Makalah Metode Penelitian Konten Analisis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH METODE PENELITIAN CONTENT ANALYSIS (ANALISIS ISI)



disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Vokasi dan Keteknikan



Oleh Chevi Ajrina Thasya



(2002451)



Ummu Salamah



(2010424)



Ranny Rahmawati



(2002507)



PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2020



PRAKATA Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Metode Penelitian Content Analysis (Analisis Isi)”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Vokasi dan Keteknikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, mudahmudahan kita semua mendapatkan safaatnya di yaumil akhir nanti, Aamiin. Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Hj. Budi Mulyanti, M.Si. dan Dr. Isma Widiaty, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Vokasi dan Keteknikan yang selalu memberi ilmu-ilmu dan pengetahuan baru kepada kami. 2. Teman-teman seperjuangan S2 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2020 Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pelaksanaan pembelajaran dan penelitian baik di prodi, universitas, SMK, maupun masyarakat luas.



Bandung, Penulis.



November 2020



DAFTAR ISI PRAKATA.............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................4 1.4 Sistematika Penulisan....................................................................................4 BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................6 2.1 Definisi Content Analysis..............................................................................6 2.2 Konsep Dasar Content Analysis....................................................................7 2.3 Desain Penelitian Content Analysis...............................................................7 2.4 Proses Penelitian Content Analysis...............................................................9 2.5 Metode Content Analysis.............................................................................10 2.6 Reliabilitas dan Validitas.............................................................................11 BAB III ANALISIS...............................................................................................13 3.1 Logbook Jurnal yang Relevan.....................................................................13 3.2 Analisis Jurnal.............................................................................................17 BAB IV PENUTUP...............................................................................................24 4.1 Kesimpulan..................................................................................................24 4.2 Saran............................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengkaji suatu hal, perlu adanya teori, metode, dan teknik. Pengkajian yang dilakukan bukan semata-mata tanpa garis pengarah, sebab dalam melakukan kajian terhadap suatu hal, perlu adanya penentuan cara dalam mengkaji. Penentuan cara pada intinya akan mengarahkan pengkaji untuk lebih mengtahui perspektif kajian yang digunakan dan kemudian akan jelaslah hasil kajian yang tentunya sesuai dengan pilihan cara pengkajian. Banyak teori-teori yang diungkapkan oleh pakar peneliti, antara lain: formalisme, strukturalisme, semiotika, strukturalisme genetik, naratologi, resepsi, enterteks, feminis, post-kolonial, dekonstruksi, postrukturalisme, analisis isi (content analysis) dan teori pendekatan lain yang memang memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik dalam setiap teori bergantung pada titik  inti pengkajian setiap teori dan kiblat pengkajian. Berlandaskan pada jumlah teori pendekatan yang tinggi, penulis ingin mengkaji satu di antara teori pendekatan tersebut. Dalam kertas karya ini, penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai pendekatan analisis  isi (content analysis). Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahanbahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan



analisis



isi



sebagai



teknik/metode



penelitian.



Holsti



menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik



1



2



(21,5%). Analisis isi didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Berikut beberapa definisi analisis isi berdasarkan pendapat dari beberapa ahli: a. Menurut Krippendorff (1980:21 & 1986:8) Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi “ditiru” dan sahih datanya dengan memerhatikan konteksnya. b. Menurut Weber (1994:9) Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks. c. Menurut Riffe, Lacy, dan Fico (1998:20) Analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid dan analisis menggunakan metode statistik untuk menggambarkan komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi. Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut: a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/datadata yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Analisis isi memiliki tujuan sebagai berikut: a. Analisis isi banyak dipakai untuk menggambarkan karakteristik isi dari suatu pesan. Paling tidak ada empat desain analisis isi yang umumnya dipakai untuk menggambarkan karakteristik pesan yaitu:



3



b. Analisis yang dipakai untuk menggambarkan pesan dari sumber yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda. c. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada situasi yang berbeda, situasi disini dapat berupa konteks yang berbeda, sosial dan politik. d. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada khalayak yang berbeda, khalayak disini merujuk pada pembaca, pendengar atau pemisa media yang berbeda. e. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan dari komunikator yang berbeda. Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran suatu pesan. Analisis isi juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Dalam analisis isi yang menjadi fokus disini tidak dideskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan “isi” muncul dalam bentuk tertentu.. Ada enam pertanyaan dalam prosedur yang harus diperhatikan dalam melakukan metode analisi isi yaitu data yang dianalisis, bagaimana cara pendefinisian, hal apa saja yang terkait, apa konteks data analisis, apa batasbatas analisis, apa target dari kesimpulan. Terdapat dua jenis analisis isi, yaitu analisis isi kuantitatif (Quantitative Content Analysis) dan analisis isi kualitatif (Qualitative Content Analysis). Prinsip analisis isi kuantitatif adalah prinsip objektifitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi. Metode yang diterapkan dalam analisis isi haruslah tersistematisasi, dimana mulai unit analisis yang diteliti sampai pembuatan kategorisasi dan operasionalisasi tidak tumpang tindih. Pesan-pesan yang tampak tadi haruslah dapat dihitung/dikuantifikasi untuk mendapatkan



frekuensi penghitungan



pesan-pesan yang dimaksudkan.



Sedangkan analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dokumen dalam analisis isi kualitatif ini merupakan pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisa dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya.



4



1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: a. Apakah terdapat perbedaan antara metode analisis isi dengan metode lainnya yang digunakan dalam penelitian? b. Bagaimana prosedur yang digunakan dalam melakukan metode analisis isi? c. Bagaimana penerapan metode analisis isi dalam suatu penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui perbedaan metode analisis isi dengan metode penelitian lainnya. b. Untuk mengetahui prosedur yang digunakan dalam melakukan metode analisis isi. c. Untuk mengetahui penerapan metode analisis isi dalam suatu penelitian. 1.4 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang mengenai permasalah yang diangkat dalam pembuatan makalah mengenai analisis isi, rumusan masalah penelitian, tujuan pembahasan, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka, mengemukakan kajian teori mengenai analisis isi berupa definisi, konsep dasar, desain penelitian, proses penelitian, dan metode analisis isi.



5



Bab III Analisis, berisi 10 jurnal dalam bentuk logbook yang menggunakan metode analisis isi di pendidikan vokasi dan keteknikan, berikut analisis masing-masing jurnal. Bab IV Penutup, memuat simpulan dan saran.



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Analysis Berdasarkan pendekatan yang digunakan, analisis isi dibagi menjadi dua pendekatan yaitu analisis isi kuantitatif (quantitative content analysis) dan analisis isi kualitatif (qualitative content analysis). Dalam perspektif metodologi kuantitatif, analisis isi merupakan salah satu pengukuran variabel, sedangkan dalam metodologi kualitatif, analisis isi berdekatan dengan metode analisis data dan metode tafsir teks. Analisis isi yang kuantitatif lebih banyak digunakan oleh para peneliti ilmu sosial yang positivisme, sedangkan metode analisis isi yang kualitatif lebih banyak digunakan oleh mereka yang anti positivisme. Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi (content analysis) merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick). Sedangkan menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, berita radio, iklan televise, maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan



analisis



isi



sebagai



4



teknik/metode



penelitian.



Holsti



5



menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). 2.2 Konsep Dasar Content Analysis Perkembangan penting analisis isi terjadi pada abad XIX ketika mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika. Sekolah kewartawanan mulai muncul dan menimbulkan kebutuhan penelitian empiris terhadap persuratkabaran, sejak saat itu muncul analisis isi terhadap surat kabar. Krippendorf secara spesisifk menyebut fase penting analisis isi terjadi pada tahun 1920-an ketika para ilmuwan sosial dari berbagai bidang secara tidak langsung menaikkan status analisis isi sebagai metode ilmiah. Analisis isi adalah metode penelitian yang sangat fleksibel yang telah banyak digunakan dalam studi perpustakaan dan ilmu informasi (LIS) dengan berbagai tujuan dan sasaran penelitian. Metode penelitian diterapkan dalam kerangka kerja penelitian kualitatif, kuantitatif, dan kadang-kadang campuran dan menggunakan berbagai teknik analitis untuk menghasilkan temuan dan menempatkannya ke dalam konteks. 2.3 Desain Penelitian Content Analysis Perkembangan penting analisis isi terjadi pada abad XIX ketika mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika. Sekolah kewartawanan mulai muncul dan menimbulkan kebutuhan penelitian empiris terhadap persuratkabaran, sejak saat itu muncul analisis isi terhadap surat kabar. Krippendorf secara spesisifk menyebut fase penting analisis isi terjadi pada tahun 1920-an ketika para ilmuwan sosial dari berbagai bidang secara tidak langsung menaikkan status analisis isi sebagai metode ilmiah. Berdasarkan pendekatan yang digunakan, analisis isi dibagi menjadi dua pendekatan yaitu analisis isi kuantitatif (quantitative content analysis) dan analisis isi kualitatif (qualitative content analysis). Dalam perspektif



6



metodologi kuantitatif, analisis isi merupakan salah satu pengukuran variabel, sedangkan dalam metodologi kualitatif, analisis isi berdekatan dengan metode analisis data dan metode tafsir teks. Analisis isi yang kuantitatif lebih banyak digunakan oleh para peneliti ilmu sosial yang positivisme, sedangkan metode analisis isi yang kualitatif lebih banyak digunakan oleh mereka yang anti positivisme. a. Kuantitatif Content Analysis Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah dari sampel atau populasi yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka. Pengambilan datanya disebut penelitian kuantitatif. Analisis isi kuantitatif menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Maka tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil penelitian dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Secara umum analisis isi kuantitatif adalah teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel dan dapat direplikasi. Maka secara umum, penilaian validitas penelitian kuantitatif dapat dilihat dalam validitas internal dan validitas eksternal berikut: 1. Validitas internal, mencakup: a) Apakah alat ukur sesuai dengan apa yang diukur. b) Pemilihan teori dan konsep. c) Pengukuran konsep (reabilitas) yaitu pada definisi operasional.



7



2. Validitas eksternal a) Pemilihan sampel, apakah sudah representati atau belum, karena riset kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan generalisasi hasil riset, artinya temuan data pada kelompok sampel tertentu dianggap mewakili populasi yang lebih besar. b) Kemungkinan penelitian mampu diterapkan pada konteks dan waktu yang berbeda, dan bahwa jika ada peneliti yang melakukan penelitian yang sama maka ada kemungkinan bahwa hasil temuannya tidak akan jauh berbeda. b. Kualitatif Content Analysis Penelitian kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif. Dimana peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya sehingga penelitian ini sangat memperhatikan proses, peristiwa, dan otensitas. Menggunakan metode analisis isi harus mengamati fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut. Selanjutnya memilih unit analisis yang akan dikaji, memilih objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Apabila objek penelitian berhubungan dengan data-data verbal maka perlu disebutkan tempat, tanggal dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan satu dalam suatu media, perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu. 2.4 Proses Penelitian Content Analysis Perkembangan penting analisis isi terjadi pada abad XIX ketika mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika. Sekolah kewartawanan mulai muncul dan menimbulkan kebutuhan penelitian empiris terhadap persuratkabaran, sejak saat itu muncul analisis isi terhadap surat kabar. Krippendorf secara spesisifk menyebut fase penting analisis isi terjadi



8



pada tahun 1920-an ketika para ilmuwan sosial dari berbagai bidang secara tidak langsung menaikkan status analisis isi sebagai metode ilmiah. Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi. a. Penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. b. Pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. c. Pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain. 2.5 Metode Content Analysis Isi Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu: 1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, 2. Melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, 3. Pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, 4. Pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, 5. Pembuatan



skala



dan



item



berdasarkan



kriteria



tertentu



untuk



pengumpulan data, dan 6. Interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh. Permulaan penelitian itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk dijawab dengan usaha penelitian. Pada perumusan hipotesis,



9



dugaan sementara yang akan dijawab melalui penelitian, peneliti dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis statistik. Penarikan sampel dilakukan melalui pertimbangan tertentu, disesuaikan dengan rumusan masalah dan kemampuan peneliti. Pembuatan alat ukur atau kategori yang akan digunakan untuk analisis didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan acuan tertentu. Misalnya, kategori tinggi-sedang-rendah, dengan indikator-indikator yang bersifat terukur. Kemudian, pengumpulan atau coding data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang sudah dipersiapkan. Setelah semua data diproses, kemudian diinterpretasikan maknanya. 2.6 Reliabilitas dan Validitas Masalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas pengukuran (kesahihan) merupakan 2 hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki. Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini. 1. Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam. 2. Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-juri pemberi nilai. 3. Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam berbagi kategori. Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut: 1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.



10



2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang. 3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.



BAB III ANALISIS c.1 Logbook Jurnal yang Relevan Berikut adalah logbook dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan Pendidikan Vokasi dan Keteknikan, yang menggunakan metode content analysis: KODE CA001



SUMBER Hashim, H., Judi, H. M., & TENGKU WOOK, T. S. M. (2016). Success factors for knowledge sharing among TVET instructors. Journal of Theoretical & Applied Information Technology, 85(1).



TUJUAN Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan antar instruktur di TVET.



METODE Menggunakan metode kualitatif yang melibatkan wawancara semi-terstruktur. Metode Snowball Sampling dipilih dengan empat instruktur dan dua ahli sebagai responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis isi



CA002



Zinn, B., Raisch, K., & Reimann, J. (2019). Analysing training needs of TVET teachers in South Africa: An empirical study. International journal for research in vocational education and training, 6(2), 174197.



Untuk melaporkan studi tentang kemajuan pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET) dan kebutuhan untuk pelatihan lebih lanjut yang berorientasi profesi bagi para dosen di perguruan tinggi kejuruan teknik umum di Afrika Selatan, dengan pertimbangan kondisi sosial dan politik.



Studi ini didasarkan pada pendekatan metode campuran di mana analisis dokumen kebijakan pendidikan dan studi kualitatif dan kuantitatif dengan guru VET dan perwakilan dari otoritas pendidikan di Afrika Selatan dilakukan



16



HASIL PENTING Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan melalui dua pendekatan utama yaitu pendekatan non teknis yang terdiri dari faktor organisasi, individu, konten, dan kerjasama dan pendekatan teknis yang hanya terdiri dari satu faktor yaitu teknologi. Faktor-faktor yang diidentifikasi diharapkan dapat membantu institusi TVET mengembangkan gudang berbagi pengetahuan yang akan mendorong berbagi pengetahuan di antara instruktur mereka. mengungkapkan struktur yang kompleks sehubungan dengan persyaratan untuk pelatihan lanjutan dosen TVET, menjelaskan kebutuhan sentral untuk pelatihan dosen lebih lanjut dan menyampaikan pengetahuan yang dapat dihubungkan baik untuk kemajuan pendidikan praktis pelatihan dosen dan pendidikan lanjutan pelatihan, serta untuk penelitian dalam konteks internasionalisasi pelatihan kejuruan di Afrika Selatan



17



CA003



Hashim, S., Utami, P., Rahman, M. H. A., Jumaat, N. F., & Phon, D. N. E. (2019). KNOWLEDGE CONSTRUCTION PROCESS IN AN OPEN LEARNING SYSTEM AMONG TECHNICAL AND VOCATIONAL EDUCATION AND TRAINING (TVET) PRACTITIONERS. Jo urnal Of Technical Education And Training, 11(1).



Untuk mengetahui apakah proses konstruksi pengetahuan dalam sistem pembelajaran terbuka dapat membantu praktisi TVET dalam melakukan tugas-tugas yang perlu diselesaikan sebagai elemen penting dalam penilaian di salah satu mata pelajaran di kelasnya.



Penelitian dilakukan pada 61 praktisi TVET dan dua instruktur dari dua kelas yang diajar menggunakan lingkungan sistem pembelajaran terbuka melalui Moodle. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain kuantitatif dan didukung oleh data kuantitatif dan kualitatif



Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam sistem pembelajaran terbuka ini telah membantu praktisi TVET untuk bekerja dengan baik dalam tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mata pelajaran mereka dan juga mendorong mereka untuk membangun pengetahuan yang bermakna dalam proses yang konstan. Praktisi TVET perlu menggali lebih banyak informasi dan pengetahuan untuk membenarkan sebagian besar jawaban mereka.



CA004



Pilz, M., Krisanthan, B., Michalik, B., Zenner, L., & Li, J. (2016). Learning for life and/or work: The status quo of prevocational education in India, China, Germany and the USA. Research in Comparative and International Education, 11(2), 117134.



Untuk mempertimbangkan desain kurikulum dan implementasi pendidikan pra-kejuruan di empat negara dengan budaya yang sangat berbeda: India, Cina, Jerman dan Amerika Serikat



Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai faktor berarti penerapannya sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, tetapi guru di keempat negara fokus pada pendidikan prakejuruan untuk membekali siswa dengan kemampuan hidup



CA005



Brevik, L. M., Gunnulfsen, A. E., & Renzulli, J. S. (2018). Student teachers’ practice and experience with differentiated instruction for students with higher learning potential. Teaching and Teacher Education, 71, 34-45.



Artikel ini menyajikan studi kualitatif tentang pemahaman siswa guru tentang diferensiasi untuk siswa sekolah menengah berprestasi dengan potensi belajar yang lebih tinggi



Menggunakan konsep relevansi yang dibingkai secara teoritis untuk menginformasikan analisis kurikulum, ini membandingkan konten kurikulum yang sangat berbeda. Selain itu, wawancara dengan guru di keempat negara menyempurnakan bagaimana kurikulum diterapkan dalam praktik. Studi tersebut, yang didasarkan pada pendekatan 'kurikulum yang ditentukan' dan 'kurikulum yang ditetapkan', Menggunakan wawancara kelompok fokus guru siswa Norwegia (N ¼ 322), studi ini mengidentifikasi pemahaman mereka tentang penggunaan dan nilai diferensiasi, yang diambil dari praktik dan pengalaman mengajar mereka.



Studi ini menghasilkan bahwa guru siswa kurang percaya diri dalam memberlakukan diferensiasi, meskipun menyadari pentingnya, ketika bekerja dengan siswa-siswa ini. Kami berpendapat bahwa pendidikan guru perlu lebih memperhatikan untuk membantu siswa guru berdiferensiasi secara efektif untuk memenuhi kebutuhan siswa berprestasi tinggi dengan potensi belajar yang lebih tinggi.



18



CA006



Kerkhoven, A. H., Russo, P., LandZandstra, A. M., Saxena, A., & Rodenburg, F. J. (2016). Gender stereotypes in science education resources: A visual content analysis. PloS one, 11(11), e0165037.



Untuk mengungkapkan pemikiran guru (konsepsi diri guru, pemikiran didaktis mereka) kemudian dilaporkan



Fokus konten yang memungkinkan dan ide-ide metodologis kemudian dibahas



Bahwa betapa pentingnya mengungkapkan pengetahuan praktis guru untuk deskripsi dan pengembangan kompetensi mata pelajaran khusus guru VTE, dan bahwa pengetahuan tentang pengetahuan guru tentang domain kejuruan tertentu sebagai kotak hitam bernilai tinggi sebenarnya jarang dipelajari secara rinci



CA007



Pilz, M., & Li, J. (2012). What Teachers in Pre-vocational Education should Teach and What they Actually Teach: A comparison of curricula and teaching in Germany and China. Research in Comparative and International Education, 7(2), 226247.



Untuk membandingkan rencana kurikulum pendidikan pra-kejuruan di sekolah menengah pertama di Jerman dan Cina Daratan, dan implementasinya



Penyelidikan mengungkapkan bahwa di kedua negara terdapat perbedaan tertentu antara rencana kurikulum di satu sisi dan realitas pengajaran di sisi lain. Alasan perbedaan sangat berbeda di kedua negara dan terkait erat dengan beragam pengaturan kelembagaan, situasi keuangan, serta pelatihan guru, dll.



CA008



Pawley, A. L., Schimpf, C., & Nelson, L. (2016). Gender in engineering education research: A content analysis of research in JEE, 1998– 2012. Journal of Engineering Education, 105(3), 508-528.



Untuk mengeksplorasi sejauh mana masalah kebutuhan pendidikan dan pelatihan khusus bagi penyandang disabilitas ditangani dalam kebijakan pendidikan dan pelatihan di Ethiopia, dengan fokus khusus pada pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (TVET).



Memilih kurikulum jenis sekolah tertentu di dua wilayah terpilih di kedua negara, penelitian ini terlebih dahulu melakukan analisis isi rencana kurikulum, menggunakan kriteria yang dikembangkan dari teori pengembangan kurikulum Reetz. Pada langkah kedua, berdasarkan temuan pada level teoritis, beberapa wawancara mendalam semiterstruktur dilakukan di kedua negara dengan tujuan untuk mengetahui tingkat implementasi kurikulum serta faktorfaktor yang mempengaruhi dalam praktik mengajar yang sebenarnya. Diskusi kelompok terfokus dan wawancara digunakan untuk menilai isi kebijakan dan dokumen strategis terkait, serta kerangka hukum dan instrumen pelaksanaan, dalam kaitannya dengan prinsip inklusi. Sepasang diskusi kelompok terfokus melibatkan 22 anggota manajemen dan tata kelola empat jaringan dan delapan organisasi non-pemerintah yang berfokus pada



Sebagian besar peserta sepakat bahwa masalah disabilitas tidak ditangani dengan tepat dalam masalah strategi dan prioritas. Enam rekomendasi disajikan untuk meningkatkan inklusi penyandang disabilitas dalam pendidikan dan pelatihan kejuruan.



19



CA009



Jules, T. D. (2015). Educational exceptionalism in small (and micro) states: Cooperative educational transfer and TVET. Research in Comparative and International Education, 10(2), 202222.



Untuk memeriksa bagaimana anggota CARICOM mengandalkan proses kebijakan nonekonomi dari kerja sama fungsional dan alat kebijakan dari apa yang disebut 'transfer pendidikan kooperatif'' di tingkat daerah untuk menggerakkan gagasan dan praktik secara kolaboratif untuk merangsang reformasi pendidikan nasional.



CA010



Malle, A. Y., Pirttimaa, R., & Saloviita, T. (2015). Policy–practice gap in participation of students with disabilities in the education and training programme of E thiopia: policy content analysis. Support for Learning, 30(2), 121133.



Untuk menyelidiki dampak Service-Learning pada peningkatan pelatihan guru siswa. Makalah ini juga berfungsi sebagai kontribusi untuk diskusi tentang mengintegrasikan platform pendidikan dalam proses layanan dengan membatasi batas waktu dan ruang dan membuatnya dapat diakses oleh siswa untuk mempraktikkan pengetahuan mereka untuk kepentingan masyarakat.



disabilitas dan adat. Selain itu, 14 pakar terkenal dari kementerian diwawancarai. Menggunakan analisis isi sumatif, dengan 2 tahapan yakni analisis data dan pengkodean.



dengan menguji efisiensi program Pembelajaran Layanan bimbingan online (yaitu E-S-L) dan fungsionalitas platform pendidikan yang menyelenggarakan program, berjudul PedTut



Analisis isi sumatif menunjukkan bahwa kebangkitan transfer pendidikan kooperatif di tingkat regional adalah konsekuensi langsung dari efek dialektika, dinamis, dan fragmentaris dari globalisasi, karena pasar berkembang di negara kecil (dan mikro) CARICOM tidak dapat melindungi diri dari ekonomi global. tekanan secara individual. Dalam analisis terhadap 13 kebijakan pendidikan CARICOM nasional, temuan menunjukkan bahwa selama periode kebijakan 2002-2010, pengambilan keputusan sulit, karena pemerintah nasional memasukkan mandat nasional dan aspirasi dan komitmen daerah ke dalam agenda reformasi mereka. Dalam makalah ini kami menyelidiki dampak dari program bimbingan belajar S-L online pada pengembangan kompetensi yang terkait dengan S-L (yaitu, efikasi diri, kebahagiaan subjektif, sikap dan keterampilan sipil) di tingkat siswa. Hasil menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap keragaman meningkat secara signifikan setelah partisipasi dalam program bimbingan, menyiratkan bahwa, siswa (tutees) mungkin lebih terbuka untuk berinteraksi dengan budaya yang berbeda, memiliki sikap yang lebih positif terhadap budaya yang tidak diketahui dan menghargai nilai yang ditambahkan oleh keanekaragaman budaya. sebuah kelompok.



c.2 Analisis Jurnal Adapun analisis metode yang digunakan dari 10 jurnal di atas adalah sebagai berikut: 1. Success Factors for Knowledge Sharing Among TVET Instructors (Hashim, H., Judi, H. M., & TENGKU WOOK, T. S. M. 2016)



20



Dalam penelitian di ini, peneliti menggunakan metode kualitatif, yakni wawancara semi-terstuktur kepada 4 pendidik dan 2 ahli yang dipilih berdasarkan pengalaman mengajar di lembaga TVET. Lalu Analisis data menggunakan metode analisis data tematik. Metode ini sesuai untuk data dalam bentuk 'teks'. Proses analisis data dimulai dengan penulis menyalin catatan wawancara. Kemudian, pengkodean dilakukan dengan manuskrip untuk mengidentifikasi istilah yang ada. Kode tersebut diekstrak dari frase, kata kunci, dan bahkan pernyataan yang melambangkan makna yang sama atau yang bertentangan dengan naskah. 2. Analysing Training Needs of TVET Teachers in South Africa: An Empirical Study (Zinn, B., Raisch, K., & Reimann, J. 2019) Dalam penelitian ini, untuk melihat tingkat kualifikasi dosen vokasi dan untuk mengetahui gambaran situasi yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi vokasi, maka peneliti menggunakan 3 studi kasus. Adapun yang menggunakan analisis isi adalah studi kasus 1 yang bertujuan untuk menilai kebijakan pendidikan dan kerangka kurikuler pendidikan dosen di Afrika Selatan dan dilakukan sebagai analisis isi kualitatif dari kebijakan pendidikan dan dokumen kurikuler. Dalam Studi Kasus 1, tiga dokumen kebijakan pendidikan pusat - White Paper (2013), Green Paper (2012) dan Government Gazette (2013) dievaluasi dengan cara analisis konten dalam upaya reformasi dan target kejuruan saat ini dan pelatihan dosen perguruan tinggi di Afrika Selatan. Buku Putih (DHET, 2013b) dan Lembaran Pemerintah (DHET, 2013a) dianggap sangat penting dalam konteks ini. 3. KNOWLEDGE CONSTRUCTION PROCESS IN AN OPEN LEARNING SYSTEM AMONG TECHNICAL AND VOCATIONAL EDUCATION AND TRAINING (TVET) PRACTITIONERS (Hashim, S., Utami, P., Rahman, M. H. A., Jumaat, N. F., & Phon, D. N. E. 2019) Penelitian ini menggunakan pendekatan desain kuantitatif dan didukung oleh data kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan kepada 61 praktisi TVET dan dua instruktur dari dua kelas yang diajar menggunakan lingkungan sistem pembelajaran terbuka melalui Moodle. Selama proses belajar mengajar, instruktur dan praktisi TVET diberi waktu untuk berinteraksi dan berdiskusi satu sama lain menggunakan sesi forum melalui Moodle dalam proses belajar mengajar. Kumpulan data ini dikumpulkan dari transkripsi semua pesan yang diposting selama diskusi grup oleh kedua grup responden dalam empat minggu terakhir. Pesanpesan dalam sistem pembelajaran ini dianalisis dengan menggunakan



21



metode analisis isi dan dikodekan berdasarkan model konstruksi pengetahuan yang diadaptasi dari Veerman dan Veldhuis-Diermanse (2001). Kemudian untuk mendukung dan memperkuat data, dilakukan wawancara kepada instruktur dan dianalisis menggunakan metode statistik. 4. Learning for life and/or work: The status quo of pre-vocational education in India, China, Germany and the USA (Pilz, M., Krisanthan, B., Michalik, B., Zenner, L., & Li, J. 2016) Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa analisis isi kurikulum individu yang relevan sesuai dengan aturan analisis isi kualitatif. Bagian teks kurikulum yang relevan diberi kode. Setelah analisis kurikulum, para guru praktik diwawancarai (semi-terstruktur) dengan tujuan utama menilai sejauh mana kurikulum ini diterapkan. Wawancara direkam dan sebagian ditranskrip untuk dijadikan dasar analisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan prosedur standar analisis isi dengan sub-kategori dan contoh jangkar. 5. Student teachers’ practice and experience with differentiated instruction for students with higher learning potential (Brevik, L. M., Gunnulfsen, A. E., & Renzulli, J. S. 2018) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat strategi untuk analisis data: (a) analisis dokumen, (b) analisis tematik peta pikiran, (c) generasi awan kata, dan (d) analisis tematik wawancara dan transkripsi. Analisis data dilakukan secara iteratif, konsisten dengan penelitian studi kasus kualitatif, dan analisis isi transkrip untuk lima kasus. Peneliti menggunakan Microsoft Excel untuk analisis tematik. Penulis 1 dan 2 mengetik kata kunci dari peta pikiran ke dalam baris-baris yang diatur oleh kelompok. Di kolom kedua dan ketiga, peneliti menghasilkan tema berbasis data (secara induktif) dan mengidentifikasi tema teoretis (secara deduktif;). Kemudian, peneliti menghasilkan awan kata berdasarkan tema, dan membandingkan frekuensi di dalam dan lintas kasus. Peneliti melihat seluruh kasus untuk mengidentifikasi konsep atau tema yang serupa. Setelah menyalin sesi kelompok, peneliti menggunakan penculikan (Alvesson & Sk € oldberg, 2009) dengan bolak-balik antara data dan teori, untuk menambang transkripsi untuk tema berdasarkan kategori Tomlinson (2014) dan Renzulli (2012), dan membandingkannya dengan kata cloud. Langkah ini memungkinkan peneliti menguji tema yang teridentifikasi



22



untuk memverifikasi, menyempurnakan, atau membantahnya berdasarkan transkripsi dan teori. Peneliti mengulangi proses ini untuk menyempurnakan tema menjadi tiga pola. 6. Gender stereotypes in science education resources: A visual content analysis (Kerkhoven, A. H., Russo, P., Land-Zandstra, A. M., Saxena, A., & Rodenburg, F. J. 2016) Ini adalah studi analisis konten yang menyelidiki konten visual sumber daya pendidikan sains online. Sampel penelitian terdiri dari sumber daya pendidikan sains dari website Scientix dan OERcommons dengan kriteria inklusi sebagai berikut: (1) tingkat sekolah dasar (usia 4 hingga 11 tahun), (2) bidang sains: astronomi, biologi, kimia, geologi, matematika, fisika, dan teknologi, (3) bahasa Inggris, dan (4) format: doc, pdf, atau html. Jumlah populasi yang memenuhi keempat persyaratan adalah 2.164 sumber daya. Maka dilakukan sampel sebanyak 327 sumber daya dihitung. Analisis isi visual dilakukan secara manual oleh satu pembuat kode. Setiap sumber daya dipindai untuk mengetahui keberadaan konten visual. Jika terdapat konten visual, setiap visual diperiksa jumlah pria, wanita, anak laki-laki, dan perempuan, serta profesi dan aktivitas setiap orang dalam visual. Profesi masing-masing individu dipelajari untuk mengetahui apakah jumlah laki-laki dan perempuan dalam profesi sains adalah sama. Selain itu, aktivitas yang dilakukan setiap orang dipelajari untuk mengidentifikasi apakah ada keseimbangan antara jumlah pria dan wanita dalam aktivitas yang lebih ilmiah dan lebih mendidik. Keseimbangan yang sama dalam jenis aktivitas diselidiki untuk anak laki-laki dan perempuan. Satu pengkode tambahan ditugaskan untuk mengkodekan konten visual dari sampel acak dari 22 sumber daya. Dalam sumber daya ini, 240 orang yang digambarkan diberi kode, yang lebih dari 10% data digunakan untuk menarik kesimpulan (yaitu, 1.161 orang), reliabilitas intercoder melebihi batas bawah untuk reliabilitas (K-alpha = 0,70). 7. What Teachers in Pre-vocational Education should Teach and What they Actually Teach: A comparison of curricula and teaching in Germany and China (Pilz, M., & Li, J. 2012) Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok penelitian adalah kurikulum, maka peneliti melakukan analisis kurikulum dan analisis isi terhadap wawancara guru. Terlebih dahulu peneliti melakukan pemilahan kriteria/karakteristik kurikulum yang akan dianalisis, yang tidak memenuhi kriteria maka diabaikan. Kriteria kemudian dikembangkan



23



berdasarkan kategori seperti: prinsip disiplin, prinsip situasi, dan prinsip kepribadian. Kemudian dilakukan pengkodean dalam 2 langkah, yakni pada pedoman kurikulum dan pada rencana kurikulum. Selama proses pengkodean, kode diberikan ke setiap unit analisis; proses ini secara ketat didasarkan pada korespondensi antara arti kode dan unit kode. Setelah pengkodean, jumlah kode / kriteria individu dijumlahkan. Perhatian khusus diberikan pada pengkodean bagian pedoman dari rencana kurikulum. Kemudian peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada 37 guru di Jerman dan Cina. Mengikuti prosedur standar analisis isi, analisis hasil wawancara terdiri dari enam komponen pengumpulan data: penyatuan, pengambilan sampel, pencatatan / pengkodean, pengurangan, penarikan kesimpulan, dan penuturan (Krippendorff, 2007, hlm. 83). Hasilnya dipresentasikan kemudian dibandingkan dengan hasil analisis kurikulum selanjutnya. 8. Gender in engineering education research: A content analysis of research in JEE, 1998–2012 (Pawley, A. L., Schimpf, C., & Nelson, L. 2016).  Peneliti melakukan penelitian dengan memilih artikel yang terbit di Journal of Engineering Education 15 volume dari tahun 1998 sampai 2012. Kemudian dianalisis menggunakan analisis konten. Untuk mendapatkan kesimpulan dasar dalam data, peneliti menggunakan pengkodean untuk mengkategorikan sejumlah besar teks ke dalam area konten utama. Area konten ini dapat dihasilkan secara deduktif (di mana beberapa set kode awal yang telah ditentukan diterapkan ke data) atau mungkin muncul secara induktif dari analisis data. Peneliti mengidentifikasi artikel untuk dimasukkan dengan menggunakan strategi kata kunci dengan mengunduh semua artikel selama periode waktu ini dan mencari setidaknya judul, abstrak, dan pengantar untuk kata-kata yang berhubungan dengan gender seperti pria, pria, wanita, wanita, pria, pria, wanita, wanita, gender, dan kata-kata dengan batangnya wom *, sex *, male *, female *, fem *, and masc *. kami kemudian menyortir artikel tersebut ke dalam tiga kategori penting untuk penelitian gender: artikel inti, artikel pinggiran, dan artikel yang tidak terkait. - Artikel inti memiliki gender sebagai kunci untuk pertanyaan penelitian mereka, atau memiliki substansial (50 atau lebih) contoh bahasa gender dalam artikel, menggunakan kata kunci yang tercantum di atas. Diidentifikasi ada 62 artikel inti. - Artikel pinggiran tidak memiliki gender dalam pertanyaan penelitian mereka, tetapi memiliki setidaknya 10 dan kurang dari 50 contoh



24



-



bahasa gender di badan artikel. Diidentifikasi ada 70 artikel sebagai artikel pinggiran. Artikel yang tidak terkait memiliki kurang dari 10 contoh bahasa terkait gender dan tidak ada pertanyaan penelitian terkait gender. Ini difokuskan pada topik penelitian lain, seperti teknik K-12 atau studi pembelajaran sains. Artikel-artikel ini dikeluarkan dari badan artikel yang kami analisis.



Setelah langkah penyortiran ini, peneliti memiliki 132 artikel yang relevan (inti dan pinggiran). Melalui analisis artikel yang relevan, peneliti mengembangkan enam kategori kode: alasan, kerangka teoritis, metode, pengaturan penelitian, identitas dan peran peserta penelitian, dan afiliasi dan kolaborasi organisasi penulis. Kemudian secara komprehensif menerapkan kode dan mengembangkan subtipe di semua artikel. Peneliti membagi beban kerja dengan cara ini: Penulis pertama pada awalnya menyusun penelitian. Penulis ketiga memulai penelitian, mengidentifikasi analisis domain sebagai metode awal yang berguna, mengidentifikasi 88 artikel JEE awal untuk dianalisis dari tahun 1998 hingga 2008, mengembangkan perbedaan dan definisi inti-pinggiran, mengategorikan artikel yang diidentifikasi sebagai inti atau pinggiran, dan mengidentifikasi satu set kategori dan subtipe awal. Penulis kedua meninjau pekerjaan yang diselesaikan oleh penulis ketiga, menambahkan artikel dari 2009 hingga 2012 ke dalam badan artikel, memeriksa semua kategori dan subtipe, serta bagaimana artikel diklasifikasikan, dan membuat klasifikasi ulang atau klaim baru jika diperlukan. Dua penulis pertama secara substansial berkontribusi pada penulisan dan revisi artikel ini, dan terlibat dalam diskusi selama keseluruhan analisis dan penulisan artikel. 9. Educational exceptionalism in small (and micro) states: Cooperative educational transfer and TVET (Jules, T. D. 2015) Kasus yang disajikan di sini didasarkan pada analisis isi sumatif (makna laten dan nyata dalam teks) wacana kebijakan untuk memahami bagaimana tindakan otoritatif dalam pergerakan ide-ide kebijakan dilakukan di seluruh kebijakan pendidikan nasional. Kebijakan pendidikan nasional dari 13 anggota CARICOM, 8 dianalisis dengan bantuan analisis konten kategoris sumatif untuk memahami manifestasi wacana kebijakan. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu melihat frekuensi atau kemunculan tema-tema yang telah



25



dipilih sebelumnya (analisis isi nyata) kemudian diberikan perhatian pada makna yang mendasari kata atau konteksnya (analisis konteks laten) untuk memahami sejauh mana kebijakan daerah. wacana menginformasikan wacana kebijakan nasional. Penelitian ini memiliki dua tahap yaitu analisis data dan pengkodean. Dalam fase satu, sembilan sub-tema TVET dari sub-kategori “sekolah dan dunia untuk bekerja,” di bawah kategori yang lebih luas dari “reformasi kurikulum” dari kebijakan pendidikan regional yang dituangkan dalam Masa Depan Pendidikan di Daerah (CARICOM , 1993), dipilih. Untuk tujuan studi ini, hanya tema di wilayah yang berhubungan dengan TVET yang dianalisis. Kedua, untuk mengidentifikasi apakah mandat regional TVET ada dalam wacana kebijakan nasional atau tidak, saya kemudian memeriksa tujuan dari Pasar Tunggal Karibia dan Ekonomi (CSME) seperti yang dinyatakan dalam Deklarasi Grand Anse (CARICOM, 1989). Tujuantujuan ini menyerukan “penggunaan penuh tenaga kerja (lapangan kerja penuh) dan eksploitasi penuh faktor-faktor produksi lain (sumber daya alam dan modal)” (CARICOM, n.d.). Selain itu, Pasar Tunggal Karibia, tetapi bukan Ekonomi Tunggal Karibia, mulai berlaku pada tahun 2006, dengan 13 dari 15 anggota CARICOM mengaksesnya. Akhirnya, ke-13 kebijakan nasional dibaca secara kualitatif oleh dua pembuat kode dan diberi kode untuk referensi kebijakan atau kesesuaian kebijakan — yaitu. keberadaan teks yang tepat (kata demi kata) atau gagasan konseptual — untuk kebijakan daerah. Referensi langsung ke tema daerah dalam kebijakan nasional diberi kode. Setelah semua dokumen dibaca, dianalisis, dan diberi kode, semua data kemudian dihitung. Meskipun tidak ada pengukuran reliabilitas intercoder standar dalam analisis konten, aturan yang diterima secara luas adalah bahwa studi yang telah mencapai koefisien di atas (0,75) hingga (0,80) dipandang memiliki reliabilitas tinggi (seperti dikutip dalam Neuenforf, 2002). Para pembuat kode menggunakan sembilan klasifikasi tekstual yang sama untuk meningkatkan keandalan klasifikasi. Coder 1 adalah peneliti terlatih dan coder 2 adalah peneliti utama. Kedua pembuat kode mengkodekan frase yang sama 90% dari waktu di 13 dokumen kebijakan, memberikan keandalan intercoder 0,85. 10. Policy–practice gap in participation of students with disabilities in the education and training programme of E thiopia: policy content analysis (Malle, A. Y., Pirttimaa, R., & Saloviita, T. 2015) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara tatap muka kepada 14 pembuat kebijakan dan pakar terkenal yang dipilih menggunakan purposive dan snowball



26



sampling, yang terdiri dari - anggota pemerintah dan profesional di berbagai departemen dan posisi di Kementerian Pendidikan Federal dan Badan TVET karena senioritas dan peran mereka saat ini dalam memimpin gerakan kesadaran disabilitas di Ethiopia. Ide, pandangan dan narasi yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan diskusi kelompok terfokus ditranskripsikan menjadi dokumen setebal 86 halaman dan kemudian dikategorikan berdasarkan tema yang kemudian dideskripsikan dan akhirnya dianalisis



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai Metode Content Analysis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Metode Content Analysis memiliki ciri khas sendiri yang membedakannya dengan metode lain, yakni (1) bisa digunakan untuk menganalisis isi dari sumber media cetak dan elektronik juga yang berhubungan dengan manusia langsung, (2) bisa menggunakan dua pendekatan sekaligus dalam satu penelitian, (3) memiliki langkah-langkah yang harus dilaksanakan dan saling berkaitan. b. Prosedur yang digunakan dalam melakukan metode Content Analysis adalah (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu



27



sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan



skala



dan



item



berdasarkan



kriteria



tertentu



untuk



pengumpulan data, dan (6) interpretasi/penafsiran data yang diperoleh. c. Penerapan metode content analysis dalam suatu penelitian bisa dengan menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, ataupun keduanya, untuk menganalisis sumber-sumber dari media cetak dan elektronik juga tingkah laku manusia, dengan menerapkan 6 langkah wajib yang harus dilakukan di metode Content Analysis.



4.2 Saran Penulis menyarankan bagi pembaca yang ingin menggunakan metode analisis isi dalam penelitian, maka untuk banyak-banyak membaca dan memahami dahulu dari berbagai sumber, juga banyak membaca jurnal internasional agar bisa mengadaptasi metode penelitian yang digunakan.



28



DAFTAR PUSTAKA Brevik, L. M., Gunnulfsen, A. E., & Renzulli, J. S. (2018). Student teachers’ practice and experience with differentiated instruction for students with higher learning potential. Teaching and Teacher Education, 71, 34-45. Hashim, H., Judi, H. M., & TENGKU WOOK, T. S. M. (2016). Success factors for knowledge sharing among TVET instructors. Journal of Theoretical & Applied Information Technology, 85(1). Hashim, S., Utami, P., Rahman, M. H. A., Jumaat, N. F., & Phon, D. N. E. (2019). KNOWLEDGE CONSTRUCTION PROCESS IN AN OPEN LEARNING SYSTEM AMONG TECHNICAL AND VOCATIONAL EDUCATION AND TRAINING (TVET) PRACTITIONERS. Journal Of Technical Education And Training, 11(1). Jules, T. D. (2015). Educational exceptionalism in small (and micro) states: Cooperative educational transfer and TVET. Research in Comparative and International Education, 10(2), 202-222. Kerkhoven, A. H., Russo, P., Land-Zandstra, A. M., Saxena, A., & Rodenburg, F. J. (2016). Gender stereotypes in science education resources: A visual content analysis. PloS one, 11(11), e0165037. Malle, A. Y., Pirttimaa, R., & Saloviita, T. (2015). Policy–practice gap in participation of students with disabilities in the education and training programme of E thiopia: policy content analysis. Support for Learning, 30(2), 121-133. Pawley, A. L., Schimpf, C., & Nelson, L. (2016). Gender in engineering education research: A content analysis of research in JEE, 1998–2012. Journal of Engineering Education, 105(3), 508-528.



29



Pilz, M., Krisanthan, B., Michalik, B., Zenner, L., & Li, J. (2016). Learning for life and/or work: The status quo of pre-vocational education in India, China, Germany and the USA. Research in Comparative and International Education, 11(2), 117-134. Pilz, M., & Li, J. (2012). What Teachers in Pre-vocational Education should Teach and What they Actually Teach: A comparison of curricula and teaching in Germany and China. Research in Comparative and International Education, 7(2), 226-247. Zinn, B., Raisch, K., & Reimann, J. (2019). Analysing training needs of TVET teachers in South Africa: An empirical study. International journal for research in vocational education and training, 6(2), 174-197.