keterkaitan dan saling tumpang tindih merupakan target utama pembelajaran. b. Prinsip pengelolaan pembelajaran



12 13



Ibid, hlm 9-10. Ibid, hlm 12-13.



9



Pengelolaan pembelajaran yang optimal dapat terjadi jika guru mampu memposisikan sirinya dalam keseluruhan proses. Maksudnya, gur8u dapat menempatkan sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. c. Prinsip evaluasi Pada setiap kegiatan, evaluasi merupakan fokus yang tidka dapat ditinggalkan. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan suatu ekerjaan tentu membutuhkan evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran terpadu perlu memberi kesempatan siswa untuk melakukan evaluasi diri dan guru bertugas untuk mengajak siswa melakukan evaluasi tersebut guna mengetahui pencapaian hasil belajarnya. d. Prinsip reaksi Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat memberikan reaksi atas aksi yang telah diberikan peserta didik dalam semua kegiatan serta tidak mengarahkan untuk berbelok dari suatu kesatuan yang utuh dan bermakna dalam pembelajaran. Untuk itu, diharapkan guru dapat menemukan kiat-kiat guna memunculkan keprmukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring. D. Pembelajaran Terpadu Dalam IPS Ahmadi berpendapat bahwa IPS yaitu ilmu-ilmu sosial yang diseleksi dan diadaptasikan bagi pengimplementasian program pendidikian di tingkat sekolah maupun kelompok belajar lainnya yang setara. Ali Imran lubis menambahkan bahwa IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disimplifikasikan guna tujuan-tujuan pendidikan serta pengajaran di SD dan SMP. Abu Ahmadi juga menuturkan bahwa IPS adalah bidang studi yang berasal dari fusi (paduan) beberapa disiplin ilmu sosial.14 Menurut Setiawan, IPS bukanlah suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan suatu program studi, sehingga mustahil menemukannya dalam nomenklatur filsafat ilm, bidang ilmu-ilmu sosial ataupun dalam ilmu pendidikan.15 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa IPS merupakan simplifikasi dari ilmu-ilmu sosial (antropologi, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan lain-lain) yang telah dipilih serta disesuaikan dengan program pengimplementasian pendidikan dan pengajaran di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah.



14 15



Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar IPS, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), hlm 6. Ibid, hlm 7.



10



Dalam IPS, pembelajaran dilakukan menggunakan pendekatan terpadu dan terpisah. Pendekatan terpadu digunakan untuk satuan pendidikan SD/MI, sedangkan pendekatan terpisah digunakan untuk jenjang SMP/ MA.16 Dalam hal ini, penulis akan memaparkan secara lebih dalam mengenai pendekatan pembelajaran terpadu. Dalam IPS, pembelajaran terpadu disebut juga dengan pendekatan interdisipiner. Pembelajaran tersebut sejatinya memungkinkan siswa baik perorangan maupun kelompok untuk secara aktif mencari, menelisik, dan menemukan prinsip-prinsip serta konsep secara otentik dna holistik, salah satunya dengan memadukan kompetensi dasar (KD). 17 Pada pembelajaran terpadu, program pembelajaran dirancang dari beragam cabang ilmu-ilmu sosial. Dalam pengembangannya, dapat mengambil salah satu topik dari cabang ilmu tertentu lalu dilengkapi, diperluas, di bahas, dan diperdalam menggunakan cabang ilmu lainnya. Tema yang dikembangkan dapat berasal dari peristiwa, isu, ataupun permasalahan yang berkembang. Permasalahan yang dapat diangkat sebagai tema yakni permasalahan yang dapat dilihat dan diselesaikan melalui berbagai sudut pandang, misal banjir, IPTEK, mobilitas sosial, potensi pariwisata, modernisasi dan lain sebagainya.18 Di Indonesia, konsep kurikulum terpadu menjadi pusat perhatian dalam sistem sekolah setelah pengenalan IPS dalam kurikulum sekolah. Awalnya, mata pelajaran ilmu sosial tradisional seperti sejarah, geografi, dan pemerintahan merupakan aspek inti dari kurikulum. Selain kompartementalisasi kurikulum yang kaku, pencarian negara menuju dekolonisasi setiap segmen masyarakat adalah dorongan yang merangsang (Makinde, 1979, Fadeiye, 2005). Argumennya adalah bahwa pendekatan terpadu akan menyajikan konsep-konsep terkait dari geografi, Pemerintah, Sejarah dalam bentuk holistik daripada persepsi subjek tunggal. Selanjutnya argumen adalah untuk menulis ulang kurikulum. Konsep-konsep dalam ilmu-ilmu sosial tradisional bias terhadap lingkungan geografis dan sosial ekonomi kekuasaan kolonial (Fafunwa, 1974). Mereka menggunakan istilah eksotis atau asing yang tidak memiliki refleksi signifikan dari tantangan Afrika. Cara yang masuk akal untuk meminimalkan hambatan belajar dalam konteks pengalaman dan sistem nilai Afrika ini adalah dengan mendesain ulang kurikulum yang berfokus pada



16



Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembagan Standar dan Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/ Madrasah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Meda, 2017), hlm 16-17 17 Rusyd Ananda dan Abdillah, hlm 138-139. 18 Ibid.



11



nilai-nilai, tantangan, dan terminologi Afrika. Agaknya, pelajar siap untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat Afrika yang ada dan pada umumnya, kurikulum akan membahas kebutuhan sosial-politik dan ekonomi orang Afrika. Kurikulum terpadu atau kurikulum multi-disiplin secara luas dipahami sebagai lebih berdampak pada siswa dibandingkan dengan pendekatan mata pelajaran tunggal. Argumen yang mendukung pentingnya kurikulum terpadu sangat besar, di tengah proporsi potensi atau kelemahan nyata yang marjinal. Namun, sebagian besar penelitian yang dilakukan berfokus pada perubahan sikap, perolehan keterampilan, dan kemungkinan keberhasilan penerapan kurikulum terpadu. Aspek skor dalam ujian dan ujian sebagian besar masih belum dijelajahi (Lake, 1974). Kurikulum terpadu membantu kemampuan siswa untuk memperoleh keterampilan, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah dan kapasitas analitis. Berpikir kritis dengan mudah mengkristal karena interkoneksi di konten (Kain, 1993). Selama proses pembelajaran, seorang guru yang kompeten diharapkan dapat memanfaatkan perspektif teoritis yang relevan dalam pemikiran pendidikan untuk mengajar. Tema dan isi pembelajaran dalam kurikulum terpadu diambil dari isu dan masalah kehidupan nyata di lingkungan siswa untuk melengkapi kurikulum yang direncanakan. Guru menggunakan metode Socrates-questioning untuk mendefinisikan masalah, menawarkan solusi dan membangun makna. Penggunaan metode ini untuk mengajarkan masalah yang sudah dikenal tidak hanya memastikan kesiapan, tetapi juga memperkuat kecenderungan belajar siswa. Proses pembelajaran ini memiliki kapasitas yang melekat pada peserta didik untuk diperlengkapi dengan baik dalam perolehan dan pendalaman analisis kritis, pemecahan masalah dan keterampilan berpikir refleksif. Pengembangan keterampilan pemecahan masalah itu sendiri sangat menantang dan bermanfaat. Ini merangsang kapasitas untuk 'membuat koneksi dendrit baru' yang mampu membuat koneksi lebih lanjut19. Penyajian pembelajaran dengan menggunakan contoh-contoh familiar yang mampu merangsang peserta didik untuk berpikir kritis menjadikan model integrasi menjadi keharusan. Masukan peserta didik merupakan bagian dari isi yang akan diajarkan, hal ini menumbuhkan sifat-sifat demokratis. Guru dapat mengadopsi metode di mana peserta didik 'dipaksa' untuk mengembangkan keterampilan kooperatif,



19



Jensen, E. (1998). Teaching with the brain and mind. Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.



12



keterampilan hubungan teman sebaya, dan keterampilan belajar partisipatif. Kurikulum terpadu juga telah ditemukan untuk merangsang motivasi peserta didik terhadap belajar dan meningkatkan minat dalam kegiatan sekolah. Sikap positif seperti tingginya tingkat kehadiran di sekolah secara langsung terkait dengan penggunaan kurikulum terpadu20. Dalam sebuah penelitian eksperimental yang dilakukan tentang relevansi kurikulum terpadu, di sekolah-sekolah marginal di New York City, temuan menunjukkan penurunan angka putus sekolah antara sekolah menengah dan sekolah menengah, peningkatan nilai membaca, dan kredit tambahan terhadap kelulusan (Kathleen dan Fowler, 2010)., hal7). Lake (1994) menyatakan beberapa komponen kurikulum terpadu. Mereka adalah: 1. Kombinasi mata pelajaran 2. Penekanan pada proyek 3. Sumber yang melampaui buku teks 4. Hubungan antar konsep 5. Unit tematik sebagai prinsip pengorganisasian 6. Jadwal fleksibel 7. Kelompok siswa yang fleksibel Kurikulum terpadu kemungkinan besar efektif metode untuk mengajarkan konsep kewarganegaraan, cita-cita demokrasi untuk siswa di negara-negara dengan demokrasi yang masih baru, masalah sosial dan masalah di negara-negara dengan tantangan masalah sosial. Fleksibilitas yang terkait dengan model kurikulum terintegrasi meningkatkan ajaran isu-isu kontemporer dalam proses pengajaran. Manfaatnya bersifat bilateral karena potensi diskresi guru dikembangkan secara maksimal. Guru yang berpartisipasi dalam kurikulum terpadu menyampaikan bahwa mereka menjadi lebih efektif dalam mengajar sebagai hasil dari partisipasi mereka. Efektivitas tidak hanya diukur dengan persepsi subjektif mereka, telah ditemukan memiliki pengaruh positif pada tes siswa skor – partisipasi mereka dilaporkan telah mengilhami peningkatan skor dalam tes prestasi siswa21. Mengadopsi kurikulum terpadu bukanlah keputusan yang mudah. Ini memakan waktu; membutuhkan banyak sumber daya, keahlian dan kompetensi guru. Struktur



20



Kain, D. L. (1993). Cabbages and kings: research directions in integrated/interdisciplinary curriculum. The Journal of Educational Thought, 27(3), 312-331. 21 Jacobs, H. H. (Ed.) (1989). Interdisciplinary curriculum: Design and implementation. Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.



13



sekolah yang kaku itu sendiri menjadi batu sandungan. Guru yang terlatih dalam cetakan didaktik akan menemukan kurikulum terpadu tidak hanya mengganggu tetapi kompleks dan dapat menjadi sumber gangguan terhadap pola yang mapan dalam sistem sekolah. Leopp (1999) menyoroti beberapa faktor penting untuk implementasi kurikulum terpadu yang berdampak. 1. Guru harus melakukan program pengembangan profesional 2. Pergeseran dari model pengajaran didaktik ke metode berbasis konstruktivisme. 3. Guru didorong untuk menjadi anggota komunitas belajar untuk fertilisasi silang ide. Integrasi membutuhkan penyatuan ide dari berbagai ahli di bidang studi terkait tergantung pada sifat integrasi. 4. Guru perlu lebih terampil dalam memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil. 5. Penggunaan penilaian otentik oleh fasilitator adalah mutlak. Penilaian otentik berfokus pada tingkat tujuan yang lebih tinggi daripada tes skor prestasi. Perubahan sikap, perolehan keterampilan, tujuan kinerja diukur secara efektif dengan bantuan penilaian otentik. 6. Kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran berorientasi eksperimental sangat penting. 7. Perlu adanya dukungan bersama antara kepala sekolah dan guru. Administrator perlu menawarkan dukungan moral dan sumber daya yang sepadan untuk mengimplementasikan integrasi. 8. Informasi yang memadai kepada semua pemangku kepentingan seperti orang tua, anggota masyarakat di mana sekolah berada tentang metode yang diusulkan dan perubahan yang dapat diperkirakan terkait, jika tidak, kesalahpahaman oleh kelompok luar dapat menciptakan ketegangan. 9. Akhirnya, reformasi sistemik akan meredakan potensi ketegangan dibandingkan dengan perubahan drastis.



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ilmu sosial adalah studi terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi kewarganegaraan. Tujuan utama dari studi sosial adalah untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan alasan untuk kepentingan publik sebagai warga dari masyarakat demokratis yang beragam secara budaya di dunia yang saling bergantung. Definisi IPS seperti yang diberikan oleh telah benar-benar menunjukkan bagaimana subjek harus diajarkan di kelas, namun, banyak akademisi IPS tidak melihat subjek dari sudut mata pelajaran sekolah yang terintegrasi. Sebagai cara untuk menemukan benang integratif yang dapat ditemukan dalam tujuan tertentu, yang umum untuk beberapa kursus, yang memerlukan korelasi fakta dan prinsip-prinsip luas dari teori dan masalah atau yang menggabungkan perasaan pengetahuan, keyakinan dan nilai-nilai. Peran guru dalam perkembangan anak tidak dapat dilebih-lebihkan karena banyak sarjana melihat guru sebagai penghubung yang menghubungkan siswa dengan kurikulum yang harus mereka pelajari. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara belajar anak-anak benarbenar menunjukkan bahwa belajar berhubungan dengan tantangan hidup, dan oleh karena itu, mendorong para guru dan perencana kurikulum untuk menilai kembali metode mereka mengajar anak-anak. tentang masyarakat mereka dan bagaimana mereka harus beradaptasi dengan baik. B. Saran Pada makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, yang disebabkan oleh kurangnya sumber materi guna penyusunannya. Untuk itu saran dan komentar yang possitif dan membangun sangatdiperlukan.



15



16



DAFTAR PUSTAKA



Ananda, R. dan Abdillah. 2018. Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. Berkel, H.J.& Wolfhagen, H.A. (2002). Sistem penilaian kualitas eksternal Belanda: deskripsi dan pengalaman. Pendidikan Kesehatan Abingdon; 15(3):335-45. Chernus, K. Dan Fowler, D. (2010). Mengintegrasikan kurikulum: Pelajaran untuk pendidikan orang dewasa dari pendidikan karir dan teknis. Institut Nasional untuk Literasi. Washinton DC 20006 Danau, K. (1994). Kurikulum terpadu. Laboratorium Pendidikan Regional Barat Laut. Seri Penelitian Peningkatan Sekolah, Portland. Ehiametalor, E.T. (2001). Praktik manajemen fasilitas sekolah di Nigeria Di Nwagwu, N.A., Ehiametalor, E.T., Ogunu, M.A., dan Nwadiani, M. (eds). Isu terkini dalam manajemen pendidikan di Nigeria. Benin: Asosiasi Nigeria untuk administrasi dan perencanaan pendidikan (NAEAP). Jacobs, H.H. (Ed.) (1989). Kurikulum interdisipliner: Desain dan implementasi. Alexandria. VA: Asosiasi Pengawasan dan Pengembangan Kurikulum. Jensen, E. (1998). Mengajar dengan otak dan pikiran. Alexandria. VA: Asosiasi Pengawasan dan Pengembangan Kurikulum. Kain,



D.



L.



(1993).



Kubis



dan



raja:



arah



penelitian



dalam



kurikulum



terpadu/interdisipliner. Jurnal Pemikiran Pendidikan, 27(3), 312-331. Kanno, T.N. (2004). Praktek pengajaran, microteaching dan metodologi pendidikan di Nigeria. Owerri: Penerbit Logicgate. Komisi Eropa (2000). Panduan untuk evaluasi dan desain program dan materi pembelajaran



dan



pengajaran



bahasa



yang



berkualitas.



http://archive.ecml.at/mtp2/qualitraining/quality/english/framework Fadeiye, Nasution, T. dan Lubis, M. A. 2018. Konsep Dasar IPS. Yogyakarta: Samudra Biru. Tanggul, H.I. (1987). Produksi dan pemanfaatan bahan teknologi pendidikan dalam penelitian Nigeria dalam pendidikan. Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembagan Standar dan Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/ Madrasah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.



17