19 0 279 KB
MAKALAH NYERI
Disusun Oleh : 1. Ratu Riang Jaga Prj
(P17324119042)
2. Resti Fuji Adawiyah
(P17324119043)
3. Roudhoh Rusfani Putri H
(P17324119045)
4. Salma Mahfudzoh Tiaswara P
(P17324119059)
5. Shifa Wilandha Susetyo
(P17324119060)
6. Yuska Maudy Auliya
(P17324119069)
7. Zeralita Ageng Nur Anisa
(P17324119070)
POLTEKKES BANDUNG KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan kuasa-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul “” dengan lancar tanpa kendala yang berarti.Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat, dan kita selaku umatnya. Penulisan makalah mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ini tidak terlepas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang terlibat dalam penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dalam pembuatannya. Sehingga penulis
membutuhkan saran dan kritik
yang
mengandung untuk memperbaiki makalah ini.
Bandung, Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... A. Latar Belakang .......................................................................................... B. Rumusan Masalah ..................................................................................... C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... A. Pengertian Nyeri........................................................................................ B. Tipe Nyeri ................................................................................................. C. Fisiologis Nyeri ......................................................................................... D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ............................................... E. Metoda/Cara Menilai Tingkat Nyeri ......................................................... F. Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi ............................ BAB III PENUTUP ............................................................................................. A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran .......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu
sensori
subyektif
dan
pengalaman
emosional
yang tidak
menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamihaja, 2017). Menurut Potter & Perry (2006), nyeri merupakan pengalan pribadi yang diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman nyeri dengan skala tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan dipersiapkan individu berdasarkan pengalamannya. Nyeri menjadi alasan paling umum seseorang mencari perawatan kesehatan karena merasakan terganggu dan menyulitkan mereka. Nyeri secara serius jika tidak ditangani dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu, sehingga kondisi tersebut akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan diri, menyebabkan isolasi sosial, depresi serta perubahan konsep diri (Potter & Perry, 2006)dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri baik secara mandiri maupun kolaboratif dengan pendekatan farmakologi. Pendekatan farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang hebat yang berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Tetapi farmakologi seperti obat-obatan analgenik atau pereda nyeri memiliki efek samping seperti depresi, sedasi, mual, muntah, dan konstipasi. Perawat
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah intervensi perawatan kepada pasien yang mengalami nyeri ? 2. Sampai manakah tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri ? 3. Bagaimana perawat mengaplikasikan manajemen nyeri? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri 2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan manajemen nyeri 3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosan sesuai dengan masalah nyeri yang ditemukan pada pasien
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Nyer Nyeri adalah pengalaman sensorik danemosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakantersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Meliala,2004). Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan
atau
yang
berpotensi
menyebabkan
kerusakan
jaringan(Meliala,200. Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu nyeri merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter. Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (fifth vital sign), dan mengelompokkannya bersama tandatanda klasik seprti : suhu, nadi, dan tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst /of evil. And excessive, overture / All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan mencoba mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001).
B. Tipe Nyeri Jenis nyeri dapat dinyatakan dalam beberapa hal, seperti: berdasarkan mekanisme nyeri, berdasarkan kemunculan nyeri dan berdasarkan klasifikasi nyeri wajah. 1. Berdasarkan Mekanisme Nyeri Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu : a. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana adalah
terdapatnya
korelasi
positif
antara
kuatnya stimuli dan persepsi nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami b. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator
inflamasi,
seperti:
bradikinin,
leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat
mengaktivasi
nosiseptor
secara
atau
langsung
mensensitisasi maupun
tidak
langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri,
sedangkan
sensitisasi
nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau
organ yang berlesi mendapat stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan. c. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan
keseimbangan
antara
lingkungannya, gangguan
secara
aktif
neuron
sehingga
oleh dengan
menimbulkan
keseimbangan.
Gangguan
keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan
gangguan
fungsi
sentral
(mekanisme sentral). 2. Berdasarkan Kemunculan Nyeri Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : a. Nyeri
akut,
berhubungan
nyeri dengan
yang
biasanya
kejadian
atau
kondisi yang dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan tubuh
akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya
berlangsung
sementara,
kemudian akan mereda bila terjadi penurunan
intensitas
stimulus
pada
nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca bedah. b. Nyeri
kronik,
berhubungan
nyeri
ataupun
yang tidak
dapat dengan
fenomena patofisiologik yang dapat diidentifikasi
dengan
mudah,
berlangsung dalam periode yang lama dan
merupakan
proses
dari
suatu
penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau
trauma
dan
biasanya
tidak
terlokalisir dengan jelas. Nyeri wajah atipikal adalah salah satu nyeri kronik. 3. Berdasarkan Klasifikasi Nyeri Wajah Nyeri pada wajah ataupun rongga mulut dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Nyeri
somatik,
dihasilkan reseptor
dari neural
nyeri
yang
stimulasi ataupun
dapat
reseptorsaraf-saraf
periferal. Jika stimulasi bermula dari bagian superfisial tubuh, karakteristik klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas menstimulasi, lokalisasi nyeri yang tepat,
adanya hubungan yang akurat antara tempat lesi dan sumber nyeri serta cara menghilangkan nyeri yang temporer dengan aplikasi anestesi topikal. Jika stimulasi bermula dari bagian dalam tubuh, karakteristik klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas mendepresikan, lokalisasi beragam dari nyeri yang menyebar, lokasi dari nyeri bisa ataupun tidak berhubungan dengan tempat lesi, sering menunjukkan efek-efek sekunder dari perangsangan pusat. b. Nyeri neurogenik, nyeri yang dihasilkan dalam sistem sarafnya sendiri, reseptor saraf atau ataupun stimulasi serabut yang tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari nyeri neurogenik, yaitu: nyeri seperti membakar
dengan
kualitas
menstimulasikan, lokalisasi baik, adanya hubungan yang tertutup diantara lokasi dari nyeri dan lesu, pengantaran nyeri mungkin dengan gejala-gejala sensorik, motorik, dan autonomik. c. Nyeri psikogenik, nyeri yang dapat memunculkan intensifikasi nyeri somatik atau neurogenik dan juga merupakan suatu
manifestasi
Karakteristik seperti:
dari
lokasi
psikoneurotik. nyeri
nyeri
psikogenik, selalu
tidak
mempunyai hubungan dengan suatu penyebab yang mungkin, tindakan klinis
dan respon pada pengobatan mungkin non fisiologis, tidak diharapkan dan tidak biasa. Nyeri wajah Atipikal adalah salah satu nyeri psikogenik. C. Fisiologis Nyeri Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi
adalah
suatu
proses
dimana
akhiran
saraf
aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006). D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri 1. Usia Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anakanak
kesulitan
untuk
memahami
nyeri
dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata
yang
banyak,
mempunyai
kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
Usia
mempunyai
peranan
yang pentingdalam
mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa muda memiliki respon yangberbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia.Menurut Prawani (2008),orang tua membutuhkan intensitas lebihtinggi dari rangsangan nyeridibandingkan orang usia muda.Padapasien dewasa tua menganggap
bahwanyeri
merupakan
komponen
alamiahyang harus mereka terima dari responpenuaan, sehingga keluhan seringdiabaikan. Biasanya kondisi nyeri hebatpada dewasa muda dapat dirasakansebagai keluhan ringan pada dewasa tua.Penjelasan di atas memberikan gambaranpada penelitian ini bahwa dapatdisimpulkan intensitas nyeri terkaitdengan usia didominasi atau lebih banyakdisebabkan oleh kesalahan persepsi,emosi yang labil, prasangka, dan sikapdefensif, sehingga individu menutupisensasi nyeri yang sebenarnya dirasakan. 2. Jenis Kelamin Menurut
Anggriani
(2015),
perbedaan jenis kelamin yang menunjukkan bahwawanita lebih nyeri dari laki-laki ini dapatdipengaruhi oleh beberapa hal yaitu laki-laki memiliki sensitifitas yang lebihrendah dibandingkan wanita atau kurangmerasakan nyeri dan wanita kurangtoleransi terhadap stimulus nyeri daripada laki-laki. Saat mengalami nyeripengobatan ditemukan lebih sedikit
padaperempuan,
perempuan
lebih
sukamengkomunikasikan rasa sakitnya,sedangkan laki-laki menerima
analgesikopioid
lebih
sering
sebagai
pengobatanuntuk nyeri (Lukman, 2011). 3. Tingkat Pendidikan Dalam kamus besar bahasa Indonesiapendidikan merupakan proses perubahansikap dan tingkah laku
seseorang dalamusaha mendewasakan diri manusiamelalui upaya pengajaran dan latihan.Hal tersebut berhubungan dengan
strategikoping
yaitu
konsekuensi
masing-
masingindividu untuk menilai suatu keadaan.Menurut Notoadmodjo (2010), tingkatpendidikan adalah salah satu faktor
yangmenentukan
perilaku,
dimana
terhadap
semakintinggi
terjadinyaperubahan tingkat
pendidikan
seseorang inimenyebabkan semakin banyak bahan,materi dan pengetahuan yang dimilikiuntuk mencapai perubahan tingkah lakuyang baik.Menurut lukman (2011),responden yang berpendidikan tinggilebih mampu menggunakan pemahamanmereka dalam merespon kejadian secaraadaptif dibandingkan
kelopok
respondenyang
berpendidikan
rendah. 4. Pengalaman Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat Universitas Sumatera Utara saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman
masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002). 5. Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah cara yangdilakukan untuk merubah lingkungan,situasi atau menyelesaikan masalah yangsedang dirasakan atau dihadapinya(Dewi, 2017).
Berhasil
atau
tidaknyastrategi
koping
yang
digunakan pasiendapat mempengaruhi intensitas nyeriyang dirasakannya. Setiap individu dalammenghadapi masalah akan selalu bereaksipositif atau negatif, perbedaan ini akanmempengaruhi dalam penilaianmekanisme koping yang digunakanseorang pasien dalam menghadapimasalah nyeri yang dialaminya (Kemp,2010). 6. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan dan penerimaan anggotanya(McWilliams,Higgins,
keluargaterhadap Dick,
&
Verrier,
2014).Anggota keluarga memandang bahwaorang yang bersifat mendukung selalusiap memberikan pertolongan danbantuan jika diperlukan. Jenis dukunganyang diberikan keluarga untukmengurangi nyeri pasien itu sendiriadalah dukungan informasional, dimanakeluarga memberikan nasehat, saran,dukungan jasmani maupun rohani(Setiadi, 2008). E. Metoda/Cara Menilai Tingkat Nyeri F. Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi 1. Farmakologi a. Massage
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Pijatan
dilakukan
dengan
penekanan
terhadap jaringan lunak baik secara tersturuktur ataupun
tidak,
gerakan-gerakan
atau
getaran,
dilakukan menggunakan bantuan media ataupun tidak. Beberapa
teknik
masasge
yang
dapat
dilakukan untuk distraksi adalah sebagai berikut: 1) Remasan, usapan otot bahu dan remas secara bersamaan. 2) Selang-seling tangan. memijat punggung dengan
tekanan
pendek,
cepat
dan
ibu
jari,
bergantian tangan. 3) Gesekan. gerakannya
Memijat
punggung
memutar
sepanjang
tulang
punggung dari sacrum ke bahu. 4) Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena. 5) Petriasi.
Menekan
punggung
secara
horizontal. Pindah tangan anda dengan arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas. 6) Tekanan menyikat. Secara halur, tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan. b. Tens Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu teknik analgesik non-
invasif yang sekarang telah digunakan secara luas di berbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. Teknik ini dapat dilakukan di klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi, TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa nyeri. Metode ini menjadi populer karena tidak invasif, mudah untuk dilakukan dan memiliki efek samping yang minimal atau interaksi obat. Karena tidak ada kemungkinan untuk terjadi overdosis atau keracunan, pasien dapat melakukan Tens secara mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka perlukan. Efek Tens dapat segera dirasakan, jadi cara ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri dengan segera. TENS
merupakan
salah
satu
pilihan
analgesia non farmakologi yang mulai dipopulerkan penggunaannya dalam mengatasi nyeri persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan B dkk membuktikan keefektifan TENS sebagai analgesia pada nyeri persalinan. Sekitar 72% nullipara dan 69% multipara dari sampel yang diteliti menyatakan TENS efektif untuk menghilangkan nyeri selama persalinan tanpa efek samping pada ibu dan janin. Disamping itu TENS secara signifikan dapat
mengurangi durasi kala I persalinan pada nullipara dan multipara dan mengurangi penggunaan obatobatan analgesia. c. Analgesia Epidural Epidural adalah salah satu bentuk bius lokal yang
digunakan
untuk
membuat
bagian
tertentu pada tubuh Anda mati rasa. Epidural tidak akan membuat Anda hilang kesadaran sepenuhnya, karena fungsinya hanya untuk menawar rasa sakit (analgesia).
Ketika
Anda
diberikan
epidural,
impuls-impuls saraf sensoris tulang belakang Anda akan dihentikan. Saraf sensoris bertugas untuk mengirimkan berbagai sinyal pada otak, seperti rasa sakit atau panas. Akibatnya, sensasi atau rasa sakit yang seharusnya Anda rasakan pada bagian bawah torso Anda, lebih tepatnya di rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina akan berkurang. Namun, saraf motoris Anda masih akan bekerja dengan baik sehingga otak masih bisa mengirimkan perintah bagi panggul dan bagian-bagian tubuh lainnya untuk berkontraksi dan bekerja sesuai kebutuhan. Ada dua tipe epidural yang biasanya ditawarkan bagi ibu bersalin di rumah sakit atau pusat layanan kesehatan. Yang pertama adalah epidural biasa. Jenis epidural biasa ini diberikan dengan cara disuntikkan pada bagian punggung ibu bersalin melalui otot punggung, hingga analgesia tersebut mencapai rongga epidural. Epidural biasa mengandung obatobatan yang akan memperkuat kerja bius, seperti fentanil atau morfin. Bila efek epidural ini mulai
berkurang dalam waktu satu sampai dua jam, ibu bersalin akan mendapatkan suntikan berikutnya. Jenis epidural yang kedua adalah kombinasi spinal epidural. Pada kombinasi spinal epidural, biasanya obat-obatan bius diinjeksi pada membran yang melapisi tulang belakang hingga mencapai rongga epidural. Kemudian, selang atau kateter akan dipasang pada jalur tersebut sehingga lebih mudah untuk
diinjeksi
lagi
jika
ibu
bersalin
membutuhkannya. Ibu bersalin juga tetap bisa bergerak dengan bebas setelah kateter dipasang sehingga tidak akan mengganggu proses persalinan. Kombinasi spinal epidural biasanya akan mulai kehilangan efeknya setelah empat sampai delapan jam. d. Analgesia Inhalasi Anestetik inhalasi bisa berupa gas atau cairan volatil (mudah menguap). Kelompok obat ini dapat digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesia dan mungkin dapat juga digunakan setelah induksi dengan anestetik intravena Anestetik berupa gas memerlukan peralatan yang cocok untuk penyimpanan dan penggunaan. Obat ini dapat disalurkan melalui pipa rumah sakit atau tabung metal. Pemberian cairan anestetik volatil
menggunakan
menggunakan
udara,
penguap oksigen,
atau
terkalibrasi, campuran
nitrogen oksida-oksigen sebagai gas pembawa. Sebaiknya diperhatikan bahwa semua gas ini dapat memicu terjadinya hipertermia maligna. Untuk mencegah
hipoksia,
anestetik
inhalasi
harus
diberikan dengan kadar oksigen yang lebih besar daripada kadar di udara. 2. Non Famarkologi e. Distraksi Teknik distraksi adalh teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien dan nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah : 1) Melakukan hal yang sangat disukai seperti membaca,
melukis,
menggambar
dan
sebagainya. Dengan tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri. 2) Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri. 3) Bernapas
lembut
dan
berirama
secara
teratur. 4) Menyanyi
berirama
dan
menghitung
ketukannya. f. Relaksasi Teknik
relaksasi
didasarkan
dengan
keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik ini hanya dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi
nyaman,
klien
dengan
pikiran
yang
beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenik Ketika
melakukan
relaksasi
autogenik,
seseorang membayangkan dirinya berada didalam
keadaan
damai
dan
tenang,
berfokus
pada
pengaturan napas dan detakan jantung. Langkahlangkah melakukan relaksasi adalah sebagai berikut : 1) Posisi pasien diatur sedemikian serupa sehingga rileks, tanpa beban fisik, posisi dapat duduk atau berbaring terlentang. 2) Intruksikan pasien untuk menghirup napas dalam sehingga rongga paru berisi udara yang bersih. 3) Pasien perlahan menghembuskan udara dan membiarkan
keluar
dari
setiap
bagian
anggota tubuh, pada saat itu pasien diminta untuk memusatkan perhatian”betapa nikmat rasanya” 4) Pasien bernapas dengan irama yang normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit) 5) Pasien
bernapas
dalam
kemudian
menghembuskan perlahan, dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan kaki menuju paru, kemudian udara dibuang keluar. Pasien diminta untuk memusatkan perhatian
pada
tangan
kaki,
udara
dikeluarkan dan merasakan kehangatan. 6) Pasien mengulang e. dengan memusatkan perhatian pada kaki tangan, punggung, perut, dan bagian tubuh yang lain. 7) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama
pernapasan
pernapasan frekuensi
dada nyeri
ditambah. atau
Gunakan
abdomen.
bertambah,
Bila
gunakan
pernapasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat. g. Aroma Therapy Aromaterapi
adalah
terapi
yang
menggunakan essensial oil atau sari minyak murni
untuk
membantu
memperbaiki
atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga. Essensial oil yang digunakan disini merupakan cairan hasil sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah, daun dan rempahrempah
yang memiliki khasiat untuk mengobati
(Hutasoit 2002). Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress
(Perez,
2003).
Ada
beberapa
jenis
aromaterapi dan manfaatnya yaitu:
1) Lavender Lavender merupakan bunga yang berwarna lembayung muda, memiliki bau yang khas dan lembut sehingga dapat
membuat seseorang menjadi rileks ketika menghirup aroma lavender, lavender banyak dibudidayakan di berbagai penjuru dunia. Sari minyak bunga lavender diambil dari bagian pucuk bunganya (Hutasoit, 2002). Lavender
mempunyai
banyak
manfaat yaitu sebagai pencegah infeksi, sebagai antisepsis, anti biotik, dan jamur. 2) Rosemary Rosemary yang digunakan melalui inhalasi dapa
bermanfaat
untuk
meningkatkan
kewaspadaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kecepatan dalam berhitung. Rosemary merupakan jenis aromaterapi yang biasa digunakan untuk melegaklan otot dan pikiran. Aroma yang dihasilkannya juga dapat membantu anda lebih konsentrasi (Maifrisco, 2008). 3) Neroli Massage Dapat menurunkan kecemasan pada pasien yang
mempunyai
riwayat
pembedahan
jantung. 4) Tropical Melissa Application Dapat menurunkan agitasi pada pasien dengan dimensia berat sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya. 5) Lemon Merupakan aroma yang digunakan untuk menenangkan
suasana.
Aroma
yang
menggemaskan dapat menibgkatkan rasa percaya diri, merasa lebih santai, dapat
menenangkan syaraf, tetapi membuat kita sadar. 6) Cinnamon Minyak essesialnya mengandung antibiotik, antiseptik,
dan
antivirus
yang
dapat
melindungi tubuh manusia. 7) Eucalptus Pohonnya dikenal dengan nama kayu putih. Wanginya dapat menghilangkan bau secara efektif.
Selain
menghilangkan
itu
juga
bakteri,
ampuh
antiseptik,
dan
antiviral juga pada minyak jenis itu. 8) Jasmine Jenis aroma yang sanggup menciptakan suasana romantis. 9) Peppermint Aroma
yang
begitu
menyegarkan,
membangkitkan suasana, dapat mengurangi rasa sakit perut, mengurangi ketegangan, dan dipercaya bisa menyembuhkan sakit kepala. 10) Cendana atau Sandalwood Aroma yang dapat membantu menciptakan dan menuangkan ide kreatif. Selain itu dapat mengurangi
depresi,
harum
cendana
dipercata dapat mengatasi masalah sulit tidur serta masalah lain yang berhubungan dengan stress. 11) Sage Salah satu jenis aromaterapi yang digunakan untuk
memberikan
rasa
tenang.
Jenis
aromaterapi ini bermanfaat mengatasi sakit selama menstruasi dan dapat mengatur sistem syaraf pusat. 12) Vanilla Menghasilkan aroma sangat akrab dengan suasana rumah yang hangat dan nyaman, sehingga wanginya sanggup menenangkan pikiran. h. Kompres 1) Kompres Hangat Merupakan memberikan
tindakan
kompres
dengan
hangat
memenuhi
kebutuhan
rasa
mengurangi
atau
membebaskan
mengurangi
atau
mencegah
untuk nyaman, nyeri,
terjadinya
spasme otot, dan memberikan rasa hangat. Persiapan alat dan bahan : a. Botol berisi air panas b. Termometer air c. Kain pembungkus Cara Kerja : a. Cuci tangan b. Jelaskan
pada
pasien
mengenai
prosedur yang akan dilakukan c. Isi botol dengan air panas d. Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan e. Masukkan botol ke dalam kantong kain.
Bila
menggunakan
kain,
masukkan kain pada air hangat lalu diperas.
f. Tempatkan botol/kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres. g. Angkat botol/kain tersebut setelah 20 menit,
kemudian
isi
lagi
botol/masukkan lagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi botol/kain pada daerah yang akan dikompres. h. Catat perubahan yang terjadi selama tindakan. Cuci tangan. 2) Kompres Dingin Merupakan memberikan memenuhi
tindakan
kompres kebutuhan
dengan
dingin rasa
untuk
nyaman,
menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa
nyeri,
mencegah
edema,
dan
mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi. Persiapan alat dan bahan : a. Termometer b. Air dingin c. Kain/kantong pelindung d. Kantong es atau sejenisnya Cara Kerja : a. Cuci tangan. b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. c. Ukur suhu tubuh. d. Masukkan
air
dingin
pada
kantong es. Bila menggunakan
kain, masukkan kain pada air dingin lalu diperas. e. Letakkan
kantong/kain
pada
daerah yang akan dikompres seperti di daerah aksila, di daerah yang sakit. f. Catat perubahan yang terjadi selama tindakan. g. Cuci tangan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang nyeri yang berguna bagi profesi dan orang disekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA