Makalah Model Pembelajaran CTL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan sekarang ini menuntut kerja keras dan tanggung jawab guru untuk lebih professional. Guru harus dapat mengubah paradigma mengajar dariteaching ke learning. Perubahan ini tidak semata-mata hanya untuk mengikuti trend jaman, tetapilebih kepada tuntutan dan situasi nyata yang dibutuhkan dunia dan kehidupan manusia.Permasalahan dunia yang semakin kompleks seperti krisis global dan iklim global menuntutkerja keras dunia pendidikan agar mampu menghasilkan siswa menjadi seorang problem solverdi masa yang akan datang, dan tidak hanya menjadi tenaga terampil saja. Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harusmengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner,tetapi menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh dirimereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar,aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, danmemiliki kepercayaan diri yang tinggi. Menjadikan siswa aktif, kreatif dan menjadi seorang problem solver yang baik tentunya bukanhal yang mudah, anak harus mempunyai kemampuan berpikir yang baik. Guru harus bekerjak eras mengubah gaya mengajarnya dengan memberi



peluang



pengetahuannya



dan



secara



kesempatan lebih



kepada



mandiri.



anak



Salah



satu



untuk mengeksplorasi trend



atau



arah



pembelajaransekolah saat ini untuk menciptakan pembelajaran menjadi lebih bermakna adalah penggunaankonteks dalam pembelajaran inovasi tersebut seperti Contextual Teaching and Learning. Contextual Teaching and Learning.merupakan konsep belajar yang membantu gurumengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam



kehidupan siswa yang lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya,masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. )pabila sebuah kelasmenerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telahmenggunakan model pembelajaran kontekstual. Penggunaan #$% dalam pembelajaran bahasadan sastra !ndonesia di kelas dapat menarik perhatian siswa karena yang memiliki berbagai komponen sehingga pembelajaran tidak membosankan.



Menurut Suyanto (2003:1) dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperolehdi kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungansecara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki sisa belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)? 2. Apa karakteristrik Contextual Teaching and Learning 3. Apa saja komponen dari pendekatan kontekstual (CTL)



4. Apakah prinsip pembelajaran kontekstual? 5. Apakah kelebihan dari pembelajaran kontekstual? 6. Apakah kelemahan dari pembelajaran kontekstual?



7. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kontekstual? 1.3 Tujuan Penulisan 2. Mengetahui pengertian dari pembelajaran kontekstual 3. Mengetahui karakteristik dari pembelajaran kontekstual 4. Mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran kontekstual 5. Mengetahui prinsip pembelajaran kontekstual 6. Mengetahui kelebihan dari pembelajaran kontekstual 7. Mengetahui kelemahan dari pembelajaran kontekstual 8. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kontekstual



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dari Pembelajaran Kontekstual Proses



pembelajaran



kontekstual



beraksentuasi



pada



pemrosesan



informasi, individualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir. Menurut Susdiyanto, Saat, dan Ahmad (2009: 27), pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran



kontekstual



atau Contextual



Teaching



and



Learning (CTL)



merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.



Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar. 2.2 Karakteristik Contextual Teaching and Learning Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu: 1. Melakukan hubungan yang bermakna 2. Mengerjakan pekerjaan yang berarti 3. Mengatur cara belajar sendiri 4. Bekerja sama 5. Berpikir kritis dan kreatif 6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa, 7. Mencapai standar yang tinggi,M 8. Menggunakan penilaian sebenarnya Menurut Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik antara lain yaitu: 1. Kerja sama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan



4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktif 8. Sharing dengan teman 9. Guru kreatif 10. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, petapeta, gambar,artikel, humor, dan lain-lain, serta 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain 2.3 Komponen-komponen yang Terdapat dalam Pembelajaran Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembelajaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstul. Komponen-komponen dimaksud adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono, 2011: 85). 1) Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan lima elemen belajar konstruktivisme, yaitu: (a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiating knowledge), (b) perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (c) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (d) mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), (e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge). 2)



Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.



Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan



mandiri. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman siswa; (c) membangkitkan respon pada siswa; (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui siswa; (f) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. (Sagala, 2009: 88). 3)



Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual.



Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil megingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. 4)



Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar daam



kelompok). Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. 5)



Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Dengan



adanya model, siswa akan lebih mudah meniru apa yang dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang lain, guru atau siswa yang lebih mahir dapat bertindak sebagai model. 6)



Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan upaya



untuk



melihat



kembali,



mengorganisir



kembali,



menganalisis



kembali,



mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi kembali hal-hal yang telah dipelajari. 7)



Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa



memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010: 176).



2.4 Prinsip Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut. 1. Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional. 2. Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat. 3. Pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1. Menekankan pada pemecaham masalah; 2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; 3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali; 4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; 5. Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama; 6. Menggunakan penilaian otentik. Lain



halnya



dengan



Nurhadi,



ia



mengemukakan



prinsip-prinsip



pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial, (2) Membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri,



(4) Mempertimbangkan keragaman siswa, (5) Mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, (7) Menerapkan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari. Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) Pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; (3) Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata. 2.5 Kelebihan dari Pembelajaran kontekstual a) Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya. b) Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan d) Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran e) Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. 2.6 Kelemahan dari Pembelajaran Kontekstual a) Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya b) Membutuhkan banyak biaya 2.7 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual



Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkahlangkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:



(1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Di



sisi



lain,



berdasarkan Center



for



Occupational



Research



and



Development (CORD), penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut: (1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang dipelajari bermakna; (2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya; (3) Applyng, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya; (4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif; (5) Transferring,



belajar



menekankan



pada



terwujudnya



kemampuan



memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pembelajaran



Kontekstual



(Contextual



Teaching



and



Learning/CTL)



merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar. 3.2 Saran Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan pada pembelajaran kontekstual ini, maka guru dapat memilih materi mana yang cocok untuk digunakan dalam model pembelajaran kontekstual, sehingga dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.



DAFTAR ISI Djahura, Dirman. 2012. Konsep Pembelajaran Kontekstual. 18 Febuari 2016 http://dirman-djahura.blogspot.co.id/2012/09/pembelajaran-kontekstual.html



Hermawan, Ayahanda Iwan. 2014. Strategi Pembelajaran Kontekstual. 18 Febuari 2016 https://kirimtugas.wordpress.com/2014/05/03/strategi-pembelajaran-kontekstual/



Mahahani. 2011. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Ctl / Contextual Teaching And Learning. 18 Febuari 2016 http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertian-pembelajaran-kontekstual-ctl.html